Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP

DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM


(Studi Kasus Pada RSIA Mutiara Putri)
ABSTRAK

Oleh:
FERI WAHYUDI
NPM : 0851031016
Tlpn : 08992266257
Email : feriwahyudii@yahoo.com
Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA.
Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang penentuan


tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dapat
dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan tarif jasa rawat inap pada RSIA
Mutiara Putri Bandar Lampung dan sebagai alat pembanding dengan tarif rawat
inap yang ditetapkan selama ini, serta menjadi salah satu masukan yang
memberikan informasi mengenai activity based costing system terutama dalam
penerapannya pada sebuah rumah sakit yang orientasi utamanya adalah pelayanan
masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan pada RSIA Mutiara Putri yang terletak di Jalan
Hos Cokroaminoto No. 96 Tanjung Karang.
Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
deskriptif komparatif yang menunjukkan dan membandingkan hasil perhitungan
tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing dengan tarif
rawat inap rumah sakit saat ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap
dengan menggunakan activity based costing, apabila dibandingkan dengan tarif
yang digunakan oleh rumah sakit maka activity based costing memberikan hasil
yang lebih besar untuk kelas Deluxe Mom, Deluxe Child, Standard Mom,
Standard Child dan memberikan hasil yang lebih kecil untuk Kelas Suite Family
Mom, Suite Family Child, Junior Suite mom, Junior Suite Child, Deluxe Plus
Mom, Deluxe Plus Child. Hal ini disebabkan karena pembebanan biaya
overhead pada masing-masing produk. Pada activity based costing, biaya
overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver.
Sehingga dalam activity based costing, telah mampu mengalokasikan biaya
aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing
aktivitas.
Kata Kunci: activity based costing, cost driver.
ANALYSIS OF DETERMINATION INPATIENT SERVICES PRICE
WITH
ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM METHOD
(Case Study at RSIA Mutiara Putri)

ABSTRACT

By
FERI WAHYUDI
NPM : 0851031016
Phone : 08992266257
Email : feriwahyudii@yahoo.com
Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA.
Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

This research aim to gain knowledge about the determination of rates of


hospitalization services using activity based costing, can be used as reference in
setting tariffs inpatient services at RSIA Mutiara Putri and as a means of
comparison with the rates of hospitalization for this set, as well as being one of
the inputs that provide information about activity based costing, especially in its
application to a hospital that is the main orientation of community service.
The research was conducted at hospitals located in the RSIA Mutiara Putri
at Hos Cokroaminoto No. 96 Road Tanjung Karang.
The method of analysis used descriptive method is to use the
comparative analysis of the current hospital rates, set the cost method is based
on activity based costing, and then compare the hospitalization rates based on
activity based costing with its realization.
The results showed that the calculation of hospitalization rates by
usingactivity based costing, when compared with the rates used by the hospital
activity based costing provides greater results for the Deluxe Mom, Deluxe Child,
Standard Mom, Standard Child class and yields smaller for Class Suite Family
Mom, Suite Family Child, Junior Suite mom, Junior Suite Child, Deluxe Plus
Mom, Deluxe Plus Child. This is because the overhead of loading on each
product. On activity based costing, overhead costs for each product are charged to
cost a lot of drivers. So that the activity based costing, has been able to allocate
the cost of the activity room appropriately based on the consumption of each
activity.
Keywords: activity based costing, cost driver.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu lembaga pelayanan kesehatan dan sekaligus sebagai
suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga
kesehatan ini dari waktu ke waktu semakin lama akan semakin berkembang, baik
dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas dan dilihat dari berbagai macam
bentuk rumah sakit kecil maupun besar yang ada di seluruh penjuru tanah air.
Khusus rumah sakit milik swasta harus dikelola secara professional sebagai
organisasi yang bertujuan mencari laba/profit, dimana salah satu pendapatan
rumah sakit adalah jasa rawat inap, dan pendapatan didapat dari tarif yang harus
dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan jasa rawat inap merupakan suatu
keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu
rumah sakit, karena dengan adanya berbagai fasilitas pada jasa rawat inap, serta
jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam
pembebanan biaya yang seungguhnya.

