Anda di halaman 1dari 12

PATIENT SAFETY

DISUSUN OLEH

NAMA :

NIM :

KELAS :

PROGRAM STUDI S1 NERS

TAHUN AJARAN 2017/2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety

2.2 Indikator Patient Safety

2.3 Tujuan dan Sasaran Keselamatan Pasien

2.4 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komitmen dan perhatian berbagai pihak mengenai keselamatan pasien telah


cukup tinggi. Bentuk komitmen tersebut adalah diterbitkannya Undang-undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit yang mewajibkan semua rumah sakit
menerapkan prosedur keselamatan pasien pada semua unit organisasinya.
Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara
fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Gerakan
"Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga
rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia. Banyak rumah sakit di
Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan
Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen
terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi
manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara
utuh.

Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah


sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya
dilaksanakan secara normatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Patient Safety?
2. Apa indikator Patient Safety?
3. Apa saja tujuan dan sasaran keselamatan pasien?
4. Apa saja sembilan solusi Life-Saving keselamatan pasien?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Patient Safety.
2. Untuk mengetahui indikator Patient Safety.
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran keselamatan pasien.
4. Untuk mengetahui sembilan solusi Life-Saving keselamatan pasien.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety

Sebelum dijelaskan pengertian keselamatan pasien (patient safety), terlebih


dahulu akan dikemukakan beberapa istilah yang digunakan dalam keselamatan
pasien:

1. Keselamatan/Safety, artinya bebas dari bahaya atau risiko (hazard).


2. Hazard/bahaya adalah suatu “keadaan, perubahan atau tindakan” yang
dapat meningkatkan risiko pada pasien. keadaan adalah suatu faktor yang
berhubungan atau memngaruhi suatu “Peristiwa Keselamatan
Pasien/Patient Safety Event, Agent atau Personal”.
3. Agent adalah substansi, obyek atau sistem yang kehadiran atau ketidak
hadirannya menyebabkan perubahan.
4. Harm/cedera: dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau
penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang
termasuk harm adalah : “penyakit, cedera, penderitaan, cacat, dan
kematian”.

Keselamatan pasien/Patient Safety adalah pasien terbebas dari harm/cedera


yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang berpotensi akan terjadi
(penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat kematian dan lain-lain), terkait
dengan pelayanan kesehatan.

2.2 Indikator Patient Safety

Indikator patient safety bermanfaat untuk menggambarkan besarnya


masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang
berkaitan dengan berbagai tindakan medis yang berpotensi menimbulkan risiko
pada pasien. berdasarkan Indikator Patient Safety (IPS) ini maka rumah sakit
dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah timbulnya outcome klinik
yang tidak diharapkan pada pasien (Dwiprahasto, 2006). Secara umum IPS terdiri
atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan.

1. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan untuk


mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien
mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya
mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis sekunder akibat
terjadinya risiko pasca tindakan medik.
2. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan
medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat
(kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun
diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik.

2.3 Tujuan dan Sasaran Keselamatan Pasien

Tujuan dan Sasaran Keselamatan Pasien atau International Patient Safety


Goals (IPSG) telah dirumuskan oleh Joint Commission International (2011)
sebagai standar akreditasi Rumah Sakit. Adapun tujuan dan sasaran keselamatan
pasien (International Patient Safety Goals) adalah sebagai berikut:

1. SKP 1: Identifikasi pasien dengan benar (IPSG1: Identify Patients


Correctly).
2. SKP 2: Meningkatkan komunikasi yang efektif (IPSG2: Improve Effective
Communication)
3. SKP 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (IPSG3:
Improve the Safety of High-Alert Medications)
4. SKP 4: Jamin/pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
(IPSG4: Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery)
5. SKP 5: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (IPSG5:
Reduce the Risk of Health Care-Associated Infections)
6. SKP 6: Pengurangan risiko pasien jatuh (IPSG6: Reduce the Risk of
Patient Harm Resulting from Falls).

2.4 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien

WHO (2007) melalui Collaborating Centre for Patient Safety resmi


menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions”. Solusi keselamatan
pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,
memperbaiki proses asuhan pasien, untuk menghindari cedera maupun kematian
yang dapat dicegah. Nine life-saving PS tersebut di atas adalah sebagai berikut:

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan


staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan
obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik
serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan
perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

b. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien


secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada
bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini;
standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien


antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat,
dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi
ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan
protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan
kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.

d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-


kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang
salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi
atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out
sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras


memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari
dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang
cairan elektrolit pekat yang spesifik.

f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.


Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat
dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home
medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan
dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien
akan ditransfer atau dilepaskan.

g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain


sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan
spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur
yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta
pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-
alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).

h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV,
dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan
kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien
dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum
sekali pakai yang aman.

i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi


Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh
dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan
yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah
ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan
“alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air
pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar
mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan
tehnik-tehnik yang lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien/Patient Safety adalah pasien terbebas dari harm/cedera


yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang berpotensi akan terjadi
(penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat kematian dan lain-lain), terkait
dengan pelayanan kesehatan. Tujuan dan sasaran keselamatan pasien yaitu
meliputi Identifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, jamin/pastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh. WHO (2007) melalui
Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan “Nine Life Saving
Patient Safety Solutions”. Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah
atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,
memperbaiki proses asuhan pasien, untuk menghindari cedera maupun kematian
yang dapat dicegah.

3.2 Saran

Adapun saran dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan kepada


pembaca terutama bagi tenaga medis dapat mengetahui dan dapat meningkatkan
wawasan tentang Keselamatan Pasien (Patient Safety) untuk mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
DAFTAR PUSTAKA

Dwiprahasto, I (2006) Patient Safety sebagai fokus pelayanan kesehatan yang


bermutu. Modul disampaikan dalam kuliah konsentrasi Manajemen Klinik MMR-
UGM, Yogyakarta.

Joint Commission International. (2011) Accreditation Standards for Hospitals 4th


Edition, Oak Brook U.S.A.

Menap. (2018) Manajemen Risiko Klinik: Bangsal Keperawatan Rumah Sakit dan
Keselamatan Pasien. Yogyakarta: Husada Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai