PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga
untuk rumah sakit. Ada lima isu penting terkait keselamatan (safety)
dirumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah
sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima
aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit
dapat beryalanpabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal
keselamatan pasien. Sasaran dalam sasaran keselamatan pasien
menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan
kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang
berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa
untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas
tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat
mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan
sistem.
Di Indonesia secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan, diberlakukan sasaran keselamatan pasien nasional yang
terdiri dari :
SKP.1 : Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SKP.2 : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SKP.3 : Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang Harus
Diwaspadai
SKP.4 : Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang
Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar
SKP.5 : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SKP. 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
Mengingat sasaran keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan
masyarakat maka pelaksanaan program sasaran keselamatan pasien
rumah sakit perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas
untuk melaksanakan sasaran keselamatan pasien tersebut. Maka
dibuatlah pedoman sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Kebayoran Baru.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum : Memberikan informasi dan acuan bagi Rumah Sakit
Umum Daerah Kebayoran Baru dalam melaksanakan program sasaran
keselamatan pasien.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya program sasaran keselamatan pasien Rumah Sakit
Umum Daerah Kebayoran Baru secara sistematis dan terarah.
C. RUANG LINGKUP
D. BATASAN OPERASIONAL
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Daerah Kebayoran Baru sangat memperhatikan sasaran keselamatan
pasien mulai dari awal pasien menerima pelayanan sampai dengan
pasien selesai menerima pelayanan.
E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11/MENKES/PER/2017 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi sumber daya manusia di Rumah Sakit Umum Daerah
Kebayoran Baru di sesuaikan dengan pendidikan , kemampuan dan
kompetnsi sumber daya manusia.
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga disesuaikan dengan unit kerja baik tenaga
medis, non medis dan pekerja harian lepas
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
LACI
RAK BERKAS
B. STANDAR FASILITAS
Standar fasilitas yang disediakan di ruang rapat Tim sasaran
keselamatan pasien (SKP) :
1. Karpet
2. Rak berkas
3. Laci
BAB IV
LOGISTIK
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patrent safety) rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan titnbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terladinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
Pelaksanaan Identifikasi
Gambar 6.1 Gelang Identitas Yang Digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Prosedur pemasangan gelang dilakukan pada setiap pasien
yang masuk rawat inap dan yang berada di IGD dengan GCS ≤13
(penurunan kesadaran) dipasangkan gelang identitas pasien yaitu:
pasien laki-laki gelang biru dan pasien perempuan gelang pink.
Perawat / bidan menyiapkan gelang yang sesuai dengan jenis
kelamin dan sudah berisi tulisan ketikan (nama pasien, tanggal
lahir, dan nomor rekam medis). Perawat / bidan mencuci tangan
dan memperlkenalkan diri sebagai petugas rumah sakit dan
mengucapkan salam kepada pasien “Selamat pagi/ siang/ malam
Bapak/Ibu, saya sebagai perawat/bidan penanggungjawab
terhadap perwatan bapak /ibu saat ini”
7) Proses komunikasi
KODE ALFABETH
Komunikasi Efektif
Intruksi Dokter & Hasil Kritis Laboratorium/ Radiologi
DOKTER TENAGA MEDIS
Penerima intruksi
Verifikasi TBaK
Nama & TTD Pelapor Nama & TTD
Terlapor
Tgl/Jam : Tgl/Jam :
Nama : Nama :
TTD : TTD :
Tanggal:….. Jam:…..
RR: x/mnt
Suhu: oC
SpO2: %
Terapi saat ini:…..
A Tuliskan analisa hasil pengkajian:…..
ASSESMENT
Penilaian/pemeriksaan
terhadap kondisi pasien
R Usulan & mohon petunjuk:
RECOMMENDATION (Pemeriksaan/ tindakan lebih lanjut/ kosul/ pindah rawat).
Usulan sebagai tindak
lanjut, apa yang perlu
dilakukan untuk
mengatasi masa
lah pasien saat ini.