Selama ini penentuan tarif untuk rumah sakit masih menggunakan sistem
penentuan tradisional, sistem penentuan tradisional tidak mencerminkan aktivitas
yang spesifik, kendala utama sistem tradisional adalah penentuan tarif didasarkan
pada volume output, mengingat output rumah sakit yang tidak berujud, seperti
kecepatan pelayanan jasa, kualitas informasi, serta pemberian kepuasan layanan
terhadap pasien dengan volume dan kompleksitas pelayanan, penanganan,
perawatan, serta fasilitas yang berbeda beda serta sebagian besar biaya yang
terjadi adalah biaya overhead, maka sistem penentuan tarif tradisional akan
menghasilkan tarif yang tidak akurat. Tarif yang tidak akurat akan memberikan
informasi biaya yang terdistorsi yaitu undercosting atau overcosting yang
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan dan kelangsungan organisasi.

Sehingga perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan


aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal dengan nama Activity Based
Costing System. Activty Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,
menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Activity Based Costing menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh
aktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan penggerak
biaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar
untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual.

Activity Based Costing (ABC) dinilai dapat mengukur secara cermat biaya biaya
yang keluar dari setiap aktivitas, hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver
yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam ABC dapat
meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya
lebih akurat.(Mulyadi,2003).

Atas dasar uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
: “Analisis Penetuan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Activity Based Costing
System”

1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
“ Apakah dengan menggunakan Activity Based Costing System tarif jasa
rawat inap rumah sakit lebih memberikan informasi lebih terperinci yang
sesuai dengan standar pelayanan ? ”

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini agar penulisan lebih terarah dan terfokus,
yaitu :
1. Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data aktivitas
rumah sakit tahun 2011.
2. Penentuan tarif rawat inap yang akan di teliti adalah jenis perawatan umum.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tarif jasa rawat inap rumah sakit
dengan Activity Based Costing System yang dapat memberikan informasi lebih
terperinci.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Dengan adanya tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan
memberikan manfaat kepada:
1. Manfaat bagi Rumah Sakit, di harapkan dapat membantu rumah sakit
memberikan masukan informasi tentang kemungkinan penerapan Activity
Based Costing System dalam memperhitungkan biaya dan penentuan harga
pokok, khususnya di unit rawat inap.
2. Manfaat bagi penulis, untuk memperoleh pengetahuan mengenai penerapan
Activity Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa
rawat inap dan untuk membandingkan sekaligus menerapkan teori yang
diperoleh mengenai Activity Based Costing System selama studi dengan
praktek yang terjadi di dunia bisnis secara nyata dapat menambah kepustakaan.
3. Bagi pihak lainnya, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini berguna
sebagai bacaan yang berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai
panduan bagi penelitia lain yang akan melakukan penelitian pada masalah yang
sama.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biaya
2.1.1 Definisi Biaya
Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang
bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat
ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap
biaya sebagai ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai
keuntungan tertentu.”
Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika menggunakan sumber daya untuk
tujuan tertentu (Blocher 2005:102).
Biaya dalam arti luas adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk obyek
atau tujuan tertentu.

2.1.2 Komponen Biaya dari Akuntansi Rumah Sakit


1. Biaya langsung, merupakan seluruh biaya yang dapat dilacak secara langsung
ke objek biaya. Contohnya adalah bahan langsung, tenaga kerja langsung, biaya
diagnostik, biaya terapi dan biaya–biaya lainnya.
2. Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang sulit untuk dilacak secara
langsung ke satu objek biaya spesifik. Item overhead pabrik merupakan seluruh
biaya tidak langsung. Biaya dibagi oleh departemen berbeda, produk, atau
pekerjaan yang disebut biaya bersama (common cost) atau biaya gabungan (joint
cost), juga merupakan biaya tidak langsung. Contohnya adalah Biaya pelayanan,
biaya kebersihan, biaya pemeliharaan dan lain-lain.

