Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur

bagi Allah SWT yang dengan ridho-Nya. Kami dapat menyelesaikan Paper ini dengan baik dan

lancar.

Dalam paper ini, kami akan memaparkan tentang ”Capital Budgeting”. paper ini

diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Berbagai teknik

dan intrik kami kemas dalam paper ini, dan juga kami berharap bisa dimanfaatkan semaksimal

mungkin.Paper ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Manajemen

Keuangan.

Dalam penulisan paper ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang dimiliki penulis.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan pembuatan paper ini dan semoga paper ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Yogyakarta, 12 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia usaha yang cukup cepat pada era globalisasi saat ini dengan adanya

kemajuan di bidang tekhnologi dan informasi mendorong perusahaan untuk berfikir secara kritis

untuk dapat bersaing dengan kompetitornya. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan

memperluas pasar atau dengan menambah kapasitas industrinya, bisa dengan ekspansi perusahaan

atau dengan memanfaatkan tekhnologi informasi yang mumpuni untuk proses produksinya.

Perusahaan yang sedang mempertimbangkan untuk menjalankan progam investasi akan

membutuhkan dana atau modal yang besar.

Permodalan yang besar biasanya akan menjadi kendala bagi perusahaan. Untuk mengatasi kendala

tersebut perusahaan harus mencari sumber-sumber pendanaan yang mampu menyediakan dana

segar agar progam yang akan dijalankan mampu berjalan dengan baik. Dalam proses pencarian

sumber dana, perusahaan harus mampu menunjukkan perencanaan progam investasi yang akan

dilakukan yaitu dengan menunjkkan sebuah analisa kelayakan investasi.

Perencanaan atau analisa investasi ini diperlukan agar mampu memberikan gambaran, dari dana

yang akan digunakan ini layak untuk dicairkan atau tidak dan apakah mampu memberikan

keuntungan bagi perusahaan atau pemilik modal di masa yang akan datang.Proses analisa investasi

ini dapat dilakukan dengan perhitungan capital budgeting atau penganggaran modal.

Menurut Bambang Riyanto (2001) capital budgeting adalah “keseluruhan proses perencanaan dan

pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana

tersebut melebihi waktu satu tahun”.

Perhitungan Capital Budgeting ini diperlukan karena dalam melakukan investasi jangka panjang,

perusahaan harus memiliki prakiraan investasi tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama

jangka waktu beberapa tahun, atau juga investasi itu akan memberikan keuntungan pada tahun

keberapa setelah progam investasi tersebut dilakukan. Dari hasil tersebut, diharapkan perusahaan

dapat memberikan informasi kepada pemberi permodalan dan pemberi modal mampu melakukan

pengambilan sebuah keputusan untuk menanamkan modalnya dalam progam investasi tersebut
karena dari hasil perhitungan capital budgeting diketahui bahwa progam tersebut layak untuk

didanai.

Penulisan paper ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai apa itu capital budgeting dan

juga metode perhitungan apa saja yang dapat dugunakan untuk menganalisa capital budgeting.

Dengan adanya paper ini diharapkan mampu menjadi bahan pembelajaran terutama bagi penulis

dan juga bagi para mahasiswa yang sedang belajar mata kuliah manajemen keuangan perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah kali ini, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Capital Budgeting atau Penganggaran Modal?

2. Apa pentingnya Capital Building?

3. Metode perhitungan apa saja yang digunakan untuk menganalisa capital budgeting?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa itu Capital Budgeting atau Penganggaran Modal

2. Untuk mengetahui seberapa pentingnya Capital Building atau Penganggaran modal

3. Mengetahui metode apa saja yang digunakan untukmenganalisa Capital Budgeting atau

Penganggaran Modal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Capital Budgeting

Capital budgeting atau penganggaran modal merupakan sebuah perhitungan atau analisa yang

dilakukan untuk menghitung sebuah kelayakan proyek yang digunakan untuk progam investasi

jangka panjang yang dapat berupa penyediaan aset tetap maupun expansi perusahaan. Beberapa

ahli mendefinisikan capital budgeting dengan beragai macam versi.

