Anda di halaman 1dari 14

MODUL HEALTH MANAGEMENT

KELOMPOK 2
CASE STUDY 2
“PEMBAYARAN KESEHATAN”

Dosen

drg. Aditya Priagung Prakosa, M.M

Disusun oleh:
Wizni A’dila A’ziza
(G1B019020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2022
SKENARIO

Anda adalah seorang dokter gigi yang hendak mendirikan klinik gigi pribadi. Salah satu persiapan
yang perlu dilakukan adalah menentukan unit cost dan tarif perawatan masing-masing jenis
perawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut adalah data-data yang diperlukan untuk
menentukan unit cost pelayanan kesehatan gigi. Dalam 1 bulan terdapat 10 Pasien Pencabutan, 9
Pasien restorasi GIC, 20 Pasien restorasi Komposit

PERTANYAAN

1. Jelaskan konsep penghitungan unit cost!


2. Hitunglah unit cost untuk perawatan pencabutan, restorasi GIC dan restorasi komposit
menggunakan metode simple distribution!
Bila dokter gigi akan menjadi rekanan asuransi yang menerapkan sistem pembiayaan dengan
kapitasi. Maka hitunglah besaran iuran per orang per bulan (POPB) dengan jumlah peserta : 10000
orang!

PEMBAHASAN

A. pengertian biaya
Para akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Terdapat dua istilah yang sering
digunakan oleh akuntan manajemen, yaitu: biaya (cost) dan beban (expense). Biaya (cost)
adalah nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan memberikan
manfaat pada saat ini atau pada masa yang akan datang bagi perusahaan. Sedangkan beban
(expense) menunjukkan biaya yang telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan
atau bagian pengorbanan yang diberikan untuk suatu periode akuntansi tertentu (Christian dan
Datu, 2019).

B. jenis jenis biaya


1. berdasarkan perubahan produk
a. Biaya variable: biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan
b. Biaya semivariabel: biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
c. Biaya semifixed: biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap: adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu. (Christian dan Datu, 2019).
2. berdasarkan lama penggunaan
a. Biaya investasi: biaya awal yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan di tahun
pertama usaha, besarannya relatif besar dan tidak habis dalam satu periode produksi
(Khotimah & Sutiono, 2014).
b. Biaya pemeliharaan : biaya yang berfungsi untuk mempertahankan kapasitas barang
investasi yang disebut juga routinal cost
c. Biaya operasional : keseluruhan biaya yang digunakan untuk memproduksi barang/jasa
yang diperjualbelikan meliputi biaya umum, biaya penjualan, biaya administrasi, dan
bunga pinjaman (Christian dan Datu, 2019).
3. berdasarkan fungsi
a. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk.
d. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan produksi dan pemasaran produk (Christian dan Datu, 2019).
Sedangkan, pendapat lain menyebutkan bahwa berdasakan fungsinya biaya terbagi menjadi
dua, yaitu:

a. Biaya langsung: berhubungan secara langsung. Contohnya pelayanan rawat jalan,


rawat inap dan ICU. Biaya material langsung (biaya bahan habis pakai), biaya pegawai
langsung (gaji pegawai)
b. Biaya tidak langsung: dalam proses terjadinya tidak hanya karena terdapat sesautu yang
dibiayai. Contoh : biaya administrasi
C. Analisis biaya
1. Pengertian
Analisis biaya manfaat (cost benefit analysis) adalah proses menghitung dan
membandingkan perkiraan biaya dengan manfaat/peluang yang menjadi acuan penting dalam
pembuatan keputusan. Dalam prosesnya, analisis biaya/manfaat akan mempertimbangkan
tingkat efisiensi biaya dan tingkat manfaat yang dapat diperoleh dari setiap perlakuan yang
tersedia. Semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin tinggi manfaat yang diperoleh
dari sebuah perlakuan risiko, maka semakin besar kecenderungan perlakuan tersebut dipilih.
Di sisi lain, jika biayanya lebih besar daripada manfaatnya, maka perusahaan mungkin ingin
mempertimbangkan kembali keputusan tersebut (Antonius dkk., 2019).
2. Manfaat analisis biaya
a. Pricing: menentukan kebijaksanaan tarif rumah sakit. Melalui analisis biaya kitab isa
mengetahui apakah tarif sedang merugi atau menguntungkan dan dapat diketahui pula
berapa besar subsidi yang dapat diberikan pada unit layanan.
b. Budgeting/ Planning: penting untuk alokasi dan perencanaan anggaran
c. Budgettary control: bermanfaat untuk memonitor dan mengendalikan kegiatan
operasional rumah sakit (Antonius dkk., 2019).
D. Tahap-tahap analisis biaya
1. Tentukan pusat biaya: pusat biaya produksi dan penunjang
a. Produksi : unit yang langsung menghasilakn pendapatan
b. Penunjang tidak langsung sehingga tidak menghasilkan pendapatan
Pusat biaya adalah unit yang ada dalam Rumah Sakit yang menyediakan pelayanan atau
menyediakan pendukung pelayanan sesuai struktur organisasi

