Seringkali istilah Harga Jual dan Harga Pokok Penjualan menimbulkan kerancuan, sehingga ada yang
beranggapan bahwa kedua istilah ini sama. Tapi benarkah demikian? Menurut ilmu akuntansi, harga
jual berbeda dengan harga pokok penjualan. Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaannya, simak
penjelasan berikut ini
Menurut Mulyadi, harga jual adalah besaran harga yang dikenakan/dibebankan kepada konsumen
yang didapat dari perhitungan biaya produksi ditambah dengan biaya nonproduksi serta laba yang
diharapkan.
Sedangkan menurut Alimisyah dan Padji, selling price (harga jual) merupakan harga jual yang
meliputi biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan distribusi ditambah dengan jumlah laba yang
diinginkan.
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan harga
jual adalah harga yang dikeluarkan untuk produksi ditambah biaya non produksi serta laba yang
diharapkan.
Pada dasarnya ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual yaitu:
Menentukan harga jual per unit produk dengan menghitung juimlah seluruh biaya per unit ditambah
jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut atau disebut margin.
Misalnya: Usaha bakery Anda mendapatkan order sebanyak 100 roti untuk seminar. Biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi roti tersebut diperkirakan Rp. 400.000 dengan perincian:
Jika Anda menginginkan laba sebesar 10% dari biaya total, maka: harga total= biaya total + laba =
Rp. 400.000 + (15% x Rp.400.000) = Rp. 460.000. Dengan demikian harga untuk setiap roti yang
dijual sebesar Rp. 4.600.
Para pedagang lebih banyak menggunakan penetapan harga mark up ini karena caranya yang lebih
sederhana. Anda membeli barang dagangan kemudian harga jualnya Anda tentukan sendiri setelah
menambah harga beli dengan sejumlah mark up seperti rumusan : harga beli + mark up = harga jual.
Jadi mark up ini adalah kelebihan harga jual diatas harga belinya. Misalnya Anda mempunyai toko
baju. Anda beli baju merek Annisa seharga Rp. 250.000. Kemudian Anda ingin keuntungan Rp.
50.000, sehingga Anda menjualnya Rp. 250.000 + Rp. 50.000 = Rp. 300.000
Adalah biaya yang muncul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan usaha. Didalamnya
termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. HPP ini muncul pada
laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya. Adapun beberapa komponen dalam HPP
meliputi:
Persediaan awal barang dagangan: merupakan persediaan barang dagangan yang ada di awal
periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal barang dagangan terdapat dalam neraca
saldo periode berjalan atau neraca awal perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.
Persediaan akhir barang dagangan: persediaan barang dagangan yang terdapat di akhir periode atau
akhir tahun buku berjalan. Biasanya saldo ini diketahui pada data penyesuaian akhir periode.
Pembelian bersih: seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukuan oleh perusahaan, baik
secara tunai atau kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian kemudian dikurangi dengan
potongan pembelian atau retur pembelian
Keterangan:
Barang tersedia untuk dijual adalah persediaan barang dagangan awal ditambah pembelian bersih
Pembelian Rp 50.000.000,00
Retur pembelian dan PH Rp 1.500.000,00
Penghitungan HPP
Harga Pokok Penjualan sangat penting karena akan menjadikan laporan keuangan perusahaan dapat
dipertanggungjawabkan dan akurat.