Anda di halaman 1dari 16

MODUL EKONOMI KESEHATAN

KSM121

MODUL SESI 9

TARIF PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

DWI NURMAWATY, SKM, MKM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 15
TARIF PELAYANAN KESEHATAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan memahami definisi tarif pelayanan kesehatan.
2. Mengetahui dan memahami tujuan penetapan tarif.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan
kesehatan.
4. Mengetahui dan memahami berbagai permasalahan dalam penetapan tarif
pelayanan kesehatan.

B. Uraian

TARIF
Adalah salah satu penerimaan dari rumah sakit yang didapatkan selain dari : hibah,
hasil kerja sama dengan pihak lain, APBD, APBN, hasil investasi, dan lain-lain.

Tarif merupakan sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan


baik pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat sebagai
imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya. Pengenaan tarif rumah sakit tidak
dimaksudkan untuk mencari laba dan ditetapkan dengan asas gotong royong dan
adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat yang berpenghasilan rendah
atau masyarakat miskin.

Adapun dasar pengenaan tarif rumah sakit ditetapkan atas dasar :


- jenis pelayanan
- klasifikasi rumah sakit
- tingkat kecanggihan pelayanan
- kelas perawatan

Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan baik oleh rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 15
Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah sebagai pemilik terhadap
rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha. Akan tetapi disadari bahwa tarif
pemerintah pada umumnya mempunyai cost-recovery (pemulihan biaya) yang
rendah.

Tarif merupakan suatu sistem atau model pembiayaan yang paling utama dalam
pembiayaan rumah sakit. Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat
lemah terutama rumah sakit pemerintah.

Tarif yang diberlakukan belum unit cost based dan tanpa pertimbangan yang cermat
terhadap berbagai dimensi yang mempengaruhi tarif, bahkan rumah sakit pemerintah
belum ada penyesuaian tarif selama bertahun-tahun meskipun telah terjadi inflasi
pelayanan kesehatan (obat, bahan habis pakai, dll).

Dasar Penetapan Tarif


Selama ini penetapan tarif rawat inap rumah sakit berdasarkan Kepmenkes, No
582/1997 yang menjadikan perawatan kelas II sebagai setara unit cost (UC)
terhitung dengan metode double distribusi, makadapatlah diketahui besarnya tarif
Kelas III (1/3 kali UC Kelas II), kisaran tarif Kelas I (2-9 Kali UC Kelas II) dan
VIP/Super VIP (10-20 kali UC Kelas II).(Razak A. 2004).

Dengan adanya jaminan pemerintah pada pelayanan rawat inap kelas III yang
diasumsi sesuai dengan Unit cost , maka rumah sakit memerlukan penataan kembali
pola tarif rawat inap yang ada dengan menjadikan kelas III setara dengan unit
cost terhitung dengan metode double distribusi dan untuk kelas II, Kelas I, dan VIP
dijadikan kelas profit rumah sakit sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk
menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu
pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 15
Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan volume produksi
 Biaya tetap (fixed cost)
Adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi/jasa dan waktu
pengeluarannya, biasanya lebih dari satu tahun.

 Biaya variabel (variable cost)


Adalah biaya yang jumlahnya tergantung dari jumlah produksi / jasa. Biaya tidak
tetap biasanya berupa biaya oprasional yang habis dikeluarkan selama satu
tahun.

 Semi Variabel Cost


Adalah biaya yang memiliki sifat antara fixed cost dan variabel cost (Gani,1996).

Biaya berdasarkan biaya satuan (Unit cost)


Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk pelayanan.
Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total Cost = TC) dengan
jumlah produk (Quantity = Q).

Dengan demikian tinggi rendahnya biaya satuan suatu produksi tidak hanya
dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya biaya
produk.

Analisis Biaya Rumah Sakit


Adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan
yang ditawarkan baik secara total maupun per unit atau perpasien dengan cara
menghitung seluruh biaya pada seluruh unit pusat biaya serta mendistribusikannya
ke unit-unit produksi yang kemudian dibayar oleh pasien (Depkes, 1977).

Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan kesehatan untuk
menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau proyek atau unit
pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk
program atau pelayanan kesehatan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 15
Dalam perhitungan tarif dirumah sakit seluruh biaya dirumah sakit terlebih dahulu
dihitung mulai dari :
1. Fixed Cost, Terdiri dari :
 Biaya Investasi gedung rumah sakit
 Biaya peralatan Medis
 Biaya peralatan Medis
 Biaya Kendaraan (Ambulance, Mobil Dinas, Motor, dll)

2. Variabel Cost, Terdiri dari :


 Biaya BHP Medis / Obat
 Biaya BHP Non Medis
 Biaya Air
 Biaya Listrik
 Biaya Makan Minum Pegawai dan pasien
 Biaya Telepon
 dll

3. Semi Variabel Cost, Terdiri dari :


 Gaji Pegawai
 Biaya Pemeliharaan
 Insentif
 SPPD
 Biaya Pakaian Dinas
 Dll

Manfaat analisis biaya


a. Pricing
Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif
rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit cost), dapat diketahui
apakah tarif sekarang merugi, break even, atau menguntungkan. Dan juga dapat
diketahui berapa besar subsidi yang dapat diberikan pada unit pelayanan
tersebut misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah sakit.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 15
b. Budgeting /Planning
Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan biaya satuan (Unit
cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat penting untuk alokasi anggaran dan
untuk perencanaan anggaran.

c. Budgetary control
Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan
kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat
biaya (cost center) yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakitd.

d. Evaluasi dan Pertanggung Jawaban


Analisis biaya bermanfaat untuk menilai performance keuangan RS secara
keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak
berkepentingan.

TUJUAN PENETAPAN TARIF


Adanya penggolongan rumah sakit berdasarkan pemiliknya maka penanganan
penetapan tarif dan tujuan penetapan tersebut dipengaruhi oleh pemiliknya,
sehingga dengan latar belakang kepemilikan tersebut, tarif dapat ditetapkan dengan
berbagai tujuan sebagai berikut :
a. Pemulihan Biaya
Tarif dapat ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit.
Keadaan ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang semakin lama
semakin berkurang subsidinya. Pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit
pemerintah pusat ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya (cost recovery). Oleh
karena itu, muncul pendapat yang menyatakan bahwa kebijakan swadana
berkaitan dengan naiknya tarif rumah sakit.

b. Subsidi silang
Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar masyarakat
ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi
masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif bangsal
VIP atau kelas 1 harus berada diatas unit cost agar surplusnya dapat dipakai
untuk mengatasi kerugian di bangsal kelas III. Selain subsidi silang berbasis pada

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 15
ekonomi, rumah sakit juga diharapkan melakukan kebijakan penetapan tarif yang
berbeda pada bagian-bagiannya.

c. Meningkatkan Akses Pelayanan


Diharapkan dengan tarif yang rendah maka akses orang miskin menjadi lebih
baik. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa akses tinggi belum berarti menjamin
mutu pelayanan yang baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mutu
pelayanan rumah sakit pemerintah rendah mutu pelayanan yang baik.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan rumah sakit pemerintah


rendah akibat subsidi pemerintah terbatas dan tarif rumah sakit rendah dengan
sistem manajemen yang birokratis. Kegagalan pemerintah memberikan subsidi
cukup bagi biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit yang mempunyai
tarif rendah menyebabkan mutu pelayanan rumah sakit semakin rendah
memberikan subsidi cukup bagi biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit
yang mempunyai tarif rendah menyebabkan mutu pelayanan rumah sakit
semakin rendah secara berkesinambungan.

d. Meningkatkan Mutu Pelayanan


Di berbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif pada
bangsal VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu
pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter sepesialis. Sebagai contoh,
bangsal VIP dibangun untuk mengurangi waktu spesialis di rumah sakit swasta.
Terlalu lamanya waktu yang dipergunakan dokter spesialis pemerintah di rumah
sakit swasta dapat pemerintah di rumah sakit swasta dapat mengurangi mutu
pelayanan.

