Anda di halaman 1dari 28

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MESUJI

UPT RSUD RAGAB BEGAWE CARAM

PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF

EDISI 1
TAHUN 2019
BAB I

DEFINISI

A. DEFINISI
1. Komunikasi adalah proses penyampaian oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu merubah sikap, pendapat atau
perilaku baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung
(melalui media). Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa ?dengan saluran
apa? Kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa? (who ?, says
what ? in whicht chanel ? to whon ? With what effect? ) (Lasswell
1960)
2. Informasi adalah penerangan keterangan pemberitahuan, kabar
atau berita. Informasi juga memberikan keteranangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan bahan kajian analis atau kesimpulan.
3. Edukasi adalah proses pembelajaran yang dilakukan dalam rangka
memberikan informasi edukasi mengenai masalah kesehatan sesuai
kebutuhan pasien atau keluarga.
4. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi adalah
komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan
biasanya dilakukan oleh petugas customer service, registrasi dan
admission.
5. Komunikasi efektif adalah suatu proses dimana individu (pengirim
pesan) menggunakan kata atau bahasa verbal/non verbal baik lisan
dan atau tulisan sehingga pesan yang dikirim dapat diterima
dengan jelas dan benar.
6. Pasien adalah orang yang mendapat pelayanan kesehatan dan
terdaftar di rumah sakit RSUD Ragab Begawe Caram.
7. Keluarga adalah orang yang mempunyai hubungan keluarga dan
atau wali dari pasien yang bertanggung jawab penuh terhadap
pasien yang mendapat layanan di RSUD Ragab Begawe Caram.
8. Masyarakat adalah komunitas dan populasi pasien yang dilayani di
RSUD Ragab Begawe Caram.
9. Komunikasi dengan masyarakat adalah pemberian informasi oleh
rumah sakit umum ragab Begawe Caram dengan komunitas dan
populasi pasien yang dilayani di RSUD ragab Begawe Caram.
10. Komunikasi dengan pasien dan keluarga adalah komunikasi yang
dilakukan oleh profesional pemberi asuhan dengan pasien atau
keluarga agar pasien atau keluarga memperoleh informasi lengkap
mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit,
serta bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut.
11. Komunikasi antar staf klinis adalah komuniksi dan pertukaran
informasi diantara dan antar profesional pemberi asuhan (PPA)
selama bekerja dalam yaitu komunikasi verbal atau melalui telepon,
pada saat melaporkan.
12. Edukasi kalaborasi adalah edukasi yang diberikan pada pasien dan
atau keluarga yang memiliki kebutuhan edukasi komplek yang
membutuhkan diberikan edukasi secara kalaborasi/terintegrasi
secara multidisiplin (oleh dokter, perawat ahli gizi, fisioterapi
apoteker) berdasarkan kebutuhan pasien denag tujuan
meningkatkan pantient safety, koordinasi program pengobatan dan
perawatan pasien, membantu tenaga kesehatan secara profesi adan
multi disiplin dalam menentukan serta mengikuti setiap masalah
dan mengkoorganisasikanya untuk pemecahan masalah pasien
dengan masalah yang kompleks.
13. Edukasi berkelanjutan adalah pemberian edukasi kepada pasien
atau keluarga tentang pelayanan tindak lanjut guna memenuhi
kebutuhan kesehatan berkesinambungan atau untuk mencapai
sasaran kesehatan pasien.
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Komunikasi pada masyarakat

Komunikasi efektif antar rumah sakit dengan masyarakat


bertujuan untuk memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan di
rumah sakit tentang pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.
Komunikasi masyarakat berdasarkan pada pengenalan populasi
pasien yang dilayani Rumah Sakit Umum Daerah Ragab Begawe
Caram.

B. Komunikasi dengan pasien dan keluarga.


Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga meliputi
pemberian informasi jenis asuhan dan pelayanan serta akses untuk
mendapatkan pelayanan dan pemberian informasi/edukasi saat
informed consent diantaranya tentang penyakit, diagnosa, rencana
pengobatan, efek samping pengobatan, dll. Begitu juga tentang
pemberian edukasi berkelanjutan untuk di rumah pada pasien
yang memerlukanya.