Menurut Riyanto (2010) capital budgeting adalah “keseluruhan proses perencanaan dan

pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana

tersebut melebihi waktu satu tahun”. Sedangkan menurut Menurut Syamsuddin (2011) capital

budgeting adalah “keseluruhan proses pengumpulan, pengevaluasian, penyeleksian, dan penentuan

alternatif penanaman modal yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan untuk jangka

waktu yang lebih dari setahun”. Selain dua pendapat diatas, Houston dan Brigham (2011)

mendefinisikan capital budgeting sebagai “proses analis proyek secara keseluruhan dan

memutuskan proyek mana yang akan dimasukkan dalam anggaran modal”

2.2 Prinsip Penilaian Aset Secara Umum

Capital budgeting merupakan analisa yang dilakukan untuk menghitung sebuah kelayakan proyek

yang akan digunakan untuk program investasi jangka panjang yang dapat berupa penyediaan aset

tetap maupun expansi perusahaan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya atau perluasan

pasar bagi perusahaan.

Dalam penganggaran modal menurut Hansen dan Mowen (2005) terdapat dua jenis yaitu proyek

independen dan proyek saling ekslusif. Proyek independen merupakan sebuah proyek yang

misalnya diterima ataupun ditolak tidak akan mempengaruhi arus kas proyek lainnya, sedangkan

proyek saling ekslusif yaitu apabila suatu proyek dinyatakan diterima maka akan berakibat dapat

menghalangi aliran kas pada proyek lainnya. Dalam proses penganggaran modal akan melibatkan

tiga faktor utama yang saling berkaitan,yaitu manfaat, waktu, dan resiko. Faktor manfaat

mendefinisikan sebagai keterkaitan manfaat yang akan diterima oleh perusahaan di waktu
mendatang. Faktor waktu terkait dengan selisih ataupun jeda waktu pada saat kas dikeluarkan

sampai dengan proyek selesai sehingga menghasilkan kas masuk bagi perusahaan. Sedangkan

faktor resiko akan selalu muncul pada saat melakukan sebuah investasi, karena setiap investasi

yang dijalani akan memiliki resiko yang harus dihadapi sehubungan dengan realisasi dari arus kas

masuk di masa depan dimana itu bisa saja meleset dari perkiraan ataupun perencanaan semula.

Di dalam melakukan analisa capital budgeting diperlauakan estimasi arus kas. Estimasi ini dimulai

dari awal proyek akan dijalankan sampai dengan proyek tersebut bisa berjalan. Pada saat awal

proyek tersebut dijalankan kas perusahaan masih negatif karena proyek tersebut belum dapat

menghasilkan bagi perusahaan karena perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan

proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai barulah arus kas bisa menjadi positif karena

perushaan akan menerima penghasilan dari proyek investasi yang telah dijalankan tersebut.

2.3 Masalah dalam Meghitung Aliran Kas

Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang lebih besar pada saat proyek tersebut

dijalankan daripada arus kas yang masuk tanpa menjalankan proyek tersebut. Di dalam capital

budgeting ini disebut sebagai arus kas relevan atau arus kas tambahan (incremental cash flow).

Menurut Ross (2008) Incremental cash flow merupakan selisih antara arus kas perusahaan di masa

depan apabila proyek tersebut dilaksanakan dengan arus kas perusahaan di masa depan tanpa

proyek tersebut. Arus kas tambahan untuk evaluasi proyek terdiri dari seluruh perubahan arus kas

pada masa yang akan datang sebagai sesuatu konsekuensi langsung dari proyek yang

dijalankan.Dengan demikian, pada saat menjalankan proyek kita berharap ada arus kas masuk

yang lebih besar daripada proyek tersebut tidak dijalankan, namun dalam beberapa situasi kita

dapat melakukan sebuah kesalahan dalam menentukan pilihan yang diambil. Meneurut Ross

(2008) ada beberapa kesalahan yang umum terjadi, yaitu :

1. Sunk cost

Merupakan biaya yang telah terjadi ataupun telah dikueluarkan sehingga tidak boleh

diperhitungkan dalam sebuah keputusan investasi. Perushaan harus selalu berhati-hati dalam

mengelola sunk cost, karena sunk cost ini walaupun sudah dikeluarkan tidaklah mampu untuk
menjadi penentu keputusan yang relevan. Terkadang biaya yang sudah kita keluarkan bisa menjadi

sia-sia karena keputusan yang diambil tidak mempedulikan hasil dari timbulnya biaya tersebut.