e. Untuk Tujuan Lain


Beberapa tujuan lainnya, misalnya mengurangi pesaing, memaksimalkan
pendapatan, menciptakan corporate image. Penetapan tarif untuk mengurangi
pesaing dapat dilakukan utuk mencegah adanya rumah sakit yang baru yang
akan menjadi pesaing. Dengan cara ini, rumah sakit yang sudah terlebih dahulu
beroperasi mempunyai strategi agar tarifnya tidak sama dengan rumah sakit yang
baru tersebut.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 15
Penetapan tarif
 Penetapan tariff yang ditujukan untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan
pada pasar rumah sakit yang cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli).
Oleh karena itu, penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan
memaksimalisasikan pendapatan. Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana
pasar dengan demand tinggi, maka tarif dapat dipasang pada tingkat yang
setinggi-tingginya, sehingga dapat meningkatkan surplus secara maksimal.

 Penetapan tarif yang bertujuan minimalisasi penggunaan pelayanan, mengurangi


pemakaian, tarif dapat ditetapkan secara tinggi. Misalnya, tarif periksa umum
pada rumah sakit pemerintah ditetapkan jauh lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan pelayanan serupa di Puskesmas dapat meningkatkan fungsi rujukan dan
menurunkan utilisasi pelayanan di rumah sakit apabila memang tidak terlalu
diperlukan.

 Penetapan tarif yang ditujukan untuk menciptakan Corporate Image adalah


penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah
sakit golongan masyarakat kelas atas. Misalnya, berbagai rumah sakit di Jakarta
menetapkan tarif bangsal super VIP dengan nilai yang sangat tinggi. Sehingga
timbul kesan seolah-olah untuk mendapatkan citra rumah sakit yang mewah.

Pengenaan tarif pada rumah sakit umum daerah khususnya kelas III harus sesuai
dengan Undang-undang Rumah Sakit Tahun 2009 pada Pasal 50 ayat 2 dimana
besaran tarif pada kelas III yang dikelola Pemerintah Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Selanjutnya bila dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan badan Layanan Umum pada Pasal 9 disebutkan bahwa BLU
dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang / jasa
layanan yang diberikan, yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan
atau hasil per investasi dana.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 15
Dalam penetapan tarif bagi BLU harus mempertimbangkan antara lain :
- Kontinuitas dan pengembangan layanan
- Daya beli masyarakat
- Asas keadilan dan kepatutan
- Kompetisi yang sehat

Proses Penetapan Tarif


Pemilik rumah sakit pada dasarnya dapat berupa lembaga swasta, perorangan
ataupun pemerintah. Rumah sakit pemerintah merupakan rumah sakit yang tidak
berorientasi pada profit. Sementara untuk rumah sakit swasta dapat berupa rumah
sakit yang berorientasi for-profit ataupun non-profit. Dengan adanya perbedaan
tersebut, maka proses penetapan tarif dapat menjadi berbeda pula.

Penetapan Tarif Rumah Sakit dengan Menggunakan Pendekatan Perusahaan


Pada suatu perusahaan, penetapan tarif mungkin menjadi keputusan yang sulit
dilakukan karena informasi mengenai biaya produksi mungkin tidak tersedia. Di
sektor rumah sakit, keadaannya lebih parah karena informasi mengenai unit cost
misalnya, masih sangat jarang.

Teknik-teknik penetapan tarif pada perusahaan sebagian besar berlandaskan


informasi biaya produksi dan keadaan pasar, baik monopoli, oligopoli, maupun
persaingan sempurna. Teknik-teknik tersebut antara lain :
- full-cost pricing
- kontrak dan cost-plus
- target rate of return pricing
- acceptance pricing.

A. Full-Cost Pricing
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana secara teoritis, tetapi
membutuhkan informasi mengenai biaya produksi. Dasar cara ini dilakukan
dengan menetapkan tarif sesuai dengan unit cost ditambah dengan keuntungan.
Dengan cara ini, akan terlihat jelas bahwa analisis biaya merupakan hal mutlak
yang harus dilakukan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 15
Teknik penetapan tarif ini dikritik karena :
- Pertama, sering mengabaikan faktor demand. Dengan berbasis pada unit cost,
maka asumsinya tidak ada pesaing ataupun demand-nya sangat tinggi.
Dengan asumsi ini maka pembeli seakan-akan dipaksa menerima jalur
produksi yang menimbulkan biaya walaupun mungkin tidak efisien. Dengan
demikian teknik ini mengabaikan faktor kompetisi.
- Kedua, membutuhkan penghitungan biaya yang rumit dan tepat. Sebagai
gambaran untuk mengembangkan sistem akuntasi yang baik, dibutuhkan
modal yang besar.

B. Kontrak dan Cost-Plus


Tarif rumah sakit dapat ditetapkan berdasarkan kontrak misalnya kepada
perusahaan asuransi, ataupun konsumen yang tergabung dalam satu organisasi.
Dalam kontrak tersebut penghitungan tarif juga berbasis pada biaya dengan
tambahan surplus sebagai keuntungan bagi rumah sakit.

Akan tetapi, saat ini perhitungan tarif kontrak dengan asuransi kesehatan masih
sering menimbulkan perdebatan antara lain :
- Apakah rumah sakit mendapat surplus dari kontrak?
- Apakah justru malah rugi atau memberikan subsidi?

Tarif kontrak ini dapat memaksa rumah sakit menyesuaikan tarifnya sesuai
dengan kontrak yang ditawarkan perusahaan asuransi kesehatan. Dengan
demikian, masalah efisiensi menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan.

C. Target Rate of Return Pricing


Cara ini merupakan modifikasi dari metode full-cost di atas. Misalnya, tarif
ditentukan oleh direksi harus mempunyai 10% keun- tungan. Dengan demikian,
apabila biaya produksi suatu pemeriksaan darah Rp5.000,00, maka tarifnya
harus sebesar Rp5.500,00 agar memberi keuntungan 10%.

Meskipun cara ini masih banyak dikritik karena berbasis pada unit cost, tetapi
faktor demand dan pesaing telah diperhitungkan. Pada saat melakukan investasi,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 15
seharusnya telah diproyeksikan demand dan pesaingnya sehingga direksi berani
menetapkan target tertentu.

Dalam teknik ini dibutuhkan beberapa kondisi antara lain :


- Pertama, rumah sakit harus dapat menetapkan tarif sendiri tanpa harus
menunggu persetujuan pihak lain.
- Kedua, rumah sakit harus dapat memperkirakan besar pemasukan yang
benar; dan ketiga, rumah sakit harus mempunyai pandangan jangka panjang
terhadap kegiatannya.

D. Acceptance Pricing
Teknik ini digunakan apabila pada pasar terdapat satu rumah sakit yang
dianggap sebagai panutan (pemimpin) harga. Dalam hal ini rumah sakit lainnya
akan mengikuti pola pentarifan yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.

Mengapa butuh pemimpin dalam menetapkan harga?


Keadaan ini dapat timbul karena rumah-rumah sakit sakit enggan terjadi perang
tarif dan mereka enggan saling merugikan. Walaupun mungkin tidak ada
komunikasi formal, tetapi ada saling pengertian antarrumah sakit. Jadi hal ini
bukan semacam kartel. Pada situasi ini, dapat muncul rumah sakit yang menjadi
pemimpin harga. Rumah sakit yang lain mengikutinya. Masalah akan timbul
apabila pemimpin harga ini merubah tarifnya. Para pengikutnya harus
mengevaluasi apakah akan mengikutinya atau tidak.

Penetapan Tarif dengan Melihat Pesaing


Struktur pasar rumah sakit saat ini menjadi semakin kompetitif. Hubungan antar
rumah sakit dalam menetapkan tarif dapat menjadi "saling mengintip". Penetapan
tarif benar-benar dilakukan berbasis pada analisis pesaing dan demand.