2.1.3 Pembebanan Biaya Overhead Pada Activity Based Costing


Dengan metode Activity Based Costing akan dihasilkan perhitungan yang lebih
akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitas-
aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu
produk maupun jasa.
Menurut Warindrani (2006:27) terdapat dua tahapan pembebanan biaya overhead
dengan metode Activity Based Costing yaitu:
1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini
diperlukan 5 (lima) langkah yang dilakukan yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas.
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang
dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa dengan cara
membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang
sampai dengan pemeriksaana akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan
(2) dipisahkan menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak
menambah nilai (non added value).
b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas.
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab
terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver atau pemicu biaya
adalah dasar yang digunakan dalam Activity Based Costing yang merupakan
faktor-faktor yang menentukan seberapa besar 13 atau seberapa banyak usaha dan
beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu.
Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut :
i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk setiap unit
produk yang dihasilkan secara individual.
ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan
sekelompok produk.
iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai kegiatan
produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum karena
tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu.
d. Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan.
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan facility
sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk tiap-tiap
kelompok.
e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate).
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing
kelompok dengan jumlah cost driver.
2. Membebankan biaya aktivitas pada produk.
Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan perhitungan
biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai berikut:
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah Konsumsi tiap
Produk
2.1.4 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa
Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan
manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode
Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus,
hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan jasa, yaitu:
a. Output seringkali sulit didefinisi
b. Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi
c. Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost dari seluruh kapasitas
yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya.
Output dari perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang
kebanyakan tidak terwujud.
Untuk menjawab permasalahan di atas, Activity Based Costing benar-benar dapat
digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan activity based costing pada
perusahaan jasa adalah sebagai berikut :
a. Identifying and Costing Activities. Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas
dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien.
b. Special Challenger. Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan
manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa.
Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu
jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun
tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
c. Output Diversity. Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang
menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda
mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan.

2.2 Cost Driver


2.2.1 Definisi Cost Driver
Menurut Warindrani (2006 : 28) pengertian Cost driver atau pemicu biaya adalah
dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing system yang
merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak
usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Cost
driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari setiap unit aktivitas.
Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan
mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang
dikonsumsikan pada periode tertentu.
Cost driver adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan
dampak yang ditimbulkannya. Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC)
digunakan beberapa macam pemicu biaya sedangkan pada sistem biaya
tradisional hanya menggunakan satu macam pemacu biaya tertentu.

2.2.2 Faktor Utama Cost Driver


Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan
pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat korelasi antara
cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya. Hal ini dapat
dijelaskan, sebagai berikut:
a. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement)
Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC), sejumlah besar pemacu
biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting
untuk memilih pemacu biaya yang menggunakan informasi yang telah
tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya
berarti harus dihasilkan dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem
informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat
menawarkan sejumlah pemacu biaya. Untuk keadaan ini, pemacu biaya yang
dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendaknya
dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran.
b. Tingkat Korelasi (Degree of Corelation) antara Cost Driver dan Konsumsi
Overhead Aktualnya
Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk
meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemacu biaya. Terdapat
kemungkinan untuk menggantikan suatu pemacu biaya yang secara langsung
mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu biaya yang tidak secara
langsung, mengukur konsumsi tersebut.
2.2.3 Jenis-jenis Cost Driver Ada dua jenis cost driver yaitu:
1. Driver Sumber Daya (resources driver)
Merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.
2. Driver Kuantitas (activity driver)
Merupakan ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas
terhadap objek biaya.
Menurut Supriyono (1994:652), menyatakan bahwa pemicu biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama yaitu:
1. Pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi.
Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang berkaitan
dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah mendominasi sistem
akuntansi biaya tradisional. Sebagian besar biaya-biaya pemanufakturan
dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya tersebut. Dalam hal variabilitas
biaya-biaya pemanufakturan dianggap dapat diterapkan dengan besarnya jam
kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku.
2. Pemicu biaya yang berkaitan dengan pemanufakturan.
Pemicu biaya ini dianggap memicu sejumlah biaya pemanufakturan karena
terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk.
Diversitas dan kompleksitas produk disebabkan oleh karena perusahaan
memproduksi berbagai macam produk dengan karateristik yang berbeda-beda
baik karena kerumitan rancangan, ukuran volume produksi, ukuran bentuk,
maupun karateristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai macam
produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu) yang berbeda-
beda, maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola aktivitas untuk
memproduksi setiap jenis produk berbeda-beda. Dalam hal ini fokus pengukuran
biaya diarahkan pertama-tama bukan kepada produk, tetapi ke unit-unit yang
menyebabkan aktivitas terjadi.
3. METODA PENELITIAN
3.1. Metoda Penelitian
Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang menunjukkan dan
membandingkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan
Activity Based Costing dengan tarif rawat inap rumah sakit saat ini. Subjek
penelitian adalah karyawan bagian accounting dari rumah sakit.

