Disusun oleh :
Miftahul Jannah (180400434)
Perubahan yang ada harus menyentuh segi kualitas pelayanan yang dibarengi dengan
peningkatan efisiensi. Pencapaian efisiensi dari sisi biaya, adil dan bermutu dari sisi layanan.
Prinsip keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan mempunyai implikasi rumah sakit
harus mampu dalam pengelolaan biaya secara komprehensif, untuk mencapai efisiensi harus
didukung dengan informasi biaya, dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi
dalam pengelolaan aktivitas dan pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi biaya merupakan
suatu sistem informasi yang mengolah masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan yang
diolah oleh sistem informasi adalah data operasi dan data keuangan, sedangkan keluaran yang
dihasilkan adalah informasi biaya dan informasi lain yang berkaitan dengan penyebab timbulnya
biaya yaitu aktivitas (Mulyadi, 2007).
Biaya merupakan satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang
berpengaruh dalam penentuan harga jual. Suatu rumah sakit dalam penetapan tarif yang hanya
berdasarkan pada perkembangan trend tarif pesaing dan belum memperhitungkan biaya satuan
sebagai batas bawah tarif, dapat menimbulkan tarif yang ditetapkan berada di batas bawah atau
merugi. Pengendalian terhadap biaya dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, sistem akuntansi
biaya yang praktis serta akurat menjadi sangat penting. Akuntansi biaya dalam manajemen
tradisional didesain untuk manufaktur tapi manajemen biaya modern didesain untuk semua jenis
organisasi termasuk perusahaan jasa (Mulyadi, 2007 ).
Analisis biaya di rumah sakit pemerintah semakin penting sejalan dengan kebijakan
pengembangan rumah sakit.Analisis biaya untuk menentukan biaya satuan (unit cost),yang berguna
untuk dasar perencanaan anggaran, efisiensi biaya serta untuk menentukan tarif rumah sakit dengan
mempertimbangkan Ability to pay (ATP) maupun Willengness to pay(WTP) masyarakat sekitar
serta tarif pesaing yang setara. Kebijakan penetapan tarif tidak terlepas dari dasar fungsi rumah
sakit sebagai unit sosio ekonomi. Analisis biaya melalui perhitungan biaya perunit (unit cost)dapat
dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, dasar penyusunan anggaran dan
subsidi, serta acuan dalam mengusulkan tarifpelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau oleh
masyarakat (Hidhayanto, 2009).
B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami Analisa biaya rumah sakit untuk menentukan
biaya satuan (unit cost) makan pasien.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang
telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu. Biaya dapat
diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut diidentifikasi terhadap objek biaya.
Objek yang dimaksud disini adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain (Masyhudi, 2008). Biaya
juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu.
Pengorbanan tersebut dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan (Thabrany,
1999).
Menurut Bustami dan Nurlela (2006), menyatakan bahwa pengertian biaya dalam akuntansi
mengandung dua pengertian yang berbeda yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian
beban (expense). Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan. Biaya ini belum
habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan dalam neraca. Sedangkan
beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya
yang belum dinikmati yang akan memberikan
Manfaat analisis biaya yaitu (Gani, 1996; Irwandy, 2007 cit. Vinensa, 2013):
a. Pricing Informasi biaya satuan menjadi sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan
tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (unit cost), dapat diketahui apakah tarif
sekarang merugi, break even, atau menguntungkan. Dapat diketahui besarnya subsidi yang
dapat diberikan pada unit pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan kelas tiga
rumah sakit.
b. Budgeting atau planningInformasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan
biaya satuan (unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat penting untuk alokasi
anggaran dan untuk perencanaan anggaran.
c. Budgetary control Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan
mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat
biaya (cost center) yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakit.
3. Penyelenggara makanan (rumah sakit) perlu memperhatikan 3 komponen biaya, yaitu biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk masing-
masing komponen, akan menentukan tarif makanan yang dihasilkan. (Kemenkes, 2018) (Lisa
Wardiyana)
(+) Pertimbangan yang relatif sama di dalam penetapan tarif rumah sakit, yaitu mendapatkan
revenue yang mencukupi untuk menjalankan rumah sakit, baik dari sumber pengguna jasa
maupun dari sumber lain (Finkler, SA. 1994. Cost Accounting for Health Care Organization :
Concepts and Applications. Aspen Publication, Gaithersburg, MD.) (hanifah laili)
5. Perhitungan unit cost memiliki tujuan supaya efisiensi dan kinerja setiap instalasi, poliklinik
maupun komponen dalam proses pelayanan di instansi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dapat dimonitor dengan baik sehingga perhitungan unit cost bermanfaat untuk
memperkuat pertahanan rumah sakit dalam persaingan bisnis yang ketat.(Sumiati, dkk. 2019)
(Galuh Lintang)
4) Step 4: Problem tree
2. Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang
diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal (Yuniarti, 2009:28).Lisa Widiastuti
(+) Kemampuan membayar (Ability to Pay) adalah jumlah uang yang mampu dibayarkan
masyarakat untuk menggantikan biaya pelayanan yang diterimanya (Rubiani, 2004). Menurut
Russel (1995) bahwa Ability to Pay adalah pertimbangan dalam membelanjakan penghasilannya/
pengeluaran untuk membeli barang atau pelayanan lain. (Lisa Wardiyana)
3. Willingness to pay ( WTP ) adalah harga maksimum di mana konsumen pasti akan membeli
satu unit produk (Varian, Hal R. (1992) (gita apriyani)
(+) Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pasien adalah : (Gafni, 1991 dalam Munawar 2002)
- pendapatan
-Pengetahuanmengenaitarif
Demand terhadap pelayanan kesehatan berhubungan dengan pengetahuan mengenai tarif yang
berlaku.
