Anda di halaman 1dari 23

Analisis Penetapan Unit Cost Layanan Kesehatan

Studi Pada Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang

Ika Yuli Astuti


Magister Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
e-mail: ika.yuli.a@mail.ugm.ac.id
Abstrak
Tujuan – penelitian ini ialah untuk mengeksplorasi struktur biaya dalam perhitungan unit
cost layanan pada Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan metode activity
based costing.
Metode Penelitian – Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Studi kasus deskriptif dilakukan untuk menjabarkan kondisi dan sistem penetapan
biaya rumah sakit dan studi kasus eksplorasi untuk mengungkap struktur cost dan
perhitungan unit cost layanan dengan metode ABC. Perhitungan unit cost dilakukan atas
layanan core needle biopsy (CNB) untuk kasus tiroid dan layanan invasi pembesaran tiroid
dengan tindakan radio frequency ablation (RFA)
Temuan – Kendali biaya dan kendali mutu pada RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo tidak berjalan
optimal dan sistem akuntansi biaya tidak berjalan. Struktur biaya pada unit cost layanan CNB
terdiri atas biaya langsung 35.15% dan biaya tidak langsung 64.85% dan untuk layanan RFA
biaya langsung 83,76%, biaya tidak langsung 16,24%. Struktur biaya berdasarkan sifat biaya
maka layanan CNB terdiri dari 11,45% biaya tetap, 35.58% biaya variabel dan 52,97% biaya
campuran dan untuk layanan RFA biaya tetap sebesar 2,87%, biaya variabel 83,87% dan
biaya campuran sebesar 13,27%.
Originalitas – Penelitian ini memandang unit cost dalam paket diagnosis dan tindakan pada
penanganan suatu penyakit tertentu, sehingga unit cost layanan merupakan seluruh biaya
yang dikeluarkan dari pasien melakukan pendaftaran sampai dengan pasien pulang.Cara
pandang tersebut untuk lebih mendekati metode pada tarif INA-CBG’s

Kata Kunci: activity based costing, unit cost, struktur biaya dan INA-CBG’s
1. Pendahuluan Diabetes Melitus pasien JKN pada Rumah
Industri kesehatan merupakan salah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
satu industri yang memiliki prospek yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tarif
baik dan terus mengalami pertumbuhan INA-CBG’s. Dumaris (2015)
secara signifikan. Menurut lembaga menyebutkan bahwa untuk kode U-3-16-0
konsultan Forst & Sullivan diperkirakan (prosedur pada gigi) dan I-3-13-0
belanja kesehatan di Indonesia pada tahun (prosedur ekokardiografi) pada RSUD
2018 mencapai US $60,6 miliar atau Budhi Asih Jakarta memberikan selisih
mengalami pertumbuhan sebesar 14,9% negatif dibanding tarif INA-CBG’s.
dibanding tahun 2012 (SWAonline, 2013). Permasalahan tarif paket INA-CBG’s
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan muncul satu diantaranya karena banyaknya
Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis rumah sakit yang belum mampu
Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menghitung unit cost-nya (Andayani,
pada tahun 2017 menyebutkan bahwa 2014). Padahal di era JKN saat ini fasilitas
program Jaminan Kesehatan Nasional kesehatan dituntut untuk memperhatikan
(JKN) yang dimulai pada tahun 2014 mutu pelayanan, efektifitas tindakan dan
mendorong pertumbuhan industri efisiensi biaya dengan melaksanakan
kesehatan dengan total kontribusi terhadap kendali mutu dan kendali biaya sesuai
perekonomian pada tahun 2016 mencapai Undang-Undang No. 40 tahun 2004
Rp152,2 triliun (Achmad, 2017). tentang Sistem Jaminan Sosia Nasional
Sejak pelaksanaan program JKN oleh Pasal 24 ayat (3) dan Peraturan Presiden
BPJS Kesehatan sampai dengan saat ini No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
masih banyak ditemui permasalahan. Satu Kesehatan pasal 41, 42 dan 43. Informasi
diantaranya yang paling banyak menyita terkait unit cost sangat diperlukan dalam
perhatian banyak pihak ialah tentang tarif rangka melaksanakan kendali biaya (cost
Indonesian Case Based Groups/INA- containment).
CBG’s (Dumaris, 2015). Permasalahan Disamping itu, rumah sakit juga
terkait tarif INA-CBG’s ini diantaranya dihadapkan pada suatu kondisi dimana
masih banyak ditemui kasus dimana biaya biaya dan permintaan layanan kesehatan
riil yang dikeluarkan rumah sakit jauh terus meningkat. Perkembangan ilmu
lebih tinggi dibanding tarif paket INA- pengetahuan dan teknologi bidang
CBG’s. Hal tersebut antara lain seperti kesehatan menjadi salah satu pemicu
hasil penelitian Yuniarti, dkk (2015) meningkatkanya biaya layanan kesehatan.
menyebutkan bahwa biaya terapi penyakit Menurut laporan World Health
Organization (WHO) biaya rumah sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan
Indonesia meningkat 364 persen sepanjang metode activity based costing (ABC).
tahun 2000 hingga 2010 dengan Penelitian ini akan mengeksplorasi
mengalami kenaikan rata-rata 12-15 struktur biaya layanan dalam rangka
persen pertahun selama sepuluh tahun meningkatkan efisiensi dengan tetap
terakhir (VIVA, 2017). Sejalan dengan hal memperhatikan mutu layanan rumah sakit
itu, pertumbuhan dan penuaan populasi pada era JKN.
serta berkembangnya berbagai jenis 2. Tinjauan Literatur
penyakit baru mengakibatkan terus Biaya (seperti bahan langsung atau
meningkatnya permintaan jasa layanan iklan) biasanya diukur sebagai jumlah
kesehatan. uang yang harus dibayar untuk
Ditengah kondisi tersebut rumah sakit mendapatkan barang atau jasa (Horngren,
harus mampu menghitung unit cost Datar dan Rajan 2012, 59). Definisi
layanannya untuk memastikan mereka menurut Hansen dan Mowen (2007, 35)
memberikan layanan dengan efisien dan yang juga menyatakan cost sebagai kas
bertahan pada persaingan industri atau ekuivalen kas yang dikorbankan
kesehatan yang semakin meningkat. Satu untuk memperoleh barang dan jasa yang
diantara rumah sakit yang belum mampu diharapkan memberikan manfaat untuk
melakukan perhitungan unit cost secara saat ini maupun masa mendatang bagi
optimal ialah RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo organisasi
Magelang. Permasalahan terkait tarif INA- Biaya disusun berdasarkan kebutuhan
CBG’s juga terjadi pada RS Jiwa Prof. Dr. pemakai, hal tersebut sesuai dengan
Soerojo Magelang. Laporan dari Instalsi prinsip dasar manajemen biaya “different
Penjaminan Kesehatan RS Jiwa Prof. Dr. costs for different purposes”. Pada
Soerojo Magelang menunjukan pada tahun dasarnya biaya dapat diklasifikasikan
2018 rumah sakit mencatat terjadinya berdasarkan:
selisih negatif antara tarif INA-CBG’s dan a. Keterlacakannya, yang terdiri dari
tarif rumah sakit dari klaim BPJS pada biaya langsung (direct cost) dan biaya
Instalasi Rawat Inap Umum sebesar tidak langsung (indirect cost)
Rp5.035.068.031,00 atau sekitar 27% dari b. Perilaku, berdasarkan perilakunya
total klaim yang diajukan. biaya dibagi menjadi biaya variabel
Adanya fenomena diatas mendorong (variable cost), biaya tetap (fix cost)
dilakukannya penelitian tentang dan semi mix cost (step function
perhitungan unit cost layanan pada RS variable cost).
c. Fungsi pokok perusahaan, yang terdiri perusahaan-perusahaan besar seperti
dari biaya produksi dan non produksi. perusahaan tekstil, kereta api, perusahaan
d. Waktu pengorbanan, terdiri dari baja dan ritel di Amerika (Taylor, 2000).
product cost/inventoryable cost dan TCA mengalokasikan overhead ke produk
period cost. atau layanan secara sewenang-wenang
Sistem akuntansi biaya (juga disebut menggunakan satu driver biaya (tenaga
sistem penetapan biaya produk atau sistem kerja langsung atau jam mesin). Karena
penetapan biaya) adalah kerangka kerja itu, pendekatan ini memiliki beberapa
yang digunakan oleh perusahaan untuk kekurangan yang mengakibatkan informasi
memperkirakan biaya produk mereka biaya terdistorsi untuk pengambilan
untuk analisis profitabilitas, penilaian keputusan (Oseifuah, 2014).
inventaris dan pengendalian biaya dan Cooper dan Kaplan (1988)
membuat keputusan lainnya. Masalah mendefinisikan ABC sebagai pendekatan
utama dalam sistem akuntansi biaya ialah untuk memecahkan masalah sistem
alokasi biaya, baik alokasi biaya tidak manajemen biaya dengan pendekatan
langsung (indirect cost) atau joint cost TCA. Baker (1998:3) menyebutkan bahwa
yang dipakai bersama oleh departemen, alasan yang mendorong penggunaan ABC
proses dan produk/jasa yang berbeda. dalam bidang kesehatan ialah fleksibilitas
Sebagian besar organisasi dari ABC tersebut. ABC mampu
mengalokasikan biaya baik organisasi menjangkau seluruh level layanan dan
yang berorientasi profit maupun nonprofit metodologinya sangat sesuai dengan
seperti rumah sakit dan universitas. kompleksitas dan keragaman jenis layanan
Zimmerman (2017, 286) menyebutkan ada kesehatan. ABC juga sesuai dengan sistem
tiga alasan mengapa organisasi pembayaran yang saat ini berlaku di
mengalokasikan biayanya yaitu untuk: bidang layanan kesehatan yaitu sistem
pelaporan eksternal (perpajakan), reimbursment.
penggantian biaya (cost-based Struktur biaya (cost structure)
reimburment) dan untuk kepentingan menunjukan framework sistem biaya yang
pengambilan keputusan dan pengendalian. ada pada sebuah organisasi. Pilihan atas
Traditional cost accounting (TCA) struktur biaya ini menunjukan pilihan atas
atau sering disebut absorption costing atau komponen biaya dan bagimana biaya ini
full costing atau conventional costing dihitung. Komposisi antara fixed cost dan
dikembangkan dalam rangka memenuhi variable cost menunjukan pilihan atas
kebutuhan eksternal pada awal munculnya struktur biaya (Baker. 1998:67).
Pembagian antara direct cost dan indirect implementasi ABC untuk meningkatkan
cost ialah dasar yang menyusun sebuah efektivitas informasi akuntansi. Yen
sistem perhitungan biaya (2007) menggunakan metodologi ABC
Dalam penelitiannya Goldberg dan untuk mengetahui struktur biaya pasien
Kosinski (2011) menyebutkan bahwa TCA rawat inap pada departemen Bedah
tidak memadai untuk memenuhi tuntutan Kolorektal di rumah sakit umum
lingkungan yang lebih kompleks dan pendidikan di Taiwan. Cannavacciuolo,
teknologi tinggi seperti yang digunakan di dkk (2015) menyimpulkan bahwa ABC
rumah sakit. ABC sangat cocok digunakan mampu memberikan gambaran rinci
dalam sistem layanan kesehatan dan telah tentang struktur biaya yang dapat
berhasil diterapkan pada organisasi digunakan oleh manajer untuk
layanan kesehatan di Amerika sejak mengendalikan biaya. TDABC mampu
pertengahan tahun 1990 (Yereli, 2009). meningkatkan akurasi perhitungan biaya
Kaplan dan Porter (2011) dan mampu mengoptimalkan nilai dari
menyarankan penggunaan time-driven layanan kesehatan (Kaplan dan Porter,
activity based costing (TDABC) pada 2011; Yu, 2017)
organisasi layanan kesehatan di Amerika Penerapan ABC dalam bidang layanan
untuk mengatasi pengukuran biaya yang kesehatan juga menghadapi sejumlah
buruk. Penerapan ABC pada organisasi kendala. Rumah sakit memiliki output,
layanan kesehatan memberikan hasil pelanggan, kegiatan dan arus keuangan
perhitungan biaya yang lebih akurat yang lebih kompleks dibanding
(Cinquini, dkk 2009; Yen, 2007; Öker dan perusahaan manufaktur biasa.
Özyiapici, 2013; Aldogan, 2014; Haroun, Kekompleksan inilah yang sering kali
2015; Kaptanoglu dan Akinci, 2015; dan menjadi masalah dalam penerapan ABC
Kaplan, dkk 2015). Keakuratan pada layanan kesehatan. Tingkat
perhitungan biaya layanan rumah sakit pengetahuan yang lebih mendalam terkait
membantu manajemen rumah sakit dalam objek biaya, struktur kegiatan dan cost
hal penetapan harga dan perencanaan driver dapat memfasilitasi manajer rumah
strategis dalam menghadapi persaingan sakit untuk menggunakan sumber daya
dengan rumah sakit lain (Yereli, 2009 dan yang terbatas secara lebih efektif dan
Aldogan, 2014). menghemat biaya layanan kesehatan
Cinquini, dkk (2009) menyatakan semakin meningkat (Popesko, 2013).
pentingnya merancang sistem penetapan
biaya yang lebih baik melalui
3. Metode Penelitian karena adanya selisih negatif antara tarif
Penelitian ini menggunakan metode INA-CBG’s dengan tarif rumah sakit yang
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. cukup besar berkisar antara Rp9.000.000
Yin (2014) mengatakan studi kasus adalah sampai dengan Rp24.000.000,00 untuk
sebuah penyelidikan empiris yang layanan tersebut. Layanan Kesehatan yang
menginvestigasi fenomena kontemporer masuk dalam tindakan dengan kode ICD X
dalam konteks kehidupan nyata, E04 dan ICD IX-CM 17.62 yaitu layanan
khususnya ketika batas antara fenomena invasi tanpa pembedahan pada kasus
