Anda di halaman 1dari 20

Review Jurnal Internasional

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi

Dosen Pengampu :
Indah Fajarini Sri Wahyuningrum, S.E.,M.Si.,Akt.,Ph.D

Oleh
Diah Kumala Devi
7211415068

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
JUDUL
Financial Distress, Outside Directors and Corporate Tax Aggressiveness Spanning
the Global Financial Crisis: An Empirical Analysis

PENULIS
1. Grant Richardson
University of Adelaide
Email : grant.richardson@adelaide.edu.au
2. Roman Lanis
University of Technology Sydney
Email : roman.lanis@uts.edu.au
3. Grantley Taylor
Curtin University
Email : grantley.taylor@cbs.curtin.edu.au

IDENTITAS JURNAL
Journal of Banking & Finance, Volume 52, issue C, pages 112-129
Available at http://dx.doi.org/10.1016/j.jbankfin.2014.11.013
Tahun Terbit 2015

CAKUPAN MASALAH
Global Financial Crisis (GFC) tahun 2008 yang terjadi menyebabkan banyak
perusahaan mengalami kesulitan masalah ekonomi. Hal ini yang kemudian mendorong
pihak manajemen perusahaaan untuk melakukan penghematan pajak yang termasuk
kegiatan dalam agresivitas pajak. Kegiatan tersebut bermanfaat bagi perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Global Financial Crisis (GFC)
berdampak pada agresivitas pajak dan apakah hubungan financial distress dan
agresivitas pajak menjadi lebih besar sebagai kosekuensi langsung dari Global Financial
Crisis (GFC). Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara
dewan independensi dan financial distress berhubungan positif terhadap agresivitas
pajak. Dan tujuan ketiga dari penelitian ini untuk memperluas teori dasar mengenai
fktor pendorong perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan menghubungkan
faktor pendorong tersebut dengan manfat gresivitas pajak yang lebih besar.

TEORI
Penelitian ini menggunakan teori pengalihan risiko, penulis menggunakan teori
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bulow dan Shoven,
1978; Golbe, 1981.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan menunjukkan peningkatan dalam biaya
modal, penurunan akses ke sumber pendanaan eksternal (terutama utang), peringkat
kredit yang lebih lemah dan, secara umum, peningkatan disposisi manajer untuk
mengambil lebih banyak risiko yang mengubah posisi ekuilibrium perusahaan mengenai
agresivitas pajak (Edwards et al., 2013).
Beberapa bukti ada yang menunjukkan bahwa peningkatan agresivitas pajak dikaitkan
dengan perubahan ekonomi yang meningkatkan financial distress di semua perusahaan,
tetapi yang lebih penting, bahwa pada saat kendala keuangan ekonomi makro, dinamika
antara agresivitas pajak dan perubahan faktor khusus financial distress perusahaan
(misalnya, Brondolo, 2009; Edwards et al., 2013). Perusahaan menjadi lebih sensitif
terhadap financial distress dengan menjadi lebih agresif daripada saat tidak ada krisis
keuangan makroekonomi (Edwards et al., 2013).
Lanis dan Richardson (2011, 2014) menemukan bahwa ada hubungan negatif antara
dewan independensi luar dan agresivitas pajak. Armstrong dkk. (2012) mengkonfirmasi
asosiasi ini ketika agresivitas pajak berada pada level ekstrim. Dengan demikian, dewan
independen lebih mungkin akan mencegah agresivitas pajak melalui pemantauan dan
saran yang lebih efektif

HIPOTESIS
H1. Financial distress berhubungan positif terhadap agresivitas perusahaan
agresivitas
H2a. Global Financial Crisis (GFC) memiliki hubungan positif dengan agresivitas pajak
perusahaan.
H2b. Hubungan antara financial distress perusahaan dan GFC memiliki dampak positif
pada agresivitas pajak perusahaan.
H3. Hubungan antara kesulitan keuangan dan dewan independensi memiliki dampak
positif pada agresivitas pajak perusahaan

METODOLOGI
1. VARIABEL
Variabel Dependen : Agresivitas Pajak, yang diproksikan menjadi :
Kecenderungan Untuk Terlibat Dalam Perlindungan Pajak (SHELTER), Manfaaat
Pajak yang Tidak Dapat Diprediksi (P_UTB), Perbedaan Buku Pajak Permanen
(DTAX), Tarif Pajak Efektif Tunai (CASHETR)
Variabel Independen:
 Financial Distress (FDISTRESS)
 Global Financial Crisis (GFC)
 Proporsi Dewan Direksi Luar (OUTDIR)
Variabel Kontrol :
 Ukuran Perusahaan (SIZE)
 Leverage (LEV)
 Akrual Abnormal (ABACC)
 Kerugian Operasionl Bersih (NOL)
 Pendapatan yang Terkait Dengan Metode Ekuitas (EQINC)
 Pendapatan dari Operasi Luar Negeri (FI)
 Intensitas Modal (CAPINT)
 Kegiatan Penelitian & Pengembangan (R&D)
 Perputaran Aset (ROA)
 Rasio Pasar (MKTBK)
 Efek Sektor Industri (INDSEC)
2. SAMPEL
Penulis menggunakan sampel dari database Compustat. Sampel penelitian
merupakan data panel dari Perusahaan Amerika Serikat selama periode tahun 2006-
2010. Sampel terdiri dari 753 Perusahaan Amerika Serikat. Total sampel yang
digunakan adalah 3.765 data.

HASIL
Hasil penelitian ini menunjukkan H1 diterima berarti bahwa perusahaan yang
mengalami masalah keuangan (finansial distress) cenderung meningkatkan agresivvitas
pajak perusahaannya, penelitian ini sesuai dengan penelitian Brondolo (2009) dan
penelitian Edwards et al (2013). Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa
beberapa variabel kontrol juga mempengaruhi secara significan agresivitas pajak. SIZE,
LEV, ABACC, NOL, EQINC, FI, CAPINT, R&D, RO, MKTBK berpengaruh positif
terhadap SHELTER, P_UTB, DTAX, namun berpengaruh negatif terhadap CASHTER.
Penelitian ini menunjukkan H2a diterima, jadi GFC memiliki hubungan positif
dengan agresivitas pajak. Demikian juga H2b diterima, hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat financial distress perusahaan dan
GFC terhadap agresivitas pajak. Secara keseluruhan, hasil penelitian konsisten dengan
Brondolo (2009) bahwa selama GFC, perusahan yang dibatasi kredit, mungkin akan
memanfaatkan aresivitas pajak sebagai sumber alternatif pendanaan opersi perusahaan.
Perusahaan yang mengalami tingkat financial distress tinggi karena GFC merasakan
dampak agresivitas pajak (yaitu penalti) menjadi lebih kecil dibandingkan dengan
potensi keuntungan agresivitas pajak (yaitu menghindari kebangkrutan) .
H3 dari penelitian ini diterima, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
signifikan antara financial distress dan kemandirian dewan dengan agresivitas pajak.
Hasil penelitian konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Chou et al. (2010),
menunjukkan pada saat financial distress, direktur luar dapat menggunakan lebih sedikit
usaha dalam pemantauan manajemen dan mengatur perusahaan.
JUDUL
The Impact Of Financial Condition And Corporate Social Responsibility To The
Aggressiveness Of Company Tax In Jakarta Islamic Index

PENULIS
1. Provita Wijayanti
Sultan Agung Islamic University
Email : provita.w@unissula.ac.id
2. Suci Rismawati
Sultan Agung Islamic University

IDENTITAS
International Journal of Organizational Innovation, Volume 9, Number 4, -
Pages 244-257
Tahun Terbit 2017

CAKUPAN MASALAH
Perusahaan beranggapan bahwa pajak sebagai beban akan menurunkan laba
perusahaan dan memberikan efek kepada perusahaan menjadi agresivitas pajak (Chen,
et al.,2010). . Fatharani (2012) menjelaskan bahwa tindakan pajak agresif akan
memberikan kontribusi keuntungan marginal atau biaya marjinal. Manfaat marjinal
yang mungkin diperoleh dari penghematan pajak bagi perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas / leverage (Bambang, 1998). Profitabilitas dan
likuiditas perusahaan membuktikan faktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan
terhadap pajak, hal ini disebabkan profitabilitas akan menekankan perusahaan untuk
melaporkan pajaknya. (Slemrod, 1992; Bradley, 1994 dalam Mustikasari, 2007;
Siahaan, 2005; dan Aini, dkk. (2013). Ozkan (2001) menyebutkan perusahaan yang
memiliki kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang yang lebih tinggi, sehingga
perusahaan sengaja berutang tinggi untuk mengurangi beban pajak. Hal tersebut
termasuk agresivitas pajak. Selain kondisi indikator keuangan, faktor yang dapat
mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan adalah dari tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR). Jika perusahaan sadar akan pentingnya CSR, perusahaan akan lebih
mengetahui fungsi pajak bagi masyarakat, penelitian ini terhubung dengan Watson
(2011) dan Lanis and Richard- son (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengintensifkan beberapa studi sebelumnya dan
menganalisis pengaruh kondisi keuangan yang memproyeksikan profitabilitas,
likuiditas, dan variabel leverage, dan juga fungsi CSR terhadap pajak perusahaan
agresivitas