2. Mengumpulkan data elemen biaya di setiap pusat biaya


3. Mengumpulkan data dari setiap pusat biaya untuk dasar distribusi biaya
4. Melakukan distribusi biaya : caranya seperti menggunakan metode simple distribution,
double distribution, step down, serta ABC
5. Menentukan ukuran dasar alokasi yang dipakai. Misal administrasi dilihat jumlah pegawai,
kebersihan dilihat dari jumlah meter persegi
6. Perhitungan biaya satuan yang cara menghitungnya total cost / quantity atau juml produk
(Wulan ddk., 2019)
E. Metode analisis biaya simple distribution
Teknik simple distribution merupakan Teknik analisis biaya yang paling sederhana
yaitu dengan cara melakukan distribusi biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya penunjang
langsung ke berbagai pusat biaya produksi. Kelebihan dari analisis ini adalah caranya mudah
dilakukan dan sederhana. Namun, kelemahannya adalah asumsi bahwa dukungan fungsional
hanya terjadi antara unit penunjang dengan unit penunjang bisa juga terjadi transfer jasa (saleh
dkk., 2020).

F. Metode analisis biaya stepdown


Metode distribusi step down atau anak tangga dilakukan distribusi biaya unit penunjang
kepada unit penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya dilakukan secara
berturut-turut dimulai dari unit penunjang yang biayanya besar (Wulan dkk., 2019).

Biaya unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain (penunjang dan


produksi yang relevan). Setelah selesai dilanjutkan dengan distribusi biaya dari unit penunjang
lain yang biayanya nomor dua terbesar. Proses ini terus dilakukan hingga semua biaya dari unit
penunjang habis didistribusikan ke unit produksi. Perlu dicatat dalam metode ini biaya yang
didistribusikan dari unit penunjang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya mengandung dua
elemen biaya yaitu asli unit penunjang yang bersangkutan ditambah biaya yang ia terima dari
unit penunjang lain (Wulan dkk., 2019).

G. Metode analisis biaya double distribution


Pertama-tama dilakukan distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang lain dan
unit produksi. Hasilnya Sebagian unit penunjang didistribusikan ke unit produksi. Artinya ada
biaya yang tertinggal di unit penunjang yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lain.
Biaya ini akan didistribusikan ke unit produksi pada tahap selanjutnya sehingga tidak ada biaya
lagi yang tersisa. Metode ini merupakan metode yang terpilih untuk analisis biaya puskesmas
dan rumah sakit di Indonesia (Purwanti, 2014).

H. Metode analisis biaya ABC


Metode ABC dilakukan berdasarkan identifikasi nama dan biaya aktivitas penunjang,
pembebanan biaya ke unit produksi, identifikasi produk pelayanan, idetifikasi aktivitas produk
dan waktu pelayanan, menghitung biaya langsung dan biaya tidak langsung. Pembebanan
biaya aktivitas sekunder ke aktivitas primer dan menghitung niaya satuan. Metode ABC
merupakan metode terbaik dari metode analisis sebelumnya, namun karena bersifat kompleks
belum memungkinkan untuk diterapkan di institusi kesehatan. Namun apabila di institusi
kesehatan nya terdapat akuntan yang baik maka dapat digunakan (Sumiati dkk., 2020).

I. Metode Analisis Biaya Multiple Distribution


Metode ini dilakukan secara lengkap dari sesama unit penunjang, dari unit penunjang
ke unit produksi dan antar sesama unit produksi. Dilakukan apabila ada fungsional antara
keduanya. Analisis ini jarang digunakan (Purwanti, 2014).

J. Sistem Pembiayaan Kesehatan


1. Retrospektif
Metode pembayaran ini dilakukan atas layanan Kesehatan yang diberikan kepada
pasien berdasarkan pada setiap aktivitas layanan yang diberikan/ fee for service
(Soehartoyo, 2018).