Instruksi/ Anjuran dari yang menerima laporan: **
Keterangan verifikasi :
Gambar 6.3 : Form SBAR di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
S Situasi/ situation
Keadaan kita dan pasien saat itu
Contoh:
“dr “T” dr jaga ruangan, melaporkan keadaan pasien saat ini dengan
penurunan kesadaran” dengan Tn/Ny/ An ……, Umur…., ruangan….
B Latar belakang/ Background
Riwayat penyakit pasien yang signifikan
Contoh:
“pasien CVA perdarahan, DM, dan Hypertensi. GDS 400, obat-obatan dari
UGD ….
A Penialaian/ Assesment
Masalah yang kita dengar, dilihat, didengar dan diperiksa saat itu .
Contoh:
‘GDS…, Tanda-tanda vital …, ada kelumpuhan sisi kiri dll
R Rekomendasi/ Recommendation
Saran, tanyakan pada konsulen
Contoh:
Ada saran dokter…., Dokter: pindahkan pasien ke HCU …. dst
Gambar 6.4 : Form Pengisian SBAR di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
EP 5)
c. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca
ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan.
(lihat juga AP 5.3.1 di maksud dan tujuan). (D,W,S)
Kimia
1 Glukosa mg/dL 80 450
2 Kreatinin mg/dL − 6
3 Ureum mg/dL − 240
4 Asam Urat mg/dL − 13
5 Natrium mmol/L 126 160
6 Kalium mmol/L 2,8 6,2
7 Klorida mmol/L 75 125
Koagulasi
1 Aptt detik 80
2 INR 3,5
AGD
1 pH 7,2 7,6
2 pCO2 mmHg 20 70
3 pO2 mmHg 40 −
Table 6.2 : Daftar Nilai Kritis Dewasa di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Kimia
1 Glukosa mg/dL 30 325
2 Kreatinin mg/dL − 3,8
3 Bilirubin mg/dL − 15 Neonatus
5 Natrium mmol/L 121 156 Neonatus
6 Kalium mmol/L 2,8 7,8 Neonatus
AGD
1 pCO2 mmHg 20 63 Neonatus
2 pO2 mmHg 40 100 Neonatus
Table 6.3 : Daftar Nilai Kritis Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
4. Infark akut
5. Frakture kompresi
9. Invaginasi
10. Pneumoperitoneum
12. Perforasi
13. Fraktur pelvis dan ekstermitas dengan curiga robekan pembuluh darah
besar
Table 6.4 : Daftar Hasil Kritis Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
DAFTAR HASIL KRITIS USG
3. Perforasi
5. Ascites
Table 6.5 : Daftar Hasil Kritis USG di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
a. Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin.
b. Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound
alike).
c. Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 2 meq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan
konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
5. NaCl 3%
Table 6.7 Daftar Elektrolit Konsentrat Pekat Di Rumah Sakit Kebayoran Baru
Penyediaan
a. Perencanaan
Proses perencanaan dan pemilihan obat yang tergolong
kewaspadaan tinggi harus tepat dengan mempertimbangkan
beberapa hal, antara lain :
1) Berasal dari pabrik dan distributor yang legal.
2) Kualitas dan stabilitas obat terjamin.
3) Kecepatan dan ketepatan waktu kedatangan obat.
4) Kemudahan dalam melakukan retur atau pengembalian obat
jika terjadi kerusakan.
b. Pengadaan
Pengadaan obat-obatan dengan kewaspadaan tinggi (high
alert) diatur sesuai dengan pedoman pelayanan farmasi.
c. Penerimaan
Obat-obatan golongan High Alert wajib dilakukan
penerimaan dan pemeriksaan secara teliti sesuai dengan aturan
yang berlaku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
:
1) Kesesuaian antara surat pesanan dengan barang yang
datang.
2) Kesesuaian antara faktur dengan fisik barang yang datang.
3) Tanggal kadaluarsa obat harus lebih dari 2 tahun dari
tanggal penerimaan.
