MEDULA SPINALIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1 dari 2
SPO/
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui
PROSEDUR Direktur Rumah Sakit Umum
OPERASIONAL Daerah Kebayoran Baru
( SPO )
183
• Pemeriksaan fungsi gerak: fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak
isometrik. Pada pemeriksaan ini umumnya ditemukan adanya rasa
nyeri, keterbatasan gerak, kelemahan otot, dan sebagainya.
• Pemeriksaan fungsional: kemampuan pasien dalam beraktivitas,
baik posisioning miring kanan-kiri (setiap 2 jam), transfer dari tidur
ke duduk, dari tempat tidur ke kursi roda, dan sebaliknya.
• Kekuatan otot: menggunakan Manual Muscle Testing (MMT)
• ROM (Range of Motion): menggunakan geniometer dan dituliskan
dengan metode ISOM (International Standard of Measurement)
• Pemeriksaan nyeri dengan VAS
• Pemeriksaan sensorik
• Pemeriksaan motorik
DIAGNOSIS Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
imaging (Rontgen tulang belakang atau MRI tulang belakang)
DIAGNOSIS BANDING - Spondilitis
PEMERIKSAAN • Laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap, Ureum, Kreatinin,
PENUNJANG SGOT, SGPT, kultur darah, elektrolit, Gula darah 2 jam PP, Gula
darah puasa, Haemostasis lengkap, Prokalsitonin, Albumin, Analisis
Gas Darah.
• Radiologi: Foto polos vertebra, CT Scan Vertebra, MRI Vertebra,
Pungsi lumbal, Somato Sensory Evoked Potential (SSEP) dan Motor
Evoked Potential (MEP)
-
TERAPI 1. ABC : pertahankan jalan nafas, beri oksigen bila sesak, beri cairan
infus 2 jalur untuk mencegah terjadinya syok.
2. Immobilisasi dan stabilkan leher menggunakan cervical collar.
3. Stabilisasi Medis: pada penderita tetraparesis atau tetraplegia a.
Periksa vital signs b. Pasang NGT c. Pasang kateter urin d. Segera
normalkan vital signs. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila
perlu monitor AGD (analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic
shock. Pemberian megadose Methyl Prednisolone, dalam kurun waktu
8 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula
spinalis.
4. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
5. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal: Bila realignment dengan cara
tertutup ini gagal maka dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan
approach anterior atau posterior.
6. Rehabilitasi: bladder training, bowel training, latihan otot
pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik dan program
kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.
7. Medikamentosa: Methilprednisolon, analgetik bila ada nyeri,
antidepresan untuk pengobatan nyeri kronik, insomnia, serta sakit
kepala.
8. Non Medika Mentosa: Fisioterapi
184
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : sesuai derajat cedera
DAFTAR PUSTAKA 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
3. Pedoman penyusunan standar pelayanan kesehatan kementrian
kesehatan tahun 2014
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta. 2016
185