Anda di halaman 1dari 5

a.

Terapi trombolitik: menggunakan recombinant tissue plasminogen


activator (rTPA) yang berfungsi memperbaiki aliran darah dengan
menguraikan bekuan darah.
b. Terapi antikoagulan: terapi ini diberikan bila penderita terdapat resiko
tinggi kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau
fibrilasi atrial.
c. Terapi antitrombosit: seperti aspirin, dipiridamol, atau klopidogrel
dapat diberikan untuk mengurangi pembentukan trombus dan
memperpanjang waktu pembekuan.
d. Terapi suportif: berfungsi untuk mencegah perluasan stroke meliputi
penatalaksanaan jalan nafas dan oksigenasi, pemantauan tekanan
darah, pengendalian hiperglikemi pada pasien diabetes karena kadar
glukosa yang menyimpang akan memperluas daerah infark.
H. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2010), komplikasi stroke meliputi hipoksia
serebral, penurunan aliran darah serebral, dan embolisme.
1. Hipoksia serebral, fungsi otak bergantung pada kesediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Hipoksia serebral diminimalkan dengan
pemberian oksigenasi adekuat ke otak. Pemberian oksigen,
mempertahankan hemoglobin serta hematokrit akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral, aliran darah serebral bergantung pada
tekanan darah, curah jantung dan integrasi pembuluh darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral, akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutknya akan menurunkan aliran darah ke serebral. Distrimia dapat
menyebabkan embolus dan harus segera diperbaiki.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN NHS

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan mengumpulkan data atau perolehan data yang akurat dari pasien
guna mengetahui permasalahan yang ada.pengkajian pada pasien stroke
menurut Smelzer (2006), meliputi:
1. Defisit Lapang Penglihatan
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan).
Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
b. Kesulitan penglihatan perifer. Kesulitan penglihatan pada malam hari,
tidak menyadari objek atau batas objek.
c. Diplopia. Penglihatan ganda.
2. Defisit motorik
a. Hemiparese. Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemiparese yang berlawanan).
b. Ataksia. Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan
kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
c. Disatria. Kesulitan dalam membentuk kata.
d. Disfagia. Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif. Tidak mampu membentuk kata yang mampu
dipahami, mungkin mampu bicara dalam respon tunggal.
b. Afasia reseptif. Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan.
c. Afasia global. Kombinasi baik ekspresif dan afasia reseptif.
4. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang penglihatan, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, perubahan penilaian.
5. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
Mobilitas Fisik Meningkat dengan kriteria hasil:
 Pergerakan ekstremitas meningkat.
 Kekuatan otot meningkat.
 Rentang gerak (ROM) meningkat.
Intervensi: (Dukungan Mobilisasi)
a. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
b. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
c. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.
d. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
e. Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
Perawatan Diri Meningkat dengan kriteria hasil:
 Kemampuan mandi meningkat.
 Kemampuan ke toilet meningkat.
 Minat melakukan perawatan diri meningkat.
Intervensi: (Dukungan Perawatan Diri)
a. Monitor tingkat kemandirian.
b. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan.
c. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri.
d. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan.
e. Jadwalkan rutinitas perawatan diri.
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
Integritas Kulit Meningkat dengan kriteria hasil:
 Elastisitas meningkat.
 Perfusi jaringan meningkat.
 Kerusakan lapisan kulit menurun.
Intervensi: (Perawatan Integritas Kulit)
a. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit.
b. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.
c. Anjurkan minum air yang cukup.
d. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan
dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat keperawatan
dan respon klien terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2018).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu
proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).

Anda mungkin juga menyukai