Berikut adalah kelebihan pembayran retrospektif:

a. Resiko keuangan sangat kecil


b. Pendapatan rumah sakit tidak terbatas
c. Waktu tunggu bagi pasien lebih singkat
d. Lebih mudah mendapatkan pelayanan dengan teknologi terbaru
e. Mudah mencapai kesepakatan dengan provider
Sedangkan kekurangannya adalah:

a. Tida ada insentif untuk yang memberikan preventif care


b. Supplier induced demand
c. Jumlah pasien di klinik sangat banyak/ overcluded clinics
d. Kualitas pelayanan kurang
e. Biaya administrasi tinggi untuk proses klaim
f. Meningkatkan resiko keuangan (Soehartoyo, 2018).
2. Prospektif
Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan yang besarannya sudah diketahui
sebelum pelayanan Kesehatan diberikan. Misalnya global budget, kapitasi, case based
payment. Tujuan dari system pembiayaan ini diantaranya adlaah mengendalikan biaya
Kesehatan, mendorong pelayanan Kesehatan tetap bermutu sesuai standar, membatasi
pelayanan Kesehatan yang tidak diperlukan, mempermudah administrasi klaim,
mendorong provider untuk melakukan kendali biaya/ cost containment (Afifah dkk., 2019).

System pembayaran kapitasi di Indonesia merupakan cara pengendalian biaya


Kesehatan dengan menanggung resiko seluruh atau Sebagian system yang dilakukan oleh
JKN yang dibayarkan oleh BPJS. Dana kapitasi akan dibayarkan BPJS kepada faskes
pertama tingkat daerah yang jumlahnya dibayarkan tetap tanpa memerhatikan layanan
yang dilakukan (Afifah dkk., 2019).

Berikut adalah kelebihan pembayran prospektif:

a. Pembayaran lebih adil sesuai dengan kompleksitas pelayanan


b. Proses klaim lebih cepat
c. Kualitas pelayanan baik
d. Pasien dapat memilih provider dengan pelayann terbaik
e. Terdapat pembagian resiko keuangan dengan provider
f. Biaya administrasi lebih rendah
g. Mendorong peningkatan system informasi
Sedangkan kekurangannya adalah:

a. Kurangnya kualitas koding akan menyebabkan ketidaksesuaian proses grouping /


pengelompokkan kasus
b. Pengurangan kuantitas pelayanan
c. Bagi pasien jika provider merujuk ke luar/ RS lain
d. Memerlukan pemahaman mengenai konsep prospektif dalam implementasinya
e. Memerlukan monitoring pasca claim (Afifah dkk., 2019).
K. Unit cost
Unit cost merupakan hasil pembagian total cost dibagi dengan jumlah unit yang
dihasilkan. Unit cost menghasilkan informasi per item sehingga lebih mudah untuk
menentukan strategi atau harga. Perhitungan unit cost memiliki tujuan perencanaan anggaran,
menentukan pelayanan, pengendalian biaya aktivitas kualitas, pertimbangan pengambilan
keputusan baik menambah atau mengurangi data.
Cara menghitung unit cost atau biaya yang dihitung untuk satu produk adalah biaya
total dibagi jumlah total prokuksi yang dirumuskan sebagai berikut:

UC = TC / Q

(Sumiati, 2020).

L. Rincian biaya pencabutan


BAHAN
NAMA HARGA
No JUMLAH HARGA
BARANG SATUAN
Handscoon 2
1 pasang 4 Rp 800 Rp 3,200
Masker 2
2 pasang 2 Rp 500 Rp 1,000
3 Gelas kumur 1 Rp 1,000 Rp 1,000
4 Suction 1 Rp 1,000 Rp 1,000
5 Polybibs Towel 1 Rp 900 Rp 900
6 Pehacain 1 Rp 6,700 Rp 6,700
7 Spuit 1 Rp 1,600 Rp 1,600
8 Kapas 1 Rp 3,000 Rp 3,000
9 Kassa 1 Rp 3,500 Rp 3,500
10 Betadine 1 Rp 1,500 Rp 1,500
TOTAL Rp 23,400
ALAT
BIAYA
BIAYA DAYA
NAMA PENYUSUT
No LISTRIK PER TOTAL
BARANG AN ALAT
JAM
PER JAM
1 Dental Unit Rp 6,800 Rp 1,350 Rp 8,150
2 Tang dewasa Rp 1,100 Rp - Rp 1,100
3 Cryer Rp 150 Rp - Rp 150
4 Elevator Rp 150 Rp - Rp 150
5 Diagnostik set Rp 25 Rp - Rp 25
6 Sterilisator Rp 450 Rp 1,050 Rp 1,500
TOTAL Rp 11,075
ALAT LAIN-LAIN
BIAYA
BIAYA DAYA
NAMA PENYUSUT
No LISTRIK PER TOTAL
BARANG AN ALAT
JAM
PER JAM
1 Gedung Rp 650 Rp - Rp 650
2 AC Rp 500 Rp 600 Rp 1,100
3 Pompa air Rp 100 Rp 300 Rp 400
TOTAL Rp 2,150