- Persepsi
Willingness To Pay (WTP)sangat dipengaruhi oleh persepsi pasien dan penilaian tentang
pelayanan yang pernah diterimanya. Persepsi tentang kurang baiknya kualitas pelayanan
kesehatan pemerintah akan menghambat penggunaan pelayanan tersebut, yang berarti kemauan
mereka untuk membayar. ( Indri Laras)
5. Average fixed costs (AFC) berarti biaya tetap rata-rata. Biaya tetap rata-rata adalah biaya total
untuk memproduksi sebuah unit. (Fitri)
6. TCR merupakan keinginan dari owner atau investor atas terjaminnya biaya yang telah
dikeluarkan (investasi, operasional, maintenance, serta bunga dan keuntungan yang
sewajarnya) akan kembali (mendapatkan laba). (Mauliyah N,2016) (Lisa Wardiyana)
7. CRR (Cost Recovery Rate) merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan rumah sakit untuk menutupi biaya dengan penerimaan dari pembayaran pasien.
Perhitungannya yaitu perbandingan hasil pendapatan yang diperoleh dari pasien dengan biaya
total yang dikeluarkan.
(Yulianisel.2015.PERHITUNGAN UNIT COST TINDAKAN BEDAH APPENDIKTOMI DI
KAMAR OPERASI RSD MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH.e-Jurnal
Katalogis.Vol.3(5) : 170-180) (Khairina Putri)
+ Cost Recovery Rate (CRR) juga bisa dinyatakan sebagai selisih pendapatan dengan biaya (bisa
surplus, deficit, dan subsidi) dalam persen, bila tingkat CRR lebih dari 100% berarti rumah sakit
beroperasi pada keadaan surplus atau mempunyai keuntungan dan bila tingka CRR dibawah
100% berarti rumah sakit beroperasi dalam keadaan deficit.(Sumber : Yulianisel. 2015.
PERHITUNGAN UNIT COST TINDAKAN BEDAH APPENDIKTOMI DI KAMAR
OPERASI RSD MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. E-jurnal katalogis. 3(5) : 170-
180). (Fitri)
(+) CRR (Cost Recovery Rate) adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan RS untuk menutup biaya dengan penerimaannya dari retribusi pasien (revenue)
(Aurelia, Anna dan Eka Pujianti. 2015)(hanifah laili)
7) Step 7: Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang Diperoleh
C. Learning Objective
1. Jelaskan definisi biaya makanan, perencanaan biaya makanan ?
2. Sebutkan macam-macam biaya dalam penyelenggaraan makanan?
3. Jelaskan definisi dan fungs idari Total cost, Food cost, Labor cost, Variable cost,
Fixed cost?
4 Metode-metode Perhitungan biayadalam food service (Harga Jual)?
a. Metode biaya makanan langsung
b. Metode harga biaya plus
c. Metode harga BEPdan ROI
D. Pembahasaan Learning Objective
1. Biaya adalah pengorbanan suatu sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik yang
telah maupun yang akan terjadi, untuk mendapatkan barang/jasa atau tujuan lain yang
diinginkan, yang diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat untuk saat ini atau yang
akan datang bagi individu maupun organisasi (Sugiyanto, W., 2004). Biaya yang umumnya
sering menjadi perhatian utama pada penyelenggaraan makanan adalah biaya makan (food
cost,) yang diartikan sebagai “uang yg telah dan akan dikeluarkan dalam rangka memproduksi
makanan sesuai kebutuhan atau permintaan”. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk setiap
porsi makanan disebut sebagai unit cost makanan, yang sering digunakan untuk menentukan
tarif pelayanan makanan pada suatu institusi (Kemenkes, 2014).
Perencanaan anggaran bahan makanan adalah kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan
untuk pengadaan bahan makanan dalam rangka penyelenggaraan makanan untuk kurun waktu
tertentu dalam bentuk Rencana Anggaran Belanja Bahan Makanan (RAB-BM). Untuk rumah
sakit dalam hal ini adalah untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang
dilayani. (galuh)
Tambahan :
(+) Biaya makan merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menghidangkan makanan
perorang/hari. Biaya ini dapat dihitung dari total biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
makanan di bagi dengan jumlah makanan yang di produksi.
Untuk menghitung biaya makan per orang per hari dibutuhkan data sebagai berikut:
1. Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan.
2. Jumlah konsumen yang dilayani dalam bulan yang sama.
Untuk perencanaan biaya bahan makanan dapat menggunakan pedoman menu dan standar resep.
Sedangkan untuk menilai setelah penyelenggaraan makanan dilakukan, maka biaya bahan
makanan dapat diperoleh dari total pembelian bahan makanan dalam satu bulan. Agar dapat
dihitung secara akurat, perlu pencatatan yang lengkap mengenai pembelian bahan makanan,
penerimaan bahan makanan, penggunaan bahan makanan dan persediaan/stok bahan makanan
pada awal dan akhir bulan perhitungan. Untuk menghitung besarnya biaya makan per konsumen
dapat dengan melihat persentase antara total biaya dan jumlah konsumen.(Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makan Institusi, Kemenkes RI. 2018) miftahul jannah
3. a) total cost Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan variabel (variable cost)
atau (Total Cost = Fixed Cost + Variable Cost). (Hansen dan Mowen, 2007:72) ( Hanifa A )
b) food cost Biaya yang umumnya sering menjadi perhatian utama pada penyelenggaraan
makanan adalah biaya makan (food cost,) yang diartikan sebagai “uang yg telah dan akan
dikeluarkan dalam rangka memproduksi makanan sesuai kebutuhan atau permintaan”.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk setiap porsi makanan disebut sebagai unit cost
makanan, yang sering digunakan untuk menentukan tarif pelayanan makanan pada suatu institusi
(Kemenkes, 2014) ( Hanifa A )
(+) food cost (biaya bahan makanan) merupakan biaya yang harus dibayarkan perusahaan untuk
membeli bahan baku makanan, dan kemudian diolah melalui proses produksi menjadi makanan.
Biaya bahan makanan dihitung berdasarkan standar berat kotor (pedoman menu) dan akan
berpengaruh pada total biaya penyelenggaraan makanan sesuai dengan jumlah atau porsi
makanan yang dihasilkan atau jumlah konsumen yang dilayani. Fungsi dengan tersedianya
usulan anggaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan
bagi konsumen sesuai dengan standar kecukupan gizi yang ditetapkan (Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makan Institusi, Kemenkes RI. 2018) (Khairina Putri)
c) labor cost Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh restoran atau perusahaan untuk merekrut,
membayar upah, meningkatkan kesejahteraan, karyawaan atau membayar kewajiban lain yang
timbul karena memperkerjakan karyawan. (Gita apriyani)
Tambahan :
(+) Labor cost yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terkait
langsung dengan proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Biaya tenaga kerja produksi
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
- biaya tenaga kerja langsung
- biaya tenaga kerja tidak langsung. (Pangesthi, dkk.2017) (hanifah laili)
(+) - Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya untuk gaji/upah tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam memproses bahan menjadi barang jadi (makanan) yang siap untuk disajikan
kepada konsumen. Contohnya adalah: gaji untuk tenaga pemasak dan pengawas pemasak,
petugas penyajian makanan, dan lain-lain.
- Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, adalah gaji/upah tenaga kerja yang tidak langsung
memproses bahan menjadi barang jadi. Biaya ini juga dapat dimasukkan dalam kelompok biaya
overhead. Contohnya adalah: gaji/honor dan lembur untuk petugas keamanan, supir, petugas
administrasi dan lain-lain. (Bakri B,2018) (Lisa Wardiyana)
d) variable cost
Biaya tidak tetap adalah biaya yang secara proporsional dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi, biaya per unit relatif konstan, misalnya: biaya pembelian bahan makanan dan bahan
lainnya yang berhubungan langsung dengan bahan makanan dalam penggunaaannya (misalnya:
kemasan dan bahan penolong lainnya). Biaya tidak tetap ini bila dihubungkan dengan klasifikasi
biaya menurut hubungannya dengan produk, adalah sama dengan biaya langsung.
Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output (produksi). Pada
umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara rutin. Oleh sebab itu biaya variabel
sering juga disebut sebagai biaya rutin. Contohnya adalah biaya obat, biaya alat, biaya bahan
habis pakai dimana besarnya akan berbeda jika pasien sedikit dibandingkan pasien yang banyak
(Hansen dan Mowen, 2007:72). ( Hanifa A )
Kesimpulan