Anda di halaman 1dari 62

INA-CBG

Dasar Hukum

Permenkes No.76 Tahun 2016


Pasal 1
Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG)
dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
merupakan acuan bagi fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, dan pihak lain yang terkait mengenai
metode pembayaran INA-CBG dalam penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan.
Sejarah singkat INA-CBG
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun
2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).
Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1
September 2008 di 15 rumah sakit milik Kementerian Kesehatan RI,
dan pada 1 Januari 2009 diperluas untuk seluruh rumah sakit yang
bekerja sama menjadi penyedia pelayanan kesehatan dalam program
Jamkesmas. Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan
nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group)
menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan
perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation
University) Grouper. Kemudian, dengan implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai 1 Januari 2014, sistem INA-
CBG kembali digunakan sebagai metode pembayaran pelayanan baik
rawat jalan maupun rawat inap kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL).
Tujuan
Tujuan dari Sistem pembiayaan prospektif adalah :
1. mengendalikan biaya kesehatan
2. mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu
sesuai standar
3. membatasi pelayanan kesehatan yang tidak
diperlukan
4. mempermudah administrasi klaim
5. mendorong provider untuk melakukan kendali
biaya (cost containment)
ATURAN KODING INA-CBG

ICD-10 & 9CM

Permenkes

Surat Edaran
•DOKTER
menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder apabila ada
sesuai dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah
dilaksanakan dan membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama
pasien dirawat di rumah sakit.

•KODER
melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi
oleh dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa
dan ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan
ANALISIS DOKUMEN
REKAM MEDIS
Tujuan : agar kode terpilih dapat merepresentasikan dengan
tepat isi dokumen rekam medis episode ybs
Bagian RM yang dianalisis :
• Resume (Anamnesis, Pem. Fisik,Diagnosis, Terapi, Follow-up)
• Pemeriksaan Penunjang (Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Radiologi, dll)
• Laporan lain (Operasi, Fisioterapi, dll)
Kondisi yang masih dicurigai
Kriteria pengunaan kode (R)
Kondisi dan tanda atau gejala yang termasuk dalam kategori R00-R99 terdiri
dari:
a. kasus yang tidak bisa diberi diagnosis yang lebih spesifik setelah semua fakta
yang berhubungan dengan kasus ini diperiksa,
b. tanda atau gejala yang ditemukan pada pemeriksaan awal ternyata bersifat
sementara dan penyebabnya tidak bisa ditentukan,
c. diagnosis sementara pada pasien yang tidak kembali untuk pemeriksaan atau
asuhan lebih lanjut,
d. kasus yang dirujuk ke tempat lain untuk penyelidikan atau pengobatan
sebelum diagnosis berdiri,
e. kasus yang karena suatu alasan tidak bisa diberi diagnosis yang lebih tepat,
f. gejala tertentu, yang memiliki informasi tambahan, yang merupakan
masalah penting tersendiri dalam asuhan medis.
Contoh kode Tanda atau gejala
Tanda dan gejala pada sistem sirkulasi dan pernafasan (R00-R09)
R00 Kelainan denyut jantung
Kecuali: kelainan yang dimulai pada masa perinatal (P29.1)
arrhythmias yang dijelaskan (I47-I49)
R00.0 Takikardia, tidak dijelaskan
Denyut jantung cepat
Takikardia:
- sinoaurikuler NOS
- sinus NOS
R00.1 Bradikardia, tidak dijelaskan
Denyut jantung lambat
Bradikardia:
- sinoatrial
- sinus
- vagus
Gunakan kode tambahan (Bab XX) untuk identifikasi obat, kalau disebabkan obat
R00.2 Palpitasi
Sadar akan denyut jantungt
R00.8 Kelainan denyut jantung lain dan tidak dijelaskan
Dx. Bronchitis

Hati – hati menetapkan


koding diagnosa Bronchiti,
sebelum menetapkan kode
ini perhatikan umur pasien
Dx. ALO dengan HF

Pengkodingan Dx ALO
dengan HF kriteria exclude
(I50.1)
Use addition code, if desired, to identify ........

