c. WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah 25%
Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21 sebesar 20% lebih tinggi
dari mereka yang memiliki NPWP.
2. Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah pusat
maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainya,
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu, baik badan
pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha
dibidang lain.[2]
Tarif PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut:
a. Atas impor :
d. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan
bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
1) Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak
final
e. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
f. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API =
0,5% x nilai impor.
g. Atas penjualan
h. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
b. Bunga;
c. Royalti;
d. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus angkutan darat untuk
jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis
b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan.
d. Jasa lain:
1) Jasa penilai
2) Jasa aktuaris
3) Jasa akuntansi
5) Jasa pengeboran di bidang penambangan minyak dan gas bumi, kecuali yang dilakukan oleh
BUT
13) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan KSEI dan KPEI;
17) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
18) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
19) Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
24) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi;
25) Jasa pembasmian hama;
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan pembayaran pinjaman
c. Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset
d. Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
b. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada
perusahaan asuransi di luar negeri.
3. Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan tujuan khusus yang didirikan atau
bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak yang memiliki hubungan khusus
untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT) didirikan di Indonesia.
4. Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.
B. Penghitungan Pajak
1. PPh Pasal 21
Menghitung PPh pasal 21 Pegawai Tetap:
Ahmad Zakaria adalah pegawai tetap PT ABC sejak 1 januari 2010. Ia memperoleh gaji sebulan
Rp 6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00 sebulan. ahmad menikah
tetapi belum mempunyai anak (status K/0). Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan:
- Biaya jabatan:
5% X Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00
- Iuran pensiun Rp 100.000,00
Rp 400.000,00 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.600.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 X Rp5.600.000,00 Rp 67.200.000,00
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00 -
Penghasilan kena pajak setahun Rp 8.700.000,00
PPh pasal 21 terutang:
5% X Rp 8.700.000,00 Rp 435.000,00
PPh pasal 21 sebulan
Rp 435.000,00 : 12 Rp 36.250,00
2. PPh Pasal 22
Menghitung PPh Pasal 22:[6]
Zabila mengimpor mesin cetak dari USA seharga US$ 700,00 termasuk bea masuk untuk dijual
di Indonesia. Kurs menurut Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada waktu pengimporan
tersebut adalah US$ 1= Rp 10.000,00. Hitunglah PPh pasal 22 atas impor tersebut!
PPh pasal 22= (US$ 700,00 x Rp 10.000,00) x 7,5% = Rp 525.000,00.
3. PPh Pasal 23
Menghitung PPh Pasal 23:
PT. GYA memberikan pekerjaan berupa jasa teknik kepada PT. GYANTI dengan nilai sebesar Rp
45.000.000 tidak termasuk PPN. Hitunglah PPh pasal 23 atas imbalah jasa teknik tersebut!
PPh Pasal 23 = (Rp 45.000.000,00 x 2%) = Rp 900.000,00.
4. PPh Pasal 24
Menghitung PPh Pasal 24:
Tn. Farrel Wijaya dengan status belum menikah, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri
Rp 300.000.000 dan memperoleh Penghasilan dari Luar Negeri sebesar Rp 95.000.000 dengan
tarif pajak 25%. Hitunglah pasal 24 yang dikreditkan!
PKP = Penghasilan Netto Dalam Negeri + Penghasilan Netto Luar Negeri – PTKP
PKP =(Rp 300.000.000 + Rp 95.000.000) – Rp 54.000.000 = Rp 341.000.000
Pajak Terutang:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 91.000.000 = Rp 22.750.000 +
Rp 55.250.000
Pajak atas Penghasilan Netto Luar Negeri 25% x Rp 95.000.000 = Rp 23.750.000
Maka Batas maksimum PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah:
Rp 95.000.000 x Rp 55.250.000 = Rp 15.392.228
Rp 341.000.000
5. PPh Pasal 25
Cara menghitung PPh Pasal 25:
PT Almond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai wajib pajak pada awal bulan Juni
2009. Selama bulan Juni penjualan PT Almond sebesar Rp 100.000.000 dan biaya-biaya yang
terjadi adalah sebesar Rp 60.000.000. Hitungla PPh Pasal 25 atas ilustrasi tersebut!
Penjualan Rp 100.000.000
Biaya Rp 60.000.000
Penghasilan Netto sebulan Rp 40.000.000
Penghasilan Netto disetahunkan
(12 x Rp 40.000.000) Rp 480.000.000
PPh terutang
(28% x Rp 480.000.000)= Rp 134.400.000
PPh Pasal 25 sebulan
Rp 134.400.000/12 = Rp 11.200.000
6. PPh Pasal 26
Menghitung PPh Pasal 26:
PT. KUSUMAWARDANA membayar bunga pinjaman kepada Bank Birma sebesar Rp
95.000.000. Berdasarkan transaksi tersebut, hitunglah PPh pasal 26 yang wajib dipotong!
PPh pasal 26 = Rp 95.000.000 x 20% = Rp 19.000.000