dan konteks tidak begitu jelasPertama- pembesaran kelenjar tiroid dengan
tama sebuah studi kasus deskriptif tindakan Radio Frequency Ablation
dilakukan untuk menjabarkan kondisi dan (RFA). Selain layanan RFA perhitungan
sistem penetapan biaya rumah sakit yang unit cost juga akan dilakukan pada
ada saat ini diikuti dengan studi kasus tindakan Aspiration of thyroid field (ICD
eksplorasi untuk mengungkap struktur cost IX CM 06.01) yang merupakan tindakan
dan perhitungan unit cost layanan dengan dengan frekuensi tertinggi ke-3 pada kasus
metode ABC. Other Nontoxic Goitre dengan nama
Secara garis besar, penelitian tindakan core needle biopsy (CNB).
dilakukan melalui tiga tahapan sebagai Pengumpuan data dilakukan dengan
berikut. teknik dokumentasi dan wawancara
a. Pertama, peneliti melakukan analisis mendalam. Teknik dokumentasi dilakukan
kondisi dan sistem akuntansi yang saat dengan melakukan analisis atas data klaim
ini berlaku dirumah sakit. BPJS untuk Instalsi Rawat Inap Umum
b. Kedua, peneliti melakukan perhitungan tahun 2018 dan dokumen laporan
unit cost layanan. keuangan tahun 2018 beserta
c. Ketiga, peneliti melakukan anlisis kelengkapannya. Wawancara yang
struktur biaya atas hasil perhitungan dilakukan bersifat terbuka (open-ended)
unit cost layanan. yang dirancang untuk memunculkan
Diagnosis Other Nontoxic Goitre pandangan dan opini dari partisipan.
dengan kode ICD X E04 dengan tindakan Pemilihhan partisipan dilakukan dengan
Laser interstitial thermal therapy [LITT] metode purposive recruitment. Dimana
of lesion or tissue of head and neck under partisipan yang menjadi bagian dalam
guidancekode ICD IX CM 17.26 dijadikan penelitian ini merupakan pihak manajemen
sebagai pilot project dalam perhitungan dan pihak-pihak yang terkait dalam proses
unit cost layanan kesehatan. Hal tersebut
perhitungan unit cost layanan pada Rumah g. Menghitung total biaya dengan cara
Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. menjumlahkan biaya tidak langsung
Metode analisis biaya yang digunakan dan biaya langsung layanan.
untuk menghitung unit cost layanan ialah Analisis struktur biaya dilakukan atas
metode ABC. Metode ABC layanan berdasarkan perhitungan unit cot
mengalokasikan overhead dengan layanan dengan metode ABC. Tahapan
menelusuri biaya aktual berdasarkan dalam melakukan analisis struktur biaya
aktivitas yang memungkinkan. Tahapan yaitu:
untuk menghitung unit cost dengan metode a. Mengidentifikasi seluruh komponen
ABC ialah sebagai berikut: biaya yang terjadi pada proses layanan;
a. Mengidentifikasi aktivitas dari pasien b. Mengklasifikasikan biaya-biaya
masuk sampai dengan keluar; dan tersebut berdasarkan perilaku biaya
b. Mengelompokam aktivitas yang (variable cost dan fixed cost);
sejenis dalam kumpulan c. Mengitung besarnya biaya yang
aktivitas/activity pools; termasuk dalam kategori variable cost
c. Melakukan analisis laporan keuangan dan fix cost.
rumah sakit dan mengelompokan biaya 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dengan basis aktivitas. Kondisi dan Sistem Akuntansi Biaya RS
d. Menentukan biaya langsung (direct Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
cost) dan biaya tidak langsung Selisih negatif yang terjadi pada
(indirect cost); Instalasi Rawat Inap Umum ialah sebesar
e. Menghitung besarnya biaya langsung Rp5.035.068.031,00 atau sebesar 27% dari
yang digunakan dalam layanan total klaim yang diajukan oleh Instalsi
kesehatan; Rawat Inap Umum pada tahun 2018.
f. Mengalokasikan biaya tidak langsung. Terjadinya selisih negatif dirasa
Pengalokasian biaya tidak langsung manajemen tidak mengganggu proses
dilakukan secara bertahap yaitu: layanan kesehatan di rumah sakit secara
1) Mengalokasikan biaya tidak umum. Dampak dari selisih tarif maupun
langsung ke kumpulan aktivitas dampak pelaksanaan program JKN secara
dengan cost driver tahap 1; dan umum ini sebatas pada tidak tercapainya
2) Mengalokasikan biaya tidak target penerimaan rumah sakit. Tidak
langsung untuk layanan dengan tercapainya target penerimaan ini akan
cost driver tahap 2. berdampak pada menurunnya kinerja
keuangan rumah sakit sebagai PPK BLU.
Kinerja tersebut diukur menggunakan rasio- dilakukan oleh manajemen RS Jiwa Prof.
rasio yang mencerminkan efektivitas dan Dr. Soeorojo Magelang belum berjalan
efisiensi seperti cost recovery rate (CRR) dengan optimal.
dan tingkat kemandirian rumah sakit. Informasi terkait unit cost dan struktur
Usaha yang dilakukan manajemen cost layanan kesehatan merupakan
rumah sakit terkait selisih negatif tersebut informasi yang penting dalam rangka
ialah dengan melakukan monitoring atas pengambilan keputusan menyangkut
selisih negatif antara tarif rumah sakit dan pelaksanaan cost containment. Akan tetapi
INA-CBG’s. Selain melakukan monitoring informasi tersebut belum bisa disediakan
selisih negatif manajemen RS Jiwa Prof. karena sistem akuntansi manjemen atau
Dr. Soeorojo juga melakukan efisiensi sistem akuntansi biaya pada RS Jiwa Prof.
biaya serta pembuatan sistem berbasis IT. Dr. Soerojo Magelang tidak berjalan.
Kegiatan workshop untuk seluruh tenaga Sampai dengan tahun 2018 manajemen
medis sedang dilakukan secara bertahap. lebih fokus pada penyusunan laporan
Workshop tersebut dilaksanakan untuk keuangan. Selain itu pelaksanaan sistem
mendukung program pelayanan secara akuntansi biaya juga terkendali hal-hal
terpadu yang sedang dikembangkan oleh sebagai berikut:
manajemen RS Jiwa Prof. Dr. Soeorojo a. Keterbatasan sumber daya manusia
Magelang dalam rangka kendali mutu (SDM);
layanan. b. Tidak ada bagian khusus akuntansi
Dalam pelaksanaanya sejauh ini biaya;
belum ada langkah tindak lanjut atas c. Pengolahan data secara manual;
kegiatan monitoring selisih negatif antara d. Keterlambatan data dari unit lain; dan
tarif INA-CBG’s dan tarif rumah sakit e. Tidak tersedianya informasi rincian
tersebut. Walupun informasi terkait selisih biaya per bidang/instalasi.
negatif telah disampaikan kepada
Unit Cost Layanan Core Needle Biopsy
Kelompok Staf Medik (KSM) dan telah
(CNB) dan Invasi Pembesarn Tiroid
dilakukan pembahasan penyebab
dengan Tindakan Radio Frequency
terjadinya selisih negatif tersebut, namun
Ablation (RFA)
belum ada langkah nyata yang dapat
Rangkaian aktivitas dan kumpulan
dilakukan oleh manajemen. Sehingga
aktivitas pada layanan CNB dan invasi
dapat dikatakan bahwa kendali mutu dan
pembesarn tiroid dengan tindakan RFA
kendali biaya (cost containment) yang
terdapat pada tabel 1 berikut ini.
Ringkasan kumpulan aktivitas, lokasi
Tabel 1. Aktivitas dan Kumpulan Aktivitas terjadinya aktivitas dan sumber daya yang
pada Layanan CNB dan Invasi Pembesaran digunakan terdapat dalam lampiran 1
Tiroid dengan Tindakan RFA
No Kumpulan Aktivitas pada Aktivitas pada Layanan
Aktivitas Layanan CNB RFA Pada tahap ini peneliti melakukan
1 A1- Pendaftaran pasien, Pendaftaran pasien,
analisis atas Laporan Realisasi Anggaran
Pendaftaran penelaahan data dan penelaahan data dan
dan penerbitan SEP penerbitan SEP untuk (LRA), Laporan Operasional (LO),
kepulangan untuk pasien BPJS pasien BPJS atau
pasien atau persetujuan persetujuan asuransi laporan persediaan dan laporan Barang
asuransi lainnya dan lainnya dan pengurusan
pengurusan administrasi
Milik Negara (BMN) RS Jiwa Prof. Dr.
administrasi kepulangan pasien Soerojo Magelang tahun 2018. Berbagai
kepulangan pasien
2 A2-Penyiapan Penyiapan dokumen Penyiapan dokumen jenis biaya yang ada di laporan operasional
dokumen rekam medik dan rekam medik dan
rekam medik penerbitan surat penerbitan surat
diidentifikasi dan dikelompokan. Pertama
jaminan, surat jaminan, surat
dilakukan identifikasi biaya langsung dan
persetujuan rawat persetujuan rawat inap
inap biaya tidak langsung. Biaya langsung
3 A3- Anamnese, Anamnese, melakukan
Pemeriksaan di melakukan vital sign vital sign dan dalam layanan kesehatan ialah biaya obat
Poli Penyakit dan peresepan peresepan tindakan
dan bahan habis pakai. Biaya tidak
Dalam dan tindakan CNB, RFA, pemeriksaan pra
Tindakan pemeriksaan pra tindakan, pemeriksaan langsung terdiri atas komponen biaya
tindakan, USG, persiapan
pemeriksaan USG, pemasangan alat RFA, tenaga kerja tidak langsung dan biaya
sterilisasi dan sterilisasi dan
pembiusan, dan pembiusan, pemberian
overhead. Biaya tenaga kerja tidak
pemberian tindakan tindakan RFA dan
langsung anatara lain gaji dokter, perawat,
CNB pelepasan alat RFA.
4 A4-Perawatan Alokasi ruangan Alokasi ruangan untuk gaji petugas labolatorium, gaji petugas
pasien Di untuk pasien dan pasien, alokasi
Instalsi Rawat alokasi makanan makanan dan pakaian
radiologi, gaji psikologi, gaji fisoterapi dan
Inap pasien, edukasi ke pasien, edukasi ke
gaji profesi lain yang berkaitan dengan
pasien terkait pasien terkait tindakan
tindakan CNB & RFA & assesmen layanan pasien.
assesmen keperawatan dan
keperawatan dan observasi pasien pasca Biaya overhead pada RS Jiwa Prof.
observasi pasien tindakan RFA
pasca tindakan CNB
Dr. Soerojo Magelang pada tahun 2018
5 A5- Pemeriksaan CT Pemeriksaan CT darah, ialah sebagai beriku:
Pemeriksaan darah, pemeriksaan pemeriksaan BT darah
Labolatorium BT darah, dan penerbitan hasil a. Biaya pegawai pada bagian/instalasi
pemeriksaan sample pemeriksaan CTBT
nodul tiroid dan
penunjang (bagian keuangan, bagian
penerbitan hasil
umum, bagian SDM, instalasi
pemeriksaan.
6 A6-Gizi Petugas Instalsi Gizi Petugas Instalsi Gizi penjaminan kesehatan, instalasi gizi,
menyediakan makan menyediakan makan
untuk pasien untuk pasien instalasi binatu, instalsi rekam medik
Sumber: Hasil Wawancara (diolah)
dan lain-lain);
b. Biaya keperluan kantor;
c. Biaya pengiriman surat dinas; Pengalokasian biaya tidak langsung
d. Biaya honor operasional satuan kerja; ke kumpulan aktivitas dilakukan dengan
e. Biaya barang non operasional lainnya; cost driver tahap 1 dan alokasi
f. Biaya bahan; berdasarkan rincian biaya yang berasal
g. Biaya listrik, telepon dan air; dari LRA dan LO RS Jiwa Prof. Dr.
h. Biaya sewa non operasional; Soerojo Magelang tahun 2018 secara
i. Biaya jasa profesi (nara sumber); langsung.
j. Biaya barang/perlengkapan kantor: Tabel 2. Daftar Cost Driver Tahap 1
No Jenis Biaya Cost Driver Tahap 1
k. Beban penyediaan barang dan jasa
1 Biaya Keamanan Luas area (m²)
BLU lainnya; 2 Biaya Listrik dan Air Luas area (m²)
3 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Luas area (m²)
l. Beban aset ekstrakomtabel peralatan 4 Penyusutan Gedung dan Bangunan Luas area (m²)
5 Biaya Sistem Informasi Rumah Sakit Jumlah PC
dan mesin;
(SIRS)
m. Biaya terkait asset (pemeliharaan dan Sumber : Data Primer Penelitian (diolah)

penyusutan); dan Perhitungan loading rate untuk cost driver


n. Biaya perjalanan dinas. tahap 1 ialah sebagai berikut:
Biaya-biaya overhead yang a. Biaya keamanan
dikeluarkan untuk melakukan kegiatan Berdasarkan data sarana rumah sakit
yang memiliki tujuan sama dikelompokan yang diperoleh dari Instalsi
menjadi satu kumpulan biaya.(lihat Pemelihraan Saran Rumah Sakit
Lampiran 2). (IPSRS) luas seluruh bangunan yang
Langkah selanjutnya dilakukan ada di RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo
perhitungan biaya langsung untuk layanan Magelang ialah 40.922,37 meter
CNB dan invasi pembesarn tiroid dengan persegi.
tindakan RFA. Biaya langsung dalam Loading rate = Rp1.639.826.753,00 : 40.922,37

perhitungan unit cost ini terdiri dari biaya = Rp40.071,65 per meter persegi

obat dan bahan habis pakai. Biaya b. Biaya listrik dan air
langsung untuk masing-masing layanan Loading rate = Rp1.277.804.966,00 : 40.922,37

= Rp31.225,10 per meter persegi


ialah sebagai berikut:
a. Biaya langsung untuk layanan CNB c. Pemeliharaan gedung dan bangunan
Loading rate = Rp6.901.587.382,76 : 40.922,37
pada kasu tiroid ialah sebesar
= Rp168.650,73 per meter persegi
Rp1.013.146,00.
d. Penyusutan Gedung dan bangunan
b. Biaya langsung untuk layanan invasi
Loading rate = Rp10.562.350.845,00 : 40.922,37
pembesaran tiroid dengan tindakan = Rp258.107,02 per meter persegi
RFA ialah sebesar Rp9.640.598,00.
e. Biaya Sistem Informasi Rumah Sakit j) Biaya penyusutan = Rp84.568.764,09
bangunan
(SIRS) (Rp258.107,02x

Bedasarkan laporan Barang Milik 327,65 m²)


k) Biaya SIRS = Rp37.703.740,00
Negara (BMN) tahun 2018 jumlah PC (Rp2.900.288,00x 13)

yang tercatat dalam laporan BMN Total biaya overhead = Rp52.509.356.186,81

Total biaya tidak = Rp3.230.407.427,61+


sebanyak 245 unit.
Loading rate = Rp710.570.476 : 254 langsung A1 Rp52.509.356.186,81
= Rp2.900.288,00 per unit = Rp55.739.763.614,42
Alokasi biaya tidak langsung ke dalam A2-Penyiapan Dokumen Rekam Medik
kumpulan aktivitas ialah sebagai berikut. Kumpulan aktivitas A2 melibatkan
A1-Pendaftaran dan Kepulangan Pasien Instalasi Rekam Medik dengan luas
Kumpulan aktivitas A1 terjadi di ruangan 163,83 meter persegi dan memilki
administrasi umum Instalsi Rawat Jalan PC sebanyak 8 unit.
dengan luas area 327,65 meter persegi dan Biaya overhead
a) Biaya rekam medik = Rp1.838.742.112,00
memilki PC sebanyak 13 unit.
b) Biaya keamanan = Rp6.564.814,58
a. Biaya tenaga kerja tidak langsung (Rp40.071,65 x 163,83 m²)
c) Biaya listrik dan air = Rp5.115.607,61
a) Biaya pegawai = Rp768.191.978,00
(Rp31.225,10 x 163,83 m²)
(pengadministrasian
d) Biaya pemeliharaan = Rp27.630.048,33
umum IRJ)
bangunan
b) Biaya pegawai = Rp2.462.215.449,14
(Rp168.650,73 x 163,83 m²)
(Apoteker)
e) Biaya penyusutan bangunan = Rp42.285.672,58
Total biaya tenaga kerja = Rp3.230.407.427,61
(Rp258.107,02 x 163,83 m²)
tidak langsung
f) Biaya SIRS = Rp23.202.301,00
b. Biaya overhead
(Rp2.900.288,00 x 8)
a) Biaya telepon = Rp97.479.172,00
Total biaya overhead = Rp1.943.540.556,05
b) Biaya akuntansi = Rp3.132.680.297,96
c) Biaya kesehatan = Rp 1.308.133.470,00 Total biaya tidak = Rp1.943.540.556,05
lingkungan
langsung A2
d) Biaya manajemen = Rp32.716.563.950,27
e) Biaya pemeliharaan = Rp5.989.152.590,74 A3-Pemeriksaan di Poli Penyakit Dalam
peralatan dan mesin
dan Tindakan
f) Biaya penyusutan = Rp9.064.455.414,00
peralatan dan mesin Kumpulan aktivitas A3 dilaksana di Poli
g) Biaya keamanan = Rp13.129.475,04
Penyakit Dalam dengan luas ruangan
(Rp40.071,65x 327,65
m²) 163,83 meter persegi dan memilki PC
h) Biaya listrik dan air = Rp10.230.902,98
sebanyak 2 unit.
(Rp31.225,10x 327,65
m²) a. Biaya tenaga kerja tidak langsung
i) Biaya pemeliharaan = Rp55.258.410,15 a) Biaya pegawai (dokter spesialis = Rp857.305.420,00
bangunan penyakit dalam)
(Rp168.650,73x b) Biaya pegawai (perawat poli penyakit = Rp86.698.578,00
327,65 m²) dalam)
Total biaya tenaga kerja tidak langsung = Rp944.003.998,00 3.435,65 m²)

b. Biaya overhead c) Biaya pemeliharaan = Rp579.431.610,50


bangunan
a) Biaya = Rp6.564.814,58
(Rp168.650,73x
keamanan
3.435,65 m²)
(Rp40.071,65 x
d) Biaya penyusutan = Rp886.775.696,88
163,83 m²)
bangunan
b) Biaya listrik = Rp5.115.607,61
(Rp258.107,02x
dan air
3.435,65 m²)
(Rp31.225,10 x
e) Biaya SIRS = Rp17.401.726,00
163,83 m²)
(Rp2.900.288,00 x 6)
c) Biaya = Rp27.630.048,33
Total biaya overhead = Rp1.728.562.542,14
pemeliharaan
bangunan Total biaya tidak = Rp8.680.420.448.90+
(Rp168.650,73 langsung A3 Rp1.728.562.542,14
x 163,83 m²)
d) Biaya = Rp42.285.672,58 = Rp10.448.982.991,04
penyusutan
A5-Pemeriksaan Labolatorium
bangunan
(Rp258.107,02 Kumpulan aktivitas A5 dilaksana di
x 163,83 m²) Instalasi Labolatorium dengan luas
e) Biaya SIRS = Rp5.800.575,00
(Rp2.900.288,0 ruangan 275,75 meter persegi dan
0 x 2)
memilki PC sebanyak 3 unit.
Total biaya overhead = Rp87.396.718,42
a. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Total biaya = Rp944.003.998,00+
a) Biaya pegawai (Labolatorium) = Rp853.750.211,35
tidak langsung Rp87.396.718,42
b. Biaya overhead
A3 a) Biaya Barang dan jasa Instalsi = Rp197.160.000,00

= Rp1.031.400.716,42 Lab (biaya sewa alat)


b) Biaya keamanan = Rp11.049.756,58
A4- Perawatan pasien di Instalsi Rawat (Rp40.071,65 x 275,75 m²)
c) Biaya listrik dan air = Rp8.610.320,45
Inap Umum
(Rp31.225,10 x 275,75 m²)
Kumpulan aktivitas A4 dilaksana di d) Biaya pemeliharaan bangunan = Rp46.505.437,51
(Rp168.650,73 x 275,75 m²)
Instalasi Rawat Inap Umum dengan luas
e) Biaya penyusutan bangunan = Rp71.173.009,91
ruangan 3.435,65 meter persegi dan (Rp258.107,02 x 275,75 m²)
f) Biaya SIRS = Rp8.700.863,00
memilki PC sebanyak 6 unit.
(Rp2.900.288,00 x 3)
a. Biaya tenaga kerja tidak langsung Total biaya overhead = Rp343.199.387,42
a) Biaya pegawai = Rp8.680.420.448.90 Total biaya tidak = Rp853.750.211,35+
(Instalsi rawat Inap
langsung A5 Rp343.199.387,42
Umum)
= Rp1.196.949.598,77
b. Biaya overhead
a) Biaya keamanan = Rp137.673.755,87 A6-Gizi
(Rp40.071,65x
Kumpulan aktivitas A6 melibatkan
3.435,65 m²)
b) Biaya listrik dan air = Rp107.279.752,95 Instalasi Gizi dengan luas ruangan 423,48
(Rp31.225,10x
meter persegi.
Biaya Overhead a. A1-Pendaftaran dan Kepulangan
a) Biaya gizi = Rp8.470.088.666,00 Pasien
b) Biaya keamanan = Rp16.969.407,37
(Rp40.071,65 x 423,48 Beradasarkan data yang diperoleh dari
m²) Instalsi Rekam medik jumlah pasien
c) Biaya listrik dan air = Rp13.223.099,92
(Rp31.225,10 x 423,48 pasien yang tercatat selama tahun 2018
m²) ialah sebesar 94.616.
d) Biaya pemeliharaan = Rp71.419.646,99
Loading rate = Rp55.739.763.614,42 : 94.616
bangunan
= Rp589.115,62/pasien
(Rp168.650,7x 423,48
m²) b. A2-Penyiapan Dokumen Rekam
e) Biaya penyusutan = Rp109.302.299,16 Medik
bangunan
Loading rate = Rp1.943.540.556,00 : 94.616
(Rp258.107,02x423,48
= Rp20.541,35/pasien
m²)
Total biaya overhead = Rp8.681.003.299,16 c. A3-Pemeriksaan Poli Penyakit Dalam
Total biaya tidak = Rp8.681.003.299,16 dan Tindakan
langsung A2 Beradasarkan data yang diperoleh dari
Langkah selanjutnya ialah Instalasi Rekam Medik jumlah pasien
mengalokasikan biaya tidak langsung dari penyakit dalam yang tercatat selama
kumpulan aktivitas ke layanan. Cost driver tahun 2018 ialah sebesar 14.684.
tahap 2 digunakan dalam pengalokasian Loading rate = Rp1.031.400.716,42 : 14.684
= Rp70.239,77/pasien
biaya ini. Rincian cost driver untuk masing-
d. A4-Perawatan pasien di Instalsi Rawat
masing kumpulan aktivitas.
Inap
Tabel 3. Cost Driver Tahap 2
Berdasarkan data dari Instalasi Rekam
No Kumpulan Kegiatan Cost Driver
1 A1-Pendaftaran dan Jumlah pasien selama
Medik lama hari perawatan non jiwa
kepulangan pasien setahun RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
2 A2-Penyiapan dokumen Jumlah pasien selama
rekam medik setahun
tahun 2018 sebesar 20.668
3 A3-Pemeriksaan di Poli Jumlah pasien penyakit Loading rate = Rp10.408.982.991,04 : 20.668

Penyakit Dalam dan dalam selama setahun = Rp503.627,98/hari

Tindakan RFA e. A5-Pemeriksaan Labolatorium


4 A4-Perawatan pasien Di Hari perawatan non jiwa
Berdasatkan laporan Instalsi
Instalsi Rawat Inap selama setahun
5 A5-Pemeriksaan Jumlah pemeriksaan Labolatorium jumlah pemeriksaan
Labolatorium labolatorium selama
yang dilakukan Instalsi Labolatorium
setahun
6 A6-Gizi Hari perawatan selama selama tahun 2018 sebanyak 88.144
setahun Loading rate = Rp853.750.211,35/88.144
Sumber : Data Primer Penelitian (diolah) = Rp13.579,48/pengujian

f. A6-Gizi
Perhitungan loading rate untuk masing-
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas
masing cost driver sebagai berikut:
Kinerja RS Jiwa Soerojo Magelang
lama hari perawatan tahun 2018 ialah = Rp9.640.598,00 + Rp1.869.189,00
= Rp11.509.787,00
103.065
Unit cost layanan invasi pembesaran tiroid
Loading rate = Rp8.681.003.119,00/103.065
= Rp84.228,43/hari dengan tindakan RFA yang merupakan
Alokasi biaya tidak langsung pada layanan bagain dari layanan Penyakit Dalam pada
invasi pembesaran tiroid dengan tindakan Instalsi Rawat Inap Umum ialah sebesar
RFA sebagai berikut: Rp11.509.787,00

Tabel 4. Alokasi Biaya Tidak


Langsung pada Layanan CNB dan Analisis Hasil Perhitungan Unit Cost
RFA
Dari hasil analisis aktivitas dan
No Kumpulan Loading Rate Tindakan CNB dan RFA
Aktivitas Cost Biaya tidak perhitungan unit cost layanan CNB dan
Driver langsung invasi pembesaran tiroid dengan tindakan
1 A1 Rp589.115,62 1 pasien Rp589.115,62
2 A2 Rp20.541,35 1 pasien Rp20.541,35
RFA dapat diperoleh informasi yang
3 A3 Rp70.239,77 1 pasien Rp70.239,77 beguna dalam rangka melaksanakan
4 A4 Rp503.627,98 2 hari Rp1.007.255,95
5 A5 Rp13.579,48 1 Rp13.579,48
kendali mutu dan kendali biaya, antara lain
pengujian sebagai berikut.
6 A6 Rp84.228,43 2 hari Rp168.456,86
Total biaya tidak langsung Rp1.869.189,00 a. Aktivitas yang tidak memiliki nilai
Sumber : Laporan Operasional dan Realisasi
tambah
Anggaran (diolah)
Aktivitas yang tidak memiliki
nilai tambah terhadap layanan akan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka
menimbulkan biaya yang tidak
besarnya unit cost layanan CNB dan
menghasilkan penerimaan bagi rumah
invasi pembesara tiroid dengan tindakan
sakit. Teridentifikasinya aktivitas yang
RFA ialah sebesar:
tidak memiliki nilai tambah atau biaya
Unit Cost CNB = Biaya langsung + Biaya tidak
langsung yang tidak menghasilkan penerimaan
= Rp1.013.146,00 + Rp1.869.189,00
= Rp2.882.337,00
bagi rumah sakit memungkinkan
manajemen untuk mempertimbangkan
Unit cost layanan core needle biopsy strategi dalam rangka pelaksanaan
(CNB) dalam kasus tiroid yang merupakan kendali biaya. Aktivitas yang tidak
bagain dari layanan Penyakit Dalam pada memiliki nilai tambah terhadap
Instalsi Rawat Inap Umum ialah sebesar layanan kesehatan pada RS Jiwa Prof.
Rp2.882.337,00. Dr Soerojo anatara lain:
Unit Cost RFA = Biaya langsung + Biaya tidak 1) Aktivitas perjalanan dinas
langsung
2) Aktivitas pemeliharaan peralatan Rp11.509.787,00. Angka unit cost
mesin non pelayanan tersebut lebih kecil apabila
3) Aktivitas pemeliharaan gedung non dibandingkan dengan tarif rumah
pelayanan sakitnya. Tarif rumah sakit untuk
b. Perbandingan Unit Cost dengan Tarif layanan invasi pembesaran tiroid
Rumah Sakit dengan tindakan RFA:
1) Layanan CNB pada kasus tiroid a) Kelas 3 sebesar
Berasarkan hasil perhitungan unit Rp15.728.000,00
cost yang telah dilakukan diatas b) Kelas 2 sebesar
maka besarnya unit cost untuk Rp15.922.000,00
layanan CNB pada kasu tiroid ialah c) Kelas 1 sebesar
sebesar Rp2.882.337,00. Tarif Rp16.106.000,00
rumah sakit untuk tindakan CNB d) Kelas VIP sebesar
pada kasus tioroid: Rp16.832.000,00
a) Kelas 3 sebesar
Struktur Biaya
Rp2.637.000,00
b) Kelas 2 sebesar Layanan CNB dan RFA komponen

Rp2.831.000,00 biaya tidak langsung Rp1.869,189,03 atau

c) Kelas 1 sebesar sebesar 64,85% untuk layanan CNB dan

Rp3.051.000,00 16,24% untuk layanan RFA. Pada layanan

d) Kelas VIP sebesar RFA biaya langsung menjadi komponen

Rp3.741.000,00 paling besar yaitu sebesar 83,76% dengan


nilai nominal Rp9.640.598,05 sedangkan
Hasil perhitungan unit cost lebih
pada layanan CNB biaya langsung hanya
besar dibanding dengan tarif kelas
sebesar Rp1.013.148,00 (35,15%).
3 dan kelas 2 namun lebih kecil
Besarnya biaya langsung pada layanan
apbila dibandingkan dengan kelas
invasi pembesaran tiroid dengan tindakan
1 dan VIP.
RFA disebabkan adanya penggunakan
2) Layanan invasi pembesaran tiroid obat dan habis pakai berupa jarum RFA
dengan tindakan RFA yang memilki nilai perolehan per unit
Berasarkan hasil perhitungan unit sebesar Rp9.606.960,00.
cost yang telah dilakukan diatas
Biaya tidak langsung dalam unit cost
maka besarnya unit cost untuk
layanan CNB dan invansi pembesaran
layanan invasi pembesaran tiroid
tiroid dengan tindakan RFA memiliki 18
dengan tindakan RFA ialah sebesar
komponen biaya. Dimana biaya pegawai 6) Biaya pemeliharan peralatan dan
pada Instalasi Rawat Inap Umum (biaya mesin.
pegawai untuk perawat) merupakan
Komponen biaya tetap pada unit cost
komponen tersebesar yaitu Rp839.986,50
layanan CNB dan layanan RFA ialah
dari total biaya tidak langsung baik untuk
sebesar Rp330.057,84 atau sebesar
layanan CNB maupun RFA. Biaya
11.45% untuk layanan CNB dan 2,87%
manajemen sebesar Rp345.782,57 menjadi
dari unit cost untuk layanan RFA.
komponen terbesar kedua dalam biaya
tidak langsung untuk kedua layanan b. Komponen biaya variabel

tersebut. Layanan gizi yang menyediakan Komponen biaya variabel dalam


kebutuhan makanan pasien selama pasien unit cost layanan CNB dan invansi
dirawat merupakan komponen tersebar pembesaran tiroid dengan tindakan
ketiga dengan nilai sebesar Rp164.364,02 RFA yaitu:
dari total biaya tidak langsung. Penyusutan
1) obat dan bahan habis pakai;
peralatan dan mesin juga merupakan
2) Rujukan pengujian patologi
komponen biaya yang cukup besar yaitu
anatomi;
sebesar Rp95.802,56.
3) Biaya listrik dan air; dan
Berdasarkan perilaku biayanya maka 4) Biaya telepon.
struktur biaya pada unit cost layanan CNB
Komponen biaya variabel untuk
dan invansi pembesaran tiroid dengan
layanan CNB sebesar Rp1.025.424,36
tindakan RFA ialah sebagai berikut:
atau sebesar 35,58% dan layanan RFA
a. Komponen biaya tetap sebesar Rp9.652.874,36 atau sebesar

Komponen biaya tetap dalam unit 83,87% dari unit cost.

cost layanan invansi pembesaran tiroid c. Komponen biaya campuran


dengan tindakan RFA terdiri dari:
Komponen biaya variabel dalam
1) Biaya keamanan; unit cost layanan CNB dan invansi
2) Biaya pemeliharan gedung dan pembesaran tiroid dengan tindakan
bangunan; RFA terdiri dari:
3) Biaya penyusutan gedung dan
1) Biaya pegawai
bangunan;
4) Biaya SIRS; Biaya pegawai ini termasuk biaya
5) Biaya penysutan peralatan dan pegawai pada bagian administrasi
mesin; dan pendaftaran, Instalsi Farmasi, Instalsi
Rawat Inap Umum, dokter spesialis remunerasi pegawai dan
penyakit dalam, perawat pada Poli penggunakan bahan habis pakai.
Penyakit Dalam dan Instalsi
3) Biaya akuntansi dan manajemen
Labolatorium. Biaya pegawai
merupakan komponen biaya campuran Sebagain besar komponen

karena besarnya gaji dan tunjangan biaya manajemen bersifat tetap.

yang diterima oleh pegawai memiliki Hal yang menjadikan biaya

dua komponen yaitu: manjemen bersifat campuran ialah


adanya komponen variabel pada
 Biaya tetap, berupa gaji pokok
remunerasi pegawai.
dan bagian yang tetap dari
remunerasi Komponen biaya campuran untuk

 Biaya variabel, berupa bagian layanan CNB dan layanan RFA

variabel dari remunerasi. sebesar Rp1.526.854,82 atau 52,97%

Bagian variabel dari remunerasi untuk layanan CNB dan untuk layanan

ini berubah secara proporsional RFA sebesar sebesar 13,27% dari unit

sejalan dengan naik turunya cost.

pendapatan yang diperoleh Simpulan


rumah sakit. Semakin banyak
Dari hasil penelitian diketahui
layanan yang diberikan maka
bahwa kegiatan kendali mutu dan kendali
semakin besar penerimaan
biaya (cost containment) yang dilakukan
rumah sakit dan semakin besar
oleh manajemen RS Jiwa Prof. Dr.
bagian variabel dari remunerasi
Soeorojo Magelang belum berjalan dengan
pegawai tersebut.
optimal dan sistem akuntansi biaya pada
2) Biaya rekam medik, kesehatan
RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang tidak
lingkungan dan Gizi
berjalan. Tidak berjalannya sistem
Biaya akuntansi dan rekam akuntansi tersebut disebabkan adanya
medik bersifat campuran karena berbagai kendala seperti kurangnya
dalam biaya-biaya tersebut terdapat sumber daya manusia dan masalah teknis
biaya pegawai (gaji pokok), biaya pengolahan data yang masih manual.
penyusutan gedung bangunan dan Unit cost hasil perhitungan dengan
keamanan yang memiliki sifat metode ABC layanan CNB pada kasus
tetap. Komponen variabel dari tiroid pada RS Jiwa prof. Dr. Soerojo
biaya akuntansi terlihat pada Magelang tahun 2018 dengan metode
komponen bagian variabel dari
ABC menghasilkan nilai sebesar Rp invasi pembesaran tiroid dengan tindakan
Rp2.882.337,03 dan unit cost layanan RFA dengan kondisi dimana 1 unit jarum
invasi pembesaran tiroid dengan tindakan RFA digunakan untuk dua kali tindakan.
RFA sebesar Rp11.509.787,00. Unit cost Selaian itu penelitian ini tidak
hasil perhitungan dengan metode ABC mempertimbangkan pembagian kelas
pada layanan CNB pada kasus tiroid dan rawat inap dalam aktivitas perawatan pada
invasi pembesaran tiroid dengan tindakan Instalasi Rawat Inap Umum karena
RFA memiliki nilai yang lebih rendah peneliti kesulitan untuk mengidentifikasi
dibanding dengan tarif yang berlaku saat rincian peralatan dan mesin yang
ini. digunakan pada setiap tahap aktivitas
Struktur biaya unit cost layanan sehingga pengalokasian biaya penyusutan
CNB terdiri atas komponen biaya langsung dan pemeliharaan peralatan dan mesin
sebesar Rp1.013.148,00 atau sebesar langsung dengan menggunakan driver
35.15% dan biaya tidak langsung sebesar jumlah pasien. Penelitian juga ini tidak
Rp1.869.189,03 atau sebesar 64.85% dari menggunakan pengumpulan data dengan
unit cost. Berdasarkan sifat biaya nya observasi terutama untuk aktivitas
maka struktur unit cost layanan CNB tindakan medis.
terdiri dari 11,45% biaya tetap, 35.58%
Referensi
biaya variabel dan 52,97% merupakan
Achmad, TD. 2017. “Program JKN
biaya campuran. Struktur biaya unit cost Dorong Investasi Sektor
layanan invasi pembesaran tiroid dengan Kesehatan.” Hukumonline.
Agustus. Diakses pada 15 Februari
tindakan RFA terdiri atas biaya langsung 2019.
sebesar Rp9.640.598,00 atau sebesar https://www.hukumonline.com/beri
ta/baca/lt5996ac7c2021c/program
83,76% dan biaya tidak langsung jkn-dorong-investasi-sektor-
Rp1.869.189,03 atau sebesar 16,24% dari kesehatan.
Aldogan, Mehtap, A David Austill, and
unit cost. Unit cost tindakan RFA terdiri Mehmet C Kocakülâh. 2014. “The
atas komponen biaya tetap sebesar 2,87%, Excellence of Activity-Based
Costing in Cost Calculation: Case
biaya variabel 83,87% dan biaya campuran Study of A Private Hospital in
sebesar 13,27%. Turkey.” Journal of Health Care
Finance. June.
Keterbatasan dalam penelitian ini www.HealthFinanceJournal.com
adanya keterbatasan data sehingga Andayani, Eka. 2014. “Era JKN, RS
Surplus atau Defisit?” Manajemen
penelitian hanya dilakukan pada Instalsi Rumah Sakit. Mei 2014. Diakses
Rawat Inap Umum dan penelitian ini pada 15 Februari 2019.
https://manajemenrumahsakit.net/2
belum dapat menghitung unit cost layanan 014/05/era-jkn-rs-surplus-atau
defisit.
Cannavacciuolo, Lorella, Maddalena McLaughlin, M.A. Burke, K.
Illario, Adelaide Ippolito, and Steinberg, K. Chamie, and C.S.
Cristina Ponsiglione. 2015. “An Saigal. 2015. “Measuring the Cost
Activity-Based Costing Approach of Care in Benign Prostatic
for Detecting Inefficiencies of Hyperplasia Using Time-Driven
Healthcare Processes.” Business Activity-Based Costing
Process Management Journal 21 (TDABC).” Healthcare 3 (1): 43–
(1): 55–79. 48.
https://doi.org/10.1108/BPMJ-11- https://doi.org/10.1016/j.hjdsi.2014
2013-0144. .09.007.
Cooper, Robin dan Robert S. Kaplan. Kaptanoglu, Aysegül Yıldırım, and Fevzi
1988. “How Cost Accounting Akıncı. 2015. “Activity-Based
Distorts Product Costs.” Costing And Management In A
Management Accounting. April: 20- Hospital-Based Endoscopic
27. Surgery Unit.” Electronic Business
Cooper, Robin dan Robert S. Kaplan. Journal 14, no. 10: 440-444
1991. “Profit Priorities from Öker, Figen, and Hasan Özyapici. 2013.
Aotivity-Based Costing.” Harvard “A New Costing Model in Hospital
Business Review. May-June: 130- Management: Time-Driven
135. Activity-Based Costing System.”
Dumaris, Hotma. 2016. “Analisis The Health Care Manager 32 (1):
Perbedaan Tarif Rumah Sakit dan 23–36.
Tarif INA-CBG’s Pelayanan Rawat https://doi.org/10.1097/HCM.0b01
Jalan di RSUD Budhi Asih Jakarta 3e31827ed898.
Tahun 2015.” Jurnal Administrasi Oseifuah, Emmanuel K. 2014. “Activity
Rumah Sakit 3, no. 1 (Oktober): Based Costing (ABC) in the Public
20-28. Sector: Benefits and Challenges.”
Hansen, Don R., dan Maryanne M. Problems and Perspectives in
Mowen. 2007. Managerial Management 12 (4): 9.
Accounting. Edisi ke-8. Mason: Popesko, Boris. 2013. “Specifics of the
Thomson South-Western. Activity-Based Applications in
Haroun, Ahmed E. 2015. “Maintenance Hospital Management.”
Cost Estimation: Application of International Journal of
Activity-Based Costing as a Fair Collaborative Research on Internal
Estimate Method.” Journal of Medicine & Public Health. Vol. 5
Quality in Maintenance No. 3.
Engineering 21 (3): 258–70. SWAonline. (2013). “Belanja Kesehatan
https://doi.org/10.1108/JQME-04- Indonesia Bakal Mencapai US$
2015-0015. 60,6 Miliar.” Maret 2013.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, SWA.co.id. Diakses pada 15
dan Madhav V. Rajant. 2012. Cost Februari 2019.
Accounting A Managerial https://swa.co.id/swa/trends/busine
Emphasi. Edisi ke-14. Edinburgh ss-research/belanja-kesehatan-
Gate: Pearson Education Limited. indonesia-bakal-mencapai-us-606-
Kaplan, Robert S, and Michael E Porter. miliar.
2011. “How to Solve The Cost Taylor, Thomas C. 2000. “Current
Crisis In Health Care.” Harvard Developments in Cost Accounting
Business Review. September: 47- and the Dynamics of Economic
64 Calculation.” The Quarterly
Kaplan, A.L., N. Agarwal, N.P. Setlur, Journal of Austrian Economics 3
H.J. Tan, D. Niedzwiecki, N. (2): 3–19.
https://doi.org/10.1007/s12113-
000-1000-x.
Yereli, Ayşe Necef. 2009. “Activity-Based
Costing and Its Application in a
Turkish University Hospital.”
AORN Journal 89 (3): 573–91.
https://doi.org/10.1016/j.aorn.2008.
09.002.
Yin, Rober K., 2014. Case Study
Research: design and Methods.
Edisi ke-5. Los Angles: SAGE
Publication
Yu, Yangyang R., Paulette I. Abbas,
Carolyn M. Smith, Kathleen E.
Carberry, Hui Ren, Binita Patel,
Jed G. Nuchtern, and Monica E.
Lopez. 2017. “Time-Driven
Activity-Based Costing: A
Dynamic Value Assessment Model
in Pediatric Appendicitis.” Journal
of Pediatric Surgery 52 (6): 1045–
49.
https://doi.org/10.1016/j.jpedsurg.2
017.03.032.
Yuniarti, Endang. Amalia. dan Tri Murti
Handayani. 2015. “Analsis Biaya
Terapi Penyakit Diabetes Melitus
Pasien Jaminan Kesehatan
Nasional di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Perbandingan Terhadap Tarif INA
CBG’s.” Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia. September.
Vol. 4 No. 3: 97-103.
Zimmerman, Jerold L. 2017. Accounting
for Decision Making and Control.
Edisi ke-9. New York: McGraw-
Hill Education
Lampiran 1
Kumpulan Aktivitas, Lokasi dan Sumber Daya yang Digunakan pada Layanan CNB dan
RFA
No Kumpulan Lokasi Luas Pegawai yang Obat/Bahan Pelatan/Mesin
Aktivitas Area Terlibat Habis Pakai
(m²)
1 Pendaftaran Area 327,65 Pengadministras Alat Tulis Komputer
dan Administrasi ian Umum Kantor
kepulangan Instalasi (JFU) = 3 orang
Pasien Rawat Jalan Manajemen IRJ
Terpadu = 3 orang
2 Penyiapan Instalasi 163,83 Staf Instalasi Alat Tulis Komputer
Dokumen Rekam Rekam Medik = Kantor
Rekam Medik 28
Medik
3 Pemeriksaan Poli Penyakit 163,83 Dokter spesialis Akohol swab, Alat kesehatan
Poli Penyakit Dalam penyakit dalam sarung dan Komputer
Dalam dan = 2 orang tangan,
Tindakan Perawat Poli cairan
Penyakit Dalam antiseptik
=2 (sterobag),
lidocain
injeksi 5
ampul, dispos
5cc & jarum
G23, Jarum
RFA (untuk
tindakan
RFA), Jarum
biopsy
Acecut
(untuk
tindakan
CNB)
4 Perawatan Instalasi 3.435,69 Staf Instalsi Alat Tulis Komputer &
pasien pada Rawat Inap Rawat Inap Kantor Peralatan
Instalasi Umum Umum = 111 kesehatan lain
Rawat Inap orang
Umum
5 Pengujian Instalasi 275,75 Petugas Dispos 5cc, Stopwatct,
Darah Labolatorium Labolatorium = jarum G23, Mikroskop,
11 orang alkohol swab, peralatan
tisu tabung labolatorium
reaksi, Alat lainnya dan
Tulis Kantor Komputer
7 Gizi Instalasi Gizi 423,48 Petugas Instalasi Bahan habis peralatan dan
Gizi = 50 orang pakai pada mesin instalsi
Petugas Inst. Gudang Gizi Gizi
Binatu = 21 dan Alat
orang Tulis Kantor
Sumber: wawancara dan laporan luas bangunan IPSRS tahun 2018

Lampiran 2
Kelompok Biaya Tahun 2018
No Keterangan Jumlah

Biaya langsung

1 Obat dan bahan habis pakai (farmasi) Rp15.025.006.183,00

2 Bahan habis pakai (labolatorium) Rp607.857.666,00

3 Bahan habis pakai (radiologi) Rp206.423.338,00

4 Labolatorium (pengolaan darah dan rujukan) Rp588.171.465,00

Biaya tenega kerja tidak langsung

5 Biaya pegawai (dokter dan dokter spesialis) Rp9.175.724.269,79

6 Biaya pegawai (psikolog, fisioterapist dll) Rp4.139.498.225,05

7 Biaya pegawai (perawat) Rp4.172.3583.278,44


8 Biaya pegawai (apoteker) Rp2.462.215.449,13

9 Biaya pegawai (labolatorium) Rp853.750.211,34

10 Biaya pegawai (radiologi) Rp1.001.340.407,49

Kumpulan biaya overhead

11 Pemulasaran jenazah Rp23.815.000,00

12 Gizi Rp8.470.088.666,21

13 Binatu Rp1.650.711.335,97

14 Kesehatan lingkungan Rp1.308.133.470,03

15 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Rp710.570.475,97

16 Rekam medik Rp1.838.742.111,68

17 Akuntansi Rp3.132.680.297,95

18 Manajemen Rp24.006.661.595,46

19 Keamanan Rp1.639.826.753,00

20 Listrik Rp1.277.245.266,00

21 Air Rp559.700,00

22 Telepon Rp97.479.172,00

23 Pemeliharaan peralatan dan mesin Rp5.989.152.590,74

24 Pemeliharaan gedung dan bangunan Rp6.901.587.382,66

25 Penyusutan peralatan dan mesin Rp9.064.455.414,00

26 Penyusutan gedung bangunan Rp10.562.350.845,00

27 Labolatorium (biaya sewa peralatan labolatorium) Rp197.160.000,00

Total biaya Rp152.654.790.570,00

Sumber: Laporan Operasiona RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang (dilolah)

Anda mungkin juga menyukai