TEORI
Profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi loyalitas
perusahaan dalam mematuhi peran pajak, karena profitabilitas akan menekankan
perusahaan untuk melaporkan pajaknya (Slemrod, 1992; Bradley, 1994 di Mustikasari,
2007; Sia- haan, 2005; dan Mustikasari , 2007).
Menurut Bradley (1994); Sia-haan (2005); dan Mustikasari (2007) juga
memberikan bukti bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas mungkin
tidak mematuhi peran pajak dan menghindari pajak. Tindakan ini dilakukan oleh
perusahaan untuk mempertahankan kasnya
Ozkan (2001); Choi (2003); Krisnata dan Supramono (2012) menjelaskan bahwa
di mana perusahaan yang memiliki beban pajak lebih tinggi untuk mengajukan
permohonan utang dalam rangka mendapatkan manfaat dari pengurangan bunga atas
utang sehingga pajak yang dibayar akan lebih kecil.
Menurut Watson (2011) dalam penelitian mereka telah membuktikan bahwa
kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan Amerika dapat membatasi pajak
perusahaan yang agresif

HIPOTESIS
H1: profitabilitas berpengaruh negatif terhadap agresif pajak perusahaan.
H2: likuiditas berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak perusahaan.
H3: leverage berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak perusahaan.
H4: CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak perusahaan
METODOLOGI
1. VARIABEL
Variabel Dependen : Agresivitas Pajak, diukur berdasarkan Cash Effective Tax
Rate (CETR)
Variabel Independen:
 Profitabilitas
 Likuiditas
 Corporate Social Responsibility (CSR)

2. SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index pada periode 20l0- 2013. Metode pengumpulan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah 30 perusahaan. Total
sampel yang digunakan adlah 52 data.

HASIL
H1 diterima, dan hipotesis yang menyatakan pengaruh negatif antara
profitabilitas dengan agresivitas pajak perusahaan diterima. Menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajak dengan
jujur daripada perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Beberapa perusahaan
yang memiliki profitabilitas rendah biasanya memiliki pengalaman masalah komplikasi
finansial dan cenderung tidak patuh pajak.
H2 ditolak. Jadi hipotesis yang menyatakan pengaruh negatif antara likuiditas
terhadap agresivitas pajak perusahaan ditolak. Berarti bahwa likuiditas tidak
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap keagresifan pajak perusahaan. Tidak ada
korelasi yang signifikan antara likuiditas dan agresivitas pajak perusahaan.
H3 diterima. Jadi pengaruh positif antara leverage terhadap agresivitas pajak
perusahaan ditolak. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage, semakin
tinggi agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan.
H4 ditolak, sehingga dugaan adanya pengaruh negatif antara CSR terhadap
aggresivitas pajak perusahaan ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
CSR ada kecenderungan bahwa semakin tinggi agresivitas pajak, tetapi tidak signifikan
untuk undang-undang perpajakan di Indonesia karena ada pembatasan kegiatan CSR
yang dapat dikurangkan dari pajak, sehingga perusahaan tidak dapat menggunakan
celah ini untuk hindari pajak.
JUDUL
Tax Aggressiveness Seen From Company Characteristics and Corporate Social
Responsibility

PENULIS
1. Yunus Harjito
Universitas Setia Budi Surakarta
Email : yunus.harjito@gmail.com
2. Christin Novita Sari
Universitas Setia Budi Surakarta
3. Yulianto
Universitas Setia Budi Surakarta

IDENTITAS
Journal of Auditing, Finance, and Forensic Accounting, Vol. 5, Number 2, Page 77 - 91
Available at http://dx.doi.org/10.21107/jaffa.v5i2.3765
Tahun Terbit 2017