4) Tidak ada cacat atau rusak pada fisik barang.
d. Penyimpanan dan Penataan
Penyimpanan dan penataan obat yang perlu diwaspadai
disesuaikan dengan sistem keamanan dan penggunaan,
meliputi:
1) Larutan konsentrat pekat disimpan di Unit Farmasi di
dalam lemari yang terpisah dari obat lainnya yang
diberikan penandaan khusus berupa selotip merah
disekitar tempat penyimpanan dan akses terbatas.
ELEKTROLIT PEKAT
PERIKSA KEMBALI
Gambar 6.8: Verifikasi 7 Benar Obat Di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran
Baru
f. Penggunaan / pemberian
Perawat/bidan harus selalu melakukan pengecekan kembali
(double-check) termasuk identifikasi pasien, ketepatan dosis, ketepatan
obat, ketepatan rute, ketepatan waktu, dan kecepatan infus terhadap
semua high alert medications. Pengecekan oleh petugas kesehatan
lainnya didokumentasikan dalam resep atau pada stiker infus.
Prosedur ini bertujuan meningkatkan keselamatan dan akurasi.
Prosedur:
1) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang antara lain: perawat, farmasi, dan dokter.
2) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang,
dimana petugas tersebut tidak boleh sama dengan pengecek
pertama.
3) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda oleh
orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:
a) Setiap akan memberikan injeksi obat
b) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat atau dosis obat
c) Saat pemberian bolus
d) Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
e) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
instruksi dari dokter.
Petugas terkait pemberian elektrolit konsentrat pekat harus
mengetahui informasi yang cukup dan referensi terbaru mengenai
elektolit konsentrat pekat.
1) Perawat dan atau bidan dalam pemberian obat high alert ke pasien
harus melakukan prinsip 7 benar ( benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar informasi dan benar
dokumentasi).
2) Perawat dan atau bidan sebelum memberikan elektrolit
konsentrat pekat Perawat/bidan menjelaskan kepada pasien dan
atau keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan tentang
efek dari obat.
3) Elektrolit konsentrat pekat harus selalu diberikan label infus
berisi keterangan identitas pasien hingga informasi obat.
4) Prosedur pemberian konsentrat pekat :
a) Konsentat pekat MgSO4
Dosis Awal
MgSO4 20% 4 gram ( 20 cc ) IV diberikan selama 5 menit
dengan menggunakan syiringe pump. Jika kejang
berulang setelah 15 menit pemberian dosis awal, berikan
MgSO4 20% 2 gram ( 10 cc ) IV diberikan selama 5 menit
dengan menggunakan syiring pump.
Dosis Pemeliharaan
MgSO4 20% 6 gram ( 30 cc ) melalui infuse RL/ NaCl 0,9%
500 cc (28 tetes permenit), yang diberikan sampai 24 jam
postpartum atau kejang terakhir.
Keadaan harus dilaporkan jika selama obaservasi
pemberian MgSO4 didapatkan pernafasan lebih dari
16x/menit, reflek patella (-), output urine kurang dari 25
cc/jam
b) Konsentrat pekat KCl
Hipokalemia dikoreksi jika kadar kalium dalam darah <
2,5 meq/L dengan perhitungan “Defisit K (mEq/=(3,5 –
Kadar K Sekarang) x 0.3 x BB”
Petugas farmasi menyiapkan larutan KCl dan cairan
pengencer, gunakan cairan Nacl 0,9% sebagai pengencer
jangan menggunakan cairan Dekstrosa.
Petugas farmasi mengambil larutan KCl sesuai instruksi
dokter.
Petugas farmasi memasukan dalam larutan pengencer
Nacl 0,9% dengan ketentuan:
Maksimal konsentrasi untuk pemberian perifer infuse
adalah 10 meq/ 100 ml dengan kecepatan
pemberian10 meq/ jam.
Maksimal konsentrasi untuk pemberian sentral infus
dengan CVP adalah 20 – 40 meq/ 100 ml dengan
kecepatan pemberian 40 meq/ jam.