2. Opportunity Cost

Opportunity Cost atau biaya kesempatan yang hilang merupakan sebuah alternatif paling bernilai

yang dilepaskan apabila suatu pilihan investasi dilakukan. Dalam hal ini opportunity cost

membuat kita untuk mengorbankan suatu manfaat yang dapat kita terima jikalau kita tidak

mengambil keputusan tersebut.

3. Side Effect

Side effect dapat diklasifikan sebagai erosi atau sinergi. Erosi terjadi ketika produk baru

menurukan cash flow sedangkan sinergi terjadi sebaliknya. Erosi merupakan arus kas dari proyek

baru yang menjadi beban bagi proyek yang sudah ada. Dapat dimungkinkan ketika mengambil

suatu pilihan proyek, dapat berdampak pada proyek yang lain. Sebagai contoh apabila kita telah

memiliki produk A dan melakukan pengambilan keputusan untuk menghadirkan produk B. Dapat

dimungkinkan bahwa penjualan produk B akan lebih disukai konsumen yang akan berdampak

pada berkurangnya penjualan pada produk A.

2.4 Pentingnya Capital Budgeting

Capital budgeting sangat penting bagi perusahaan karena di dalamnya terdapat jumlah biaya yang

besar sedangkan manfaatnya baru dapat dinikmati dalam jangka panjang. Keputusan di bidang capital

budgeting ini akan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan perusahaan di masa yang

akan datang.Menurut Dr. Darmawan Sjahrial (2008:19) Capital budgeting mempunyai arti yang

sangat penting bagi perusahaan karena:

1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang, sehingga ini berpengaruh

bagi penyediaan dana untuk keperluan lain.

2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan diwaktu yang akan

datang.

3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.
4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai

akibat yang panjang dan berat.

2.5 Metode Analisis Capital Building

1. Payback Period

Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu

kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu

proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004)payback period

adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi

dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Selanjutnya menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu

yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback

period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang

tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi

akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk

sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara

menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas

keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah

alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat

Rumus Payback Period

Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih

Catatan : Rumus ini mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah sama pada

setiap periode atau sama pada setiap tahunnya.

Atau : Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n

c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

Catatan : Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda.

Contoh kasus perhitungan Payback Period

Manajemen PT. INGIN MAJU sedang mempertimbangkan pembelian mesin produksi

komponen elektronika. Dengan membeli Mesin produksi yang berharga Rp. 250 juta ini,

keuntungan atau pendapatan bersih didapat dari penambahan mesin tersebut adalah sebesar

Rp. 70 juta pertahun. Berapakah Payback Period untuk Mesin Produksi ini?

Diketahui : Nilai Investasi = Rp. 250.000.000,-

Kas Masuk Bersih = Rp. 70.000.000,-

Payback Period = ?

Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih

Payback Period = Rp. 250.000.000,-/ Rp. 70.000.000,-

Payback Period = 3,57

Jadi Periode pengembalian modal atau payback period untuk mesin produksi tersebut adalah

selama 3,57 tahun.

Kelebihan yaitu dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk menenntukan lamanya

waktu pengembalian dana investasi, memberikan informasi mengenai lamanya break even

project, sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka

semakin pendek pula resiko kerugiannya, untuk membandingkan dua proyek yang memiliki

resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian

investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.

Kelemahan yaitu metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds

yang diperoleh sesudah payback periode tercapai, mengabaikan time value of money (nilai

waktu uang),tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan,


digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan

proyek pembangunan yang telah direncanakan.

2. Net Present Value (NPV)

Shook (2002,372) berpendapat bahwa : “Konsep net present value merupakan metode

evaluasi investasi yang menghitung nilai bersih saat ini dari uang masuk dan keluar dengan

tingkat diskonto atau tingkat imbal hasil yang disyaratkan. Investasi yang baik mempunyai

nilai bersih saat ini yang positif”. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992,115)

mengatakan bahwa: “Net present value adalah selisih antara present value dari keseluruhan

proceeds yang didiscontokan atas dasar biaya modal tertentu dengan present value

pengeluaran modal”. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Net Present

Value adalah Sebuah metode evaluasi Investasi dengan mengukur selisih antara present value

dari proceeds dan nilai investasi awal.