3.2.Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Putri yang
merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan
kandungan. Rumah sakit ini terletak di daerah Pahoman yang beralamat di Jalan
Hos Cokroaminoto No. 96, Tanjung Karang, Bandar Lampung.

3.3 Jenis Data


Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dengan cara melakukan penelitian
pada objek penelitian dengan teknik wawancara dengan beberapa item
pertanyaan yang telah ditentukan guna mendapatkan data yang berkaitan
dengan masalah sebagai langkah awal penelitian dan kemudian untuk diolah
lebih lanjut.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh merupakan data yang sudah diolah dalam dokumen
perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, serta data
keuangan yang berkaitan dengan pembebanan biaya dalam aktivitas
perusahaan.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan, penulis membutuhkan data
yang berkaitan dengan topik penelitian. Data yang relevan yang mencakup ruang
lingkup menjadi acuan penulis untuk dapat memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang masalah yang diteliti.
Pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Penelitian Lapangan
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung berupa wawancara dengan
pihak yang berwenang dalam rumah sakit guna memperoleh informasi yang
terkait dengan objek penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan
Yaitu penelitian yang dilakukan guna memperoleh pengetahuan dan
landasan teori dari berbagai literatur, referensi dan hasil penelitian yang
berhubungan dengan objek penelitian.

3.5 Alat Analisis Data


3.5.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif (angka) untuk menunjukkan dan membandingkan metode
penentuan tarif jasa rawat inap berdasarkan unit cost yang diterapkan rumah sakit
selama ini dengan menggunakan Activity Based Costing.
Langkah-langkah penerapan Activity Based Costing dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1). Mengidentifikasikan aktivitas.
2). Mengklasifikasikan biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas.
3). Mengidentifikasi cost driver.
4). Menentukan tarif per unit cost driver.
Untuk menentukan tarif per unit dihitung dengan rumus:

Jumlah aktivitas = jumlah keseluruhan biaya yang dihabiskan oleh suatu aktivitas
Cost Driver = jumlah keseluruhan pemicu biaya dari suatu aktivitas
5). Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan
ukuran aktivitas.
a). Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
BOP yang dibebankan = tarif per unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
b). Kemudian perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode activity
based costing dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tarif per kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan
6). Membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode
Activity Based Costing dengan metode yang diterapkan oleh rumah sakit.
3.5.2 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif, yaitu analisis dilakukan dengan cara membandingkan antara
hasil dengan teori-teori yang relevan untuk dianalisis dan menarik kesimpulan

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Perusahaan
RSIA Mutiara Putri adalah Rumah Sakit spesialis melayani kesehatan dan medis
bagi ibu dan anak. Eksistensi dan profesionalitasnya sudah dimulai dan dikenal
sejak tahun 1978 dengan nama “Rumah Sakit Bersalin Mutiara Putri”. Namun,
seiring dengan perkembangan jaman, teknologi dan usaha manajemen untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit Bersalin
Mutiara Putri kemudian merubah nama dan meningkatkan statusnya menjadi
“Rumah Sakit khusus Ibu dan Anak Mutiara Putri”, dan dikembangkan menjadi
sebuah Rumah Sakit yang memiliki peralatan medis modern dan lengkap,
didukung oleh tenaga-tenaga medis yang berpengalaman dan handal, dilengkapi
dengan pelayanan poliklinik-poliklinik kesehatan eksklusif, dan layanan
penunjang lainnya, serta didukung oleh manajemen Rumah Sakit yang
profesional, akuntabel dan transparan.
Dalam menjalankan fungsi Rumah Sakit Ibu dan Anak, RSIA Mutiara Putri
menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang terbagi dalam 4 kategori
layanan, yaitu :
1. Unit Pelayanan Kesehatan ( Poliklinik ) – Rawat Jalan
 Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Poliklinik Anak
 Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
 Poliklinik Gizi
 Poliklinik Gigi
 Poliklinik Umum
2. Unit Pelayanan Rawat Inap Ibu dan Anak
3. Unit Pelayanan Penunjang
 Konsultasi Medis
 Member Booking Online
 Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
 Radiologi
 Laboratorium
 Farmasi
 PAPS MEAR
 Senam Hamil dan Nifas
 Pertolongan Persalinan dan Penyulit
 Kolposkopi
 Pijat Bayi
 Tumbuh Kembang Anak
 Gizi
 Kesehatan Gigi
 Ambulance
 Homecare
4. Pelayanan Unggulan
 USG 2 Dimensi
 USG 4 Dimensi