CAKUPAN MASALAH
Upaya tax amnesty yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan
pajak negara berbanding terbalik dengan keinginan manajemen perusahaan yang ingin
meminimalkan beban pajak. Manajemen cenderung melakukan agresivitas pajak (yaitu
kegiatan perencanaan untuk mengurangi tarif pajak efektif). Ini karena manajemen
sebagai manajer perusahaan bermaksud memaksimalkan kepentingan pemilik /
pemegang saham dalam hal pembiayaan dengan tujuan untuk meningkatkan bonus
(Lanis dan Richardson, 2012).
Jimenez (2008) menyatakan bahwa agresivitas pajak lebih meresap dalam tata
kelola perusahaan yang lemah. Hal tersebut terjadi karena pengawsan yang kurang
sempurna. Richardson dan Lanis (2013) dan Yoehana (2013) menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, semakin
rendah agresivitas pajak.
Sementara itu Karakteristik perusahaan adalah karakteristik atau atribut melekat
dalam entitas bisnis yang dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk jenis bisnis atau
industri, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, keputusan investasi
dan lain-lain (Surbakti, 2012). Sementara itu, Ngadiman dan Puspitasari (2014); Kuriah
dan Asyik (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (sebagai komponen
karakteristik perusahaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pajak agresivitas.

TEORI
Kuriah dan Asyik (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap agresivitas pajak. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuran
perusahaan, maka keagresifan pajak menjadi lebih tinggi.
Jumlah leverage dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi jumlah pajak dibayar
oleh perusahaan. sesuai dengan penelitian Richardson dan Lanis (2013); Gupta dan
Newberry (1997), di mana biaya bunga bisa mengurangi jumlah beban pajak, oleh
karena itu apabila leverage lebih tinggi semakin rendah tarif pajak efektif.
Intensitas modal memberikan hubungan negatif dengan pajak yang efektif
rate (Richardson dan Lanis, 2013).
Yunistiyani dan Tahar (2016); Rini et al (2015) menyatakan bahwa CSR memberikan
efek positif pada agresivitas pajak. Perusahaan yang melakukan agresivitas pajak
cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas untuk mendapatkan
dukungan dari komunitas dan lingkungan untuk mempertahankan eksistensinya serta
untuk menutupi citra buruk perusahaan.

HIPOTESIS
H1 : Ukuran Perusahaan Memberikan Efek Positif pada Agresivitas Pajak
H2 : Leverage Memberikan Efek Positif pada Agresivitas Pajak
H3 : Intensitas modal Memberikan Efek positif pada agresivitas pajak.
H4 : CSR memberikan efek positif pada agresivitas pajak.
METODOLOGI
1. VARIABEL
Variabel Dependen : Agresivitas Pajak, diukur dengan Tarif Pjak Efektif (ETR)
Variabel Independen:
 Corporate Social Responsibility (CSR)
 Karakteristik Perusahaan, diproksikan melalui ukuran perusahaan, leverage, dan
intensitas modal

2. SAMPEL
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 hingga 2015,
yng diperoleh melaui www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Jumlah sampel terdiri dari 41 perusahaan. Total sampel
205 data.

HASIL
Hasil penelitin menyatakan H1 diterima. Itu artinya variabel ukuran perusahaan
memberikan efek negatif pada agresivitas pajak .Kondisi ini terjadi karena perusahaan
ukuran besar memiliki agresivitas pajak yang rendah. Sebuah perusahaan besar
cenderung mendapat perhatian lebih dari pemerintah sehingga perusahaan akan lebih
berhati-hati dalam menentukannya kebijakan perpajakan.
Hasil selanjutnya menunjukkan H2 ditolak, berarti bahwa variabel leverrage
tidak mempengaruhi agresivitas pajak. Maka dapat dilihat bahwa perusahaan tidak
memanfaatkan utang untuk melakukan agresivits pajak.
Hasil pengujian menyatakan H3 diterima, berarti variabel intensitas modal
mempengaruhi agresivitas pajak. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai intensitas
modal makan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan menjadi semakin tinggi.
Terakhir H4 ditolak, berarti bahwa variabel CSR tidak mempengarruhi
agresivitas pajak. Kondisi ini terjadi karena informasi CSR yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan tahunan belum tentu sesuai dengan kegiatan CSR perusahaan
yang sebenarnya (tidak sesuai yang diungkapkan). Oleh karena itu, dana yang
digunakan untuk kegiatan CSR tidak termasuk dalam laporan keuangan. Akhirnya tidak
mengurangi jumlah laba perusahaan, sehingga laba perusahaan tetap tinggi dan pajak
yang dibayarkan juga tinggi.
JUDUL
Corporate social responsibility and tax aggressiveness: An empirical analysis

PENULIS
4. Grant Richardson
University of Adelaide
Email : grant.richardson@adelaide.edu.au
5. Roman Lanis
University of Technology Sydney
Email : roman.lanis@uts.edu.au