C. Komunikasi antar staf klinis.


Komunikasi antar staf klinis adalah proses peningkatan
efektifitas komunikasi verbal dan non verbal dan atau komunikasi
melalui telpon antar profesional pemberi asuhan meliputi pelaporan
hasil nilai kritis, instruksi lisan atau melalui telpon dan komunikasi
saat timbang terima. Komunikasi saat urgent code blue, code red,
code black

D. Komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi yang akurat dan


tepat waktu diseluruh rumah sakit dalam keadaan urgent.
BAB III

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi efektif dapat terjadi dengan mengunakan suatu


format baku agar komunikasi terstandar dan berlangsung secara
efektif dan efisien. Salah satu format baku yang dipergunakan oleh
JAHCO adalah format SBAR.

1. Apakah SBAR?
Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat
merupakan sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan
kesehatan. Analisis akar masalah ditemukan sebagai sumber
kesalahan yang terjadi secara umum disebabkan dari kedua macam
komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam komuikasi antar
petugas pemberi pelayanan karena factor hirarki, gender, suku,
perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu dan gaya komunikasi
individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah
mengatasi hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk
struktur mendasari komunikasi antara pemberi informasi dengan
penerima informasi. SBAR mudah diingat yang praktis untuk
komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut:
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al, 2009):


1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien (patient safety)
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi
pelayanan kesehatan dalam mengajukan permintaan peribahan
perawatan pasien atau untuk menyelesaikan informasi dalama
keadaan kritis dengan benar dan akurat
4. Meningkatkan efektivitas kerja tim
5. Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD.
2. Penggunaan SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi
verbal, tertulis lewat menyusun surat, dari berbagai keadaan
perawatan pasien antara lain:
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non urgen
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter
6. Mendiskusikan dengan konsultasi professional lain misal terapi
respiasi, fisioterapi
7. Komunikasi dengan mitra bestari
8. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
9. Meningkatkan perhatian
10. Serah terima dari petugas ambulan kepada staf rumah sakit

3. Unsur SBAR dan dan penjelasan


a. Situation (Situasi)
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara
penyampai berita dan penerima berita. Dalam hal ini identitas
saudara (petugas) dan unit pelayanan kesehatan dinformasikan.
Selain itu juga perlu disampaikan kepada siapa (penerima)
informasi yang petugas ajak berkomunikasi.
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang
dihadapinya misalnya pasien serta kehawatiran bila tidak
dilakukan tindakan. Dalam hal menimformasikan pasien
disebutkan identitas pasien.

b. Background (Basis masalah)


Berilah informasi riwayat medis pasien, atau informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan. Untuk pasien
perlu dijelaskan riwayat medisnya, perlu dijelaskan atau digaris
bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila permasalahan dibidang
lain misalnya sampel darah salah atau permasalahan obat maka
poin penting dari permasalahan tersebut ditonjolkan.
c. Assessment (Assesment)
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan
apa yang menjadi masalah pada pasien. Berilah Kesan pasien
secara klinis serta hal yang terkait dengan hal tersebut.Jelaskan
pula tindakan yang sudah diberikan kepada pasien untuk
mengatasi permasalahan sambil menunggu rekomendasi yang
diterima petugas.

d. Recomendation (Rekomendasi)
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas,
bagaimana cara melaksanakan saran serta tentukan waktu
pelaksanaannya serta tindaklanjutnya.
Terakhir, rekomendasi yang diberikan, apakah sudah sesuai
dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan klinisi atau
petugas tersebut.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Baca Ulang (Readback)
Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telfon, perlu dibaca
ulang (readback) ringkasan informasi oleh penerima berita (receiver)
untuk mengecek akurasi berita dan kejelasan isi informasi tersebut.
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa penerima informasi
mengerti dan jelas tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
informasi yang diterimanya. Setiap informasi yang diterima, harus
ditulis dalam catatan medik (Rekam Medik)
b. Recording SBAR
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada rekam
medik atau catatan pasien.Catatan tersebut harus dapat dibaca
(Legible), ditanda tangani (Signed), diberi tanggal (Dated), dituliskan
waktu serta ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam.
Contoh SBAR

CONTOH SBAR PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS

S Saya nama: ……………………..


Saya menelpon tentang < nama pasien, lokasi>
Yang dituju: …………………
Masalah pasien tentang:……………………..
B Saya telah melakukan pemeriksaan pasien dan terjadi
perubahan status pasien <sebutkan perubahan yang
terjadi>
Kesadaran menurun, suhu semula 37‟C meningkat
menjadi 38‟C, pernafasan semula 24x/ menit menjadi
34x/ menit. Obat yang telah diberikan …….

