Anda di halaman 1dari 8

PERHITUNGAN UNIT COST PADA PELAYANAN

UNIT LABORATORIUM DENGAN METODE


ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Arachis Arumawati (F18025)


MIK 5A
Pendahuluan
Rumah sakit menggunakan akuntansi biaya untuk memperkirakan biaya unit layanan
yang disediakan. Informasi tersebut dapat membantu rumah sakit dalam merancang
anggaran dan harga yang realistis, mengidentifikasi biaya yang tidak efisien dan
memproyeksikan efeknya terhadap sumber daya yang dimiliki. Saat ini terdapat dua metode
akuntansi biaya, yaitu metode tradisional dan metode activity based costing.
Kekurangan dari akuntansi biaya tradisional yaitu hanya membebankan biaya produksi
ke produk, sehingga dapat mengakibatkan tidak akuratnya tarif yang harus dibayar oleh
pemakai jasa, dimana tarif bisa menjadi lebih murah (undercosting) atau lebih mahal
(overcosting) dari beban biaya yang seharusnya dikonsumsi. Sedangkan perhitungan harga
pokok produk berbasis aktivitas, atau activity-based costing (ABC), mengalokasikan
sumber biaya kepada objek biaya seperti produk, pelayanan, atau pelanggan berdasarkan
aktivitas yang dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Salah satu unit yang mempunyai beban kerja yang banyak pada rumah sakit adalah
laboratorium karena unit ini menyediakan pelayanan diagnostik dengan berbagai variasi
pemeriksaan. Dalam hal ini, activity-based costing (ABC) dapat menganalisis hubungan antara
biaya dan aktivitas yang lebih tepat dibandingkan penghitungan biaya tradisional.

Langkah-langkah perhitungan unit cost dengan metode ABC adalah sebagai berikut :
(1) Mengidentifikasi dan menggolongkan semua biaya ke dalam aktivitas;
(2) Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai level aktivitas yang terdiri dari aktivitas
berlevel unit, batch, produk, dan fasilitas;
(3) Mengidentifikasi cost driver;
(4) Menentukan tarif per unit cost driver;
(5) Melakukan penelusuran dan pembebanan biaya ke produk;
(6) Menghitung unit cost per pasien pada pelayanan laboratorium;
Untuk menghitung cost per unit berdasarkan tabel tersebut yaitu dengan cara membagi antara total biaya per
unit dengan cost drivernya
Berdasarkan Tabel 1. terdapat 3 aktivitas untuk membuat dan menjual suatu produk, antara lain:
1. Unit level activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang
dihasilkan. Berdasarkan tabel diatas yang termasuk yaitu biaya tenaga kerja yang terdiri dari biaya gaji analis
laboratorium dan biaya gaji spPK serta biaya air, listrik dan telepon. Untuk cost per unit yang tertinggi
terdapat pada biaya air, listrik dan telepon yaitu sebesar Rp. 269.374 karena cost drivernya rendah sedangkan
total biayanya tinggi.
2. Batch related activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk yang diproduksi.
Misalkan pada tabel diatas yaitu termasuk biaya administrasi, biaya kebersihan dan keamanan, biaya bahan
medis habis pakai dan biaya ATK. Berdasarkan tabel cost per unit yang tertinggi ada pada biaya kebersihan
dan keamanan yaitu sebesar Rp. 91.943, karena cost drivernya rendah dan cost per unit yang terendah yaitu
terdapat pada biaya ATK sebesar Rp. 334, karena total biayanya rendah dan cost drivernya tinggi.
3. Facility sustaining activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas
yang dimiliki suatu perusahaan. Untuk tabel diatas yang ternasuk yaitu biaya depresiasi gedung dan biaya
depresiasi fasilitas. Berdasarkan tabel 1. cost per unit yang tinggi terdapat pada biaya depresiasi gedung yaitu
sebesar Rp. 236.516 karena total biayanya besar dan cost drivernya rendah.
Berdasarkan tabel 2. untuk menghitung unit cost per pasien disetiap pelayanan
laboratorium yaitu dengan cara tarif per unit di masing masing aktivitas dikali
dengan driver masing masing aktivitas sehingga menghasilkan total biaya untuk
pelayanan hematologi rutin yaitu sebesar Rp. 90.324.159 dan dibagi dengan
jumlah pasien pada pelayanan hematologi rutin sebanyak 2.587 pasien sehingga
akan menghasilkan hasil akhir berupa unit cost per pasien pada pelayanan
hematologi rutin sebesar Rp. 34.915.

Anda mungkin juga menyukai