Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Bangli Medika Canti telah menyelesaikan program kerja utamanya yaitu
membuat Buku Pedoman dan Buku Saku Keselamatan Pasien untuk unit pelayanan. Keselamatan
pasien saat ini sudah menjadi issue global sejak laporan IOM/ Institute of Medicine Amerika Serikat
pada tahun 2000, yang menyatakan bahwa “ TO ERROR IS HUMAN”, Building a Safer Health
Sistem”
Perhimpunan Rumah sakit seluruh Indonesia (PERSI) mengawali Program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit dengan membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit / KKPRS pada 1 Juni
2005 sebagai hasil Raker PERSI Maret 2005 di Surabaya yang kemudian diikuti dengan pencanangan
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit oleh Menteri Kesehatan dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)
pada 21 agustus 2005 dalam seminar Nasional PERSI di Jakarta.
Keselamatan Pasien sebagai suatu sistem diharapkan memberikan asuhan kepada pasien lebih aman,
mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Semoga Buku Pedoman dan Buku Saku ini dapat digunakan untuk membantu seluruh pekerja di
Rumah Sakit Bangli Medika Canti dalam memberikan pelayanan kesehatan berbasis Keselamatan
Pasien dan melakukan identifikasi, menganalisa dan mengirimkan laporan insiden internal dan
eksternal.
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
Definisi
Data Pasien
Rincian Kejadian
Tipe Insiden
Pohon Keputusan
Lampiran ;
Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu yang relative baru dalam
bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis dan pencegahan medical error
guna mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Dengan mempertimbangkan
bahwakesalahan medikasi melibatkan 1 dari 10 pasien di seluruh dunia, maka World Health
Organization (WHO) menetapkan bahwa keselamatan pasien merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan.
Awal Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutions dengan Joint
Commission dan Joint Commission International telah meluncurkan suatu agenda mengenai
patient safety yang dinamakan Nine Patient Safety solutions- Preamble May 2007. Kesembilan
unsur dalam agenda tersebut terdiri dari ;
1. Look-Alike, Sound-Alike Medication Names
2. Patient Identification
3. Communication During Patient Hand-Overs
4. Performance of Corrct Procedure at Corret Body Site
5. Control of Cocentrated Electrolyte Solutions
6. Assuring medication accuracy at Transitions in Care
7. Avoiding Catheter and Tubing Mis-Connections
8. Single Use of Injection Devices
9. Improved Hand Hygiene to Prevent Health Care-Associated Infection
Pada tanggal 25 Juni 2008 lalu WHO Alliance for Patient safety telah meluncurkan
program Safe surgery Save lives dengan berbagai format berupa check list.
Di Indonesia, setelah pada bulan Juni s/d Agustus 2006 PERSI, KKPRS, KARS dan
Departemen Kesehatan, bekerja sama dengan Becton Dickinson, melakukan”Road Show”
sosialisasi program Keselamatan Pasiendi 12 kota dihadapan total 461 rumah sakit, terlihat
bahwa Keselamatan Pasien mulai menjadi prioritas di berbagai rumah sakit.
Salah satu program yang menjadi dasar Keselamatan Pasien adalah menekan/
menurunkan insiden Keselamatan Pasien beserta KTD/KNC. Penyusunan Buku Pedoman
Keselamatan Pasien RS Bangli Medika Canti ini bertujuan: menurunnya IKP-Insiden
keselamatan Pasien (KTD dan KNC) dan meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien di RS Bangli Medika Canti, menuntun pekerja RS Bangli Medika Canti dalalm upaya
menerapkanSistem Pelaporan IKP sesuai dengan alur pelaporan , mengarahkan pembuatan
Analisis, Matrix Grading Risiko. Petunjuk Pengisian Laporan IKP, serta format Formulir
laporan IKP baik Internal RS Bangli Medika Canti maupun External ke KKPRS.