Kriteria suatu proyek investasi dapat diterima jika NPV lebih dari 0 (NPV > 0) dan suatu

proyek akan ditolak jika NPV lebih kecil dari 0 (NPV < 0) (Ross, 2008). NPV atau Net

Present Value ini banyak digunakan dalam penganggaran modal untuk menganalisa

profitabilitas dari sebuah proyek ataupun proyeksi investasi. Para pemilik modal ataupun

manajemen perusahaan dapat menggunakan perhitungan NPV ini untuk mengevaluasi apakah

akan berinvestasi atau tidak berinvestasi pada suatu proyek baru ataupun investasi pada

pembelian aset baru.

Rumus NPV (Net Present Value)

NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0


Dimana :

NPV = Net Present Value (dalam Rupiah)

Ct = Arus Kas per Tahun pada Periode t

C0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam Rupiah)

r = Suku Bunga atau discount Rate (dalam %)

Selain rumus NPV diatas, kita juga dapat menggunakan tabel PVIFA (Present Value

Interest Factor for an Annuity). kemudian masukan hasilnya ke persamaan atau rumus

NPV dibawah ini :

NPV = (Ct x PVIFA(r)(t)) – C0

Tabel FVIFA dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

PVIFA = 1 – (1+r)–n
r
Contoh Kasus Perhitungan NPV (Net Present Value)

Manjemen Perusahaan INGIN MAJU ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan jumlah

produksi produknya. Harga Mesin produksi yang baru tersebut adalah sebesar Rp. 150 juta dengan

suku bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Arus Kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp. 50

juta per tahun selama 5 tahun. Apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat

dilanjutkan?

Penyelesaiannya :

Diketahui :

Ct = Rp. 50 juta

C0 = Rp. 150 juta

r = 12% (0,12)
Jawaban :

NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0

NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5)– 150

NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150

NPV = 180,24 – 150

NPV = 30,24

Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.

Menggunakan Tabel PVIFA

Berdasarkan tabel PVIFA, angka yang didapat dari suku bunga 12% (r) dan periode 5 tahun (t)

adalah sebesar 3.6048. Angka tersebut dimasukan ke rumus NPV dibawah ini :

NPV = (Ct x PVIFA(r)(t)) – C0


NPV = (50 x PVIFA(12%)(5)) – C0
NPV = (50 x 3,6048) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Hasilnya juga sama dengan nilai NPV yang didapat dari rumus NPV pertama yaitu se30,24 atau

Rp. 30,24 juta,

Analisis dan Penilaian NPV (Net Present Value)

Dari hasil perhitungan contoh soal kita diatas, nilai bersih saat ini atau nilai Net Present Value

(NPV) adalah Positif dengan nilai sebesar Rp. 30,24 juta. Ini berarti Mesin Produksi yang

bersangkutan dapat menghasilkan sekitar Rp. 30,24 juta setelah melunasi biaya pembelian mesin

dan juga biaya bunga. Sesuai dengan perhitungan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa rencana

investasi pembelian mesin produksi baru dapat dilanjutkan. Perhitungan NPV ini tidak saja

digunakan untuk mengevaluasi layak atau tidaknya untuk berinvestasi, namun juga digunakan

untuk membandingkan investasi mana yang lebih baik jika terdapat dua pilihan investasi atau

lebih.
Perlu diketahui juga, meskipun perhitungan NPV ini merupakan alat yang sangat bagus untuk

membuat keputusan dalam berinvestasi, yaitu mempunyai keuntungan dengan menggunakan

metode NPV adalah memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money),

mempertimbangkan semua arus kas yang diharapkan pada potensi investasi tanpa memperhatikan

waktu dari arus kas tersebut dan model ini memungkinkan perbandingan yang dibuat antara

proyek dengan pola arus kas yang berbeda dengan menggunakan tingkat diskonto yang sama

yang ditetapkan sebelumnya (Klammer, 2000), namun analisa tidak selalu akurat, yaitu

mempunyai kelemahan dari metode ini adalah model memberikan sebuah kesalahan kecermatan,

perhitungan present value didasarkan pada estimasi dari ketidakpastian arus kas masa akan datang,

keakuratan perhitungan keuangan mungkin berakibat pada kualitas dan faktor waktu tanpa

menerima pertimbangan yang cukup dan asumsi pemilihan discount rate adalah sulit untuk

sebagian individu (Klammer, 2000). Hal ini dikarenakan persamaannya bergantung pada banyak

perkiraan dan asumsi yang sangat sulit untuk benar-benar akurat. Seperti pada contoh kasus diatas,

manajemen perusahaan INGIN MAJU tidak tahu dengan pasti apakah mesin tersebut akan

menghasilkan Rp. 50 juta per tahunnya (karena hanya perkiraan atau asumsi) dan mungkin juga

tingkat bunga akan berubah seiring dengan perkembangan pasar, terkecuali terdapat perjanjian

yang pasti dengan pihak kreditur. Satu-satunya yang diketahui oleh manajemen perusahaan adalah

biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin produksi tersebut pada saat ini.

3. Internal Rate of Return

Menurut Brigham & Houston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto (2009;524) adalah : “IRR adalah

metode penyusutan peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian dari

sebuah investasi, yang dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai

sekarang dari arus kas masuk masa depan ke biaya proyek. Sedangkan menurut Arthur J. Keown,

John D. Martin, J. William Petty. David F. Scott, JR (2008; 301) “IRR adala h kriteria keputusan

penganggaran modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat dari suatu proyek.”

Jadi IRR adalah suatu kriteria keputusan yang di ambil perusahaan dalam penganggaran modal

yang mencerminkan tingkat pengmbalian suatu proyek.IRR dapat menjadi sebuah indikator dari

tingkat efisiensi dari suatu investasi. Sebuah proyek atau investasi dapat dilakukan apabila sebuah
laju pengembaliannya (rate of return) yaitu lebih besar dari laju pengembaliannya apabila

melakukan suatu investasi lain (bunga deposito bank, reksadana dan lainlainnya).Fungsi dari IRR

juga dapat dipakai dalam menentukan apakah benar bahwa investasi tersebut dapat dilaksanakan

ataukah tidak. Karena itu,biasanya dipakai dengan acuan bahwa investasi yang telah dilakukan

harus lebih tinggi dari Minimum Acceptable Rate of Return (MARR). MARR ialah suatu laju

dari pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh sebuah investor.

Rumus IRR:

Sebuah suku bunga IRR akan didapat apabila NPV = 0 maksutnya suku bunga yang dapat

diberikan investasi yang memberikan NPV = 0. Syarat paling utama yaitu ialah IRR > dari suku

bunga MARR nya. Untuk memperoleh suatu hasil akhir dari sebuah perhitungan IRR, maka kita

harus mencari terlebih dahulu nilai dari discount rate yang akan menghasilkan NPV positif.

kemudian kita cari discount rate yang akan menghasilkan NPV negatif. Berikut ini adalah

Rumus IRR:

Keterangannya :

IRR = Internal Rate of Return

i1 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+)

i2 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (-)

NPV1=Net Present Value yaitu bernilai positif

NPV2= Net Present Value yaitu bernilai negatif

IRR memiliki tiga buah nilai dimana pada masing-masing nilai tersebut memiliki makna

tersendiri terhadap suatu kriteria investasi. Berikut ini untuk lebih jelasnya:

IRR < SOCC, maksudnya bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial.

IRR = SOCC, maksutnya suatu usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan break even

point.

IRR > SOCC, maksutnya yaitu suatu usaha atau proyek tersebut layak secara

finansial.
Dimana SOCC adalah Social Opportunity Cost of Capital/biaya modal.

Kelebihan dan Kekurangan IRR

Kelebihan dari metode perhitungan IRR yaitu tidak dipertimbangkan time value of Money.

Dengan begitu perhitungan dapat dilakukan lebih tepat dan realistis dibandingkan dengan

menggunakan metode accounting rate of return.

Sedangkanpada kekurangan metode ini yaitu perlu waktu untuk menghitungnya, termasuk

pada saat cas inflow tidak terdistribusi secara merata (walaupun kebanyakan kalkulator bisnis

sudah dilengkapi dengan sebuah program untuk menghitung IRR). Selain itu pada metode ini

juga tidak dapat mengidentifikasi ukuran investasi dalam berbagai proyek yang bersaing dan

juga tingkat keuntungannya.

Contoh Soal :

Perusahaan INGIN MAJU mempertimbangkan usulan proyek investasi Rp. 150.000.000.

Umur proyek tersebut diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.

Arus kas yang dihasilkan:

Tahun 1 : Rp 60.000.000

Tahun 2 : Rp 50.000.000

Tahun 3 : Rp 40.000.000

Tahun 4 : Rp 35.000.000

Tahun 5 : Rp 28.000.000

Bila diasumsikan MARR = 10%

Jawab:

Dicoba dengan faktor diskonto 16%:

Tahun 1 arus kas : Rp 60.000.000 x 0,8621 = Rp 51.726.000

Tahun 2 arus kas : Rp 50.000.000 x 0,7432 = Rp 37.160.000

Tahun 3 arus kas : Rp 40.000.000 x 0,6417 = Rp 25.668.000

Tahun 4 arus kas : Rp 35.000.000 x 0,5523 = Rp 19.330.500

Tahun 5 arus kas : Rp 28.000.000 x 0,419 = Rp 17.973.200

Total PV = Rp 100.131.700
Investasi Awal = Rp 150.000.000

NPV = Rp – 49.868.300

Dicoba dengan faktor diskonto 10%:

Tahun 1 arus kas : Rp 60.000.000 x 0,9090 = Rp 54.540.000

Tahun 2 arus kas : Rp 50.000.000 x 0,8264 = Rp 41.320.000

Tahun 3 arus kas : Rp 40.000.000 x 0,7513 = Rp 30.052.000

Tahun 4 arus kas : Rp 35.000.000 x 0,6830 = Rp 23.905.500

Tahun 5 arus kas : Rp 28.000.000 x 0,6209 = Rp 17.385.200

Total PV = Rp 167.202.200

Investasi Awal = Rp 150.000.000

NPV = Rp 17.202.200

IRR = 10% + (Rp.17.202.200/Rp. 67.070.500) x 6 %

IRR = 11,5388%

Kesimpulannya, proyek investasi tersebut bisa diterima. Karena IRR > 1

4. Profitability Index (PI)

Shook (2002;456) mengatakan bahwa:“Profitability index adalah Prediksi arus kas masa

depan perusahaan dibagi investasi awalnya” Suad Usman dan Suwarsono (1994;192)

mengatakan bahwa profitability index menghitung perbandingan antara nilai sekarang

penerimaan- penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi". Dari

kedua pengertian profitability index tersebut dapat disimpulkan profitability index adalah

metode Prediksi kelayakan suatu proyek dengan membandingkan nilai penerimaan-

penerimaan bersih dengan nilai investasi, dengan kriteria kelayakan apabila PI lebih besar dari

pada (satu) 1 maka rencana investasi dapat diterima, sedangkan apabila PI lebih kecil dari

pada (satu) 1 maka rencana investasi ditolak.

Rumus Profitability Index (PI):

PI = NILAI ALIRAN KAS MASUK


NILAI INVESTASI
2.6 Mutually Exclusive Project

Mutually exclusive projects adalah suatu investasi dimana ketika kita memilih mengambil suatu

investasi, maka kita tidak bisa mengambil investasi lain. Ketika kita mempunyai proyek yang

eksklusif secara mutual, kita tidak seharusnya mengurutkan mereka berdasarkan pengembalian.

Secara lebih umum, saat kita membandingkan investasi-investasi untuk menentukan yang terbaik,

melihat IRR dapat membingungkan. Sebaliknya, kita perlu melihat pada NPV yang relatif untuk

menghindari kemungkinan memilih secara keliru. Pada akhirnya kita tertarik dalam menciptakan

nilai untuk para pemegang saham, sehingga pilihan dengan NPV lebih tinggi adalah lebih disukai,

tidak melihat berapa pengembalian yang sebanding. Ada dua isu yang dibicarakan, yaitu masalah

skala dan masalah waktu. Jika terjadi konflik antara IRR dan NPV, beberapa hal yang bisa

dilakukan adalah :

1. Menggunakan NPV. Penggunaan NPV lebih kuat dibandingkan dengan metode lainnya.

2. Menghitung NPV untuk aliran kas tambahan.

3. Menghitung IRR untuk aliran kas tambahan.

Contohnya jika kita mempunyai suatu lahan di sudut, maka kita bisa membangun pompa bensi

atau gedung, tetapi tidak bisa keduanya. Ini adalah alternative yang eksklusif secara mutual.

2.7 Project With Unequal Lives / Proyek dengan berbeda usia

Misal, ada 2 proyek investasi yaitu A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp700.000 dan

menghasilkan kas masuk sebesar Rp300.000 per tahun selama 3 tahun.

Proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp900.000 dan menghasilkan kas masuk sebesar

Rp200.000 per tahun selama 6 tahun. Tingkat keuntungan yang disyaratkan 10% per tahun

Tahun PV Cash Flow PV of Cash Flow


(Rp.) (Rp.)
1 0.9091 300.000 272.272
2 0.8264 300.000 247.933
3 0.7513 300.000 225.394
Total 746.055
Investasi 700.000
NPV 46.055
Tahun PV Cash Flow PV of Cash Flow
(Rp.) (Rp.)
1 0.9091 250.000 227.272
2 0.8264 250.000 206.611
3 0.7513 250.000 187.828
4 0.6830 250.000 170.753
5 0.6209 250.000 155.230
6 0.5645 250.000 141.118
Total 1.088.815
Investasi 900.000
NPV 188.815

Hasil perhitungan di ats menunjukkan bahwa NPV(B)>NPV(A).. Karena itu proyek B akan dipilih.

Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin lama usia proyek akan semakin tinggi

nilai NPV. Hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek tersebut independent, namun menjadi

masalah jika proyek tersebut Mutually exclusive ( saling meniadakan )untuk memperoleh

perbandingan yang lebih valid, kita perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut.

Ada dua cara yang bisa dilakukan :

1) Menyamakan Usia.

2) Equivalent Annual NPV (EANPV).

Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa

disamakan menjadi usia 6 tahun. Proyek A mengalami dua siklus, proyek B mengalami satu

Proyek A memiliki usia 3 tahun,sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa

disamakan menjadi usia 6 Metode ini mempunyai kelemahan, jika horison waktu suatu proyek

cukup panjang. Misal, proyek “A” mempunyai usia 11 tahun, sedangkan proyek lainnya 19 tahun.

Common factoruntuk keduanya adalah 11 × 19 = 209 tahun. Untuk mengatasi kelemahan tersebut

digunakan metode Equivalent Annula NPV ( EAN ) . Metode ini merubah NPV yang dihitung

menjadi angka NPV tahunan. Asumsi metode ini adalah proyek dilakukan terus menerus.

Equivalent Annual NPV = NPV n

-----------------------------

PVIFA (r,n)

Dimana :

NPVn = Net Present Value Proyek


PVIFA (r,n) =Present value factor annuaity didasarkan pada tingkat keuntungan

yang disyaratkan ( r ) dan usia proyek (n).

Contoh :

Keterangan Proyek A (Rp.) Proyek B (Rp.)


NPV 46.055,60 188.815,17
PVIFA(10,3) 2,4869
PVIFA(10,6) 4,3553
Equivalent Annual NPV 18,519,28 43.352,97

Oleh karena Proyek A dan Proyek B “ mutually exclusive” maka dipilih proyek B karena

memilikik Equivalent annual NPV yang lebih besar.

Analisis investasi ini untuk dua proyek dengan usia berbeda dan mutually exclusive (saling

membedakan ) dan kita harus memilih salah satu. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah

mengasumsikan kondisi yang yang sama (tingkat inflasi dan tehnologi) selama umur proyek . Jika

kita memperkirakan tingkat inflasi dan tehnologi berbeda, akan menyebabkan aliran kas keduanya

berbeda, maka kita harus memperhitungkan efek terssebut ke dalam perkiran aliran kas.

2.8 Real Options

Pada saat pelaksanaan proyek, sering terjadi perbedaan antara asumsi yang digunakan saat

penyusunan rencana proyek dengan kenyataan dilapangan pada saat proyek sudah dilaksanakan.

Hal tersebut menyebabkan pihak manajemen harus melakukan penyesuaian terhadap perubahan

yang terjadi dilapangan. Penyesuaian ini dikenal dengan istilah real options. Adanya peluang

untuk melakukan penyesuaian tersebut dapat meningkatkan nilai dari proyek investasi. Dalam hal

ini nilai proyek investasi merupakan nilai NPV yang dihitung dengan cara tradisional

ditambahdengan nilai opsi yang dilakukan. Dalam menentukan alternatif penyesuaian, ada 3

metode yang bisanya terjadi:

1. Option to expand

Option to expand adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperluas suatu proyek atau

investasi yang diterima ketika perhitungan dengan menggunakan NPV bernilai positif.

2. Abandoment Option

Merupakan opsi untuk menghentikan suatu proyek jika arus kas operasinya ternyata lebih
rendah dari yang diperkirakan. Opsi ini dapat meningkatkan perkiraan profitabilitas sekaligus

menurunkan resiko nilai proyek.

3. Timing Options

Analisis NPV konvensional berasumsi bahwa suatu usulan proyek akan diterima atau ditolak.

Jika kriteria NPV dapat terpenuhi berarti proyek tersebut akan dilaksanakan sekarang, jika

tidak makan proyek tersebut tidak akan dilaksanakan sama sekali. Namun, dalam realitanya

terkadang perusahaan memiliki opsi ketiga, yaitu dengan menunda untuk melakukan

pengambilan keputusan terhadap proyek tersebut sampai pada suatu saat nanti sampai pada

banyaknya informasi yang tersedia. Opsi ini diharapkan dapat meningkatkan NPV dari proyek

tersebut.

BAB III

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penganggaran modal (capital budgeting) adalah keseluruhan proses mulai dari perencanaan

sampai dengan pengambilan keputusan untuk pengeluaran sejumlah dana (investasi) dimana
jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu 1 tahun. Capital budgeting sangat penting

bagi perusahaan karena di dalamnya terdapat jumlah biaya yang besar sedangkan manfaatnya baru

dapat dinikmati dalam jangka panjang. Keputusan di bidang capital budgeting ini akan memiliki

pengaruh yang besar terhadap perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Di dalam

melakuan analisa capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Perusahaan mengharapkan akan

menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada sebelum melakukan suatu investasi. metode

penilaian investasi yang telah dijelaskan diatas, ternyata ada 3 metode yang cukup baik digunakan

dalam menilai investasi yaitu metode Net Present Value (NPV), metode profitability index (PI)

dan metode Internal Rate of Return (IRR). Hal ini terutama karena ketiga metode tersebut

memperhatikan nilai waktu dan uang dalam analisa penilaiannya.

Dengan demikian, perhitugnan NPV, PI, dan IRR semuanya menggunakan basis konsep yang

sama, yaitu present value dari aliran kas yang terjadi, baik aliran kas keluar maupun aliran kas

masuk sedangkan Metode payback period memeiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

1. Mengabaikan nilai waktu dari uang

2. Mengabaikan proceeds setelah PBP dicapai

3. Mengabaikan nilai sisa

4.2 Saran

1. Perusahaan perlu menerapkan analisis capital budgeting untuk menilai kelayakan investasi

aset tetap, yaitu menyusun rencana investasi dengan sebaik-baiknya, serta melakukan estimasi

terhadap arus kas atas proyek investasi yang hendak dilakukan.


2. Perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian yang memadai terhadap operasi perusahaan

untuk menghindari pelaksanaan proyek tidak menyimpang terlalu jauh dari apa yang sudah

direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown, David F. Scott, Jr., John D. Martin, J. William Petty. 2010. Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid 1 (Edisi Kesepuluh). Jakarta:PT. Indeks.

Djarwanto.Ps, 2003, Pokok Analisis Laporan Keuangan, BPFE UGM Yogyakarta.


Hanafi, Mamduh M. 2013. Manajemen Keuangan, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan.
Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William dan Schott, David F. JR., 2010. Financial
Management: Principles and Application. Ninth Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Riyanto, B. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE

Ross, Westerfield and Jaffe. 2005. Corporate Finance. 7th edition McGraw-Hill.

Ross, Westerfield, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate Finance


Fundamentals. Jakarta : Salemba Empat.

Shook, R. J. dan Roy Sembel. 2002. Wall Street Dictionary, Kamus Lengkap Keuangan Wall
Street. Jakarta: Erlangga.

Sjahrial, Dermawan. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Syamsudin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada

Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam:


Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan Ed. Baru. Jakarta: Rajawali
Pers.

Anda mungkin juga menyukai