IDENTITAS
Journal of Accounting and Public Policy, Volume 31, Issue 1, pages 86–108
Available at http://dx.doi.org/10.1016/j.jaccpubpol.2011.10.006
Tahun Terbit 2012

CAKUPAN MASALAH
Sebuah studi terbaru oleh Lanis dan Richardson (2011) menunjukkan bahwa
prinsip-prinsip CSR bisa berpotensi memengaruhi agresivitas pajak korporasi melalui
dewan direksi. Mereka mengusulkan bahwa direksi luar lebih mungkin untuk menjadi
responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan dengan demikian mungkin pengaruh
sikap dewan direksi lebih jauh terhadap kebijakan agresivitas pajak ( Lanis dan
Richardson, 2011 ). Pajak merupakan faktor pendorong dalam banyak keputusan
perusahaan. tindakan manajerial yang dirancang semata-mata untuk meminimalkan
pajak perusahaan melalui kegiatan agresivitas pajak menjadi fitur yang semakin umum
dari lanskap perusahaan di seluruh dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui secara empiris apakah pendekatan korporasi untuk CSR berhubungan
dengan tingkat agresivitas pajak perusahaan.
TEORI
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori agensi. Dalam teori tersebut
perusahaan adalah lebih dari sekadar '' perhubungan kontrak '' dan menganggap para
pemangku kepentingan selain pemegang saham sebagai juga menjadi penting untuk
operasi yang sedang berlangsung korporasi ( lihat, Ibrahimet al., 2003 ). Menurut
Williams (2007) bahwa keagresifan pajak perusahaan seharusnya dianggap sebagai
aktivitas yang tidak bertanggung jawab secara sosial dan tidak sah. Dengan demikian,
sebuah perusahaan yang terlibat dalam pajak kebijakan agresif secara sosial tidak
bertanggung jawab dan keputusannya tentang panjangnya persiapannya untuk
mengurangi tanggung jawab pajaknya secara sah dipengaruhi oleh sikapnya terhadap
CSR, sebagai tambahan pertimbangan legalitas dan pertanyaan etika yang lebih
mendasar.

HIPOTESIS
H1 : Semakin tinggi tingkat aktivitas CSR sebuah perusahaan, semakin rendah
tingkatnya agresivitas pajak

METODOLOGI
1. VARIABEL
Variabel Dependen : Agresivitas Pajak, diukur berdasarkan tarif pajak efektif
(ETR)
Variabel Independen: Corporate Social Responsibility (CSR)
Variabel Kontrol :
 Proporsi anggota dewan independen (BODI)
 Masalah tingkat kesehatan keuangan (CSRDISC)
 Umur penerbitan saham perushaan (AGEPUB)
 Kepemilikan dewan direksi (MTOBOD)
 Kepemilikan CEO (CEOTENURE)
 Penggabungan CEO dan ketua (CEODUAL)
 Tingkat Saham yang dimiliki (BLOCKHLD)
 Ukuran Perusahaan (SIZE)
 Leverage (LEV)
 Intensitas Modal (CINT)
 Intensitas Inventaris (INVINT)
 Penelitian dan Pengembangaan Intensitas Oposisi (RDINT)
 Rasio Pasar (MKTBK)
 Return on Assets (ROA)

2. SAMPEL
Penelitian ini menggunkan data perusahaan Australia yang terdaftar secara publik.
Sampel penelitian diperoleh dari database keuangan Aspect-Huntley tahun 2008 hingga
2009. Sampel akhir untuk analisis empiris terdiri dari 408 perusahaan.

HASIL
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan H1 diterima berarti bahwa semakin
tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas
pajaknya. penelitian menemukan bahwa hubungan negatif dan signifikan secara statistik
antara pengungkapan CSR dan agresivitas pajak berlaku untuk sejumlah spesifikasi
model regresi yang berbeda, jadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab lebih
cenderung kurang agresif pajak.
JUDUL
The Influence of Profitability, Leverage, Firm Size and Capital Intensity Towards
Tax Avoidance

PENULIS
1. Dr. Bambang Setyobudi Irianto
Jendral Soedirman University
2. Yudha Aryo Sudibyo
Jendral Soedirman University
3. Abim Wafirli S.Ak
Jendral Soedirman University

IDENTITAS
International Journal of Accounting and Taxation, Volume 5, Nomor 2, pages 33-41
Available at https://doi.org/10.15640/ijat.v5n2a3
Tahun Terbit 2017