Dengan penerapan sistem pelaporan IKP maka seluruh poliklinik/ ruang perawatan di
RS Bangli Medika Canti diharapkan dapat menerapkan paradigm pelayanan pasien rumah sakit
yang telah disempurnakan dari paradigm mutu menjadi paradigm quality-safety (mutu-
keselamatan). RS Bangli Medika Canti selaku lembaga yang padat risiko karena bersifat padat
modal, padat karya, padat teknologi, padat profesi dan ilmu, padat sistem dan padat keluhan.
Didalamnya terdpat ratusn jenis oba, tes, pemerikasaan dan prosedur, pasien dengan latar
belakang berbeda, berbagai kelompok profesi dan individu staf pelayanan, serta banyak sistem
dan keberagaman yang berpotensi terjadi kesalahan. Meskipun demikian diharapkan seluruh
poliklinik/ ruang perawatan di RS Bangli Medika Canti dapat mendemonstrasikan pelayanan
yang diberikakn lebih ‘safe” / aman di masa depan.
BAB II
MANAJEMEN RISIKO
Risiko sama dengan ketidakpastian akan terjadinya suatu kejadian yang dapat menimbulkan
masalah atau kerugian (Siahan, 2007). Para birokrat, eksekutif, industrialis, karyawan, mahasiswa, ibu
rumah tangga, dokter, perawat, perusahan, rumah sakit, dokter dsb. Selalu berhadapan dengan risiko.
Kadang-kadang risiko dianalisis dan dikelola secara sadar, akan terapi kadang-kadang diabaikan dan
tidak disadari akibatnya.
Tanpa diidentifikasi, dianalisis, dan dikelola maka risiko dapat merugikan baikindividu,
organisasi, ataupun perusahan jasa maupun manufaktur. Implementasi manejemen risiko diperlukan
dalam aspek kehidupan manusi, termasuk di dalamnya manajemen risiko pelayanan kesehatan.
Risk management (manajemen risiko) didefinisikan sebagai suatu kegiatan klinis dan
administrative dalam rangka untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menurunkan risiko cedera bagi
pasien, staf dan pengunjung serta risiko kerugian bagi organisasi pelayanan itu sendiri. Jadi secara
ringkas MRK adalah suatu usaha untuk mengelola risiko klinis agar pasien mendpatkan pelayanan
yang bermutu dan aman. Kadang-kadang kita dibingungkan dengan pertanyaan “ bagaiman
sebenarnya hubungan antara program keselamatan pasien dengan MRK”
Pelayanan dalam bidang kesehatan dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang berisiko. Ada
beberapa kelompok yang dapat mengalami risiko yaitu pasien tenaga kesehatan (dokter, perawat dan
tenaga lainnya) serta institusi pemberi pelayanan.
Pasien dapat mengalami kerugian fisik, mental maupun financial akibat kesalahan tindakan
dalam proses pelayanan. Dokter dan petugas kesehatan lainnya, selain dapat menjadi sumber risiko
medis bagi pasien (penularan infeksi nosokomial, misalnya tidak melakukan kewaspadaan universal),
juga dapat tertular penyakit pasien. Selain itu, dokter dan petugas kesehatan lainnya juga dapat
mengalami kerugian financial apabila pasien yang mengalami kerugian melakukan gugatan hukum.
Salah satu upaya yang dilakukan misalnya mewajibkan dokter untuk mengikuti asuransi gugatan
malpraktik.
MANAJEMEN RISIKO KLINIS
Saat ini, MRK rumah sakit bukan lagi hanya memikirkakn klaim, litiigasi dan asurans, melainkan yang
paling utama justru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Ada beberpa mis
konsepsi terhadap pengertian manajemen risiko klinis (Royal College of Obstetricians, 2005).
a. MRK utamanya bukan menghindari atau mitigasi klaim. Lebih dari itu, MRK digunakan sebagai
alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan yang rendah menyebabkan
litigasi. Kegiatan MRK diharapkan dapat menurunkan risiko-risiko yang dapat mendatangkan/
menyebabkan klaim.
b. Kegiatan MRK bukan hanya sekedar melaporkan insiden medis. Pelaporan insiden medis
hanyalah sebagian dari kegiatan MRK dalam rangka proses identifikasi risiko.
c. MRK bukan semata-mata menjadi tanggung jawab Direktur, melainkan juga harus melibatkan
para klinis. MRK sesungguhnya adalah urusan semua stakeholder dalam organisasi, klinis dan
non-klinis.
Konteks penerapan MRK dapat berskala individu maupun organisasi. Dalam skala individu,
MRK mengupayakan agar pasien sebagai individu tidak mengalami cedera. Misalnya, seorang pasien
dengan diabetes mellitus akan menjalani operasi. Agar pasien tidak mengalami komplikasi operasi,
klinis dan tim bertanggungjawab untuk melakukan identifikasi risiko dan mengelolanya (menilai
penyulit yang berhubungan dengan komplikasi akibat diabetes mellitus dan mengen dalikan kadar
gula darah dan penyulit lain) baik sebelum, selama dan sesudah operasi.
Contoh lain, seorang pasien dilaporkan mengalami cedera medis akibat jatuh dari tempat tidur.
Setelah menerima laporan dari bangsa, tim keselamatan rumah Sakit menindaklanjuti kejadian
tersebut dengan membentuk tim kecil untuk mengetahui penyebab masalah ( faktor lingkungan,
pasien, kesalahan petugas karena tidak melakukan assemen risiko jatuh, dsb) dan mencari solusi yang
tepat agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi.
Pada umumnya, penerapan MRK lebih banyak digunakan pada skala yang lebih luas
(organisasi). Misalnya, bagaiman mengembangkan MRK untuk keselamatan pasien kebidanan-
kandungan, pasien-pasien berisiko bunuh diri, MRK kamar operasi, dsb.
BAB III
DEFINISI
Konsep keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman.
Assement Risiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisa insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
1. Keselamatan/ Safety
Bebas dari bahaya atau risiko (hazard)
2. Hazard/ Bahaya
Adalah suatu “ Keadaan, Perubahan atau tindaka” yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien .
a. Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “ Peristiwa
Keselamatan Pasien/ Patient safety event, agent atau Personal”
b. Agent
Adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan
MEDICATION ERROR
Medication Error adalah setiap kejadian yang bisa dicegah yang dapat menyebabkan pengobatan
yang tidak tepat atau mencelakai pasien ketika berada dalam pengawasan tenaga, kesehatan, pasien
atau consume. Pelakunya adalah tenaga teknis Kefarmasian (TTK)
Medical error adalah kesalahan prosedur dari suatu tindakan medis. Defines lain dari Medical error
adalah tindakan medis yang tidak sesuai SOP. Pelakunya adalah Tenaga Medis. Sering juga disebut
sebagai Malpraktik.
c. Kesalahan Sistem
SOP yang kurang sempurna/ belum dijalankan, sehingga dicatat yang dilakukan dan
belum dilakukan yang dicatat
Penggunaan sistem masih manual/ SIM belum sempurna
Ketersediaan (availabilitas) obat rendah
d. Lemahnya Komunikasi
Instruksi lisan
Hubungan kurang baik dengan dokter atau perawat
Gunakan No atau MRN untuk identitas
RESEP OBAT
l. Faktor-Faktor Lain
b. Dokumentasi
Setiak kejadian medication error walau tidak sampai ke pasien didokumentasi (salah
etiket, salah bungkus) dan dicari solusiny
Hilangkan sistem punishment agar setiap kejadian medication error tercatat
Adakan koordinasi tindakan preventif dari kejadian medication error yang sudah
terdokumentasi.
c. Pemanfaatan Teknologi
Pada pemasukan data awal obat dibuat selengkap mungkin dari isi, interaksi, dosis standar, dll.
Sehingga ada peringatan dini (early warning) jika dosis melebihi standar atau pasien alergi
terhadap obat tertentu
Sebagaian besar pasien yang akan menjalani pembedahan merasa tidak tenang
menghadapiny. Entah takut sebagian badannya akan diiris, khawatir akan komplikasi saat atau
selesainya pembedahan atau pun seram akan suasana di kamar operasi. Dengan telah
memahami akan penjelasan dokter bedah sebelumnya, apalagi telah menerima informasi dari
orang lain yang telah pernah menghadapi hal yang sama, kekhawatiran itu bisa dikurangi. Dan
berkenan akan suasana kamar operasi, ada beberapa hal yang saya bisa ceritakan sehingga
ketakutan anda pun berkurang.
Di lingkungan kamar operasi, selain terdiri dari beberapa ruang untuk tindakan
pembedahan, juga dilengkapi dengan ruang penerimaan/ persiapan yaitu ruangan khusus untuk
menempatkan pasien dari luar lingkungan kamar operasi sebelum dilakukan tindakan bedah.
Di ruangan ini, selain pasien di data ulang juga dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum
naik ke meja operasi seprti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, berat badan dan
evaluasi lainnya oleh dokter anastesi (bius). Di ruangan ini pula si penderita menjelang dibius
di kamar tindakan. Biasanya juga dokter bedah akan melihat serta menyapa dan tentu oleh
dokter yang baik akan diberikan penjelasan secara teknis prosedur apa yang akan dilakukannya
nanti.
Dalam upaya menurunkan Insiden keselamatan Pasien Khusus di kamar operasi WHO
tahun 2008 merilis Surgical Safety Checklist yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dianggapmampu mencegah terjadinya Insiden Keselamatan Pasien di kamar operasi
yangmeliputi sebelum dilakukan pembiusan, sebelum dilakukan insisi dan sebelum pasien
meninggalkan kamar operasi. Semua pertanyaan dari masing-masing episode harus dijawab
dan diisi oleh petugas pelaksana operasi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap
pencegahan Insiden Keselamatan Pasien.
Adapun formulir checklist Keselamatan Pasien di kamar operasi adalah sebagai berikut :
Nama :
KESELAMATAN PASIEN OPERASI
Tgl. Lahir :
No. RM : L/P
Tujuan Umum :
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD dan KNC) dan meningkatnya mutu pelayana dan
keselamatan pasien.
Tujuan Khusus :
1. Internal :
2. Eksternal
a. Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC).
b. Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi
klinik lain.
c. Ditetapkan langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien.
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan
mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/ potensi bahaya yang dapat terjadi
kepada pasien. Pelaporan juga pening digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error
sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.
Bagaimana memulainya ?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di klinik meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan
dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadiataupun yang nyaris
terjadi.
Reporting
Pembelajaran
/ Improve
f. Setelah selesai melakakn investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan insiden
dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien RS Bangli Medika Canti.
g. Tim Komite Keselamatan Pasien RS Bangli Medika Canti akan menganalisa kembalihasil
investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Re-grading.
h. Untuk grade kuning/ Merah, Komite keselamatan Pasien Rs bangle Medika canti akan
melakukan Analisis akar Masalah / Root Cause analysis (RCA)
i. Setelah melakukan RCA, Komite Keselamatan Pasien RS Bangli Medika Canti akan membuat
laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta “ Pembelajaran “ berupa petunjuk/ “ Safety
alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Manajemen RS bangle Medika
Canti.
k. Rekomendasi untuk “ Perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada Unit Kerja
terkait.
l. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Komite Keselamatan pasien RS Bangli Medika Canti
ALUR PELAPORAN INSIDEN KE KKP-RS ( KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT) (
Eksternal)
1. Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah/ RCA yang terjadi pada PASIEN
dilaporkan oleh Tim KP di RS ke KKP-RS dengan mengisi formulir Laporan insiden
Keselamatan Pasien.
2. Laporan dikirm ke KKP-RS lewat POS atau KURIR.
BAB VII
ANALISIS RISK GRADING MATRIX
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan Dampak dan probabilitasnya.
PROBABILITAS / FREKUENSI/LIKELIHOOD
TINDAKAN
Can be manage by Clinical Manager / Lead Detailed review & Immediate review &
procedure Clinician should assess urgent treatment action required at
the consequences should be undertaken Board level. Director
against cost of treting by senior management must be informed
risk
BAB VIII
Kode rumah sakit bersifat unik dan confidential. Setiap rumah sakit akan diberikan kode khusus untuk
dapat mengakses dan mengirimkan laporan insiden ke KKPRS PERSI
Cara mendapatkan Kode KLINIK :
Rumah sakit harus mengisi terlebih dahulu Form data rumah sakit ( Lampiran 3) yang dapat diakses
lewat http://www.inapat-safety.or.id
Kode rumah sakit akan dikirimkan lewat SMS atau email oleh KKPRS PERSI
No RM : (jelas)
Data Pasien : Umur, jenis Kelamin, Penanggung biaya, Tgl. Masuk RS dan jam diisi di
Form laporan internal dan eksternal 9lihat Lampiran Form laporan IKP)
9 Alat medis / alat a. Tipe alat medis /alat Daftar alatmedis / alat
kesehatan / kesehatan/ kesehatan equipment property
equipment property equipment property
d. Peristiwa mekanik
lain
i. Paparan karena
dampak cuaca,
bencana alam
13 Infrastruktur / a. Keterlibatan i. Daftar struktur
Bangunan/ Benda struktur bangunan ii. Daftar bangunan
lain yang terpasang iii. Daftar furniture
tetap
b. Masalah i. In adekuat
ii. Damage /Faulty / Worm
14 Resource / a. Beban kerja manajemen
manajemen yang berlebihan
organisasi b. Ketersediaan
/keadekuatan / tempat
tidur
c. Sumber daya manusia
d. Ketersediaan
/keadekuatan staf
e. Organisasi / Tim
f. Protocol / Kebijakan /
SOP Guideline
g. Ketersediaan /
adequancy
15 Laboratorium/ 1. Pengambilan /
patologi pickup
2. Transportasi
3. Sorting
4. Data entry
5. Prosession
6. Verifikasi /validasi
7. Hasil
Penyebab insiden :
Penyebab langsung ( immediate / direct cause)
Penyebab yang langsung berhubungan dengan insiden /dampak terhadap pasien.
Akar masalah ( Root Cause)
Penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying cause)
Faktor kontribusi adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya insiden. Penyebab insiden
dapat digolongkan faktor kontributor seperti terlihat pada table dibawah ini.faktor kontributor
dapat dipilih lebih dari satu.
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas
yang baru bekerja tiga bulan di RS . Hasil investigasi ditemukan :
Metode evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian yang tidak diharapkan
(KTD) dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
INSIDEN :
TIM :
Ketua :
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apak macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam Tim tersebut ?
YA TIDAK
Observasi Langsung
Dokumentasi : 1.
2.
3.
4.
5.
Interview ( Dokter/ staf yang terlibat ) : 1.
2.
3.
4.
5.
Waktu kejadian
Kejadian
Informasi t tambahan
Good practice
Masalah pelayanan
Waktu
Staf
yang
terlibat
LANGKAH 5 : IDENTIFIKASI CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)
1.
2.
3.
4.
5.
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
KET :
faktor kontributor
HFMEA
Adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegaglan
sebelum terjadi. Hal tersebut didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien .
Adalah proses proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi. Hal ini akan
mengantisipasi kesalahan dan akan meminimalkan dampak buruk.
LANGKAH 1 dan 2 : Pilih proses yang berisiko tinggi dan bentuk TIM
Pilih proses yang akan dianalisa. Tentukan salah satu proses / sub prosesnya kompleks.
Judul Proses :
Transfusi Darah
Bentuk Tim
Ketua :
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA TIDAK
Apakah macam-macam & tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam Tim tersebut ?
YA TIDAK
Siapa yang menjadi Notulen ? Sekretaris Tim KPRS
Tahapan Proses :
Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku jika proses kompleks anda
dapat memilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti.
1 2 3 4 5 6
Tahapan sub proses Tahapan sub proses Tahapan sub proses Tahapan sub proses
A. A. A. A.
B. B. B. B.
C. C. C. C.
D. D. D. D.
E. E. E. E.
A B C D E F
Cantumkan beberapa sub Proses untuk setiap tahapan proses
Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan
1. 1. 1. 1. 1.
2. 2. 2. 2. 2.
3. 3. 3. 3. 3.
4. 4. 4. 4. 4.
5. 5. 5. 5. 5.
LEMBAR AMKD (FORM HFMEA)
AMKD Langkah 4 – Analisis Hazard AMKD Langkah 5 – Identifikasi Tindakan & Outcome
MODUS POTENSI SKORING Analisis Pohon Tips Tindakan Ukuran Yang Dukunga
Kegagalan PENYEBAB Keputusan Tindak / alasan outcome Bertang n
: Evaluasi an ( untuk gung manajem
awal control, mengakhi jawab en
modus terima ri
kegagalan elimina
sebelum si)
Kegawatan
Probabilitas
Nilai Hazard
kelemahan ?
Poin tunggal
pengendalian?
Adakah control
dideteksi?
Apakah mudah
Proses?
TINGKAT BAHAYA
ANALISIS HAZARD
TINGKAT PROBALITAS
SKOR HAZARD
TINGKAT BAHAYA
KATASTROPIK MAYOR MODERAT MINOR
4 3 2 1
SERING 16 12 8 4
4
KADANG 12 9 6 3
3
JARANG 8 6 4 2
2
HAMPIR TIDAK 4 3 2 1
PERNAH
1
POHON KEPUTUSAN
DECISION TREE
Gunakan ‘Pohon Keputusan” untuk menentukan apakah modus kegagalan perlua di Proses
Ya
Tidak
PENUTUP
Sistem pelaporan insiden di RS Bangli Medika Canti merupakan awal proses analisis dan investigasi
insiden. Diharapkan Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ini dapat menjadi acuan bagi RS
Bangli Medika Canti untuk melaksanakan sistem pelaporan dan analisis di seluruh fungsi layanan
pasien di RS Bangli Medika Canti. Dengan meningkatnya jumlah laporan insiden akan tergambarkan
budaya dan motivasi untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kepada pasien.
Hasil analisis insiden akan menjadi pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama di kemudian
hari.
Formulir Laporan Insiden ke Tim KP di RS
Rumah Sakit ...................................
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama : .........................................................................................................
> 65 tahun
JAMKESMAS JAMKESDA
2. Insiden : ..........................................................................................................................................
3. Kronologis Insiden
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Pasien
Pengunjung
Lain-lain ...........................................................................................(sebutkan)
Pasien
Lain-lain .............................................................................................................(sebutkan)
Pasien UGD
Lain-lain .............................................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Kematian
Cedera Ringan
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Dokter
Perawat
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
......................................................................................................................................................
INSIDEN
Tangani segera
2 x 24 jam
PIC / Ka.
Unit
GRADING
DEPKES DEPNAKER
KKP RS
PERSI
1. Terjadi KTD /KNC segera dicegah / ditangani
2. Segera buat laporan Insiden (paling lambat 2 x 24 jam )
3. Laporan segera diserahkan kepada atasan langsung pelapor (Ka. Unit)
4. Ka. Lantai memeriksa laporan & melakukan Grading Risiko
5. Hasil grading menentukan bentuk investigasi & analisa:
a. Grade biru : investigasi oleh Ka. Inut maks. 1 minggu
b. Grade hijau : investigasi oleh Ka. Inut maks. 2 minggu
c. Grade kuning : investigasi komprehensif (RCA) oleh Tim KP, maks 45 hari
d. Grade merah : investigasi komprehiensif (RCA) oleh Tim KP, maks. 45 hari
6. Laporan hasil investigasi dan laporan insiden diserahkan ke Tim KP
7. Regrading oleh Tim KP
8. RCA oleh Tim KP ( grade kuning & merah)
9. Tim KP membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
11. Rekomendasi diberikan kepada unit kerja terkait ( umpan balik)
12. Unit kerja membuat analisa & trend kejadian di satuan kerjanya
13. Monitoring & evaluasi perbaikan oleh Tim KP