Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aina Syamira

NIM : K011201080
Kelas :A
Dosen : Prof. Dr. amran Razak, SE, M. Sc.
Tugas 5
Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit
Tarif rumah sakit adalah semua harga yang harus dibayarkan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tarif rumah sakit terdiri atas biaya ditambah margin yang
diharapkan. Secara matematis maka tarif rumah sakit dapat digambarkan dalam formula berikut:
Tarif = Total Biaya Tetap + (Biaya Variabel x Volume) + Margin Oleh karena itu, penetapan
tarif sangat penting memperhitungkan biaya-biaya yang dikelurkan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Penetapan tarif rumah sakit berbasis unit cost akan sangat membantu
kondisi kesehatan keuangan ruamh sakit. Tarif rumah sakit disusun dalam buku tarif rumah sakit
yang diterbitkan secara resmi dan ditandatangi oleh direktur.Salah satu hal penting perhitungan
tarif berbasis unit cost adalah menghindari terjadinya terhitung beberapa kali (double counting)
dan/atau tidak terhitung (lupa diperhitungkan sehingga tidak diperhitungkan dalam unit cost)
sehingga menyebabkan tarif berlebihan atau sebaliknya tidak mencakup biaya tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar semua biaya dapat diperhitungkan dan rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan rumah sakit di dalam menetapkan tarif adalah:
1. Menghitung unit cost untuk semua tindakan pelayanan kesehatan Hal paling mendasar yang
menajdi landasan penetapan tarif rumah sakit adalah mengetahui unit cost atau harga pokok
standar setiap tindakan pelayanan kesehatan yang disajikan rumah sakit. Bagian ini akan
diuraikan secara panjang lebar pada bab III.
2. Mengetahui tujuan strategis rumah sakit dalam penetapan tarif Tujuan strategis rumah sakit
dalam penetapan tarif sangat dipengaruhi oleh business life cycle dan pertumbuhan rumah
sakit. Rumah sakit adalah organisasi nirlaba yang seyogyanya tidak dikejar dengan target
pengembalian investasi dalam jangka waktu yang singkat. Tujuan strategis rumah sakit antara
lain memaksimalkan pendapatan, mememuhi kebutuhan biaya operasional dan
pengembangan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan utilisasi penggunaan pelayanan
kesehatan, meminimalkan utilisasi pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
3. Memahami struktur pasar tindakan pelayanan kesehatan yang disajikan rumah sakit. Struktur
pasar pelayanan kesehatan yang disajikan rumah sakit berbeda-beda. Struktur pasar terbagi
atas: monopoli/monopsoni, oligopoly/oligopsony, persaingan monopolistic, dan persaingan
sempurna. Monopoli adalah kondisi dimana hanya ada satu rumah sakit yang menguasai
sebagian besar pangsa pasar permintaan pelayanan kesehatan tertentu, misalnya RSUD di
suatu daerah terpencil. Monopsoni adalah kondisi dimana hanya ada satu pembeli yang
menguasai sebagian besar pangsa pasar, misalnya asuransi sosial kesehatan. Oligopoli adalah
kondisi dimana hanya ada beberapa rumah sakit yang menguasai sebagian besar permintaan
pelayanan kesehatan. Persaingan monopolistic adalah keadaan dimana banyak rumah sakit
menawarkan pelayanan kesehatan yang sama namun masing-masing memiliki pembeda.
Persaingan sempurna adalah banyak rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan yang
sama, tidak ada pembeda yang spesifik di dalam pelayanan eksehatan, masyarakat memiliki
informasi yang simetris dan luas terhadap semua pelayanan kesehatan yang tersedia.
4. Memahami faktor-faktor pembentuk struktur pasar untuk setiap tindakan penyajian pelayanan
kesehatan yang disajikan rumah sakit antara lain adalah permintaan. Pada kondisi permintaan
pelayanan kesehatan tinggi, sedangkan hanya ada sedikit rumah sakit yang dapat melayani
kebutuhan tersebut, maka akan terjadi monopoli atau oligopoli. Jika ada rumah sakit yang
menyajikan semua pelayanan kesehatan secara komprehensif di rumah sakit tersebut, maka
bisa saja Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost rumah sakit tersebut
akan menjadi monopoli. Atau, jika rumah sakit memiliki pangsa pasar yang sangat besar
sehingga mampu menekan unit cost, maka rumah sakit tersebut juga dapat berada dalam
struktur monopoli atau oligopoly. Struktur pasar juga dapat terbentuk dari penguasaan para
tenaga kesehatan khususnya spesialis tertentu hanya oleh rumah sakit tertentu. Jika ada suatu
rumah sakit yang memiliki semua ahli yang dibutuhkan dan melakukan suatu upaya sehingga
para ahli tersebut tidak berpraktek di rumah sakit lainnya, maka rumah sakit tersebut mencoba
membentuk struktur pasar yang menguntungkan baginya karena memiliki posisi tawar yang
kuat. Sebaliknya, jika pasian tergabung dalam satu asuransi dimana sebagian besar pangsa
pasar rumah sakit adalah pasien asuransi tersebut, maka dapat terjadi oligopoly atau
oligopsini. Struktur pasar pada poin nomor 3 dapat terbentuk oleh faktor-faktor berikut:
a) Posisi tawar rumah sakit - rumah sakit yang tersedia
b) Posisi tawar masyarakat
c) Ketersediaan pelayanan substitusi
d) Ancaman pendatang baru
5. Peraturan pemerintah Peraturan pemerintah juga merupakan landasan yang harus diacu oleh
rumah sakit dalam penetapan tarif. Sejauh ini pola tarif nasional ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan No 85 tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit atau pada Peraturan
Gubernur setempat yang mengatur pola tarif regional. Selain itu, terdapat penetapan tarif
asuransi sosial yang saat ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Tarif tersebut diklasifikasikan berdasarkan kode penyakit.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa penetapan tarif sangat
bervariasi sehingga tarif rumah sakit dapat berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit
lainnya. Beberapa tujuan penetapan tarif antara lain:
1. Penetapan tarif untuk membiayai semua biaya operasional
Salah satu dasar penetapan tarif yang paling mendasar adalah bagaimana tarif dapat
membiayai semua biaya operasional rumah sakit atau dikenal dengan cost recovery. Cost
recovery adalah nilai dalam persentase yang menentukan bagaimana suatu rumah sakit
dapat menutupi biaya operasionalnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung cost
recovery adalah realisasi pendapatan dibagi dengan realisasi belanja. Besaran persentase
tersebut disebut recovery rate. Jika nilai recovery rate 100%, maka rumah sakit memiliki
surplus. Dalam penyelenggaraan rumah sakit, istilah profit dianggap tabu, meskipun
perhitungan surplus dan profit menggunakan formula yang sama yaitu surplus = total
pendapatan – total belanja. Namun, penggunaan istilah surplus dianggap lebih tepat sebab
menggambarkan orientasi rumah sakit yang tidak mengejar keuntungan.
2. Penetapan Tarif untuk untuk Pembiayaan Subsidi Silang
Subsidi silang dibutuhkan rumah sakit sebab tidak semua unit kerja merupakan revenue
centre. Ada beberapa unit kerja di rumah sakit yang merupakan cost centre. Contoh unit-
unit kerja yang merupakan cost centre adalah ruang operasi, apotik, laboratorium,
radiologi, rawat inap, poliklinik, centre-centre, dan sebagainya. Sedangkan unit-unit yang
cenderung cost centre adalah Central Steril Supply Department/Laundry, Instalasi
Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah sakit, Manajemen, Komitekomite, dan
sebagainya. Sebagian lainnya merupakan unit yang kemampuan menghasilkan
surplusnya kecil seperti instalasi gawat darurat, intensive care unit. Hal ini disebabkan
terbatasnya kapasitas yang dimilikinya serta panjangnya durasi pelayanan yang harus
disajikannya. Oleh karena itu, diperlukan subsidi silang karena rumah sakit merupakan
sistem dimana semua unit ini harus ada untuk penyelenggaraan kesehatan. Rumah sakit
tidak dapat beroperasi tanpa kehadiran salah satu dari unitunit tersebut. Perencanaan
subsidi silang secara komprehensif akan mendukung kualitas pelayanan kesehatan yang
disajikan. Sebaiknya, pemberlakuan subsidi silang secara sporadis tanpa kalkulasi yang
cermat berpotensi menimbulkan masalah dalam jangka Panjang.
3. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Tarif juga sangat berperan dalam menentukan kualitas pelayanan. Tarif rumah sakit yang
rendah secara sepintas nampak dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan. Namun,
masyakarat membutuhkan bukan hanya akses, tetapi akses terhadap pelayanan kesehatan
berkualitas. Untuk mampu menyajikan pelayanan kesehatan berkualitas, rumah sakit
perlu memiliki tarif yang rasional. Pelayanan kesehatan memerlukan tenaga professional,
bahan habis pakai yang memenuhi standar, alat yang terkalibrasi, dan sebagainya.
Kesemuanya itu membutuhkan biaya. Oleh karena itu, prinsip penetapan tarif di rumah
sakit bukanlah menetapkan tarif serendah rendahnya sebab biaya penyelenggaraan
kesehatan berkualitas tentu memiliki satuan biaya yang rasional. Pemerintah menetapkan
pola tarif nasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 85 tahun 2015. Penetapan
Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan.
4. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain
Tujuan lain dari tarif adalah untuk menghasilkan keunggulan bersaing. Dalam situasi
dimana lingkungan persaingan ketat, maka tarif dapat menjadi salah satu keunggulan
bersaing. Oleh karena itu, penepatan tarif perlu memperhatikan lingkungan industri,
struktur pasar, dan analisa pesaing. Hal ini akan dibahas secara detail pada bab III.
Hal-hal yang membedakan rumah sakit pemerintah dengan swasta yaitu:
1. Rumah sakit pemerintah merupakan milik masyarakat sehingga direksi rumah sakit
bertanggung jawab kepada pemimpin politik daerah atau nasional dan bertanggung jawab
pula kepada DPR, pusat atau daerah. Keadaan ini yang menyebabkan keputusan-keputusan
manajemen rumah sakit pemerintah menjadi lamban karena harus menunggu persetujuan
pihak-pihak yang berwenang.
2. Rumah sakit pemerintah cenderung lebih besar dibanding dengan swasta, baik dalam segi
ukuran dan kepemimpinan dalam teknologi kedokteran. Akan tetapi, rumah sakit pemerintah
dapat lebih murah dibanding swasta karena adanya subsidi terhadap biaya investasi dan biaya-
biaya penelitian serta pengembangan, dimana biaya-biaya tersebut biasanya tidak
diperhitungkan dalam perhitungan tarif. Untuk dapat mengukur kinerja secara tepat,
seharusnya biaya-biaya tersebut tetap diperhitungkan di dalam tarif.
3. Rumah sakit pemerintah cenderung mempunyai overhead cost yang tinggi. Hal ini
dikarenakan biaya gaji yang tinggi akibat besarnya jumlah pegawai tetap sehingga proses
pentarifannya seringkali tidak memperhitungkan biaya sumber daya manusia.
Sesuai kebijakan tarif rumah sakit pemerintah, biaya penyelenggaraan rumah sakit dipikul
bersama oleh pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Tarif rumah sakit tidak dimaksudkan untuk mencari
laba tetapi ditetapkan berdasarkan azas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah dan tarif rumah sakit untuk golongan masyarakat yang
dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan atas dasar saling membantu melalui ikatan perjanjian
tertulis.

Anda mungkin juga menyukai