4.1 Penyajian Data Ruang Rawat Inap


1. Ruang rawat inap dan fasilitasnya
Dalam memberikan pelayanan jasa khususnya rawat inap yang mencakup seluruh
lapisan masyarakat, RSIA Mutiara Putri menyediakan lima kelas jasa yaitu : Suite
Family, Junior Suite, Deluxe Plus, Deluxe, dan Standard. Di mana masing-
masing kelas memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Adapun fasilitas yang
ditawarkan pada masing-masing kelas antara lain :
a). Suite Family Mom/Child
Fasilitas yang disediakan yaitu AC, 1 tempat tidur, LCD TV kabel, Wifi
Lobby Area, kulkas dan dispenser, aiphone, kamar mandi air panas dan
dingin, sofa bed dan lemari pakaian.
b). Junior Suite Mom/Child
Fasilitas yang disediakan yaitu AC, 1 tempat tidur, LCD TV kabel, Wifi
Lobby Area, kulkas dan dispenser, aiphone, kamar mandi air panas dan
dingin, sofa bed dan lemari pakaian.
c). Deluxe Plus Mom/Child
Faslitas yang disediakan yaitu AC, 1 tempat tidur, LCD TV, kamar mandi
sendiri, sofa, dispenser, bel pemanggil, dan lemari pakaian.
d). Deluxe Mom/Child
Fasilitas yang disediakan yaitu AC, 2 tempat tidur, kamar mandi, televisi, bel
pemanggil, dan lemari pakaian.
e). Standard Mom/Child
Fasilitas yang disediakan yaitu kipas angin, 3 tempat tidur, kamar mandi,
lemari pakaian dan bel pemanggil.

2. Penentuan tarif jasa rawat inap RSIA Mutiara Putri


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh keterangan bahwa RSIA
Mutiara Putri menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost.
Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat
inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi
variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total
dibagi dengan jumlah hari rawat inap.
Adapun besarnya tarif jasa tiap kelas yang ditetapkan adalah :

No Kelas Tarif/Hari (Rp)


Suite Family Mom
1 Rp 550.000
Suite Family Child
Junior Suite Mom
Rp 425.000
2 Junior Suite Child
Deluxe Plus Mom
Rp 350.000
3 Deluxe Plus Child
Deluxe Mom
Rp 200.000
4 Deluxe Child
Standard Mom
Rp 100.000
5 Standard Child
4.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing
System
Ada lima langkah dalam perhitungan harga pokok rawat inap berdasarkan metode
activity based costing dalam penelitian ini yaitu :
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas
b. Mengklasifikasi biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas
c. Mengidentifikasi cost driver
d. Menentukan tarif per unit cost driver
e. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan
ukuran aktivitas.
4.2.1 Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas
Berdasarkan wawancara dengan pihak Rumah Sakit Mutiara Putri di dapat
aktivitas-aktivitas yang ada didalam rawat inap. Aktivitas-aktivitas itu meliputi:
1. Akitvitas perawatan pasien
a. Biaya honor perawat
b. Biaya laboratorium
2. Aktivitas pemeliharaan inventaris
a. Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
b. Biaya kebersihan
3. Aktivitas pemeliharaan pasien
a. Biaya konsumsi
4. Aktivitas pelayanan pasien
a. Biaya listrik dan air
b. Biaya administrasi
c. Biaya bahan habis pakai
d. Biaya laundry

4.2.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas


1. Berdasarkan Unit-level activity cost
Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika sebuah
unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi volume produk
tersebut. Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada
Rumah Sakit Mutiara Putri. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah
aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya konsumsi.
2. Berdasarkan Batch-related activity cost
Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan oleh sejumlah
batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari
frekuensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini
tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu biaya
administrasi, biaya bahan habis pakai, dan biaya kebersihan.
3. Berdasarkan Product-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produksi produk
yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan
produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam
penentuan tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit Mutiara Putri.
4. Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat dilakukannya
produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam
kategori ini adalah biaya laundry, biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas
gedung perawatan.