PMK No.76 thn 2016


Hal. 28
Jika dalam ICD 10 terdapat
catatan “Use additional code, if
desired, to identify specified
condition” maka kode tersebut
dapat digunakan sesuai dengan
kondisi pasien.
Koding CHF dengan komplikasi
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN (PNPK)
TATALAKSANA MALNUTRISI DEWASA
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
Klasifikasi status gizi untuk Kekurangan Energi
Protein (KEP)
Klasifikasi IMT (kg/m2)

KEP tingkat I (gizi kurang ringan) 17.0 – 18.49

KEP tingkat II (gizi kurang sedang) 16.0 – 16.9

KEP tingkat III (gizi kurang berat) < 16.0


Klasifikasi Malnutrisi berdasarkan Lingkar
Lengan Atas (LLA)  pasien anak
Katergori Malnutrisi LLA (cm)
Malnutrisi ringan (Mild 22 - 23
PEM)
Malnutrisi sedang 19 – 21,9
(moderate PEM)
Severe PEM < 19
Kriteria malnutrisi berdasarkan pemeriksaan
laboratorium
Kriteria Berat Sedang Ringan
Albumin (g/dL) < 2,5 2,9 – 2,5 3,5 – 3,0
Prealbumin < 10 10 - 17 18 - 22
(mg/dL)
Transferin < 100 100 - 149 150 - 200
(mg/dL)
RBP (mg/dL) < 2,1 2,1 – 2,4 2,5 – 2,9
TLC/mm3 < 800 800 - 1199 1200 - 1500
Kriteria Minimum Marasmus dan Kwashiorkor

Marasmus Kwashiorkor

Skinfold trisep < 3 mm dan Serum albumin < 2,5 g./dL


LILA < 15 cm Paling tidak diikuti dengan :
gangguan penyembuhan luka,
decubitus, gangguan integritas
kulit, rambut mudah rontok
dan dicabut, edema
Koding dan Klasifikasi Malnutrisi Berdasarkan ICD
Klasifikasi Malnutrisi Koding ICD-10 Kriteria
Mild Protein Calorie Malnutrisi E44.1 Tidak didefinisikan
Moderate Protein Colorie Malnutrition E44.0 Tidak didefinisikan

Severe Protein Calorie Malnutrition


a. Marasmus E41 Malnutrisi berat dengan tanda
muscle wasting berat

b. Kwashiorkor E40 Tanda – tanda malnutrisi berat


dengan edema dan dispigmentasi
pada kulit dan rambut

c. Marasmus Kwashiorkor E42 Terdapat tanda – tanda marasmus


dan kwashiorkor
d. Unspecified Severe Protein Calorie E43 Terdapat edema gizi tanpa
Malnutrition dispigmentasi pada kulit dan rambut
ETT tanpa ventilator

Kode 96.04 spesifik untuk


tindakan pemasangan ETT,
dengan atau tanpa ventilator,
digunakan atas indikasi medis
dan kompetensi dokter
Tindakan Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of Kode juga terkait
unspecified duration penyisipan tabung
Invasive mechanical endotrakea (96,04)
ventilation NOS trakeostomi (31.1-31.29)
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Durasi Ventilator
96.70 Continuous invasive Untuk menghitung jumlah
mechanical ventilation of jam (durasi) ventilasi
unspecified duration mekanis kontinyu saat
Invasive mechanical dirawat di rumah sakit,
ventilation NOS mulailah penghitungan
96.71 Continuous invasive sejak dimulainya intubasi
mechanical ventilation for (endotrakeal). Durasi
less than 96 consecutive hours diakhiri dengan ekstubasi
96.72 Continuous invasive (endotrakeal).
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Tindakan Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of Jika pasien diintubasi
unspecified duration sebelum masuk, mulailah
Invasive mechanical menghitung durasi sejak
ventilation NOS saat masuk. Jika pasien
96.71 Continuous invasive dipindahkan (habis) saat
mechanical ventilation for diintubasi, durasi akan
less than 96 consecutive hours berakhir pada saat transfer
96.72 Continuous invasive (discharge).
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive Perhitungan jumlah jam
mechanical ventilation of ventilasi mekanis
unspecified duration kontinyu saat dirawat di
Invasive mechanical rumah sakit, mulai
ventilation NOS menghitung durasi saat
96.71 Continuous invasive ventilasi mekanis
mechanical ventilation for dimulai. Durasi berakhir
less than 96 consecutive hours saat ventilator mekanis
96.72 Continuous invasive dimatikan (setelah
mechanical ventilation for 96 periode penyapihan).
consecutive hours or more
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive
96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya
mechanical ventilation of Meliputi: BiPAP yang dikirim melalui
unspecified duration tabung endotrakeal atau trakeostomi
(antarmuka invasif)
Invasive mechanical CPAP dikirim melalui tabung endotrakeal
ventilation NOS atau trakeostomi (antarmuka invasif)
Bantuan pernafasan endotrakeal
96.71 Continuous invasive Ventilasi tekanan positif invasif [IPPV]
Ventilasi mekanik melalui antarmuka
mechanical ventilation for invasif
less than 96 consecutive hours Itu dengan trakeostomi
Penyapihan pasien tabung intolated
96.72 Continuous invasive (tabung endotrakeal)
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive 96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya
mechanical ventilation of Tidak termasuk: tekanan udara positif
tingkat dua non-invasif [BiPAP] (93.90)
unspecified duration ventilasi tekanan negatif kontinu [CNP]
Invasive mechanical (paru-paru besi) (cuirass) (93.99)
tekanan udara positif kontinu yang tidak
ventilation NOS invasif [CPAP] (93.90)
tekanan pernafasan positif intermiten
96.71 Continuous invasive [IPPB] (93.91)
mechanical ventilation for tekanan positif non-invasif (NIPPV) (93,90)
- dengan masker wajah (93.90-93.99)
less than 96 consecutive hours - dengan kanula hidung (93,90-93,99)
96.72 Continuous invasive - dengan kateter hidung (93.90-93.99)

mechanical ventilation for 96


consecutive hours or more
Catatan tindakan Lysis

Jika metode
pembebasannya dengan
metode :
Tumpul, digital, manual,
mechanical, tidak dengan
instrumen tidak dikoding
Appendictomy
Jika tindakan Appendicectomy saja
dikode 47.09
Appendicectomy incidental 47.19
Incidental laparoscopi 47.11
Omit code

Prosedur
yang sebagai
jalan operasi
tidak dikoding
Koding PTCA

Perhatikan kode
also :
Kode juga jumlah
stent yang
dipasang
Jumlah pembuluh
darah yang
dikerjakan
AUDIT KODING POST
KLAIM INA-CBG
Definisi Audit Koding

“Suatu telaah kritis dan sistimatis terhadap suatu


koding, yang sesuai aturan yang berlaku”
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
perubahan Penetapan
Kriteria

Menetapkan
Perubahan Pengumpulan
Data

Analisa Data
Tetapkan Topik Koding
Pada kasus :
1. Hypertensi dengan penyakit jantung koroner
2. Hypertensi dengan serebrovaskuler
3. Bronchitis
4. BBLR (Berat badan lahir)
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
perubahan Penetapan
Kriteria

Menetapkan
Perubahan Pengumpulan
Data

Analisa Data
Kriteria koding pada kasus hypertensi dgn PJK

• Penyakit jantung iskemia (I20-I25)


Catatan: Untuk morbiditas, durasi yang dipakai pada
katergori I21-I25 adalah interval antara onset episode iskemia
dan admisi pengobatan. Untuk mortalitas, durasi adalah interval
antara onset dan kematian.
Termasuk: kalau disebutkan hipertensi (I10-I15)
Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya
hipertensi
Hypertensi dgn Serebrovaskuler

Penyakit-penyakit serebrovaskuler (I60-I69)


Termasuk: dengan disebutkan hipertensi (konditsi pada I10 dan I15.-)
Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya hipertensi
Kecuali: dementia vaskuler (F01.-)
serangan iskemia otak sementara dan sindroma yang terkait (G45.-)
perdarahan intrakranium akibat trauma (S06.-)
Kasus Bronkitis
J40 Bronkitis, tidak dijelaskan akut atau kronik
Catatan: Bronkitis yang tidak dijelaskan akut atau kronik pada
usia <15 tahun dianggap sebagai akut sehingga diklasifikasikan
pada J20.
Bronkitis: NOS, kataralis, dengan trakeitis NOS
Trakeobronkitis NOS
Kecuali: Bronkitis: allergi NOS (J45.0). asmatika NOS (J45.9).
kimiawi (akut) (J68.0)
Kasus BBLR
P07. Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan singkat dan berat lahir rendah, n.e.c.
Note: Kalau berat lahir dan usia kehamilan keduanya ada, prioritas harus pada
berat lahir.
Termasuk: kondisi berikut, tanpa spesifikasi lebih lanjut, sebagai penyebab
kematian, kesakitan, atau asuhan tambahan pada neonatus.
Kecuali: berat lahir rendah akibat pertumbuhan lambat janin dan malnutrisi
janin(P05.-)
P07.0 Berat lahir sangat rendah
Berat lahir 999 gram atau kurang
P07.1 Berat lahir rendah lainnya
Berat lahir antara 1000-2499 g.
P07.2 Immaturitas ekstrim
Kehamilan kurang dari 28 minggu lengkap (<196 hari lengkap)
P07.3 Neonatus preterm lainnya
Kehamilan 28 sampai <37 minggu lengkap (196 sampai <259 hari lengkap).
Prematuritas NOS
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
perubahan Penetapan
Kriteria

Menetapkan
Perubahan Pengumpulan
Data

Analisa Data
Data pengajuan klaim berupa TXT File
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
perubahan Penetapan
Kriteria

Menetapkan
Perubahan Pengumpulan
Data

Analisa Data
Data dasar
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
Penetapan
perubahan
Kriteria

Menetapkan
Temuan Pengumpulan
Data

Analisa
Data
Tentukan Temuan
Kriteria kasus jumlah Kriteria koding Sesuai Tidak Sesuai keterangan

Hyper + PJK Jika hiper dgn PJK


maka hiper jadi dx
sekunder

Hyper + Serebro Jika hip dgn Ser


ebro maka hiper
jadi dx sekunder
Bronkitis Jika > 15thn J40 <
15 thn J20

BBLR + Prematur Jika BBLR +


Prematur
keduanya ada
maka BBLR jadi
utama
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik

Rekomendasi
Penetapan
perubahan
Kriteria

Menetapkan
Temuan Pengumpulan
Data
Analisa
Data
Rekomendasi Revisi Pengajuan klaim
• Berdasarkan temuan verifikasi koding
- Hiper dgn PJK ditemukan kode tidak sesuai sehingga aturan koding
direkomendasikan kode I10 dan I25.1 direvifisi menjadi I25.1 dan
I10 sesuai dgn aturan ICD 10 yang berlaku
- Hiper dgn serebro ditemukan tidak sesuai sehingga
direkomendasikan untuk revisi I10 dan I60-I64 direvisi menjadi I60-
I64 dan I10 sesuai dengan aturan ICD 10 yang berlaku
- Kode J40 dngan usia < 15 direvisi menjadi J20 sesuai dengan ICD 10
yang berlaku
- Kode P07.3 dan P07.1 direvisi menjadi P07.1 dan P07.3 sesuai
dengan ICD 10 yang berlaku
TERIMA
KASIH

JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL

Untuk Indonesia yang lebih sehat

62

Anda mungkin juga menyukai