PROPOSAL
Oleh :
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan ramhat- Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal yang merupakan salah satu
tugas akhir dalam menempuh pendidikan Diploma III Politeknik YBA yang berjudul “Analisis
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangannya, maka dari itu mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Dalam penulisann karya tulis ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, sehingga penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Tia Setiawati, S.Kp., M.Kep., Ns., Sp.An., selaku Ketua Universitas ‘Aisyiyah Bandung
2. Dr. Siti Syabariyah, S.Kep., MS.Biomed selaku dekan Universitas ‘Aisyiyah Bandung
3. Anggriyana Tri Widianti, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi D III Keperawatan
4. Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO selaku pembimbing yang telah memberikan dan arahan
5. Seluruh dosen dan Staf STIKes ‘Aisyiyah Bandung telah memberikan dukungan dan
6. Kedua orang tua tercinta, bapak Mochammad Tohir Permana dan Neng Jubaedah dengan
kasih sayang yang tiada henti memberikan semangat dan do’a serta dorongan moril
Semoga ilmu yang di dapatkan penulis mampu bermanfaat bagi semua orang
khususnya bagi penulis. Penulis merasa mungkin masih ada beberapa kesalahan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan sarannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas
Kesehatan mengatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif,
preventif kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan masyarakat (PP RI, 2016). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di
lingkungan masyarakat adalah rumah sakit.
Menurut (Depkes, 2020) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu bagian penting di rumah
sakit adalah rekam medis. Menurut Premenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008 yang
dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien (Muflihatin, 2020).
Rekam medis sangat penting di bagian layanan kesehatan, terutama di bagian koding.
Koding adalah kegiatan mengkasifikasikan dan memberikan kode terhadap diagnosis
penyakit. Pemberian kode harus menggunakan standar identifikasi dan klasifikasi
penyakit yang sesuai dengan International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10), serta harus tepat dan akurat (Utami,
2015). Ketepatan dan keakuratan kode diagnosa sangat penting dalam menentukan biaya
pelayanan kesehatan, berkas rekam medis yang lengkap dapat dimanfaatkan sebagai
acuan bukti penggantian biaya pelayanan kesehatan untuk keperluan klaim (Leonard,
2016).
Klaim BPJS Kesehatan adalah Pengajuan biaya perawatan pasien peserta BPJS oleh
pihak rumah sakit kepada pihak BPJS Kesehatan yang dilakukan secara kolektif dan
ditagihkan kepada pihak BPJS Kesehatan setiap bulannya. Setelah itu BPJS Kesehatan
akan melakukan persetujuan klaim dan melakukan pembayaran untuk berkas yang layak,
namun untuk berkas yang tidak layak klaim atau pending (Unclaimed) harus
dikembalikan ke rumah sakit untuk diperiksa kembali (Valetina, 2018). Menurut
informasi yang beredar disebutkan bahwa ada 279 juta data peserta yang terindikasi
bocor, sementara jumlah peserta BPJS Kesehatan sampai mei 2021 yang tercatat secara
resmi berjumlah 222,4 juta jiwa.
Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai tindak lanjut
dari pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan untuk pembiayaan Kesehatan.
Untuk itu, dalam rangka memahami dengan jelas dan lengkap sistem Kesehatan maka
perlulah dipahami pula tentang subsistem pembiayaan Kesehatan, Namun kenyatananya
hal ini masih kurang dimengerti dan diphami sepenuhnya dimana masih terdapat
permasalahan antara pelayanan kesehata nyang di terima dengan tuntutan pengajual klaim
dan rumah sakit , yaitu pengajuan klaim tidak sesuai dengan prosedur dan tarif dalam
perjanjian Kerjasama (PKS) Sehingga menimbulkan masalah bagi RS MAL
( Malonda,2015 ).
Menurut JKN, Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan Kesehatan
masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Usaha kea rah itu sesungguhnya
telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan social di
bidang Kesehatan , diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek
(Persero). Masyarakat miskin tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui
jaminan Kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan Kesehatan daerah (Jamkesda).
Jenis – Jenis program tersebut masih belum efektif dan efisien. Biaya Kesehatan dan
mutu pelayanan menjadi sulit terkendali ( Malonda,2015 ).
Jaminan Kesehatan Nasional diselengarakan oleh BPJS ditetapkan didalam undang-
undang nomor 24 Tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan social, yang terdiri
atas BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Sebagai tindak lanjut JKN yang di
selenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya telah dimulai sejak 1 januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam peraturan pemerintah
Nomor 101 Tahun 2012 tentang penerima bantuan iuran (PBI); Peraturan presiden nomor
12 tahun 2013 tentang jaminan Kesehatan; dan peta jalan (Roadmap) JKN yang
dituangkan juga dalam peraturan presiden nomor 111 tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 tentang jaminan Kesehatan. ( Malonda,2015 ).
Salah satu subsistem yang terdapat dalam sistem Kesehatan ialah subsistem pembiayaan
Kesehatan, untuk itu, dalam rangka memahami dengan jelas dan lengkap sistem
Kesehatan maka perlulah di pahami pula tentang subsistem pembiayaan Kesehatan.
Namun dalam kenyataan hal ini masih kurang dimengerti dan dipahamai sepenuhnya
dimana masih terdapat permasalahan antara pelayanan Kesehatan yang diterima dengan
tuntutan pengajuan klaim dan rumah sakit, yaitu pengajuan klaim tidak sesuai dengan
prosedur dan Tarik dalam perjanjian Kerjasama (PKS) sehingga menimbulkan masalah
bagi rumah sakit. ( Malonda,2015 ).
Menangani Klaim BPJS Kesehatan di RS MAL menunjukan beberapa masalah dalam
pengajuan klaim BPJS Kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan dan pemahaman
dari dokter , perawat. Dan petugas rekam medik terhadap kelengkapan dokumen rekam
medis, dokumen klaim dan lambatnya penyerahan dokumen klaim dari ruangan
perawatan ke petugas ruangan medik dan keruangan klaim rumah sakit. Sehingga
operasional rumah sakit terhambat karena dana klaim harus di setor terlebih dahulu ke
kas daerah. ( Malonda,2015 ).
Klaim yang pending juga dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit , khususnya
rumah sakit milik pemerintah yang banyak menerima pasien. Jaminan Kesehatan
sehingga mengalami kerugian akibat ketidaksesuaian pembiayaan pelayanan dengan
jumlah klaim yang di bayarkan (Nabila,2020).dari hasil penelitian (sri,2020)
ketidaksesuaian pengkodean berdampak terhadap besarnya klaim yang dibayarkan karena
besarnya biaya klaim tergantung dari kode diagnose yang dimasukan kedalam program
INA-CBGs, Sehingga ketidakakuratan kode diagnosis ini akan membawa dampak besar
terhadap pendapatan pelayanan Kesehatan yang dapat mengalami kerugian akibat ketidak
sesuaian jumlah klaim yang di bayar dengan besaran biaya untuk suatu pelayanan
Kesehatan.
Oleh karena itu, disarankan agar perekam medis yang bertugas untuk mengkode harus
memahami standar dan tata cara dalam pengkodean sesuai dengan Internasional
Statistical Classfication of Disease dan Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10)
dan diahrapkan agar petugas Kesehatan lebih teliti dalam pengisian resume medis dan
penginputan klaim.
Berdasarkan penelitian diatas penulis tertarik menguji Karya tulis ilmiah dengan judul
“ Tinjauan pending koreksi pada kasus fragmentasi klaim rawat jalan guna menunjang
kualitas klaim di rs mal” penulis tertarik untuk mengkaji judul ini karena berdasarkan
pengalaman praktik kerja lapangan, penulis menemukan rumah sakit yang mengalami
pending klaim BPJS Kesehatan hal tersebut disebabkan oleh ketidaklengkapan resume
medis, kesalahan dalam proses koding, dan factor lainnya sehingga menyebebkan
pengembalian berkas karena tidak lolos verivikasi .
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Rumah sakit menurut WHO (World Health Organization) yang dikutip
oleh Budi (2011) adalah bagian intergral dari masyarakat dan organisasi
kesehatan dan fungsinya menyediakan pelayanan, pengobatan dan pencegahan
penyakit yang komprehensif kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan dan pusat penelitian medis bagi petugas kesehatan.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.340/MENKES/PER/III/2010
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Dalam hal pelaksanaan pelayanan
kesehatan, rumah sakit harus mengadakan sebuh rekam medis untuk menunjang
pelayanan dan pengolahan informasi pasien.
2.1.2. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
yang mampu dijangkau masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tugas rumah sakit menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit adalah memberikan kesehatan perorangan secara paripurna. Dalam
menyelenggarakan fungsinya, rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan kegiatan
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan.
Fungsi rumah sakit menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit yaitu : a. Menyediakan layanan medis dan pemulihan kesehatan yang memenuhi
standar pelayanan rumah sakit.
b. Sesuai dengan kebutuhan medis, pertahankan dan tingkatkan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan sekunder dan tersier yang lengkap.
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian teknologi
dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2 Kerangka pemikiran