Anda di halaman 1dari 11

BAB 1 PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang..

1.2 Tujuan...........

1.3 Manfaat......

BAB 2 PEMBAHASAN.

.10

12

.11

2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan

2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian....9

2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi..

2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif...


.6

8.

2.2.1 Sasaran 1: Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat...

Operasi..

2.2 Sasaran Keselamatan Patient Safety.

2.1 Pengertian Patient Safety...

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan
kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden. kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak
positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar
tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi
hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan asuhan kepada

pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat
beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan
keselamatan pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas medis yang
terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan
kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan
dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien
serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan. pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri
pasien.

1.2 Tujuan

2. Mampu memahami penerapan sasaran keselamatan patient safety

2. Untuk mengetahui penerapan sasaran keselamatan patient safety

1. Mampu memahami pengertian patient safety


1. Untuk mengetahui pengertian patient safety

1.3 Manfaat

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keselamatan
pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada
pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko
terhadap pasien. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden,
dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan
insiden keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI. 2006).

2.2 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) atau International Patient Safety Goals (IPSG)
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran

ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter,
perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan canggih yang memadai dan
telah terakreditasi Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk menunjang
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui
bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutumtinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh.

Menurut Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang
menjadi prioritas gerakan keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya
hal-hal sebagai berikut:

2.2.1 Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan ketelitian dalam
mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam
keadaan yang terbius/tersedasi. disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi
di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain. Adapun maksud dari sasaran ini
adalah untuk melakukan dua kali pengecekan dalam setiap kegiatan pelayanan ke pasien. Pertama
untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua
untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan atau prosedur yang
dilakukan secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi

khususnya pada proses pengidentifikasian pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan atau
prosedur tersebut memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien seperti nama
pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lainlain. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur agar dapat memastikan
semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi dengan tepat dan cepat.

Adapun elemen penilaian untuk sasaran ini adalah sebagai berikut :

a. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas sedikitnya dua identitas
pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam medik).

b. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukan dengan ketentuan biru untuk
laki-laki dan merah muda untuk perempuan, merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning
untuk pasien dengan risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring dengan menggunakan protap penilaian
skor jatuh yang sudah ada).

c. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

d. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen


e. Unduh

e. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi yang efektif antar para
pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan secara efektif,akurat, tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang
mudah dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi yang mudah menimbulkan kesalahan persepsi kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang lengkap
atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah, kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti
di kamar operasi dan situasi gawat darurat.

Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: a. Melakukan kegiatan
READ BACK" pada saat menerima permintaan secara lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan
pasang stiker "SIGN HERE" sebagai pengingat dokter harus tanda tangan.

b. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkan keadaan pasien kritis,
melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand off) dan melaksanakan serah terima pasien antar
ruangan dengan menggunakan singkatan yang telah ditentukan oleh manajemen.

2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan

Perhatian

Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang
perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen rumah sakit harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien agar
terhindar dari resiko kesalahan pemberian obat. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai.

dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau
kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di
area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang
hati-hati.

Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran III adalah sebagai berikut :

c. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang aman dan diperlakukan
dengan perlakuan khusus.
d. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat (Benar Instruksi Medikasi,
Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu, Cara, dan Dokumentasi).

b. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap distribusi obat dan pemberian obat
pada masing-masing instansi pelayanan.

a. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike (LASA) atau Nama Obat Rupa
Mirip (NORUM).

2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan Operasi

Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan pemberian pelayanan
dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah
prosedur, pada operasi adalah sesuatu yang menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurangnya melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak
ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, pemeriksaan pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis yang kurang tepat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka
antar anggota tim bedah atau operasi, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang
tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur yang efektif
di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga keadaan yang berbasis
bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The
Joint Commission's Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person
Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang
dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh
operator yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus
termasuk sisi (laterality) multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang
belakang).

Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi
label dengan baik serta dipampang dan melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau
implant - implant yang dibutuhkan. Tahapan "Sebelum insisi" (Time out) memungkinkan semua
pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan dengan baik dan tepat. Time out dilakukan di tempat dimana
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan

dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist dan sebagainya.

Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi tanda spidol skin marker pada sisi
operasi (Surgical Site Marking) yang tepat dengan cara yang jelas dimengerti dan melibatkan pasien
dalam hal ini (Informed Consent).

2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya 20 dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa
dibaca di kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk
itu di rumah sakit.

internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan
untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah sebagai berikut:

a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman Six Moment Hand Hygiene dan digunakan
dalam tatanan kesehatan untuk pelayanan ke pasien.

b. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan dan melakukan pelatihan cuci tangan efektif.
c. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap melakukan prosedur
invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain).

2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien dari cedera
karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya
rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah pasien
yangbermkemungkinan mengkonsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien.

c. Memberikan tanda bila pasien beresiko jatuh dengan gelang warna kuning dan kode jatuh
yang telah ditetapkan oleh manajemen

b. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jatuh.

a. Melakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran VI adalah sebagai berikut:

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine
Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia
(dokter. perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan canggih
yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah
Denpasar, 2011)

Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk menunjang


bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit agar
selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di tentukan.

3.2 SARAN
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
(Patient Safety).

Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.

(online), diakses

Regina pung pung. A.. (2014). Patient Safety Administrasi Dan Manajemen Kesehatan, tanggal

marsenorhudy wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiv-keselamatan-pasien

14 september 2015)

(www.academia.edu/9191556/patient safety.htm..

rumah-sakit/

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit Dengan. (2011).

Anda mungkin juga menyukai