Anda di halaman 1dari 3

SPO PELAYANAN KEDOKTERAN TERHADAP CEDERA

MEDULA SPINALIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 1 dari 2
SPO/
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui
PROSEDUR Direktur Rumah Sakit Umum
OPERASIONAL Daerah Kebayoran Baru
( SPO )

dr. Friana Asmely


2017 NIP:197602092003122004
PENGERTIAN Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan pada medulla spinalis
akibat trauma atau non trauma yang akan menimbulkan gangguan
pada sistem motorik, sistem sensorik dan vegetatif
TUJUAN Sebagai panduan tatalaksana Abses Otak di RSUD Kebayoran Baru
KEBIJAKAN 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
3. Pedoman penyusunan standar pelayanan kesehatan kementrian
kesehatan tahun 2014.
PROSEDUR • Perawat melakukan pengukuran tekanan darah, nadi, suhu,
frekuensi pernafasan, berat badan, tinggi badan pasien dan
menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status.
• Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien dan keluarga terkait keluhan yang dirasakan
ANAMNESIS • Keluhan utama: kelemahan pada ekstremitas, tanyakan lama
keluhan
• Kaji keluhan kelemahan: lokasi kelemahan, paraplegia/quadriplegia,
tibatiba atau perlahan, semakin parah atau tidak, timbul setelah makan
atau tidak, obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi gejala,
serta hasil pengobatan.
• Kaji keluhan tambahan, nyeri (lokasi, terus menerus atau hilang
timbul, penjalaran, kapan nyeri bertambah dan berkurang), adanya
kesemutan, sesak, nyeri pada perut, keluhan buang air kecil (BAK),
seperti inkontinensia atau retensi urin), keluhan buang air besar
(BAB), seperti konstipasi, hilangnya sensasi rasa, serta gangguan
fungsi seksual.
• Tanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami gejala yang sama,
kegiatan sehari-hari (angkat benda berat), pola BAK dan BAB
sebelum sakit
• Riwayat penyakit dahulu: riwayat trauma sebelumnya, riwayat
kelainan tulang belakang, riwayat DM, Hipertensi, alergi, Low Back
Pain, osteoporosis, osteoartritis, riwayat TB. • Riwayat penyakit
keluarga: riwayat kelainan tulang belakang, osteoporosis, TBC.
PEMERIKSAAN FISIK • Pemeriksaan awal: penilaian kondisi jalan napas, pernapasan, dan
sirkulasi darah.
• Inspeksi: edema anggota gerak, atrofi otot, warna dan kondisi kulit
sekitarnya, kemampuan beraktivitas, alat bantu yang digunakan untuk
beraktivitas, serta posisi pasien.
• Palpasi: temperature, edema, spasme

183
• Pemeriksaan fungsi gerak: fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak
isometrik. Pada pemeriksaan ini umumnya ditemukan adanya rasa
nyeri, keterbatasan gerak, kelemahan otot, dan sebagainya.
• Pemeriksaan fungsional: kemampuan pasien dalam beraktivitas,
baik posisioning miring kanan-kiri (setiap 2 jam), transfer dari tidur
ke duduk, dari tempat tidur ke kursi roda, dan sebaliknya.
• Kekuatan otot: menggunakan Manual Muscle Testing (MMT)
• ROM (Range of Motion): menggunakan geniometer dan dituliskan
dengan metode ISOM (International Standard of Measurement)
• Pemeriksaan nyeri dengan VAS
• Pemeriksaan sensorik
• Pemeriksaan motorik
DIAGNOSIS Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
imaging (Rontgen tulang belakang atau MRI tulang belakang)
DIAGNOSIS BANDING - Spondilitis
PEMERIKSAAN • Laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap, Ureum, Kreatinin,
PENUNJANG SGOT, SGPT, kultur darah, elektrolit, Gula darah 2 jam PP, Gula
darah puasa, Haemostasis lengkap, Prokalsitonin, Albumin, Analisis
Gas Darah.
• Radiologi: Foto polos vertebra, CT Scan Vertebra, MRI Vertebra,
Pungsi lumbal, Somato Sensory Evoked Potential (SSEP) dan Motor
Evoked Potential (MEP)
-
TERAPI 1. ABC : pertahankan jalan nafas, beri oksigen bila sesak, beri cairan
infus 2 jalur untuk mencegah terjadinya syok.
2. Immobilisasi dan stabilkan leher menggunakan cervical collar.
3. Stabilisasi Medis: pada penderita tetraparesis atau tetraplegia a.
Periksa vital signs b. Pasang NGT c. Pasang kateter urin d. Segera
normalkan vital signs. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila
perlu monitor AGD (analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic
shock. Pemberian megadose Methyl Prednisolone, dalam kurun waktu
8 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula
spinalis.
4. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
5. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal: Bila realignment dengan cara
tertutup ini gagal maka dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan
approach anterior atau posterior.
6. Rehabilitasi: bladder training, bowel training, latihan otot
pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik dan program
kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.
7. Medikamentosa: Methilprednisolon, analgetik bila ada nyeri,
antidepresan untuk pengobatan nyeri kronik, insomnia, serta sakit
kepala.
8. Non Medika Mentosa: Fisioterapi

Tindakan operatif : Pada saat ini laminektomi dekompresi tidak


dianjurkan, kecuali pada kasus - kasus tertentu

EDUKASI • Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan,


prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen
nyeri, risiko dan komplikasi)
• Penjelasan mengenai cedera Medula Spinalis, risiko dan komplikasi
selama perawatan
• Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
• Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
• Penjelasan mengenai gejala Cedera Medula Spinalis, dan apa yang
harus dilakukan sebelum dibawa ke RS
KRITERIA RUJUKAN Keterbatasan fasilitas penunjang diagnosis dan terapi

184
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : sesuai derajat cedera
DAFTAR PUSTAKA 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
3. Pedoman penyusunan standar pelayanan kesehatan kementrian
kesehatan tahun 2014
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta. 2016

185

Anda mungkin juga menyukai