4.3 Perbandingan Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap

Perbandingan Tarif Rawat Inap

No Kelas Tarif Rumah Sakit Tarif ABC Selisih


Suite Family Mom Rp550.000 Rp494.669 (Rp55.331)
1
Suite Family Child Rp550.000 Rp436.559 (Rp113.441)
Junior Suite Mom Rp425.000 Rp340.887 (Rp84.113)
2
Junior Suite Child Rp425.000 Rp332.594 (Rp92.406)
Deluxe Plus Mom Rp350.000 Rp264.333 (Rp85.667)
3
Deluxe Plus Child Rp350.000 Rp268.853 (Rp81.147)
Deluxe Mom Rp200.000 Rp230.084 Rp30.084
4
Deluxe Child Rp200.000 Rp213.815 Rp13.815
Standard Mom Rp100.000 Rp159.505 Rp59.505
5
Standard Child Rp100.000 Rp149.763 Rp49.763
Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga tarif rawat inap yang
telah ditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Mutiara Putri dengan hasil
perhitungan menggunakan pendekatan Activity Based Costing. Untuk metode
Activity Based Costing memberikan selisih hasil yang lebih kecil dari tarif yang
telah ditentukan oleh pihak rumah sakit yaitu pada kelas Suite Family Mom Rp.
55.331, Suite Family Child Rp. 113.441, Junior Suite mom Rp. 84.113, Junior
Suite Child Rp.92.406, Deluxe Plus Mom Rp. 85.667, Deluxe Plus Child
Rp. 81.147. Sedangkan yang lainnya memberikan selisih hasil yang lebih besar
yaitu Kelas Deluxe Mom Rp. 30.084, Kelas Deluxe Child Rp. 13.815, Kelas
Standard Mom Rp. 59.505, Kelas Standard Child Rp. 49.763.
Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode
tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead
pada masing-masing produk. Pada akuntansi biaya tradisional biaya overhead
pada masing-masing produk dibebankan hanya pada satu cost driver saja, pihak
rumah sakit hanya menggunakan jumlah lama rawat inap. Akibatnya cenderung
terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC
telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Menurut Supriyono (2002),
ditinjau dari sudut pandang manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari
sekedar ketelitian informasi mengenai harga pokok produksi, sistem ini juga
menyediakan informasi tentang biaya dari berbagai aktivitas. Sehingga dari
berbagai aktivitas tersebut memungkinkan para manajer untuk memfokuskan diri
pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan
biaya. Selain itu, tujuan dari menerapkan activity based costing dalam
membebankan biaya overhead pabrik adalah untuk menghilangkan terjadinya
over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara produk yang satu
dengan produk yang lain, karena dasar pembebanan biaya overhead pabrik
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya.
Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif kelas yang pada perhitungan ABC
lebih kecil dari tarif yang diterapkan rumah sakit harus di naikkan lagi agar
surplusnya dapat dipakai untuk mengatasi kerugian di kelas Deluxe Mom, Deluxe
Child, Standard Mom dan Standard Child. Tujuannya untuk menyeimbangkan
penggunaan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah, mengingat
heterogennitas pendapatan masyarakat.