TOTAL BIAYA Rp 36,625

JASA CABUT OLEH DOKTER GIGI Rp 30,000

TOTAL PER JASA CABUT (TOTAL BIAYA+JASA


Rp 66,625
CABUT)

M. Rincian biaya penambalan dengan GIC


BAHAN
JUMLA
No NAMA BARANG HARGA SATUAN HARGA
H
1 Handscoon 2 pasang 4 Rp 800 Rp 3,200
2 Masker 2 pasang 2 Rp 500 Rp 1,000
3 Gelas kumur 1 Rp 1,000 Rp 1,000
4 Suction 1 Rp 1,000 Rp 1,000
5 Polybibs Towel 1 Rp 900 Rp 900
6 Pehacain 1 Rp 6,700 Rp 6,700
7 Gic 1 Rp 17,500 Rp 17,500
8 Dentin conditioner 1 Rp 5,500 Rp 5,500
9 Microbrush 2 Rp 700 Rp 1,400
10 Kapas 1 Rp 1,500 Rp 1,500
TOTAL Rp 39,700
ALAT
BIAYA
PENYU
SUTAN BIAYA DAYA
No NAMA BARANG TOTAL
ALAT LISTRIK PER JAM
PER
JAM
1 Dental Unit Rp 6,800 Rp 1,350 Rp 8,150
2 Light Cure Rp 400 Rp - Rp 400
3 High Speed Rp 500 Rp - Rp 500
4 Bur Rp 50 Rp - Rp 50
5 Diagnostik set Rp 25 Rp - Rp 25
6 Sterilisator Rp 450 Rp 1,050 Rp 1,500
TOTAL Rp 10,625
ALAT LAIN-LAIN
BIAYA
PENYU
SUTAN BIAYA DAYA
No NAMA BARANG TOTAL
ALAT LISTRIK PER JAM
PER
JAM
1 Gedung Rp 650 Rp - Rp 650
2 AC Rp 500 Rp 600 Rp 1,100
3 Pompa air Rp 100 Rp 300 Rp 400
TOTAL Rp 2,150
TOTAL BIAYA Rp 52,475

JASA RESTORASI OLEH DOKTER GIGI Rp 30,000

TOTAL PER JASA RESTORASI GIC Rp 82,475

N. Unit cost komposit


BAHAN
JUMLA
No NAMA BARANG HARGA SATUAN HARGA
H
1 Handscoon 2 pasang 4 Rp 800 Rp 3,200
2 Masker 2 pasang 2 Rp 500 Rp 1,000
3 Gelas kumur 1 Rp 1,000 Rp 1,000
4 Suction 1 Rp 1,000 Rp 1,000
5 Polybibs Towel 1 Rp 900 Rp 900
6 Pehacain 1 Rp 6,700 Rp 6,700
7 Komposit 1 Rp 10,500 Rp 10,500
8 Etching Liquid 1 Rp 2,750 Rp 2,750
9 Bonding Liquid 1 Rp 8,500 Rp 8,500
10 Microbrush 2 Rp 700 Rp 1,400
11 Kapas 1 Rp 1,500 Rp 1,500
TOTAL Rp 38,450
ALAT
BIAYA
PENYU
SUTAN BIAYA DAYA
No NAMA BARANG TOTAL
ALAT LISTRIK PER JAM
PER
JAM
1 Dental Unit Rp 6,800 Rp 1,350 Rp 8,150
2 Light Cure Rp 400 Rp - Rp 400
3 High Speed Rp 500 Rp - Rp 500
4 Bur Rp 50 Rp - Rp 50
5 Diagnostik set Rp 25 Rp - Rp 25
6 Sterilisator Rp 450 Rp 1,050 Rp 1,500
TOTAL Rp 10,625
ALAT LAIN-LAIN
BIAYA
PENYU
SUTAN BIAYA DAYA
No NAMA BARANG TOTAL
ALAT LISTRIK PER JAM
PER
JAM
1 Gedung Rp 650 Rp - Rp 650
2 AC Rp 500 Rp 600 Rp 1,100
3 Pompa air Rp 100 Rp 300 Rp 400
TOTAL Rp 2,150

TOTAL BIAYA Rp 51,225

JASA RESTORASI OLEH DOKTER GIGI Rp 50,000

TOTAL PER JASA RESTORASI KOMPOSIT Rp 101,225

O. Unit Cost Setiap Perawatan


Unit produksi
Unit Restorasi Restorasi
Penunjang Biaya asli Pencabutan GIC komposit
Rp
Rp 666,250 Rp 742,275 2,024,500
Rp 33,33% 33,33% 33,33%
Administrasi
900,000 Rp 299,970 Rp 299,970 Rp 299,970
Rp 33,33% 33,33% 33,33%
Pemeliharaan
750,000 Rp 249,975 Rp 249,975 Rp 249,975
Rp Rp Rp
TOTAL 1.216.195 1,292,220 2,574,445
Total cost per pelayanan 121,619 143,580 128,722
Profit 30% 36,485.7 43,074 38,617
Tarif per pelayanan 158,104.7 186,654 167,339

P. Menghitung iuran POPB


PERHITUNGAN POPB DENGAN PROFIT
JASA UTILISASI/JUMLAH
PELAYANAN UNIT COST ANGGOTA X100% BESAR POPB
Pencabutan Rp 158,105 0.1% Rp 158.105
Restorasi GIC Rp 186,654 0.09% Rp 167.99
Restorasi
komposit Rp 167,339 0.2% Rp 334.68
TOTAL KAPITASI Rp 660,775
TOTAL PENDAPATAN (x10000) Rp 6,607,750

BAGIAN AKHIR DISKUSI

Setelah dilakukan analisis biaya dengan system kapitasi dapat disimpulkan bahwa
keputusan pemerintah/ BPJS membayar dokter gigi senilai Rp. 2,000.- per anggota bukanlah tarif
yang merugikan. System ini mendorong dokter gigi untuk melakukan upaya promotive dan
preventif untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat Indonesia. Kebijakan ini menuai
banyak protes karena dokter gigi membandingkan dengan tarif swasta dalam satu kali perawatan.
Seharusnya kita mengingat Kembali bahwa profesi dokter gigi bukan untuk mencari keuntungan
semata namun juga merupakan profesi kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L. A. N., Arso, S. P., Fatmasari, E. Y., 2019. Analisis mekanisme pengelolaan dana kapitasi
pada klinik pratama di kecamatan pedurungan kota semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 7 (4): 683-694.

Alijoyo, A., Wijaya, B., Jacob, I., 2019. Cost/Benefit Analysis. Edisi 1. CRMS

Christian, Datu, V., 2019. Analisis biaya dalam penentuan harga pokok produksi pada perusahaan
roti happy bakery manado. Jurnal EMBA. 7 (4): 6147-6154.

Purwanti, B. M., 2014. Analisis Penerapan Penghitungan Unit Cost dengan Metode Double
Distribution pada Unit Radiologi Tahun 2014. Fakultas Ekonomi. Universitas sanata
Dharma. Skripsi. (belum dipublikasikan).

Saleh, N. A., Yusuf, S., Rusman, A. D. P., Analisis biaya satuan (unit cost) rawat inap di
puskesmas lakessi kota pare-pare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan. 3 (3): 1-13.

Soehartoyo, 2018. Klaim rumah sakit kepada BPJS Kesehatan berkaitan dengan rawat inap dengan
system INA-CBGs. Administrative Law & Governance Journal. 1 (1): 79-92.

Sumiati, Witcahyo, E., Ramani, A., 2020. Analisis biaya satuan cos (unit cost) dengan metode
activity based costing di poliklinik jantung rsu dr. h. koesnadi bondowoso. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia. 4 (2): 1-9.

Wulan, S., Direja, A. H. S., Reflisiani, D., 2019. Penghitungan biaya satuan pada instalasi rawat
jalan di rumah sakit x jambi menggunakan metode step down. Economic Evaluation of
Cetuximab for Metastatic. 3 (1): 43-50.

Anda mungkin juga menyukai