Untuk melaksanakan strategi ini, proses manajemen harus dipakai, yang terdiri dari:
1. Perencanaan. Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan harus sudah
diikut sertakan agar dapat menyumbangkan usaha untuk mengubah perilaku dan
meyakinkan masyarakat tentang usaha kesehatan.
2. Pelaksanaan. Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut sertakan dalam
pengembangan usaha tersebut.
3. Penilaian. Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta untuk menilai seberapa
jauh program atau usaha itu telah mencapai hasil sesuai yang diharapkan.
4. Tindak Lanjut. Tahap ini sebenarnya termasuk dalam kegitan untuk memantapkan
usaha sehingga dapat berlanjut dengan baik, dan disinilah perlu diciptakan suatu
sistem atau mekanisme yang tepat agar usaha tersebut mengalami kemandekan.
1. Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan klien yang
berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
2. Belajar mengajar bersifat menyeluruh (holistik), dalam memberikan pendidikan
kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak hanya berfokus pada
muatan spesifik saja.
3. Belajar mengajar negosiasi, pentingnya kesehatan dan klien bersama-sama
menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui.
4. Belajar mengajar yang interaktif, adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif
yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien.
5. Pertimbangan umur dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga perlu
dipertimbangan umur klien dan hubungan dengan proses belajar mengajar.
Definisi
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti “tengah”, “peramana” atau
“pengantar” jika diartikan secara harfiah dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Berkaitan dengan pengertian media,
Azhar Arsyad dalam bukunya “Media Pembelajaran” mengutip dari beberapa ahli yaitu
sebagai berikut:
1. Gerlach dan Ely, 1971 mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi sehingga membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian
ini, guru, teks dan lingkungan sekolah merupakan media secara lebih khusus. Dalam
proses belajar mengajar pengertian media juga menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
2. AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi, disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media sering diganti
dengan kata mediator.
3. Heinich, dkk, 1982 mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima, jadi televisi, film, radio, rekaman, audio,
gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetak dan sejenisnya adalah media
komunikasi.
4. Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas
program instruktional.
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien untuk belajar lebih baik dan
dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika kita
melihat dari perkembangannya, mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar
bagi guru dimana alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual yang berupa gambar,
model, obyek dan alat-alat lain yang dianggap memberikan pengalaman kongkrit, motivasi
belajar serta mempertinggi daya serap dan pemahaman belajar siswa. Namun sayang karena
terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya, orang kurang
memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya.
Dilihat dari jenisnya media dibagi dalam: media auditif, media visual, dan media
audio visual.
1. Media Auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, cassette recorder, piring hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli
atau mempunyai kelainan dengan pendengaran.
2. Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media
visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides
(film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Adapula media visual yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
3. Media Audio Visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar,
media ini dibagi dalam:
1) Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara, film rangkai suara, cetak suara.
2) Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan suara dan gambar
yang bergerak seperti film suara dan video cassette. Pembagian lain dari media
ini adalah:
a) Audiovisual murni yaitu baik suara maupun unsur gambar berasal dari
suatu sumber seperti film, video cassette.
b) Audio visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang
unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor.
Fungsi media pendidikan adalah untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak, mental maupun dalam
bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Menurut “Kemp & Dayton
(1985: 28)” ada tiga fungsi yaitu: memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi dan
memberi instruksi. Pada saat ini media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut:
Karena itu banyaknya manfaat media pendidikan yang diuraikan oleh beberapa ahli maka
Dr.Azhar Arsyad, M.A. menarik kesimpulan dari penggunaan media pendidikan dalam proses
belajar mengajar yaitu antara lain:
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome)
pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program pengobatan yang dapat langsung
memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan.
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada
H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang
sudah maju. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar
terhadap kesehatan.