Fasilitas Setiap Kamar yang Disediakan

No KAMAR Tarif Kamar/ hari Tarif ABC Fasilitas Ruangan


Full AC
1 Tempat tidur
Suite Family Mom Rp 550.000 Rp 494.669
LCD TV Kabel
Wifi Lobby Area
1 Kulkas & Dispenser
Aiphone
Kamar Mandi air panas &
Suite Family Child Rp 550.000 Rp 436.559
dingin
Sofa Bed
Lemari pakaian
Full AC
1 Tempat tidur
Junior Suite Mom Rp 425.000 Rp 340.887
LCD TV Kabel
Wifi Lobby Area
2 Kulkas & Dispenser
Kamar Mandi air panas &
dingin
Junior Suite Child Rp 425.000 Rp 332.594 Sofa
Aiphone
Lemari pakaian
Full AC
1 Tempat tidur
Deluxe Plus Mom Rp 350.000 Rp 264.333
LCD TV
Kamar Mandi Sendiri
3
Sofa
Dispenser
Deluxe Plus Child Rp 350.000 Rp 268.853
Bel Pemanggil
Lemari pakaian
Full AC
Deluxe Mom Rp 200.000 Rp 230.084 2 Tempat tidur
4 Kamar Mandi
Televisi
Deluxe Child Rp 200.000 Rp 213.815
Bel Pemanggil
Lemari pakaian
Kipas Angin
Standard Mom Rp 100.000 Rp 159.505
3 Tempat tidur

5 Kamar Mandi

Standard Child Rp 100.000 Rp 149.763 Lemari pakaian

Bel Pemanggil

Menurut pihak rumah sakit standar pelayanan rawat inap berdasarkan pada
fasilitas ruangan yamg diberikan. Untuk kelas deluxe plus dan deluxe pemberian
fasilitas tidak terlalu jauh berbeda, berdasarkan perhitungan ABC tarif kedua
ruangan tersebut tidak memberikan jarak yang terlalu jauh. Sedangkan untuk kelas
standard perhitungan ABC memberikan hasil yang lebih besar sementara fasilitas
yang diberikan rumah sakit untuk kelas standard merupakan yang paling
minimum. Hal seperti ini yang memungkinakan terjadinya subsidi silang. Untuk
kelas suite family dan junior suite perbedaan fasilitas yang diberikan hanya dalam
bentuk sofa yang dapat digunakan, pada kelas suite famlily sofa dapat dilebarkan
dan menjadi tempat tidur sedangkan pada kelas junior suite hanya sofa biasa.

5.SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan mengenai tarif jasa rawat inap
dengan menggunakan metode ABC pada RSIA Mutiara Putri yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC
menghasilkan tarif yang lebih besar dari metode yang diterapkan rumah
sakit yaitu untuk Kelas Deluxe Mom Rp. 230.084, Kelas Standard Mom
Rp. 159.505, Kelas Deluxe Child Rp. 213.815, dan Kelas Standard Child
Rp. 149.763. Sedangkan yang lainnya dihasilkan tarif yang lebih rendah
yaitu Kelas Family Suite Mom Rp. 494.669, Kelas Junior Suite Mom Rp.
340.887, Kelas Deluxe Plus Mom Rp. 264.333, Kelas Family Suite Child
Rp. 436.559, Kelas Junior Suite Child Rp. 332.594, Kelas Deluxe Plus
Child Rp. 268.853.
2. Perbedaan tarif yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya
overhead pada masing-masing produk. Activity based costing system telah
mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
5.2. Saran
RSIA Mutiara Putri sebaiknya mulai mempertimbangkan tarif rawat inap dengan
menggunakan activity based costing system karena dengan activity based costing
system akan diperoleh informasi biaya rawat inap yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Blocher, Edward J., et al. 2005. “Cost Management, 3rd”. Diterjemahkan


oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul “
Manajemen Biaya: Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1”. Salemba Empat,
Jakarta.

Dunia, Firdaus. A and Abdullah, Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya.Edisi 2.


Salemba Empat, Jakarta.

Gorrison, Ray H and Eric W, Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Alih Bahasa
A. Totok Budisantoso. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2003. Manajemen Accounting,


Fourth Edition, Cincinnati, Ohio, South Western College Publishing.

Ikhsan, Arfan. Ida Bagus Agung Dharmanegara. 2010. Akuntansi dan


Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2.


BP STIE YKPN, Yogyakarta.

Mulyadi. 2003. “Activity Based Cost System”: Sistem Informasi Biaya untuk
Pengurangan Biaya, Edisi 6”. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya:Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga


Pokok Produksi, Edisi 2, Yogyakarta:BPFE.

_________. 2002. Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen. STIE


YKPN, Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Activity-Basd Costing and Mangement,


Harvarindo, Jakarta

Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama,


Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai