KELOMPOK 13
IKM A 2016
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 3
1. Perhitungan Biaya Satuan Rata-rata .............................................................................. 3
2. Pentarifan....................................................................................................................... 6
3.BEP (Break Event Point) ................................................................................................ 9
4.CRR (Cost Recovery Rate) ........................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................ 16
1. Kesimpulan .................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 17
2
PEMBAHASAN
3
berlaku, dengan melihat kapasitas serta utilitasnya. Rumusnya sebagaii
berikut :
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶
UCn = + atau UCn = AVC + AFC
𝑄𝑐𝑎𝑝 𝑄𝑎𝑐
Keterangan :
UCn =Unit Cost Normative
TFC =Total Fix Cost
TVC =Total Variable Cost
Qcap = Quantity Capacity
Qac = Actual Quantity
AFC =Average Fix Cost
AVC =Average Variable Cost
AC = TC / Q atau AC = FC + TC
2. Pentarifan
2.1. Pengertian dan Tujuan Pentarifan
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut
sebuah rumah sakit atau puskesmas bersedia memberikan jasa kepada
pasien (Trisnantoro, 2006). Pentarifan provider kesehatan sangat
4
diperhatikan oleh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah. Bagi
sebagian rumah sakit pemerintah, tarif ditetapkan oleh Surat Keputusan
Menteri dan Pemerintah Daerah sehingga perlu adanya kontrol yang ketat
dari pemerintah yang merupakan pemilik rumah sakit sebagai firma atau
pelaku usaha. Sedangkan tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh swasta
ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit atas
persetujuan pemilik Rumah Sakit. Penepatan tarif dibedakan menjadi
beberapa tujuan, antara lain:
a. Pemulihan Biaya(Cost-Recovery)
Penetapan tarif dapat dilakukan untuk meningkatkan pemulihan
biaya (cost recovery). Hal tersebut dapat dijumpai pada keadaan
rumah sakit pemerintah yang subsidinya semakin berkurang. Karena,
pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit pemerintah pusat
diterapkan berdasarkan pemulihan biaya, sehingga muncul anggapan
yang menyatakan bahwa kebijakan swadana berkaitan dengan
naiknya tarif rumah sakit.
b. Subsidi Silang (Cross-Subsidization)
Subsidi silang dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
kerugian yang sangat parah pada suatu bagian pelayanan kesehatan
melalui pemanfaatan surplus dari bagian pelayanan kesehatan lainnya.
Contoh, tarif bangsal VIP (dianggap masyarakat ekonomi tinggi)
harus berada di atas unit cost, sehingga surplusnya dapat digunakan
untuk mengatasi kerugian di bangsal kelas III. Contohnya pada
instalasi farmasi.
c. Meningkatkan Penggunaan Pelayanan
Peningkatan kunjungan atau penggunaan layanan kesehatan
dapat dilakukan dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan.
Pemerintah atau rumah sakit selaku povider layanan kesehatan
setidaknya dapat meringankan beban masyarakat miskin yang
memerlukan biaya pengobatan dengan memberikan pengobatan
dengan tarif serendah mungkin. Selain itu, dengan penetapan tarif
yang rendah diharapkan petugas dapat melayananinya sama dengan
5
masyarakat lainnya secara ramah dan cekatan. Karena ketika akses
pelayanan mudah namun mutu yang ditawarkan rendah, dapat saja
membuat konsumen beralih ke provider kesehatan lainnya.
d. Meningkatkan Mutu Pelayanan
Di berbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan
penetapan tarif pada bangsal VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan
untuk peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja
dokter spesialis. Sebagai contoh, bangsal VIP dibangun untuk
mengurangi waktu spesialis di rumah sakit swasta. Terlalu lamanya
waktu yang dipergunakan dokter spesialis pemerintah bekerja di
rumah sakit swasta dapat mengurangi mutu pelayanan.
2.2. Proses Penetapan Tarif
a. Penetapan Tarif Rumah Sakit dengan Menggunakan Pendekatan
Perusahaan
Teknik – teknik penetapan tarif pada perusahaan sebagian besar
berlandaskan informasi biaya produksi dan keadaan pasar. Teknik –
teknik tersebut yakni:
1. Full cost pricing
Menetapkan tarif sesuai dengan unit cost ditambah dengan
keuntungan, sehingga analisis biaya merupakan hal yang mutlak
dilakukan. Teknik ini dikritik karena mengabaikan faktor
demand (asumsinya tidak ada pesaing atau demandnya tinggi
sehingga pembeli dipaksa menerima jalur produksi yang tidak
efisien biaya) dan teknik ini membutuhkan penghitungan biaya
yang rumit dan tepat.
2. Kontrak dengan cost plus
Pentarifan disesuaikan berdasarkan kontrak misal kepada
perusahaan asuransi, organisasi, dan lainnya. Dalam kontrak
penghitungan tarif berbasis pada biaya dengan tambahan surplus
sebagai keuntungan. Namun, masih sering menjadi perdebatan
apakah rumah sakit mendapatkan surplus dari kontrak tersebut
atau sebaliknya.
6
3. Target rate of return pricing
Merupakan modifikasi dari model full cost pricing yang
masih berbasis pada unit cost, tetapi faktor demand dan
pesaingnya telah diperhitungkan. Adapun kondisi yang
dibutuhkan oleh teknik ini yakni rumah sakit berani menetapkan
tarif sendiri tanpa harus menunggu persetujuan pihak lain,
rumah sakit harus dapat memperkirakan besaran pemasukan
yang benar, dan rumah sakit mempunyai pandangan jangka
panjang dengan kegiatannya.
4. Acceptance pricing
Pada situasi ini, dapat muncul rumah sakit yang menjadi
pemimpin tarif dan rumah sakit yang lain mengikutinya.
Masalah akan timbul apabila pemimpin harga ini merubah
tarifnya dan para pengikutnya harus mengevaluasi apakah akan
mengikutinya atau tidak.
b. Melihat Pesaing
Karena struktur pasar rumah sakit menjadi sangat kompetitif,
terdapat dua metode dalam hal ini yakni penetapan tarif di atas
pesaing dan penetapan tarif di bawah pesaing. Adapun yang perlu
diperhatikan dalam kelas ini adalah tujuan pentarifan harus jelas dan
berbasis tujuan struktur pasar dan demand, perlu mencari informasi
kualitatif serta pendapatan dievalusi dalam berbagai tingkat harga
dengan asumsi-asumsi lainnya.
c. Penetapan Tarif pada Organisasi Pemerintah
Pemerintah masih mempunyai kewajiban mengatur tarif untuk
menjamin terjadinya pemerataan pelayanan rumah sakit. Pemerintah
perlu menegaskan beberapa komponen biaya penyelenggaraan
rumah sakit tetap disubsidi (gaji, investasi, dll) sehingga rumah sakit
pemerintah mendapat pengaruh langsung dari peraturan-peraturan
atau norma-norma pemerintah.
7
3. BEP (Break Event Point)
3.1 Pengertian Break-Even Point
8
Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi Selanjutnya, dengan adanya
analisis break even point tersebut akan membantu manajer perusahaan
dalam mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian dan
memaksimalkan keuntungan serta memprediksi jumlah produk yang harus
terjual berdasarkan keuntungan yang diharapkan.
R(X) - AVC(X) – FC = P
Keterangan:
AVC(X) = Total variable cost dimana rumusnya variable cost per unit
dikalikan dengan jumlah unit.
P = Profit
Karena dalam kondisi BEP, profit tidak ada atau sama dengan 0
sehingga rumusnya dapat diturunkan sebagai berikut :
R(X) - AVC(X) – FC =0
R(X) - AVC(X) = FC
(R-AVC) (X) = FC
X = FC / (R – AVC)
9
b) Rumus BEP Pendapatan
10
1. Total Cost Recoveryadalah perbandingan antara pendapatan total
sistem pelayanan kesehatan dengan total biaya yang dikeluarkan dan
dinyatakan dalam persen.
2. Unit Cost Recovery, merupakan perbandingan antara pendapatan total
unit pelayanan dengan total biaya unit yang dikeluarkan dan
dinyatakan dalam persen.
11
b. CRR jangka menengah, dapat menutupi biaya operasional dan biaya
pemeliharaan. CRR ini mengalokasikan waktu 5 tahun.
c. CRR jangka panjang, dapat menutupi biaya operasional dan biaya
ivestasi. CRR ini dapat mengalokasikan waktu lebih dari 5 tahun.
12
PENUTUP
1. Kesimpulan
Biaya satuan (Unit Cost) disebut juga biaya rata-rata (Average Cost)
merupakan biaya yang diperlukan atau dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
satuan produk (barang atau jasa) atau dalam bidang kesehatan biaya ini
dihitung untuk setiap pelayanan. Jenis biaya satuan ada dua, yaitu Biaya
Satuan Aktual dan Biaya Satuan Normatif.
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut
sebuah provider kesehatan bersedia memberikan jasa kepada pasien atau
konsumen. Proses penetapan tarif dapat dilakukan dengan menentukan
pendekatan apa yang digunakan seperti dengan pendekatan full cost pricing,
kontrak dengan cost plus, target rate of return pricing, atau acceptance
princing. Setelah menentukan pendekatan, dapat melihat pesaing yang ada.
Kemudian melakukan penetapan tarif sesuai ketentuan dari pemerintah.
Break Event Point (BEP) merupakansuatu kondisi yang menunjukan di
mana perusahaan tidak mengalami laba maupun juga tidak menderita
kerugian. Titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan
bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang
terjadi selama periode tersebut. Besarnya biaya dan pendapatan adalah sama
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan
Cost Recovery Rate (CRR) adalah nilai dalam persen yang menunjukkan
seberapa besar kemampuan rumah sakit menutup biayanya dengan
penerimaannya dari retribusi pasien (revenue) atau bisa dikatakan sebagai
indikator efisiensi dan merupakan tingkat kemampuan mengembalikan biaya
dari suatu unit usaha dalam periode tertentu. Cost Recovery Rate (CRR)
merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya, secara
langsung dari setiap perubahan pada faktor pendapatan dan faktor biaya
berdampak pada faktor pendapatan dan faktor biaya berdampak terhadap Cost
Recovery Rate.
13
DAFTAR PUSTAKA
14