Monitor EKG diperlukan jika infus diberikan secara
sentral atau perifer > 10 meq/ jam.
Perawat/bidan mendokumentasi kondisi pasien pada saat
pemberian dan sesudah pemberian KCl.
c) Konsentrat pekat Natrium Bikarbonat
Acidosis metabolic dikoreksi jika kadar PH darah < 7,35
meq/l dan HCO3< 22 dan melihat hasil BE dengan
perhitungan : HCO3 = 0,3 x BB x BE.
Petugas farmasi menyiapkan larutan Bicnat dan cairan
pengencer, gunakan cairan Nacl 0,9% sebagai pengencer
jangan menggunakan cairan Dextroose.
Petugas farmasi mengambil larutan Bicnat sesuai
instruksi dokter.
Cara pemberian Bicnat :
½ dosis diberikan secara bolus perlahan dan ½
dosisnya lagi diencerkan dengan Nacl 0,9% diberikan
per drip.
Seluruh dosis diberikan secara bolus perlahan 1 - 2
jam.
Seluruh dosis diberikan per drip.
Perawat/bidan memantau tempat insersi IV Catheter
selama pemberian bicnat, hentikan jika timbul
kemerahan disekitar tempat penusukan atau daerah
vena.
Perawat/bidan memonitor acidosis metabolik dengan
melihat klinis pasien dan pemeriksaan analisa gas darah.
Perawat/bidan mendokumentasikan pelaksanaan
tindakan dan kondisi pasien dalam catatan keperawatan.
d) Konsentrat pekat NaCl 3%
Defisit natrium dihitung dengan rumus : Defisit Na (mEq=
(desired sodium – actual sodium) x 0,6 x BB).
Petugas farmasi menyiapkan larutan NaCl 3%.
Petugas farmasi mengambil larutan NaCl 3% sesuai
instruksi dokter.
Pemeliharan untuk pemberian parenteral adalah 3-4
mEq/kg/24 jam maksimal 100-150 mEq/24 jam.
Perawat/bidan mendokumentasikan kondisi pasien pada
saat pemberian dan sesudah pemberian Natrium Klorida
3%.
5) Untuk pemberian narkotika pada pasien rawat inap, bila sisa obat
narkotika sudah melampaui waktu pemakaian yang diizinkan (24
jam) maka perawat/bidan membuang sisa obat narkotika kedalam
wastafel air mengalir dan disaksikan oleh perawat/bidan yang
bertanggung jawab atau petugas shift dan ampul dikembalikan ke
unit farmasi. Perawat melakukan pencatatan dalam berita acara
pembuangan sisa narkotika.
g. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
1) ROTD adalah respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan
tidak diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yag digunakan oleh
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi. ROTD
terjadi pada dosis normal, bukan karena kelebihan dosis ataupun
toksisitas, maupun penyalahgunaan obat.
2) Reaksi obat yang tidak diinginkan pada umumnya dibagi menjadi
dua kelompok utama yaitu reaksi tipe A dan tipe B. Reaksi tipe A
(Augmented) merupakan reaksi yang muncul secara berlebihan di
mana reaksi ini terkait dengan dosis obat yang diminum.
Sedangkan reaksi tipe B (bizarre) merupakan reaksi yang aneh dan
tidak terkait sama sekali dengan dosis.
a) Reaksi Tipe A
Reaksi tipe A dapat diramalkan dari farmakologi obat yang telah
diketahui. Reaksi umumnya tergantung pada dosis. Frekuensi
terjadinya cukup sering, namun jarang sekali menimbulkan
efek yang serius. Pengurangan dosis biasanya sudah dapat
menghilangkan ROTD.
b) Reaksi Tipe B
Reaksi yang terjadi pada reaksi tipe B ini tidak berhubungan
dengan farmakologi obat pada umumnya,. Reaksi ini terjadi
tanpa terkait dengan dosis, namun berkaitan dengan sitem
metabolisme obat dan sistem imun tubuh penderita. Reaksi ini
lebih jarang di bandingkan reaksi tipe A. Namun sering kali
menimbulkan efek yang lebih serius dan bahkan mematikan.
Reaksi seperti ini sangat sulit untuk bisa diramalkan dan hanya
terjadi pada individu yang rentan terhadap reaksi tersebut.
3) Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya reaksi obat yang tidak
dinginkan yaitu : polifarmasi, jenis kelamin, kondisi penyakit yang di
derita, usia, dan ras.
4) Reaksi obat yang tidak diinginkan yang tampak sebagai gejala yang
mempengaruhi SSP, telinga hidung, tenggorokan dan mata:
a) Agitasi, Eksitasi, iritabilitas: Antihistamin, Penghambat-
penghambat serotonin, kafein, Teofillin.
b) Pusing : Alopurinol, Antihipertensi, Baklofen, Minosiklin (dapat
juga suatu tanda dari hipotensi, Levodopa, Antihipertensi),
Penghambat pompa proton, Tramadol.
c) Sulit tidur : Kafein, teofillin, flupentiksol, efedrin, Nikotin,
levodopa.
d) Kebingungan : Levodopa, Simetidin, antidepresan trisiklik,
tramadol.
e) Mengantuk : Antihistamin (terutama generasi pertama),
Antikonvulsan, Analgesik narkotika, Antidepresan trisiklik,
MAOI (Penghambat Oksidasi Monoamina), Hipnotik (efek sakit
saat bangun tidur).
f) Sakit kepala (sering disebabkan oleh vasodilatasi) : Gliseril
trinitrat, Nifedipin.
g) Gangguan tidur : Penghambat beta, Nikotin temple, Levodopa.
h) Gangguan Penglihatan : Antidepresan trisiklik, Antikonvulsan,
Digoksin.
i) Gangguan Penciuman : Nifedipin, Diltiazem.
j) Mulut Kering : Antidepresan trisiklik, hiosin, Neuroleptik,
Analgesik narkotik.
k) Hiperplasia Gusi : fenitoin, antagonis kalsium.
l) Guam mulut : Antibiotik, Steroid inhalasi.
m) Gangguan Pengecap Rasa : Metronidazol, katopril, Penisilamin,
Terbinafin.
n) Tuli/Telinga mendengung : Aminoglikosida, furosemid, Aspirin.
o) Sakit tenggorokan : AINS (dapat juga merupakan gejala dari
supresi sumsum tulang, misalnya karbimazol).
p) Batuk : Penghambat ACE.
Reaksi obat yang tidak diinginkan yang tampak sebagai gejala
yang mempengaruhi pernapasan,kardiovaskuler, system otot skelet
serta kulit:
a) Perubahan kecepatan detak jantung :
b) Memperlambat Jantung : Amiodaron, Penghambat beta,
Digoksin.
c) Mempercepat jantung : agonis beta-2 (mis,salbutamol),Digoksin,
antidepresan trisiklik, Teofillin.
d) Detak jantung tidak teratur : Terfenadin, Astemizol, Amiodaron,
Digoksin, Kuinin.
e) Penyakit Sendi : Penghambat beta, Antibakteri 4-Kuinolon
(contoh: siprofloksasin)
f) Rasa dingin pada anggota gerak : Penghambat Beta.
g) Nyeri/Kram otot : Agonis Beta-2, Penghambat ACE, Senyawa
penurun kolesterol.
h) Rambut rontok : Antikoagulan, Litium, Penghambat pompa
proton, Sitotoksik.
i) Pertumbuhan rambut di wajah : Danazol, Fenitoin.
j) Sesak napas, mungkin suatu tanda dari :
Gagal Jantung : Penghambat Beta, AINS, Antagonis kalsium,
Obat-obatan dengan kandungan natrium tinggi.
Memburuknya asma : AINS, Penghambat beta, tramadol.
Bronkospasme : Inhalasi serbuk kering.
Reaksi-reaksi pada Kulit :
a) Kemerah-merahan : Nitrat, nifedipin.
b) Bengkak : Kortikosteroid, AINS.
c) Pigmentasi : Kontrasepsi oral,antimalaria.
d) Erupsi seperti jerawat : Steroid, danazol, isoniazid.
e) Fotosensitivitas : Klorpromasin, tetrasiklin, Amiodaron.
f) Memburuknya psoriasis : Penghambat beta, AINS, antimalaria,
litium.
Gambar 6.10 : Form Surgical Safty checlist di di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Pemberian Marking Site
KETERANGAN :...........................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Saya menyatakan bahwa penandaan tindakan pembedahan pada gambar diatas adalah benar
JAKARTA..............................JAM :.................
NAMA PASIEN NAMA DOKTER
(..............................................) (...............................................)
Gambar 6.11 : Form Penandaan Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Petugas kesehatan memberi tanda sesuai lokasi/area operasi:
untuk lokasi kanan diberi tanda “D” dan untuk lokasi kiri diberi tanda
“S”. Penandaan tidak dilakukan dimana secara teknis atau anatomis
tidak mungkin untuk diberi tanda seperti : permukaan mukosa,
perineum, bayi prematur. Untuk gigi nama prosedur tindakan gigi akan
ditandai pada form odontograf dengan cara melingkari gigi yang akan
di lakukan pembedahan baik di ruang operasi ataupun di poli gigi.
Tanggal Lahir :
FORM PENANDAAN TINDAKAN PEMBEDAHAN PADA GIGI
Nama Prosedur :...................................... Tanggal Prosedur :................................
KETERANGAN :...........................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Saya menyatakan bahwa penandaan tindakan pembedahan pada gambar diatas adalah benar
JAKARTA..............................JAM :.................
NAMA PASIEN NAMA DOKTER
(..............................................) (...............................................)
Gambar 6.12 : Form Penandaan Pembedahan Gigi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kebayoran Baru
Penandaan tidak dilakukan pada tindakan : kasus organ tunggal
(operasi jantung, operasi caesar), kasus intervensi akan menyebabkan
tato permanen. Pemberian marking site dilakukan oleh operator bedah.
d. Ada bukti staf melaksanakan lima moment saat cuci tangan. (W,O,S)
e. Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan
regulasi. (lihat juga PPI 9 EP 2, EP 5, dan EP 6) (W,O,S)
Gambar 6.13 : Klip Kuning di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Gambar 6.14 : Pita Kuning di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Baru
Gambar 6.15 : Tanda Segitiga Resiko Jatuh Di Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran
Baru
P S M P S M P S M P S M P S M
1. Riwaya jatuh Apakah Ya/ Tidak Salah
pasien satu
datang jawaban
kerumah ya =6
sakit
karena
jatuh ?
Jika tidak, Ya/ Tidak
apakah
pasien
mengalam
i jatuh
dalam 2
bulan
terakhir
ini?
2. Status mental Apakah Ya/ Tidak Salah
pasien satu
delirium? jawaban
(tidak ya =14
dapat
mengambi
l
keputusan
pola piker
tidak
terorganisi
r
gangguan
daya
ingat)
Apakah Ya/ Tidak
pasien
disorentas
i? (salah
menyebut
waktu,
tempat
atau
orang)
Apakah Ya/ Tidak
pasien
mengalam
i agitasi?
(ketakuta
n, cemas
dan
gelisah)
3. Penglihatan Apakah Ya/ Tidak Salah
pasien satu
memakai jawaban
kacamata ya =6
?
Apakah Ya/ Tidak
pasien
mengeluh
penglihata
n buram?
Apakah Ya/ Tidak
pasien
mempuny
ai
glukoma/
katarak/d
egenegrasi
macula?
4. Kebiasaan Apakah Ya/ Tidak Ya =2
berkemih terdapat
perubaha
n perilaku
berkemih?
(frekwensi,
urgency,
inkontene
nsia,noktu
ria)
5. Transfer (dari Mandiri 0 Jumlah
tempat tidur (boleh nilai
ke kursi dan memakai transfer
kembali lagi ke alat bantu dan
tempattidur jalan) mobilita
Memerluk 1 s jika
an sedikit nilai
bantuan total 0-3
(1 orang/ maka
dalam skor = 0
pengawas jika nilai
an) total 4-6
Memerluk 2 maka
an skor = 7
bantuan
yang
nyata (2
orang)
Tidak 3
dapat
duduk
dengan
seimbang,
perlu
bantuan
total
6. Mobilitas Mandiri 0
(boleh
memakai
alat bantu
jalan)
Berjalan 1
dengan
bantuan 1
orang
(verbal
fisik)
Mengguna 2
kan kursi
roda
Imobilisasi 3
TOTAL NILAI
PARAF&NAMA PETUGAS YANG
MENILAI
Keterangan :
1. Skoring
P S M P S M P S M P S M P S M
1. Beri tanda segitiga
risiko jatuh pada
bed atau infus
stand pasien
2. Pasangkan atau
pantau klip kuning
pada gelang
identitas pasien
3. Orientasi
lingkungan
4. Pastikan bel dekat
RESIKO RENDAH (RR)
jangkauan pasien
RESIKO SEDANG
terkunci
6. Posisi tempt tidur
dalam posisi
terendah
7. Tempat tidur
diposisikan
rendah, pasang
pembatas tempat
tidur dan roda
tempat tidur
pastikan terkunci
8. Pastikan lampu
tidur pada malam
hari
9. Berikan edukasi
mengenai hal –hal
yang dapat
menimbulkan
risiko jatuh
10. Pastikan
kebutuhan pribadi
dalam jangkauan
11. Monitor kebutuhan
pasien secara
berkala (minimal
tiap 2 jam),
tawarkan ke toilet
secara teratur
12. Berikan tanda
resiko jatuh pada
gelang pasien
13. Anjurkan pasien
agar tidak
menggunakkan
alas kaki yang licin
1. Lakukan semua
intervensi resiko
rendah dan resiko
sedang
2. Monitor kebutuhan
pasien secara
berkala (minimal
tiap 1 jam),
RESIKO TINGGI
tawarkan ke toilet
secara teratur
(RT)
3. Tempatkan pasien
lebih dekat dengan
nurse station (bila
memungkinkan)
4. Pastikan pasien
menggunakan alat
bantu jalan
5. Libatkan keluarga
untuk mengawasi
pasien
NAMA PETUGAS YANG
MENIILAI
PARAF
Beri tanda ceklis “√”
PEMANTAUAN RESIKO JATUH PADA PASIEN ANAK
1. Skoring
Skor 7-11 : risiko rendah- sedang lakukan intervensi risiko rendah- sedang
Skor ≥ 12 : risiko tinggi lakukan intervensi risiko tinggi
2. Lakukan pengkajian ulang bila :
d. Terjadi perubahan kondisi pasien dalam 24 jam
e. Pindah ke ruang lain
f. Kondisi pasien telah terjadi perubahan dalam regimen pengobatan yang dapat
menempatkan pasien pada risiko untuk jatuh
3. Bila tidak terjadi perubahan dalam 24 jam, tetap lakukan pengkajian ulang setiap
shift setiap hari
INTERVENSI RESIKO JATUH PADA PASIEN ANAK
P S M P S M P S M P S M P S M
1. Beri tanda segitiga
risiko jatuh pada bed
atau infus stand
pasien
2. Pasangkan atau
pantau klip kuning
pada gelang identitas
pasien
3. Orientasi lingkungan
4. Pastikan bel dekat
jangkauan pasien
RESIKO RENDAH (RR)
1. Lakukan semua
intervensi resiko
rendah dan resiko
sedang
2. Kunjung dan monitori
pasien setiap satu jam
3. Temapatkan pasien
RESIKO TINGGI
memungkinkan)
4. Pastikan pasien
menggunakan alat
bantu jalan
5. Libatkan keluarga
untuk mengawasi
pasien
Nama Petugas Yang Meniilai
Paraf
Beri tanda ceklis “√”
ASESMEN RISIKO JATUH RAWAT JALAN
GET UP AND GO
1. Pengkajian
No. Penilaian / Pengkajian Ya Tidak
a. Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih)
1. Tidak seimbang/sempoyongan/limbung
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu
(kruk,tripot, kursi roda, orang lain ).
b. Menopang saat akan duduk : tampak memegang
pinggiran kursi/meja /benda lain sebagai
penopang saat akan duduk.
2. Hasil
No. Hasil Penilaian /Pengkajian Keterangan
1 Tidak berisiko Tidak di temukan a & b
2 Risiko rendah Ditemukan salah satu dari
a/b
3 Risiko tinggi Ditemukan a & b
3. Tindakan
BERDASARKAN PENILAIAN SKALA MORSE/MORSE FALLS SCALE (MFS) USIA >18 s/d
<60 TAHUN
P S M P S M P S M P S M P S M
1. Riwayat jatuh : Tida 0
Apakah pasien k
pernah jatuh Ya 25
dalam 3 bulan
terakhir
2. Diagnosis Tida 0
sekunder : k
Apakah pasien Ya 15
memiliki > 1
penyakit (CVD,
DM, CKD,
Hipertensi,
Metastase)
3. Alat bantu jalan :
Bed rest/dibantu 0
perawat
Kruk/tongkat/wa 15
lker/tripot
Berpegangan 30
pada benda-
benda di sekitar
(dinding/kursi)
4. Terapi intravena : Tida 0
apakah saat ini k
pasien terpasang Ya 20
infus ?
5. Gaya 0
berjalan/cara
berpindah :
- Normal/b
ed
rest/immo
bile (tidak
dapat
bergerak
sendiri)
- Lemah 10
(tidak
bertenaga)
- Gangguan 20
/tidak
normal
(pincang/
diseret)
6. Status mental 0
- Pasien
menyadari
kondisi
dirinya
- Pasien 15
mengalam
i
keterbatas
an daya
Total Nilai
Tingkat Risiko : RR-RS/RT
Nama Petugas Yang Menilai
Paraf
Keterangan
4. Skoring
BERDASARKAN PENILAIAN SKALA MORSE/MORSE FALLS SCALE (MFS) USIA >18 s/d
<60
NO INTERVENSI UNIT, TANGGAL,BULAN DAN TAHUN
P S M P S M P S M P S M P S M
1. 1 Beri tanda segitiga
. risiko jatuh pada bed
atau infus stand pasien
2. Pasangkan atau pantau
klip kuning pada gelang
identitas pasien
3. Orientasi lingkungan
4. Pastikan bel dekat
jangkauan pasien
5. Roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci
RESIKO RENDAH (RR)
diposisikan rendah,
pasang pembatas
tempat tidur dan roda
tempat tidur pastikan
terkunci
8. Pastikan lampu tidur
pada malam hari
9. Berikan edukasi
mengenai hal -hal yang
dapat menimbulkan
risiko jatuh
10. Pastikan kebutuhan
pribadi dalam
jangkauan
11. Monitor kebutuhan
pasien secara berkala
(minimal tiap 2 jam),
tawarkan ke toilet
secara teratur
12. Berikan tanda resiko
jatuh pada gelang
pasien
13. Anjurkan pasien agar
tidak menggunakkan
alas kaki yang licin
1. Lakukan semua
intervensi resiko
rendah dan resiko
sedang
2. Monitor kebutuhan
pasien secara berkala
(minimal tiap 1 jam),
tawarkan ke toilet
secara teratur
RESIKO TINGGI
station (bila
memungkinkan)
4. Pastikan pasien
menggunakan alat
bantu jalan
5. Libatkan keluarga
untuk mengawasi
pasien
NAMA PETUGAS YANG
MENIILAI
PARAF
Beri tanda ceklis “√”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP