PENYELENGGARAAN PONEK
24 JAM DI RUMAH SAKIT
Jl. Tirta Giri Kutri L.C. Subak Aya, Bangli Telp. (0366) 91555 – 93444 Email : rsbmc_bangli@ymail.com
Jl. Tirta Giri Kutri, L.C. Subak Aya, Bangli Telp. (0366) 91555 – 93444 Email : rsbmc_bangli@ymail.com
NOMOR 065/SK-DIR/XII/2015
Tentang
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Bangli Medika Canti selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan dan harapan masyarakat;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
Menetapkan :
Ditetapkan di : Bangli
Direktur,
NIK. 05.2013.070
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PONEK
24 JAM DI RUMAH SAKIT
Jl. Tirta Giri Kutri L.C. Subak Aya, Bangli Telp. (0366) 91555 – 93444 Email : rsbmc_bangli@ymail.com
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN.................................................................................1
II STANDAR KETENAGAAN.................................................................2
V LOGISTIK.......................................................................................... ....5
VI KESELAMATAN PASIEN....................................................................6
IX PENUTUP................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka
kematian neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI 228/100.000 kelahiran
hidup (KH) dan AKB 34/100 kelahiran hidup (SDKI 2007), keadaan tersebut
diakibatkan oleh penyebab utama kematian yang sebenarnya dapat dicegah melalui
pendekatan deteksi dini dan penata laksanaan yang tepat untuk ibu dan bayi. Di
Indonesia penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan Eklamsi, partus lama
dan komplikasi abortus. Penyebab kematian utama adalah perdarahan yang sebagian
besar disebabkan oleh retensio plasenta. Hal ini menunjukan adanya manajemen
persalinan kala III yang kurang adekuat. sedangkan kematian ibu akibat infeksi
merupakan indikatot kurang baiknya upaya pencegahan dan manajemen infeksi.
kematian ibu yang disebabkan karena komplikasi aborsi adalah akibat dari kehamilan
yang tidak dikehendaki (KTD). Program menurunkan angka kematian ibu dan bayi
(maternal neonatal) dan meningkatkan pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai
masalah komplikasi persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan.
Sehubungan hal tersebut perlu diperoleh dukungan faktor keterampilan tenaga
kesehatan khusus PONEK serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di
Rumah Sakit. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa – Bangsa pada
tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai
sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu:
1. mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari AKB pada
tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun 1990
dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergrncy
Komprehensip (PONEK) 24 jam di rumah sakit disusun agar dapat
Meningkatkan pelayanan Maternal dan Neonatal yang sehingga dapat
membantu program pemerintah dalam upaya penurunan AKI dan AKB di
Rumah Sakit Bangli Medika Canti.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman manajerial ataupun operasional dalam program
pelayanan PONEK 24 jam di RS Bangli Medika Canti .
2. Sebagai indikator mutu penerapan standar pelayanan rumah sakit dalam
pelayanan PONEK melalui akreditasi.
3. Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam pelayanan PONEK
24 jam sesuai dengan standar.
4. Menambah ilmu pengetahuan tentang pelayanan obstetri neonatal
emergensi komprehensif.
5. Mengetahui bagaimana sistem pelayanan PONEK sesuai standar.
6. Mengetahui apa saja yang harus ditangani oleh tim PONEK rumah sakit.
7. Mengetahui kreteria rumah sakit yang boleh melakukan PONEK 24 jam.
4. Pelayanan Ginekologis
Kehamilan ektopik, Perdarahan uterus disfungsi , perdarahan menoragia, Kista
Ovarium akut , Radang Pelvik akut ,Abses Pelvik infeksi saluran genitalia, HIV-
AIDS .
5. Perawatan Intensif Neonatal
6. Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan daerah
1) Jenis pelayanan
a. Merencanankan Kebutruhan darah di RS
b. Menerima Darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (
non reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah
c. Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
d. Memantau persediaan darah harian / mingguan
e. Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah
donor dan darah recepient
f. Melakukan silang serasi antara darah donor dan darah recepient
g. Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah
ABO / rhesus ke Unit transfusi darah / UTD secara berjenjang .
h. Bagi Rumah Sakit yang tidak memiliki fasilitas unit trasfusi darah /
Bank darah dianjurkan untuk membuat kerjasama dengan penyedia
fasilitas tersebut
2) Tempat pelayanan
a. Unit Transfusi darah / UTD PMI
b. Unit Transfusi darah / UTD Rumah sakit
3) Kompetensi
a. Mempunyai kemampuan management pengelolaan transfusi darah dan
bank darah rumah Sakit
b. Mempunyai sertivikasi pengetahuan dan ketrampilan tentang :
Transfusi darah, penerimaan Darah , Penyimpanan darah ,
Pemeriksaan golongan darah, Penerimaan uji silang serasi .
