Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PATIENT SAFETY


ditujukan untuk memenuhi tugas komunikasi keperawatan

Regi Oktapiani Putri


NIM 102018026

PROGRAM STUDI DIPLOMA D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN A’ISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayahnya serta nikmat-Nya yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyususnan makalah ini yang berjudul “KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG
PANTIENT SAFETY”. Sholawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk golongan umat yang mendapatkan syafaatnya
fiyaumil akhir. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan, kerja keras, dorongan, bimbingan,
arahan, kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak,
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas MANAGEMENT PANTIENT SAFETY.
selain itu makalah ini dibuat untuk mengetahui dan memahami komunikasi keperawatan. .Kami
mengucapkan terimakasih pada pihak – pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan pada makalah ini bisa bermafaat bagi
kita semua.

Bandung, 10 Oktober 2019

Penyususn
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis dimana suatu
kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti ysng
diharapkan yaitu kesalahan tindakan atau perencanaan yang salah untuk mencapai tujuan.
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Advers Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan
sebuah prioritas strategi. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur
untuk medication safety sebagai target utamanya. Di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen
nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit yang jauh dari
medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Berhubungan dengan pentingnya
management patient safety.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan dalam makalah.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebgaai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan yang mendukung manajemen patient safety?
2. .Bagaimana maksud dan tujuan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,pasal 56,57,58?
3. Bagaimana maksud dan tujuan UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43?
4. Bagaimana maksud dan tujuan Keputusan menteri kesehatan No.129 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit ?
5. Bagaimana maksud dan tujuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasisa mampu memahami:
1. untuk mengetahui pengertian kebijakan yang mendukung manajemen patient safety;
2. untuk mengetahui maksud dan tujuan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal
56,57,58;
3. untuk mengetahui maksud dan tujuan UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 43;
4. untuk mengetahui maksud dan tujuan Keputusan menteri kesehatan No.129 tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; dan
5. untuk mengetahui maksud dan tujuan Peraturana Kesehatan Nomor 290 tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilain resiko, indentifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari
accident dan tindak lanjutnya serta implemetasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(Dep Kes RI, 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi: Assesment/ penaksiran risiko,
indentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutannya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat
diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sector swasta, serta individu. Menurut
(Carl Friedrich) kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-
peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Jadi dari beberapa kesimpilan diatas kami dapat menyimpulkan, kebijakan yang
mendukung patient safety adalah serangkaian tindakan yang mengarag pada tujuan untuk
management keselamatan pasien selama di rumah sakit dari tindakan yang beresiko.

2. Maksud dan tujuan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,pasal 56,57,58


Aspek hukum terhadap “Patient Safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan Pasien menurut UUD no.36 Tahun 2009

Pasal 56

1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku pada:
a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam
masyarakat yang lebih luas;
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. Gangguan mental berat.
3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57

1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
c. Kepentingan masyarakat;
d. Kepentingan masyarakat; atau
e. Kepentingan orang tersebut.

Pasal 58
1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan
, dan/ penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Maksud UU No.36 tahun 2009 adalah untuk melindungi hak pasien dalam menerima
dan menolak tindakan tindakan, menjaga kerahasian yang dimiliki pasien, dan juga
tenaga kesehatan harus menggati rugi atas tindakan yang tidak sesuai prosedur.
Tujuannya agar perlindungan terhadap pasien terjamin.

3. Maksud dan tujuan UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
43
Pasal 43

(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.

(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.

(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Maksud dari UU No. 44 Tahun 2009 adalah sebagai acuan standar rumah sakit,
tujuannya untuk menjaga keselamatan pasien dari kejadian kejadian yang tidak
diharapkat yang mungkin saja terjadi atas kelalaian tenaga kesehatan maupun dari
pasien beserta keluarganya.

4. Maksud dan tujuan Keputusan menteri kesehatan No.129 tahun


2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT MENTERI


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang :

a. bahwa dengan berlakunya Otonomi Daerah, maka kesehatan merupakan salah


satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Hal ini
berarti bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajad kesehatan
masayarakat diwilayahnya;

b. bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki peran yang sangat strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat;
c. dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar pelayanan
minimal Rumah Sakit yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit.

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c di atas


diperlukan Suatu Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan
dnegan Keputusan Menteri Kesehatan.

Maksud dari Penerapan Keputusan Mentri No. 129 tahun 2009 adalah sebagai standar
minimal pelayana yang harus memuaskan bagi pasien, untuk meningkatkan stardar
keselamatan pasien lebih terjamin.

5. Maksud dan tujuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290


tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien


atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung,saudara-saudara kandung atau pengampunya.

3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan


kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik
atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.

4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat


mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.

5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.

6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi

spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam


maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan

perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran


fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga
mampu membuat keputusan secara bebas.

Maksud dari Penerapan Meraturan Mentri Kesehatan No. 290 tahun 2009 adalah
untuk meminta persetujuan pasien atau keluarganya atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter. Tujuannya adalah untuk meminimalisir keputusan yang
diambil secara sepihak yang mungkin saja dapat merugikan pasien beserta
keluarganya

BAB III
PENUTUP

D. KESIMPULAN

Kebijakan yang mendukung patient safety adalah serangkaian tindakan yang pada
tujuan untuk management keselamatan pasien selama dirumah sakit dari tindakan
tindakan yang beresiko membahayakan keselamatan pasien, kebijakan yang mendukung
pasien safety meliputi Pasal 43 No.44/2009. Tentang Rumah Sakit, kebijakan
Departemen Kesehatan tentang keselamatan pasien rumah sakit, kebijakan patien safety
di rumah sakit.

E. SARAN

Kebijakan-kebijakan yang dibuat bertujuan untuk memanagement keselamatan


pasien di rumah sakit untuk menjamin keselamatan pasien maka dari itu penting bagi kita
sebagai tenaga kesehatan untuk melaksanakan kewajiban kita dengan melaksanakan atau
mengikuti kebijakan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-kebijakan-menurut-para-ahli.htm#

http://bkulpenoprofil.blogspot.co.id/2014/11/konsep-dasar-keselamatan-pasien.htm

http://Tikus%20Kampung%20Online%20%KEBIJAKAN%20YANG
%20MENDUKUNG%20DAN%HALHAL%20YANG%BERKAITAN%20DENGAN
%PATIENT%20SAFETY.htm

Anda mungkin juga menyukai