Dalam metode ini, biaya yang pada akhirnya menyesuaikan dengan tarif.
Terdapat dua tipe pada metode ini yaitu:
(1) penetapan tarif di atas pesaing, dan
(2) penetapan tarif di bawah pesaing.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 15
Dengan melihat berbagai macam teknik penetapan tarif di perusahaan swasta,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
- tujuan penetapan tarif harus diyakini secara jelas, dan tarif harus ditetapkan
dengan berbasis pada tujuan
- struktur pasar dan demand harus dianalisis
- informasi kualitatif perlu dicari untuk membantu penetapan tarif
- pendapatan total dan biaya total harus dievaluasi dalam berbagai tingkat
harga dengan asumsi-asumsi yang perlu dan penetapan tarif harus
melibatkan partisipasi dari bagian akuntansi, pemasaran, dan unit-unit
pelaksana fungsional.

Masalah-Masalah Dalam Penetapan Tarif


Dalam menetapkan tarif terdapat masalah-masalah praktis yang perlu diperhatikan,
antara lain :
1. Penetapan tarif yang dipengaruhi struktur pasar tenaga kerja yang khusus
Yang dimaksud pasar tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja dokter.
Berdasarkan jumlah yang masih terbatas maka kekuatan tawar posisi pemberi
tenaga spesialis terhadap rumah sakit cukup besar.

Dalam keadaan ini maka tarif pelayanan rumah sakit ditentukan oleh spesialis,
termasuk berbagai input, misalnya obat-obatan, jenis tindakan, bahkan peralatan
medik misal pen bagi dokter bedah tulang. Dokter sebagai pemberi jasa bagi
rumah sakit dapat menentukan harga (price-maker).

Dalam keadaan ini sulit bagi rumah sakit (yang dalam pasar tenaga kerja
berposisi sebagai konsumen tenaga spesialis) untuk menetapkan tarif yang
rendah bagi pasien. Seorang direktur rumah sakit swasta keagamaan
menyatakan bahwa salah satu kesulitan menekan tarif bagi pasien supaya
rendah adalah masalah keputusan klinik yang ditetapkan dokter tidak mengacu
pada efisiensi, khususnya pemilihan obat.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 15
2. Transfer Price
Kegunaan transfer price adalah ditujukan untuk :
a. Mengukur keuntungan tiap-tiap unit yang menerima pendapatan;
b. Mengukur investasi secara benar dan dapat digunakan untuk memperkirakan
pendapatan dan pengeluaran suatu unit, misalnya bangsal VIP;
c. Memberikan informasi bagi direksi rumah sakit untuk memutuskan misalnya,
apakah lebih murah untuk memesan makanan bangsal VIP ke pihak katering
luar, atau harus memesan dari instalasi gizi;
d. Memicu desentralisasi dalam manajemen rumah sakit.

Penetapan transfer price tergantung pada berbagai faktor, antara lain :


- ada-tidaknya harga pasar untuk produk yang dihasilkan oleh bagian di rumah
sakit. Misalnya, berapa harga satu porsi katering di luar bila dibandingkan
dengan biaya bagian gizi; struktur pasar rumah sakit bekerja;
- apakah bagian-bagian dalam rumah sakit benar-benar independen atau saling
tergantung.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka transfer price dapat


ditetapkan dengan cara : berbasis pada harga pasar, tawar-menawar, atau
menggunakan beberapa konsep biaya, marginal atau full-cost.

Terdapat perlakuan yang berbeda terhadap barang atau jasa yang dapat
digunakan untuk transfer price. Ada barang atau jasa yang berada dalam struktur
pasar yang monopolis, ada pula yang berada dalam struktur pasar yang bersaing
ketat. Dengan latar belakang ini terdapat berbagai jenis barang atau jasa yang
dapat diberikan transfer price. Golongan pertama adalah produk yang tidak dapat
dibeli dari pihak luar rumah sakit.

Keadaan ini menyebabkan bagian dalam rumah sakit tidak mempunyai pesaing.
Dengan demikian, transfer price ditetapkan berdasarkan unit-cost plus
keuntungan. Golongan kedua adalah produk yang dapat dibeli dari luar rumah
sakit. Pada keadaan ini bagian dalam rumah sakit dipaksa menetapkan transfer
price yang lebih rendah dibandingkan dengan harga luar.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 15
3. Masalah dalam menetapkan tarif untuk produk baru
Masalah praktis lain yang timbul adalah penetapan tarif untuk produk baru. Akan
tetapi, muncul pertanyaan, apa definisi “baru”? Sebuah produk dapat disebut
“baru” karena merupakan produk baru bagi rumah sakit tersebut, tetapi tidak baru
bagi pasar.

Contohnya, rencana RS Harapan Bersama membuka bangsal VIP di daerah


yang telah banyak rumah sakit yang mempunyai bangsal VIP. Bangsal VIP ini
produk baru bagi RS Harapan Bersama, tetapi bukan hal baru untuk masyarakat.

Pada kasus ini tarif dapat ditetapkan oleh RS Harapan Bersama dengan maksud
untuk melakukan penetrasi pasar, yaitu menetapkan tarif lebih rendah daripada
produk serupa yang sudah berada di pasar. Pengertian kedua mengenai “baru”
adalah suatu produk yang baru bagi rumah sakit yang ada dan baru bagi pasar.

Contohnya, saat RS Permata Hidup membuka bangsal super VIP di daerah


pelayanan yang tidak ada bangsal super VIP sebelumnya. Bangsal super VIP
merupakan produk baru bagi RS Permata Hidup dan pasar rumah sakit.

Dalam menetapkan tarif produk baru, RS Permata Hidup dapat membuat tarif
dengan cara menetapkan harga setinggi-tingginya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Apabila tidak terdapat saingan maka RS Permata Hidup dapat
mencapai apa yang disebut keuntungan monopolistik.

C. Latihan
Pilihlah satu jawaban yang benar :
1. Di bawah ini adalah semi variabel cost :
a. Biaya BHP medis / obat
b. Biaya BHP non medis
c. Biaya gaji bulanan
d. Biaya air & listrik
e. Biaya makan - minum pegawai dan pasien

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 15
2. Kegunaan transfer price adalah ditujukan untuk hal-hal di bawah ini, kecuali :
a. Mengukur keuntungan tiap-tiap unit yang menerima pendapatan.
b. Mengukur investasi secara benar dan dapat digunakan untuk
memperkirakan pendapatan dan pengeluaran suatu unit, misalnya bangsal
VIP.
c. Memberikan informasi bagi direksi rumah sakit untuk memutuskan misalnya,
apakah lebih murah untuk memesan makanan bangsal VIP ke pihak
katering luar, atau harus memesan dari instalasi gizi.
d. Memicu desentralisasi dalam manajemen rumah sakit.
e. Mengukur kemungkinan berlangsungnya kompetisi yang baik.

3. Tujuan penetapan tarif adalah sebagaimana di bawah ini, kecuali :


a. Pemulihan biaya
b. Subsidi silang
c. Meningkatkan akses pelayanan
d. Meningkatkan saingan
e. Meningkatkan mutu pelayanan

D. Kunci Jawaban
Jawaban :
1. C
2. E
3. D

E. Daftar Pustaka
1. Wonderling, David; Reinhold Gruen & NickBlack (2005), Introduction to Health
Economics, England: London School of Hygiene & Tropical Medicine (dapat di
download).
2. Stephen Morris, Nancy Devlin, David Parkin (2007): Economic analysis in health
care, England: John Wiley and sons Ltd.
3. Introduction to economics (macro and micro economics): selected topics : John
Sloman ( 2006) Essential of Economics, 4th ed, Prentice Hall.
4. Feldstein: Health Care Economics.
5. Ann Mills. Health Economics for Developing Countries, a survival kit.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 15
6. Drummond: Methods for the economic evaluation of health care programmes.
7. Karen L. Rascati. Essential of pharmacoeconomics.
8. Handbook of Health Economics, Anthony J.Culyer & Joseph Newhouse (e-
book).
9. Pengantar Ilmu Ekonomi (MikroEkonomi dan Makroekonomi), Prathama
Rahardja dan Mandala Manurung.
10. Mikroekonomi Edisi keenam jilid 2 oleh Robert S Pindyck and Daniel L
Rubinfeld.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 15

Anda mungkin juga menyukai