PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
ERMAWATI
NIM : 2001020007
dari pendapatan Jasa dan fasilitas yang telah disediakan. salah satunya adalah
Jasa rawat inap. Di mana pendapatan dari Jasa dapat diperoleh dari tarif yang
Menurut Aini & Dwi (2012), menentukan tarif untuk Jasa rawat inap
rumah sakit. Dengan berbagai fasilitas dalam Jasa rawat inap, serta jumlah biaya
overhead yang tinggi, semakin menuntut akurasi dalam penetapan biaya yang
perhitungannya, yang akan terjadi adalah munculnya tarif yang terlalu rendah
atau tarif yang terlalu tinggi. Tarif yang terlalu rendah atau terlalu tinggi juga
tidak baik untuk rumah sakit. Tarif yang terlalu rendah tidak dapat mencakup
semua biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dan rumah sakit yang
berorientasi laba tidak mendapatkan manfaat yang diharapkan dan jika situasi ini
tinggi juga tidak baik karena rumah sakit akan kesulitan bersaing dengan
pesaingnya.
per jam rumah sakit dihitung berdasarkan biaya unit dari setiap jenis kelas Jasa
masyarakat, standar biaya dan pembandingan komersial yang buruk. Fakta ini
dasar termasuk di sektor Jasa kesehatan (Pelo, 2012). Selama ini rumah sakit
dalam menghitung tarif kamar rawat inap berdasarkan biaya tradisional. Biaya
tradisional dalam menentukan penentuan biaya dasar mana yang tidak lagi
mencerminkan kegiatan spesifik karena banyak kategori biaya tidak langsung dan
cenderung diperbaiki. Menurut Maghfira & Basri (2016), penetapan tarif untuk
Jasa rawat inap di banyak rumah sakit masih menggunakan metode akuntansi
Activity Based Costing adalah pendekatan untuk menentukan biaya suatu produk
atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas.
inap menggunakan Activity Based Costing memberikan hasil yang lebih kecil
untuk kelas I dan tarif yang lebih besar untuk kelas II, III, dan VIP.
Rumah Sakit Siti Aisyah adalah objek yang dijadikan fokus penelitian.
RSUD Siti Aisyah menawarkan berbagai jenis layanan yaitu layanan rawat jalan
dan layanan rawat inap. Rumah Sakit Lubuklinggau didirikan pada 2012 dan
termasuk rumah sakit tipe C. Layanan rawat inap memiliki beberapa jenis kamar,
yaitu 4 kamar untuk VIP, 6 kamar untuk Kelas I, 9 kamar untuk Kelas II, 12
kamar untuk Kelas III. Rumah Sakit menerapkan tarif untuk layanan rawat inap
variabel, dan biaya semi-variabel kemudian total biaya tersebut dibagi dengan
jumlah hari rawat inap. Hal ini menyebabkan distorsi dalam penentuan tarif.
perhitungan tarif layanan rawat inap metode traditional costing dan activity based
costing pada RSUD Siti Aisyah. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk
costing dan activity based costing pada RSUD Siti Aisyah. Kontribusi penelitian
ini adalah pihak RSUD Siti Aisyah mengetahui perbandingan perhitungan tarif
yang cocok dipakai rumah sakit. Dalam beberapa penelitian terdahulu mengenai
hasil yang beragam. Menurut penelitian yang dilakukan Javid, dkk. (2016) di
yang lebih tinggi. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat
(2012) dan Najah dkk. (2016) juga membuktikan bahwa metode activity based
penelitian yang dilakukan oleh Yereli (2009), Nailufar (2015) dan Kaunang
perhitungan tarif yang lebih rendah. Objek yang dipilih untuk dijadikan fokus
penelitian Rumah Sakit Siti Aisyah yang merupakan salah satu rumah sakit
daerah yang berada di Lubuklinggau. Rumah Sakit Siti Aisyah menetapkan tarif
rawat inap masih menggunakan metode unit cost. Berdasarkan uraian di atas,
maka penelitian ini diberi judul “Perbandingan Tarif Rawat Inap Menggunakan
penelitian tertentu. Objek dalam penelitian ini adalah salah satu Rumah Sakit Siti
Activity Based Costing. Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh secara
data jumlah pasien, dan data biaya-biaya yang berkaitan dengan rawat inap.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku akuntansi biaya dan jurnal terkait
dengan metode penentuan tarif rawat inap untuk rumah sakit, surat keputusan
menteri kesehatan, dan data lainnya yang berkaitan. Teknik analisis data dalam
rumah sakit.
ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori: unit
3. Menentukan tarif/unit cost driver yang artinya biaya per unit cost driver
ukuran aktivitas.
rawat inap metode traditonal dan activity based costing di RSUD SITI
AISYAH”.
3. Batasan Masalah
activity based costing” (Studi Kasus Pada RSUD Siti Aisyah), maka pembatasan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah perhitungan biaya yang
diguanakan oleh RSUD Siti Aisyah dan activity based costing untuk menentukan
5. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Sebagai syarat untuk penulisan skripsi Strata-1 pada program studi
6. Manfaat Penelitian
suatu aplikasi yang dapat digunakan sebagai sarana informasi maupun untuk
peneliti yang lain yang akan mengkaji penelitian di bidang yang sama
Adapun manfaat bagi tempat penelitian yang peneliti buat adalah Pihak
Costing.
c. Manfaat bagi Peneliti
Costing selama studi dengan praktek yang terjadi di dunia bisnis secara
1. Literatur
a. Akuntansi Biaya
pajak, dan sebagainya. Ciri utama yang membedakan antara akuntansi biaya
sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan,
produk atau jasa, dengan cara cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek
penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah
terjadi di masa lalu atau biaya historisPengendalian biaya harus didahului dengan
sumber ekonomi yang mungkin akan terjadi atau yang sudah terjadi untuk tujuan
mempunyai biaya bahan baku (seperti spare parts dan ban), biaya tenaga
ekonomis yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau yang
biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa barang dan jasa yang
diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu manfaat
1. Objek pengeluaran
adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah,
biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, dan
a. Biaya produksi
produk.
ini tidak terjadi maka tidak akan ada produk yang dihasilkan. Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja adalah biaya produksi langsung
b. Biaya produksi tidak langsung
a) Biaya variabel
volume kegiatan.
b) Biaya semivariabel
kegiatan.
c) Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
d) Biaya tetap
tertentu.
digolongkan menjadi:
a). Pengeluaran modal (capital expenditures)
alokasi tingkat unit. Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang tidak
digunakan.
perhitungan harga pokok berdasarkan pada volume atau unit yang diproduksi
dengan dua tahap alokasi biaya. Alokasi ini membebankan biaya sumber daya
Traditional ABC
Tahap pertama
Tahap kedua
Data akuntansi
Biaya overhead:
Total
Total (Rp)
Total
Unit yang diproduksi
Pembebanan BOP
Pemeliharaan
Pemindahan
Persiapan
Jumlah
berkaitan dengan volume produksi, untuk menghitung harga per unit produknya
serta biaya tenaga kerja langsung dibebankan kepada produk melalui penelusuran
(cost driver) atau alokasi. Dalam sistem tradisional hanya penggerak aktivitas
pabrik yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit produksi.
Penggerak unit yang biasanya digunakan meliputi jam tenaga kerja langsung,
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang diproduksi, biaya bahan baku
aktivitas yang diukur dengan penggerak. Setelah memilih penggerak tingkat unit,
tersebut. Empat kapasitas umum yang digunakan yaitu pertama, kapasitas yang
rata-rata dialami oleh perusahaan dalam jangka waktu panjang. Ketiga, kapasitas
teoritis yaitu keluaran aktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan asumsi
dapat dicapai dengan asumsi operasi berjalan (Ratnaning dan Triska, 2019).
biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat ditentukan.
biayaproduksi per unit tidak dapat diterima karena dapat menyesatkan dalam
pemasok, bahan baku dan jalur pemasaran. Ketika biaya dibebankan pada
objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang
Jika dikaitkan dengan perlakuan terhadap biaya overhead, terdapat dua jenis
Sistem ini membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja
jarang digunakan karena tidak dapat menyediakan informasi biaya per unit
Sistem ini membebankan biaya aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja
bersih usaha.
Produksi, yaitu:
Produksi.
b. Mudah diaudit. Pemicu biaya (cost driver) yang tidak banyak akan
produksi, yaitu:
Produksi dengan sistem tradisional terdiri dari tiga elemen yaitu, Biaya
Pabrik. Pembebanan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja
elemen yaitu, Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan
penelusuran langsung.
Penggunaan metode ini jarang, karena dalam mayoritas kasus tidak ada
hubungan erat antara harga pokok bahan baku dari produk dan BOP yang
Periode bersangkutan
Terdapat kelemahan dalam metode ini yaitu, BOP harus dianggap sebagai
tambahan nilai produk dan jumlah BTKL mencakup upah tenaga kerja dari
baru yang dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan
perhitungan harga pokok yang lebih akurat”. Namun, dari prespektif manajerial,
sistem ABC tidak hanya menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk
yang akurat. Akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja
dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke
lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya kepada
biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya
aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya
keputusan.
beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan
dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok
dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk
sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih harus mudah dipahami
ukuran kinerja
langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates)
adalah tarif biaya overhead per metode traditional driver yang dihitung untuk
suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya
overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas
rates yang dihitung dalam tahap pertama dan dengan mengukur jumlah
hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil
produk atau jasa yang dihasilkan tidak secara langsung menyerap sumber
berikut:
1. Mendorong perusahaan-perusahaan untuk membuat perencanaan secara
strategi
perusahaan.
aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak
praktis
Based Costing
arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif,
2. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan fakor waktu. Sistem tradisional
membagi biaya overhead kedalam unit dan “yang lain”. Sebagai akibatnya,
pengeluaran organisasional.
4. ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian
pemacu (driver) jauh lebih akurat dan jelas, dan karena ABC dapat
organisasi.
antara lain diversifikasi produk yang tinggi, persaingan yang ketat, dan biaya
logis sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap produk. Sebab selama ini
pembebanan masih berdasarkan satu cost driver yaitu unit based yang
Based Costing.
Ada dua hal yang mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
dari biaya overhead. Biaya overhead yang hanya dipengaruhi oleh volume
harus berbeda. Apabila rasio konsumsi antar aktivitas sama atau semua
biaya overhead yang terjadi diterangkan dengan satu pemicu biaya, maka
6) Tarif
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran
sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit
merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh Rumah Sakit Siti Aisyahjuga
oleh rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit baik RS
pemulihan biaya rendah diberlakukan pada kelas pelayanan kelas 3, maka hal
tersebut merupakan sesuatu yang layak sehingga terjadi subsidi bagi masyarakat
strategis dan penting dalam rangkaian penghitungan unit cost sampai menjadi
tarif pelayanan rumah sakit. Kebijakan pentarifan dilakukan oleh jajaran internal
sumber referensi secara teoritis dan empiris serta menggunakan juga dasar
dengan aturan turunannya yaitu Permenkes Nomor 12 tahun 2013 tentang pola
tarif rumah sakit dan Permenkes Nomor 85 tahun 2015 tentang pola tarif
nasional rumah sakit, tarif rumah sakit adalah inmbalan yang diterima oleh pihak
rumah sakit atas jasa dari kegiatan pelayanan maupun non pelayanan yang
Rumah sakit perlu menetapkan tarif secara cermat agar dapat membiayai
mengejar profit. Hal ini tidak berarti bahwa rumah sakit tidak perlu menghitung
berapa biaya dan mengejar margin. Sebaliknya, rumah sakit justru harus
kepentingan publik, namun rumah sakit tetap dituntut untuk dapat mandiri dalam
rumah sakit tidak mengenal istilah profit melainkan surplus. Surplus tersebut
dengan rencana strategisnya. Bukan hanya rumah sakit pemerintah, Rumah Sakit
lebih besar sebab mereka tidak secara langsung mendapatkan bantuan dana
tipe, dan tujuan strategis rumah sakit. Namun demikian, hal mendasar yang
sudirman,2020).
nasional rumah sakit yang merupakan amanat dari Undang-Undang Rumah Sakit
Nomor 44 tahun 2009, tarif rumah sakit disusun tetap berdasarkan unit cost atau
biaya satuan. Tidak ada intruksi rumah sakit menyusun tarif secara paket seperti
halnya tarif INA CBGs. Unit cost atau biaya satuan adalah hasil dari perhitungan
total biaya (total cost). Tarif kegiatan pelayanan merupakan penjumlahan antara
dengan jasa pelayanan. Jadi, sama juga dengan jasa sarana adalah sama dengan
unit cost, maka rumus tarif nya adalah unit cost ditambah dengan jasa pelayanan.
Kebijakan pentarifan pada proses penyusunan tarif rumah sakit dibagi menjadi
dua tahap yaitu kebijakan pentarifan tahap pertama yaitu menentukan besaran
jasa saran (JS) dan kebijakan pentarifan tahap kedua yaitu menentukan proporsi
Metode
No Nama Penelitian Judul Hasil
Penelitian
1 Nasikhatun Najah, Penerapan Kuantitatif Hasil penelitian
Kharis Raharjo dan Metode menunjukkan
Rita Andini (2016) Activity bahwa dari
Based perhitungan tarif
Costing rawat inap
System dengan
Dalam menggunakan
Menentukan Activity Based
Tarif Jasa Costing System,
Rawat Inap apabila
(Studi Kasus dibandingkan
Pada Rumah dengan tarif
Sakit Umum yang digunakan
RA. oleh rumah sakit
KARTINI maka Activity
Kabupaten Based Costing
Jepara) System
memberikan
hasil yang lebih
besar untuk
Kelas I sebesar
Rp.126.972,14,
Kelas II sebesar
Rp.124.359,04,
dan Kelas III
sebesar
Rp.119.076,10.
dan memberikan
hasil yang lebih
kecil untuk
Kelas VIP A
sebesar
Rp.147.354,06,
dan VIP B
sebesar
Rp.139.736,68.
Terjadinya
selisih harga
dikarenakan
pada metode
akuntansi biaya
tradisional biaya
overhead pada
masing-masing
produk hanya
dibebankan pada
satu cost driver
saja. Sedangkan
pada metode
ABC, biaya
overhead pada
masing-masing
produk
dibebankan pada
banyak cost
driver.
2 Brando Penerapan Kuantitatif dibandingkan
Kaunang dan Metode dengan metode
Stanley Kho Activity Based tradisional maka
Walandouw (2015) Costing System metode ABC
Dalam memberikan laba
Menentukan yang lebih besar
Besarnya Tarif kecuali pada
Jasa Rawat Inap kelas VIP dan
Pada Rumah Utama I yang
Sakit Umum memberikan laba
Bethesda Kota
lebih kecil. Pihak
Tomohon
manajemen
sebaiknya mulai
mempertimbang
kan perhitungan
tarif rawat inap
dengan
menggunakan
metode ABC
seperti tarif
pesaing dan
kemampuan
masyarakat yang
dapat
mempengaruhi
dalam penetapan
harga pelayanan
rawat
inap.
3 Mahdi Javid, Application Kuantitatif Rumah Sakit
Mohammad Hadian of the Kashani
dkk. (2016) Activity- memiliki 81
Based dokter, 306
Costing perawat, dan
Method for 328 tempat tidur
Unit-Cost dengan tingkat
Calculation in a rawat inap rata-
Hospital rata 67,4%
selama tahun
2012. Biaya unit
pelayanan
medis, biaya
rawat inap per
hari, dan biaya
per rawat jalan
dihitung.
Total biaya unit
oleh ABC dan
TCS masing-
masing adalah
187,95 dan
137,70 USD,
yang
menunjukkan
biaya unit 50,34
USD lebih
banyak dengan
metode ABC.
Metode ABC
mewakili
informasi yang
lebih akurat
dalam
menjelaskan
komponen biaya
utama.
4 A Rajabi dan A Applying kuantitatif Harga biaya dari
Dabiri (2012) Activity Based metode ABC
Costing berbeda secara
(ABC) signifikan dari
Method to metode tarif.
Calculate Selain itu,
Cost Price in tingginya biaya
Hospital and tidak langsung
Remedy di rumah sakit
Services
menunjukkan
bahwa kapasitas
sumber daya
tidak
digunakan
dengan baik.
5. Ardisa Lestari Peranan Kuantitatif Jadi dapat dilihat
(2011) Activity- bahwa
Based perhitungan
Costing profitabilitas
System Dalam dengan metode
Perhitungan kovensional
labanya lebih
Harga Pokok
Terhadap besar dari pada
Peningkatan metode ABC
Profitabilitas untuk tipe oli
Perusahaan 24X0,8 dan
2X10 selisih
(Studi Kasus labanya sebesar
pada PT Retno Rp. 9.500; 6X1
Muda Pelumas dan 6X0,8
Prima Tegal) selisih labanya
sebesar Rp.
3.000. Hal ini
disebabkan
karena
perhitungan
harga pokok
dengan metode
kovensional
hanya
menggunakan
jam kerja
sebagai satu-
satunya dasar
pengalokasian
biaya overhead
sehingga
memberikan
hasil
perhitungan
yang kurang
akurat dalam
penentuan harga
pokok produk
dan tidak semua
biaya yang
timbul berkaitan
dengan jam
kerja.
Sedangkan
perhitungan
profitabilitas
dengan metode
ABC labanya
lebih besar dari
pada metode
kovensional
untuk tipe oli
20X1 dan12X1
selisih labanya
sebesar Rp.
80.700; 4X5
selisih labanya
sebesar Rp.
29.500; 6X4
selisih labanya
sebesar Rp.
69.800; 209 liter
selisih labanya
sebesar Rp.
79.200. Hal ini
disebabkan
karena
perhitungan
harga pokok
dengan
menggunakan
metode ABC
menggunakan
pemicu biaya
jam kerja, liter,
luas tanah,
banyaknya batch,
jumlah produk,
sehingga hasil
perhitungan
harga pokok
lebih akurat.
3. Kerangka Berfikir
1. Desain Penelitian
Costyng System dan Metode traditional System yang diterapkan pada rumah
secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan
tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan
produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan
yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode semacam ini sering disebut
juga dengan Metode traditionaling System. Pada sistem ini biaya-biaya yang
ini maka biaya- biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber
3. Sumber Data
Sumber data adalah suatu subyek dari mana data diperoleh. Sumber data
menjamin keberhasilan. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dalam penelitian
adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada peneliti
studi lapangan secara langsung. Yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah Ibu Dr. Dwiyana selaku Direktur RSUD SITI
AISYAH, Ibu Lili selaku Sub Bagian Keuangan, dan beberapa anggota
keuangan.
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa buku-buku
yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang
adalah:
a. Observasi
langsung pada obyek yang akan diteliti guna mendapatkan data yang
Aisyah.
b. Wawancara
bagian keuangan.
c. Dokumentasi
meliputi:
f. Data jumlah hari pakai perawatan pasien rawat inap tahun 2018 -
2022
i. Data tarif konsumsi tiap kelas rawat inap tahun 2018 - 2022
5. Instrumen Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah RSUD SITI AISYAH dan objek dari
penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan metode ABC dan
metode tradisional tahun 2018 - 2022. Data-data yang dimaksud seperti profil
RSUD SITI AISYAH, struktur organisasi, data tarif rawat inap, data jumlah
pasien rawat inap, data lama hari pasien, tarif konsumsi tiap kelas, data
penggunan listrik, data luas bangunan RSUD SITI AISYAH tiap kelas, data
fasilitas rawat inap, daftar tarif rawat inap yang digunakan rumah sakit yang
oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada di pelayanan instalasi
mengukur variabel penelitian ini dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi dari individu
atau kelompok tentang fenomena soasial. Fenomena ini yang disebut dengan
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa
kata-kata antar lain : sangat puas, cukup puas, puas, kurang puas, tidak puas.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
1) Validitas
korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor total signifikan menurut
tidak dilakukan oleh dua ahli karena kuesioner yang disusun merupakan
penyusunan kuesioner yang lebih baik, maka ada beberapa item yang
item dianggap valid secara isi dan dapat digunakan untuk mengukur
Pada penelitian ini dilakukan uji validitas diluar subjek uji sebanyak 30
orang. Nilai r tabel diperoleh dari (n-2) sehingga nilai r tabel= 0,3610.
Dikatakan reliabilitas jika alpha crobachs sama dengan 0,60 dan tidak
Berdasarkan hasil uji reabilitas bahwa pada semua item kuesioner nilai
alpha crobachs pada dimensi Tangible nilai alpha crobachs 0.77. pada
empaty diperoleh nilai alpha crobachs 0.91 dan pada dimensi reliability
pelayanan Instalasi Rawat Inap RSUD SITI AISYAH dari status, keadaan,
sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek
ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan
menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan.
keterangan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
dokumentasi.
Based Costing dengan metode yang diterapkan oleh Rumah Sakit. Data
a. Tahap pertama
b. Tahap kedua
Tahap pertama
Tahap kedua
Data akuntansi
Biaya overhead:
Total (Rp)
Total
Pembebanan BOP
Pemeliharaan
Pemindahan
Persiapan
Jumlah
berkaitan dengan volume produksi, untuk menghitung harga per unit produknya
Perhitungan biaya produk, seperti biaya bahan baku langsung serta biaya tenaga
driver) atau alokasi. Dalam sistem tradisional hanya penggerak aktivitas unit yang
pabrik yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit produksi.
Penggerak unit yang biasanya digunakan meliputi jam tenaga kerja langsung,
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang diproduksi, biaya bahan baku
aktivitas yang diukur dengan penggerak. Setelah memilih penggerak tingkat unit,
tersebut. Empat kapasitas umum yang digunakan yaitu pertama, kapasitas yang
rata-rata dialami oleh perusahaan dalam jangka waktu panjang. Ketiga, kapasitas
teoritis yaitu keluaran aktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan asumsi
dapat dicapai dengan asumsi operasi berjalan (Ratnaning dan Triska, 2019).
biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat ditentukan.
biayaproduksi per unit tidak dapat diterima karena dapat menyesatkan dalam
pemasok, bahan baku dan jalur pemasaran. Ketika biaya dibebankan pada
objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang
Jika dikaitkan dengan perlakuan terhadap biaya overhead, terdapat dua jenis
Sistem ini membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja
jarang digunakan karena tidak dapat menyediakan informasi biaya per unit
Sistem ini membebankan biaya aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja
dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen,
suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada
Penggunaan metode ini jarang, karena dalam mayoritas kasus tidak ada
hubungan erat antara harga pokok bahan baku dari produk dan BOP yang
Periode bersangkutan
Terdapat kelemahan dalam metode ini yaitu, BOP harus dianggap sebagai
tambahan nilai produk dan jumlah BTKL mencakup upah tenaga kerja dari
8. Tempat Penelitian
dengan luas komplek sebesar ± 53.000 m2 dan luas bangunan sebesar ± 11.442,5
m2.
9. Waktu Penelitian
Tabel 3 Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Jenis
NO Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan
Kegiatan
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1 Pengajuan
Judul
2 Pengajuan
Proposal
3 Perbaikan
Proposal
4 Seminar
Proposal
Pengumpulan
5 Data dan
Pengelolaan
Data
6 Penagajuan
Bab I-V
7 Perbaikan
Bab I-V
8 Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., & Dwi, F. (2012). Penerapan Metode Activity Based Costing System
Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit
Mata di Surabaya. Jurnal Ekonomi Vol .12.
Fadilah, S. (2009). Activity Based Costing (ABC) Sebagai Pendekatan Baru
Untuk Menghitung Analisis Standar Belanja (ASB) Dalam Penyusunan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Jurnal Telaah dan Riset
Akuntansi , 2.
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2012). Akuntansi Manajemen (Edisi
kedelapan ed., Vol. 1). Jakarta: Salemba Empat.
Maghfira, F., & Basri, H. (2016). Penerapan Metode Activity Based Costing
Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Cut Meutia
Langsa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) , 1, 47-
59.
Mulyadi. (2007). Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya Untuk
Pengurangan Biaya (Edisi Keenam ed.). Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Nailufar, U., & dkk. (2015). Penerapan Activity Based Costing System
Dalam Menentukan Harga Pokok Jasa Rawat Inap (Studi pada RSUD
Ibnu Sina Kabupaten Gresik. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) , 24.
Pelo, G. H. (2012). Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif Jasa
Rawat Inap RSUD Daya di Makassar. Skripsi, Universitas
Hasanuddin, Program Studi Akuntansi, Makassar.
Rikardo, R. (2016). Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif
Jasa Rawat Inap.
Skripsi, Universitas Lampung, Program Studi Akuntansi, Bandar
lampung.