CAKUPAN MASALAH
Ada tiga fase atau langkah yang akan dilakukan oleh perusahaan di
meminimalkan pajak. Pertama, perusahaan mencoba menghindari pajak baik secara
legal maupun ilegal. Kedua, perusahaan mencoba mengurangi biaya pajak baik secara
legal maupun ilegal. Ketiga, ketika kedua langkah tidak bisa dilakukan, pembayar pajak
akan membayar pajak. Bisa terjadi jika ada peluang dalam kelemahan peraturan
perpajakan yang akan mengarah pada ketahanan pajak
Kebijakan pajak yang diambil oleh perusahaan memiliki peran yang signifikan
terhadap tingkat penghindaran pajak seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk utang atau leverage. Menurut Kurniasih dan Sari (2013), leverage
bertambah jumlah utang menghasilkan biaya tambahan dalam bentuk bunga dan
mengurangi biaya pajak oleh pembayar pajak. Lain faktor yang membuat perusahaan
melakukan penghindaran pajak adalah ukuran perusahaan dan intensitas modal,
perusahaan besar selalu memperoleh untung besar, dan untung besar akan menarik
perhatian pemerintah untuk menerapkan pembayaran pajak bagi pembayar pajak
(Asfiyati, 2012). Sebagaimana diungkapkan oleh Rego (2003), bahwa perusahaan-
perusahaan hebat akan lebih kompleks dalam transaksi mereka. Ini akan meningkat
menjadi memanfaatkan celah untuk melakukan penghindaran pajak. Perusahaan besar
atau kecil dapat mempengaruhi profitabilitas karena mereka memperoleh laba. Maka ini
juga mempengaruhi aset perusahaan dan tingkat utang perusahaan yang mempengaruhi
pembayaran pajak (Agusti, 2014)

TEORI
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak-pihak yang
memberikan otoritas (Utama) dan penerima otoritas (agen). Luayyi (2010) dalam
Yulfaida dan Zhulaikha (2012) menyatakan bahwa teori agensi pada dasarnya
membahas bentuk kesepakatan antara pemegang modal dan manajer untuk mengelola
perusahaan.
Siregar dan Widyawati (2016) menguji profitabilitas sebagai variabel independen yang
ditemukan memiliki efek negatif pada penghindaran pajak.
Dharma dan Ardiana (2016) menjelaskan leverage memiliki pengaruh positif terhadap
penghindaran pajak.
Rodriguez dan Arias (2013) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.
Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa perusahaan dengan aktiva tetap tinggi
cenderung melakukan perencanaan pajak, agar tarif pajak efektif rendah.

HIPOTESIS
H1: Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
H2: Leverage memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak
H3: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak
H4: Intensitas modal memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak
METODOLOGI
1. VARIABEL
Variabel Dependen : Tax Avoidance
Variabel Independen:
 Profitabilitas
 Leverage
 Ukuran Perusahaan
 Intensitas Modal

2. SAMPEL
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 hingga 2015. Sebanyak 65
perusahaan digunakan sebagai sampel. Dan total sampel akhir 195 data.

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian H1 ditolak, hipotess pertama yang menyatakan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak ditolak,
ini berarti bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jika perusahaan
memiliki lebih banyak laba maka tarif pajak efektif akan lebih rendah dan tingkat pajak
efektif yang lebih rendah akan meningkatkan penghindaran pajak.
Hasil pengujian selanjutnya H2 ditolak, hipotesis kedua yang menyatakan
leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak ditolak. Sehingga leverage
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jika perusahaan memiliki lebih
banyak utang atau leverage maka tarif pajak efektif akan meningkat dan jika tarif pajak
efektif akan meningkatkan penghindaran pajak menjadi berkurang.
Hasil dari penelitian menyatakan H3 diterima. Berarti bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jika ukuran perusahaan semakin besar maka tarif
pajak efektif akan lebih rendah dan tingkat tarif pajak efektif yang lebih rendah akan
meningkatkan tax avoidance
Hasil pengujian H4 ditolak. Hipotesis keempat yang menyatakan intensitas
modal memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak ditolak. Dengan
demikian intensitas modal memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
penghindaran pajak perusahaan manufaktur tercatat di Bursa Efek Indonesia. Jika
intensitas modal lebih besar maka tarif pajak efektif akan lebih rendah dan tingkat pajak
efektif yang lebih rendah akan meningkatkan penghindaran pajak

Anda mungkin juga menyukai