Pemantapan mutu internal , pencatatan , pelaporan, Pelacakan dan
dokumentasi , kewaspadaan Universal ( Universal Precaution) .
4) Sumber Daya Manusia
a. Dokter
b. Para Medis Teknologi Transfusi Darah (PTTD)
c. Tenaga Administrator , Pekarya Kesehatan
5) Ruang Pelayanan Darah
Ukuran Minimal 24 m2
6) Perawatan Intensif
a. Jenis pelayanan pemantauan terapi cairan , Pengawasan Gawat nafas /
ventilator,Perawatan sepsis .
b. Tempat pelayanan unit Perawatan intensif
c. Kompetensi : Pelayanan Pengelolaan resusitasi segera untuk pasien
gawat, tunjangan kardio – respirasi jangka pemdek dan mempunyai
peran memantau serta mencegah penyulit pada pasien medik dan
bedahyang beresiko. Ventilasi mekanik dan pemantauan
kardiovaskuler sederhana.
d. Sumber daya Manusia : Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan
melakukan resusitasi jantung paru, Dokter spesialis Anestesiologi
e. Ruang Pelayanan : Ruang pelayanan intensif ( ICU ) 75 m2
f. Pencitraan : Radiologi, USG / Ibu dan Neonatal
g. Laboratorium : Pemeriksaan rutin darah, urin, Kultur Darah , pus.
D. BATASAN OPERASIONAL
Upaya Pelayanan PONEK
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan Operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi , dan Sectio sesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi
5. Pelayanan asuhan Antenatal Resiko Tinggi
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1992
2. tentang Kesehatan ( Lembaga Negara RI Tahun 1992 nomor 100 , tambahan
lembaran Negara RI Nomor 3495)
3. Undang –Undang republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran ( Lembaran Negara RI tahun 2004 nomor 116 , tambahan
lembaran negara RI 4431)
4. Undang – Undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (
Lembaran Negara RI tahun 2004 nomor 125, Tambahan lembaran negara RI
Nomor 4437)
5. Peraturan menteri kesehatan RI No. 159b/menkes /SK/Per/II/1988 tentang
rumah sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
131/Menkes/SK/II/2004 tantang Sistem Kesehatan Nasional , diatur Upaya
Kesehatan perorangan dan Upaya kesehatan masyarakat
8. Peraturan menteri Kesehatan republik indonesia nomor
1575/menkes/per/XI/2005 tentang organisasi dan tata kerja departemen
kesehatan
9. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes /Per/
XI /200. Tentang pedoman Organisasi rumah sakit di lingkungan Departemen
Kesehatan
10. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Ijin praktek dan Pelaksanaan praktek
kedokteran
BAB II
STANDAR KETENANGAN
A. Kwalifikasi sumber daya manusia
Memiliki tim PONEK essensial yang terdiri dari :
1. Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan minimal 1 orang, RS Bangli Medika
Canti memiliki 4 orang Sp.OG sesuai standar PONEK.
2. Dokter spesiali Anak 1 orang RS Bangli Medika Canti memiliki 3 orang Sp.A
sesuai standar PONEK
3. Dokter di Unit Gawat Darurat 1 orang , RS Bangli Medika Canti memiliki tenaga
6 orang
4. Tiga orang Bidan ( 1 koordinator dan 2 penyedia ) di RS Bangli Medika Canti
sudah melebihi standar
5. Dua orang perawat di RS Bangli Medika Canti sudah melebihi standar
Tim PONEK Ideal ditambah :
1. Satu dokter spesialis anestesi / perawat anestesia, RS Bangli Mdika Canti
memiliki 2orang dokter anestesi, dan 2 orang penata anestesi
2. Enam bidan pelaksana RS Bangli Medika Canti sudah melebihi standar
3. Sepuluh perawat ( tiap Shift 2-3 perawat jaga )sudah sesuai standar
4. Satu petugas laboratorium sudah melebihi standar
5. Satu petugas administrasi sudah sesuai
B. Distribusi Ketenagaan
1. Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus Emergency baik
secara umum maupun emergency Obstetrik-neonatal yang diatur sesuai shift
tugas jaga , saat ini dokter umum terlatih PONEK hanya 1 orang dan perlu
perencanaan pelatihan untuk semua dokter umum IGD sehingga semua dokter
jaga di IGD tahu penatalaksanaan PONEK sesuai standar
2. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK: resusitasi
neonatus, kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus sudah sesuai standar dan
tenaga baru akan direncanakan ke depan
3. Memiliki kru/ awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu- waktu, sudah sesuai standar
4. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK antara lain: dokter
SpOG, dokter anak, dokter/petugas anestesi, Dokter penyakit dalam, dokter
umum, bidan dan perawat.
5. Tersedia petugas pelayanan darah yang siap 24 jam sesuai kebutuhan PONEK
RS.
6. Tersedia petugas pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK seperti :
laboratorium dan radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat
penunjang yang selalu siap 24 jam.
C. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga tim PONEK di atur di masing-masing unit sesuai standar
PONEK 24 jam dan disesuaikan dengan ruangan masing-masing yang diatur sebagai
berikut:
1. Pengaturan jadwal jaga dinas perawat/bidan dibuat dan dipertanggungjawabkan
oleh kepala ruangan dan disetujui oleh Kasi.Keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan direalisasikan ke petugas
pelaksana. Setiap tugas jaga ship harus ada penanggung jawab ship dengan syarat
minimal pendidikan DIII keperawatan/kebidanan serta memiliki sertifikat
PONEK.
3. Apabila ada tenaga yang tidak bisa jaga karena sesuatu dan berhalagan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan maka petugas harus memberitahu kepala
ruangan sebelumnya dan sudah bisa dicarikan pengganti agar pelayanan dapat
berjalan sesuai dengan tugasnya.
4. Untuk pengambilan cuti harus direncanakan minimal 2 minggu sebelum jadwal
dibuat dan sudah mendapat persetujuan kepala ruangan.
D. Pelatihan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan ketrampilan dan pengetahuan
petugas yang bekertja dimasing-masing unit terkait diperlukan pelatihan-pelatihan
yang mendukung profesi agar senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu
seiring perkembangan ilmu kebidanan dan keperawatan, pengetahuan kedokteran dan
keperawatan/kebidanan.
Pelatihan yang diperlukan yaitu :
1. Pengenalan tanda kegawat daruratan maternal dan neonatal
a. Penatalaksanaan bayi asfiksia
b. Resusitasi maternal neonatal
2. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan
a. Manajemen laktasi dan teknik menyusui yang benar
b. BHD
c. Hand hygiene / cuci tangan yang benar sesuai standar WHO
d. Penggunaan alat-alat secara benar yang diperlukan masing-masing unit
3. K3RS
4. Etika dan kepribadian serta komunikasi efektif
BAB III
STANDAR FASILITAS
R. OK VK
R. PERINATOLOGI/NICU
PMI/UTD
R. PERAWATAN
B. STANDAR FASILITAS
Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PONEK harus
dipenuhi hal sebagai berikut :
Ruang Rawat Inap yang leluasa dan nyaman, Ruang tindakan gawat darurat
dengan instrumen bahan yang lengkap ruang pulih / observasi pasca tindakan,
protokol pelaksanaan dalam tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
1. Kriteria UmumRuangan
a. Struktur fisik Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20m, lantai harus
porselen atau plastik harus di cat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapisi keramik
b. Kebersihan
Cat dan Lantai Harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat,
ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran , sampah atau limbah
rumah sakit berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan instrumen,
pintu, jendela, listrik dan langit-langit.
c. Pencahayaan
Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik dan semua
jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk, listrik
harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahyakan dan semua
lampu berfungsi baik dan sedia peralatan gawat darurat harus ada
cukup lampu untuk setiap neonatus.
d. Ventilasi
Ventilasi termasuk jendela harus cukup jika dibandingkan dengan
ukuran ruang. Kipas angin atau pendingin ruangan harus berfungsi
baik sehingga suhu ruangan harus dijaga 24-26C. Pendingin ruang
harus dilengkapi filter ( sebaiknya antibakteri)
e. Pencucian tangan
wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun, atau
disinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki
Wastafel, Keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian
yang sesuai ( dari lantai dan dinding ) tidak boleh ada saluran
pembuangan air yang terbuka.
pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air
yang dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak
ada kawat terbuka harus ada handuk (kain bersih )atau tissue
untuk mengeringkan tangan , diletakkan disebelah wastafel
Kamar bersalin :
a) lokasi Kamar bersalin harus berdekatan dengan kamar operasi dan IGD
dan tidak boleh menjadi tempat lalu lalang orang, bila kamar operasi juga
ada dalam lokasi yang sama usahakan tidaka ada keharusan melintas pada
ruang bersalin
b) Luas minimal 6 m perorang, yang berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu, 2
penolong diperlukan 4x4 m = 16 m
c) Paling kecil ruangan berukuran 12 m ( 6 m untuk masing – masing pasien
)
d) Harus ada tempat isolasi untuk ibu di tempat terpisah
e) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir
f) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap Rumah Sakit Umum
g) Kamar bersalin terletak berdekatan dengan kamar neonatal untuk
memudahkan transfort bayi dengan komplikasi ke ruang rawat
h) Idealnya sebuah kamar bersalin merupakan unit terintegrasi kala I, kala II,
kala III yag berarti setiap pasien diperlakukan secara utuh sampai kala IV
antara ibu dan bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan
diperlukan 2 buah kamar kala I dan sebuah kamar kala II
i) Kamar bersalin harus berdekatan dengan kamar jaga perawat/bidan dan
nurse station untuk memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus
sebelum dibawa ke ruang rawat ( post partum ) selanjutnya bila
diperlukan operasi pasien akan di bawa ke IBS yang dekat VK
j) ruangan isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar
bersalin.
k) ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care:untuk kuret,penjahitan
dsb berisi : meja operasi lengkap,lampu sorot, lemari, perlengkapan
operasi kecil, wastafel cuci tangan operator, mesin anastesi, inkubator,
perlengkapat kuret (MVA) dsb.
l) ruang tunggu bagi keluarga pasien : minimal 15 m2, berisi meja, kursi-
kursi serta telepon.
Ruangan Neonatal
a) Unit Perawatan Intensif
1) unit ini harus berada disamping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui
2) minimal ruangan berukuran 18 m (6-8 m untuk masing-masing pasien)
3) di ruang dengan beberapa tempat tidur,sedikitnya ada jarak 8 kaki (2,4 m)
ranjang bayi
4) ruangan harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik.
5) Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam setiker yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik.
b) Unit Perawatan Khusus
1) Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau setidaknya harus jauh
dari area yang sering dilalui.
2) Minimal Ruangan berukuran 12 meter (4 m untuk masing-masing pasien)
3) Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tenpat terpisah
4) Paling sedikit harus ada jarak 1 m antara inkubator atau tempat tidur bayi
c) Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2
d) Area Pencucian Inkubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2
Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesaria dan laparatomia.
b) Idealnya kamar opersi mempunyai luas 25 m2 dengan 4 m, diluar fasilitas : lemari
dinding. Unit ini sekurang-kurangnya ada sebuah bagian kebidanan
c) Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. dikamar operasi tersedia :
pemancar panas, inkubator dan perlengkapan resusitasi
d) Ruang resusitasi ini berukuran 3m. harus tersedia 6 sumber listrik
e) Kamar pulih adalah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan setandar luas: 8 m,
sekurang kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruang isi ruangan: ruang perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, rekam medis, inkubator bayi, troli
darurat.
f) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
g) Perlu disediakan alat komunikasi keruang bersalin dan kamar operasi, serta telepon.
Sekurang kurangnya 4 sumber listrik/bed.
h) fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi
1) Nurse Station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang
2) Ruang kerja – kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih-ruang ini berfungsi
membersihkan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dengan fasilitas air panas/dingin, ada meja kerja dan kursi kursi,
troli troli.
3) Saluran pembuangan kotoran/cairan.
4) Kamar pengawas OK: 10m
5) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi kursi, meja dan tersedia toilet.
6) Kamar sterisasi yang berhubungan dengan kamar operasi,ada autoclaf besar
berguna bila darurat.
7) kamar obat berisi lemari dan meja untuk distibusi obat
8) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan kamar
operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak membuat basah
lantai dan air cuci tangan harus steril.
9) Ruang kerja bersih. ruangan ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen, ruang gas/tabung gas,
gudang alat, anestesi alat/mesin yang sedang direparasi-dibersihkan, meja dan
kursi, gudang ukuran 12 m2: tempat alat alat kamar bersalin dan kamar bersalin
dan kamar opersi : pria dan wanita masing masing 12 m2, berisi loker, meja, kursi,
sofa/ tempat tidur, ada toilet 3 m2.
10) kamar diskusi bagi staf dan paramedik : 15 m2
11) kamar jaga dokter : 15 m2
kamar rumatan rumah tangga (house keeping) : berisi lemari, meja, peralatan mesin
isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan,dsb.
12) Ruang tempat brangkar dan kursi dorong.
13) Ruangan penunjang harus disediaakan seperti:
a) Ruang perawat/bidan
b) kantor perawat
c) ruang rekam medik
d) toilet staf
e) ruang staf medik
f) ruang loker staf/perawat
g) ruang rapat/konferensi
h) ruang keluarga pasien
i) ruang cuci
j) ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k) gudang peralatan
l) ruang kotor-peralatan- harus terpisah dari ruang cuci/steril. ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas- dingin, ada meja untuk kerja.
m) ruang obat: wastafel,meja kerja,dsb
n) ruang linen bersih
o) dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
A. PETUGAS PELAKSANA
1. Bidan/ Perawat penanggung jawab /perawat primer
2. Bidan/perawat pelaksana
B. BAHAN KERJA
1. Form rujukan
2. Lingkasan pasien pulang
3. Resume keperawatan
4. Obat-obatan dan barang-barang milik pasien
5. Alat-alat tulis
C. TATA LAKSANA
1. Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya alat, fasilitas atau pasien
memerlukan penanganan lanjutan yang tidak tersedia di RS Bangli Medika Canti.
2. Siapkan Formulir rujukan, yang diisi oleh DPJP atau dokter jaga
3. Bidan/perawat menghubungi RS yang dituju,pastikan RS tersebut sudah ada
tempat untuk pasien.
4. Bidan/perawat menghubungi petugas IGD untuk permintaan Ambulance RS
Bangli Medika Canti
5. Bidan/perawat menyiapkan obat-obat, hasil pemeriksaan dan barang-barang milik
pasien.
6. Petugas administrasi menyelesaikan administrasi ruangan dan mengirim kekasir
rawat inap.
7. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke bagian kasir rawat inap
dengan membawa surat pulang rawat inap.
8. Keluarga menunjukan kwitansi dan surat ijin pulang dari kasir kepada perawat.
9. Antarkan pasien ke RS yang dituju.
TATA LAKSANA MENDAMPINGI PASIEN UNTUK DIRUJUK
RUMAH SAKIT BANGLI MEDIKA CANTI
LOGISTIK PONEK
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman sesuai standar , untuk direncanakan
ruangan yang sesuai persyaratan PONEK, dan saat ini sudah tersedia pojok dan klinik
laktasi fasilitas yang sesuai dengan ruang yang yang belum memenuhi standar
PONEK kedepan dalam persyaratan.
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang ada. PONEK sedang
diupayakan dan peralatan sudah disiapkan .
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan sesuai standar PONEK.
Protokol pelaksana dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
OBAT-OBATAN MATERNAL KHUSUS PONEK RUMAH SAKIT BANGLI
MEDIKA CANTI
1. Ringer Lactat
2. Dextrose 10%
3. Dextran 40 / HES
4. Saline 0,9%
5. Adrenalin/epinefrin
6. Metronidazole
7. Kadelex atau ampul KCL
8. Larutan Ringer Laktat
9. Kalsium Glukonat 10%
10. Ampisilin, Gentamisin, Kortison/Dexametazone
11. Aminophyline
12. Transamin
13. Dopamin
14. Dobutamin
15. Sodium Bikarbonat 8,4%
16. MgSO4 40%
17. Nifidipin
OBAT-OBATAN NEONATAL KHUSUS PONEK
1. Dextrose 10 %
2. Dextrose 40%
3. N5
4. KCL
5. NaCl 0,9% 25 ml
6. NaCl 0,9% 500ml
7. Kalsium Glukonat 10 ml
8. Dopamin
9. Dobutamin
10. Adrenalin/ Epinefrin
11. Morphin
12. Sulfas atropin
13. Midazolam
14. Phenobarbital injeksi
15. MgSo4 20 %
16. Sodium Bikarbonat 8,4%
17. Ampisilin
18. Gentamisin
BAB VI
A. DEFINISI
Keselamatan pasien ( Patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
membuat asuhan pasien lebih aman.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian yang
tidak diharapkan (TKD).
C. STANDAR PATIENT SAFETY
Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan maternal
1. Hak pasien: Pasien atau keluarga pasien mempunyai hak mendapat pelayanan dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadi TKD
2. Mendidik Pasien dan Keluarga: Edukasi kepada Keluarga dan tanggung jawab
keluarga dalam asuhan perawatan/ asuhan yang diajarkan cara mengurangi resiko
terjadinya infeksi nosokomial.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan Pelayanan: Ruang pelayanan dan
menjamin koordinas antar tenaga (dokter) unit pelayanan terkait.
4. Penanggung metode-metode peningkatan kinerja, peningkatan keselamatan pasien
: Rumah sakit umum,memonitor dan mengevaluasi kinerja.
5. komunikasi merupakan kunci bagi staf-staf untuk mencapai keselamatan pasien
komunikasi antar tenaga kesehatan keluarga pasien selama melaksanakan
pelayanan dapat mencegah kemungkinan terjadi TKD.
D. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua peralatan
untuk pertolongan maternal dan perinatal antara lain: alat-alat listrik, gas medis
(O2),AC, Saluran udara (ventilasi), peralatan anastesi, alat-alat gawat darurat, dan
alat-alat resusitasi. Daerah pengamanan listrik paling sedikit diperiksa 2 (dua)
bulan sekali dan catatan daerah-daerah yang diperiksaprosedur yang diikuti dan
hasilnya harus disimpan dengan baik. alat-alat ini harus dipelihar oleh teknisi
yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan oleh ahli teknik atau konsultan dari
luar Rumah Sakit.
2. Program Pengamanan Infeksi Nosokomial
Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadi infeksi
nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari pengendalian infeksi
(Dalin) Di Rumah Sakit Bangli Medika Canti.
E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien.
2. Melapor pada Dokter jaga Ruangan.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan intruksi dokter
4. mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir” Pelaporan Insiden
Kesehatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global, ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi, pada pengidap HIV tidak menampakan gejala, Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru telah terjadi di Negara-negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung kemasyarakat melalui penduduk imigrant, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi ( misalnya melalui prilaku seks bebas tanpa pelindung
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit: tato tindik dll)
Penyakit hepatitis B dan C yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,8 % pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,1 % kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
“Kewaspadaan Umum” atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus mempunyai resiko
terjadi infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan keselamatan
dirinya dari resiko tertular penyakit,agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajiban dapat melindungi
diri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajiban mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
mengindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan perinsif
Universal Precaution.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. cuci tangan yang kurang benar.
2. penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. penutupan kembali jarum suntik secara tidak benar.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik Dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang kurang memadai
PENGENDALIAN MUTU
Indikator Mutu yang digunakan di RS Bangli Medika Canti dalam pelayanan adalah:
PENUTUP
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami perubahan yang berarti dalam lima tahun terakhir. Keadaan ini akan meningkat
apabila tidak segera ditangani dengan berbagai terobosan yang optimal. Kasus kebidanan
yang sifatnya akut dapat menurunkan kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di
masyarakat dan akan mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu agar program pedoman pelayanan
obstetri dan neonatal komprehensif ( PONEK ) dijadikan prioritas yang terlihat dalam setiap
upaya kesehatan perorangan pada rencana strategi Departemen kesehatan.
Pada saat ini pada era desentralisasi kebijakan ini amat perlu didukung oleh semua
pihak di kecamatan, kabupaten dan propinsi sehingga terjadi sinkronisasi antara perencana di
bidang kesehatan RI pusat dan daerah yang menghasilkan suatu visi yang dimuat dalam
penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ). Disamping itu
pelaksanaan PONEK harus disesuaikan dengan kondisi fisik daerah dan keterbatasan sumber
dana untuk dapat mencapai target yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA