KSM121
MODUL SESI 9
DISUSUN OLEH :
B. Uraian
TARIF
Adalah salah satu penerimaan dari rumah sakit yang didapatkan selain dari : hibah,
hasil kerja sama dengan pihak lain, APBD, APBN, hasil investasi, dan lain-lain.
Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan baik oleh rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah.
Tarif merupakan suatu sistem atau model pembiayaan yang paling utama dalam
pembiayaan rumah sakit. Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat
lemah terutama rumah sakit pemerintah.
Tarif yang diberlakukan belum unit cost based dan tanpa pertimbangan yang cermat
terhadap berbagai dimensi yang mempengaruhi tarif, bahkan rumah sakit pemerintah
belum ada penyesuaian tarif selama bertahun-tahun meskipun telah terjadi inflasi
pelayanan kesehatan (obat, bahan habis pakai, dll).
Dengan adanya jaminan pemerintah pada pelayanan rawat inap kelas III yang
diasumsi sesuai dengan Unit cost , maka rumah sakit memerlukan penataan kembali
pola tarif rawat inap yang ada dengan menjadikan kelas III setara dengan unit
cost terhitung dengan metode double distribusi dan untuk kelas II, Kelas I, dan VIP
dijadikan kelas profit rumah sakit sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk
menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu
pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu.
Dengan demikian tinggi rendahnya biaya satuan suatu produksi tidak hanya
dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya biaya
produk.
Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan kesehatan untuk
menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau proyek atau unit
pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk
program atau pelayanan kesehatan.
c. Budgetary control
Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan
kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat
biaya (cost center) yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakitd.
b. Subsidi silang
Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar masyarakat
ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi
masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif bangsal
VIP atau kelas 1 harus berada diatas unit cost agar surplusnya dapat dipakai
untuk mengatasi kerugian di bangsal kelas III. Selain subsidi silang berbasis pada
Pengenaan tarif pada rumah sakit umum daerah khususnya kelas III harus sesuai
dengan Undang-undang Rumah Sakit Tahun 2009 pada Pasal 50 ayat 2 dimana
besaran tarif pada kelas III yang dikelola Pemerintah Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Selanjutnya bila dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan badan Layanan Umum pada Pasal 9 disebutkan bahwa BLU
dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang / jasa
layanan yang diberikan, yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan
atau hasil per investasi dana.
A. Full-Cost Pricing
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana secara teoritis, tetapi
membutuhkan informasi mengenai biaya produksi. Dasar cara ini dilakukan
dengan menetapkan tarif sesuai dengan unit cost ditambah dengan keuntungan.
Dengan cara ini, akan terlihat jelas bahwa analisis biaya merupakan hal mutlak
yang harus dilakukan.
Akan tetapi, saat ini perhitungan tarif kontrak dengan asuransi kesehatan masih
sering menimbulkan perdebatan antara lain :
- Apakah rumah sakit mendapat surplus dari kontrak?
- Apakah justru malah rugi atau memberikan subsidi?
Tarif kontrak ini dapat memaksa rumah sakit menyesuaikan tarifnya sesuai
dengan kontrak yang ditawarkan perusahaan asuransi kesehatan. Dengan
demikian, masalah efisiensi menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan.
Meskipun cara ini masih banyak dikritik karena berbasis pada unit cost, tetapi
faktor demand dan pesaing telah diperhitungkan. Pada saat melakukan investasi,
D. Acceptance Pricing
Teknik ini digunakan apabila pada pasar terdapat satu rumah sakit yang
dianggap sebagai panutan (pemimpin) harga. Dalam hal ini rumah sakit lainnya
akan mengikuti pola pentarifan yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.
Dalam metode ini, biaya yang pada akhirnya menyesuaikan dengan tarif.
Terdapat dua tipe pada metode ini yaitu:
(1) penetapan tarif di atas pesaing, dan
(2) penetapan tarif di bawah pesaing.
Dalam keadaan ini maka tarif pelayanan rumah sakit ditentukan oleh spesialis,
termasuk berbagai input, misalnya obat-obatan, jenis tindakan, bahkan peralatan
medik misal pen bagi dokter bedah tulang. Dokter sebagai pemberi jasa bagi
rumah sakit dapat menentukan harga (price-maker).
Dalam keadaan ini sulit bagi rumah sakit (yang dalam pasar tenaga kerja
berposisi sebagai konsumen tenaga spesialis) untuk menetapkan tarif yang
rendah bagi pasien. Seorang direktur rumah sakit swasta keagamaan
menyatakan bahwa salah satu kesulitan menekan tarif bagi pasien supaya
rendah adalah masalah keputusan klinik yang ditetapkan dokter tidak mengacu
pada efisiensi, khususnya pemilihan obat.
Terdapat perlakuan yang berbeda terhadap barang atau jasa yang dapat
digunakan untuk transfer price. Ada barang atau jasa yang berada dalam struktur
pasar yang monopolis, ada pula yang berada dalam struktur pasar yang bersaing
ketat. Dengan latar belakang ini terdapat berbagai jenis barang atau jasa yang
dapat diberikan transfer price. Golongan pertama adalah produk yang tidak dapat
dibeli dari pihak luar rumah sakit.
Keadaan ini menyebabkan bagian dalam rumah sakit tidak mempunyai pesaing.
Dengan demikian, transfer price ditetapkan berdasarkan unit-cost plus
keuntungan. Golongan kedua adalah produk yang dapat dibeli dari luar rumah
sakit. Pada keadaan ini bagian dalam rumah sakit dipaksa menetapkan transfer
price yang lebih rendah dibandingkan dengan harga luar.
Pada kasus ini tarif dapat ditetapkan oleh RS Harapan Bersama dengan maksud
untuk melakukan penetrasi pasar, yaitu menetapkan tarif lebih rendah daripada
produk serupa yang sudah berada di pasar. Pengertian kedua mengenai “baru”
adalah suatu produk yang baru bagi rumah sakit yang ada dan baru bagi pasar.
Dalam menetapkan tarif produk baru, RS Permata Hidup dapat membuat tarif
dengan cara menetapkan harga setinggi-tingginya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Apabila tidak terdapat saingan maka RS Permata Hidup dapat
mencapai apa yang disebut keuntungan monopolistik.
C. Latihan
Pilihlah satu jawaban yang benar :
1. Di bawah ini adalah semi variabel cost :
a. Biaya BHP medis / obat
b. Biaya BHP non medis
c. Biaya gaji bulanan
d. Biaya air & listrik
e. Biaya makan - minum pegawai dan pasien
D. Kunci Jawaban
Jawaban :
1. C
2. E
3. D
E. Daftar Pustaka
1. Wonderling, David; Reinhold Gruen & NickBlack (2005), Introduction to Health
Economics, England: London School of Hygiene & Tropical Medicine (dapat di
download).
2. Stephen Morris, Nancy Devlin, David Parkin (2007): Economic analysis in health
care, England: John Wiley and sons Ltd.
3. Introduction to economics (macro and micro economics): selected topics : John
Sloman ( 2006) Essential of Economics, 4th ed, Prentice Hall.
4. Feldstein: Health Care Economics.
5. Ann Mills. Health Economics for Developing Countries, a survival kit.