A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan


apa yang menjadi masalah pada pasien:
Problem kemungkinan karena……
Sudah dilakukan tindakan apa…..
R Saya menganjurkan < apa rekomendasi…..>
 Kirim ke ruang intensif
 Observasi ketat
 Informasikan kepada family tentang keadaan pasien
 Informasikan kepada konsultan yang terkait
Tes lain yang diperlukan:
 Thorax photo
 Laboratorium
 Analisis blood gas
Ubah terapi
 Beri obat…., cek tanda vital setiap…… menit
 Bila pasien tidak ada perubahan dalam
waktu……. Menit, laporkan lagi

Konfirmasi
 Petugas < saya sudah jelas tindakan kepada
pasien adalah……., akan saya laporkan lagi dalam
waktu……>
PPDS-dokter IGD-perawat/bidan melaporkan keadaan pasien kepada
DPJP

Situation: Ny. K , dirawat di ruang ….. semalam suhu tubuh meningkat


dan saat ini menggigil.

Background: Ny. K, dipasang indwelling catheter dan ada riwayat infeksi


kandung kemih. Urine keruh dan berbau busuk. Suhu tampak sudah
tinggi sejak MRS dan saat ini suhu 38,5‟C. Kateter diganti 3 minggu yang
lalu. Ia telah mendapatkan Tylenol setiap 4 jam sejak tadi malam.
Kesadaran tampak menurun.

Assessment: Saya fikir ia menderita UTI

Recommendation: order untuk pemeriksaan kultur urine dan sensitivitas


tes, dan kemudian mendiskusikan antibiotic yang diperlukan. Anjurkan
Ny.K untuk minum air lebih bayak.

Laporan Petugas Ruang Teratai kepada kepala ruang

Situation: telah terjadi dua kali kejadian pasien jatuh dari kursi saat
dimandikan

Background: Kursi kamar mandi yang dipergunakan untuk memandikan


pasien rusak sehingga pada saat pasien disabuni, meningkatkan resiko
tergelincir atau jatuh.

Assessment: Kursi kamar mandi tidak didesain untuk dipergunakan


memandikan pasien, karena desainnya tidak tepat bentuknya. Petugas
menggunakan kursi tersebut untuk memandikan sebelum makan pagi.

Recommendation: Saya merekomendasikan untuk memasang pengaman


pada kursi tersebut serta ingatkan kepada petugas yang lain.
BAB IV

TATALAKSANA

A. Komunikasi efektif dengan masyarakat/komunitas.

Rumah sakit melakukan komunikasi dengan masyarakatterbentuk


menyampaikan informasi dan edukasi tentang pelayanan rumah
sakit.Komunikasi ini dapat dilakukan kepada individu, kelompok
masyarakat secaralangsung atau melalui media informasi baik
website, leafleat, brosur, banner, bulletin, call center, talkshow di
radio dan stasiun di tv dan Lain lain. Jenis informasi dan edukasi
yang di komunikasi denagn masyarakat/komunitas antara lain :
1. Informasi tentang pelayanan :
a. Jam operational.
b. Pelayanan yang tersedia.
c. Akses dan proses mendapat pelayanan.
d. Sumber alternatif untuk asuhan dan pelayanan yang
diberikan, bila kebutuhan asuhan diluar misi dan
kemampuan rumah sakit.
2. Informasi tentang pelayanan yang diberikan kepada publik.
3. Informasi/edukasi tentang penyakit, pencegahan, program
pengobatan dan perawatannya.

B. Komunikasi dengan pasien dan keluarga


1. komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi
Komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi, asuhan,
biasanya dilakukan oleh petugas custumer service, regristasi dan
admission meliputi :
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
e. Persetujuan umum
C. Sikap petugas customer service, regristasi dan admission ketika
menerima pasien :
a. Berdiri ketika pasien datang.
b. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri (selamat
pagi/siang/sore/malam, saya…..(nama).
c. Mempersilahkan pasien duduk.
d. menanyakan nama pasien (maaf, dengan bapak/ ibu”)
e. Tawarkan bantuan kepada pasien (“ ada yang bisa kami bantu
Bpk/ibu… (nama)
f. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan
diberikan, menghindari tampak lelah)
g. Menilai suasana lawan bicara.
h. Memperlihatkansikap non verbal (Raut wajah, mimik,
gerak/bahasa tubuhdari pasien).
i. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait
dengan makna menunjukan perhatian dan
kesungguhanmendengarkan.
j. Memberikan informasi yang diperlukan pasien.
k. Memberikan informasi yang diperlukan memberikan informasi
jadwal praktek.
l. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu.
m. Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan
yang disampaikan.
n. Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya maka
dokter tetapmenunjukan raut wajah dan sikap yang tenang.
o. Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“ada lagi tyang
bisa kami bantu bapak/ibu?)
p. Mengucapkan salam penutup („terima kasih atas waktunya
bapak/ibu)
q. Senang dapat membantu/melayani bapak/ibu sambil berdiri
dan membungkukan badan.

D. Komunikasi bertujuan memberi edukasi


Komunikasi dengan pasien dan keluarga dimulai pada saat PPA
pertama kali bertemu dengan pasien yaitu pada saat melakukan
skrining dan asesmen awal rawat jalan, gawat darurat dan rawat
inap meliputi :
1. Tahap asesmen pasien
Profesionalpemberi asuhanharus melakukan asesmen
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga serta menilai
kemampuan, kemauan pasien dan keluarga untukmenerima
informasi serta edukasi.
2. Hal – hal yang perlu di asesmen adalah :
a. Kebutuhan edukasi pasien dan keluarga.
b. Keyakinan dan nilai-nilaipasien dan keluarga
c. Kemampuan baca tulis, tingkat pendidikandan bahasa
yang digunakan serta kebutuhan penterjemah
d. Hambatan emosional dan motivasi
e. Keterbatasan fisik dan kognitif
f. Kesediaan pasien dan keluargauntuk menerima informasi
edukasi
g. Prefensi pembelajaran yang dipilih oleh pasien dan
keluarga
3. Tahap penyampaian edukasi
cara penyampaian dan edukasi yang efektif tergantung pada
hasilasesmen pasien, yaitu :
a. Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya
senang, maka proses komunikasi edukasinya bisa
langsung dijelaskankepada pasiensesuai dengan
kebutuhan edukasinya.
b. Jika pasien memiliki hambatan bahasamaka petugas
rumah sakit harus menyediakan petugas penterjemah
untuk menerjemahkan informasi edukasi yang diberikan
ke dalam bahasa yang digunakan/dipahami Pasien
dankeluarga baik dan di jam kerja maupun diluar jam
kerja. Untuk diluar jam kerja bersifat on call.
Pelaksanaan on call pada petugas penterjemah di luar
jam kerja adalah pengangktifan speaker phone dengan
tetap menjaga privasi pasien dan atau keluarga.
c. Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat
disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti
brosur yang diberikan kepada pasiendan keluarga
(istri/suami, anak, orang tua atau saudara sekandung)
dan menjelaskannya kepada mereka. Jika pasien
memiliki hambatan emosional(pasien marah atau depresi)
maka pemberian informasi edukasi ditunda sampai
pasien tenang dan melakukan komunikasi yang
bertujuan untuk memenangkanpasien terlebih dahulu.
Atau jika ada keluarga lain, pemberian informasi edukasi
dapat diberikan kepada keluarga.
d. Bagi pasien yang mempunyai hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), RSUD Ragab Begawe Caram
dapat melibatkan tenaga ahli/profesional yang diakui
oleh instansi berwenang untuk membantu memberikan
jasa layanan penerjemah di RSUD Ragab Begawe Caram.
e. Jika pasien dan atau keluarga memiliki kebutuhan
edukasi komplek dan memerlukan edukasi secara
kalaboratif/terintegritasi secara multi didiplin (oleh lebih
dari satu dokter spesialis, perawat, ahli gizi,
fisioterapidan tenagakesehatan lainnya) berdasarkan
kebutuhan pasien, maka harus dilakukan pemberian
edukasi secara kalaboratif yang di koordinir oleh case
manager dan di pimpin oleh DPJP. Pemberian edukasi
kalaboratif harus menyediakan materi edukatif
kolaborasi.
f. Pemberian Edukasi kolaboratif dapat diberikan secara
bersamaan oleh semua PPA dalam satu waktu, atau
pemberian edukasi oleh masing-masing PPA dalam waktu
berbeda.
g. Pasien sering membutuhkan pelayanan tindak lanjut
guna memenuhi kebutuhan kesehatan
berkesinambungan tersebut, maka dilakukan edukasi
asuhan yang berkesinambungan atau untuk mencapai
sasaran kesehatan pasien. Dalam menunjang
keberhasilan asuahan yang berkesinambungan
tersebut,maka dilakukan edukasi asuhan berkelanjutan.
Edukasi tersebut mengenai praktik pencegahan yang
relevan dengan kondisi pasien, edukasi unruk
mengatasi/perawatan penyakit pasien setelah pulang dari
perawatan di rumah sakit.
4. Langkah – langkah pemberian edukasi lanjutkan adalah
sebagai berikut :
a. PPA mengindentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
apakah membutuhkan edukasi berkelanjutan untuk
perawatan di ruamah yaitu pasien dengan kasus
kompleks dan atau penyakit kronis.
b. Identifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
mendukung promosi kesehatan berkelanjutan bagi
pasien atau untuk membantu tindak lanjut perawatan
pasien di rumah.
c. Pemberian edukasi kepada pasien dan atau keluarga
tentang perawatan kelanjutan pasien di rumah
(pencegahan, perawatan dan promosi kesehatan).
d. Koordinasi dengan sumber-sumber yang ada di
komunitas untuk menunjang asuhan pasien di rumah
(pencegahan, perawatan, dan promosi kesehatan).
e. Pelaksanaan pemberi edukasi berkelanjutan
didokumentasi dalam formulir dischage planing
terintegrasi, formulir edukasi terintegritas, resume medis
dan keperawatan.
f. Profesional pemberian asuhan harus mempertimbangkan
metode pembelajaran yang dipilih/dibutuhkan pasien
dan keluarga.
g. Untuk edukasi yang terkait dengan keterampilan terentu,
maka harus dilakukan simulasi atau demonstrasi.
h. Dalam proses pemberian infromasi dan edukasi, maka
pemberi edukasi harus mampu mendorong pasien dan
keluarga untuk bertanya dan mengutaran
pikiran/pendapatnya.
i. Setiap pemberian informasi dan edukasi verbal, harus
diperkuat dengan pemberian materi tertulis yang terkait
dengan kebutuhan konsisten dengan prefensi
pembelajaran pasien dan keluarga

B. Komunikasi antar staf klinis.


1. Rumah Sakit mengembangkan dan menerapkan suatu proses
untuk meningkatkan efektifitas komunikasin lisan dan atau
telepon diantara Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yaitu
penyampaian informasi yang tepat waktu, akurat, jelas,
singkat, dan mudah dipahami oleh penerima, sehungga
meningkatkan keselamatan pasien.
2. Komunikasi efektif terutama wajib dilakukan oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) yang melaporkan pasien kondisi kritis
dan pasien yang memiliki hasil kritis pemeriksaan penunjang.
Pada saat melaporkan kondisi kritis dari perawat kepada DPJP
atau dari dokter jaga kepala DPJP dan menerima instruksi
Lisan tau melalui telepon menggunakan metode SBAR
(situation, Background, Analis dan Recommendation).
3. Rumah Sakit mengatur Komunikasi antara Profesional Pemberi
Asuhan (Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter gigi, Dokter
Gigi Spesialis, Perawat, Bidan, Nutrisionis, Pharmacist,
fisioterapis) antara lain :
a) Instruksi Lisan atau Melalui Telepon.
Komunikasi ketika Profesional Pemberi Asuhan menerima
pesan verbal/melalui telepon dari dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) maka PPA tersebut akan menuliskan isi
instruksi, membacakan kembali (READBACK), kemudian
penerima pesan membubuhkan cap Tulis, Baca, konfirmasi
(TBAK) serta menulis jam, tanggal dan membubuhkan tanda
tangan disertai nama jelas direkam medis dalamlembar
catatan perkembangan pasien terintegritas.
b) Intruksi yang diberikan harus segera dikonfirmasi paling
lama kurang dari 24 jam oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan untuk melakukan verifikasi instruksi yang
diberikan. Bila sudah sesuai, dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) membubuhkan tanda tangan, nama jelas,
jam dan tanggal verifikasi di rekam medis dalam lembar
Catatan Perkembangan Pasien Terintegritas (CPPT) dan
membubuhkan Cap Tulis, Baca.
c) Instruksi pada saat situasi emergency atau pada keadaan
dimanasituasi tidak memungkinkan untuk melakukan
pembacaan ulang (read back) seperti diruang operasiatau
situasi kegawatdaruratan maka PPA yang menerima pesan
harus mengulang kembali instruksi yang menerima pesan
harus mengulang kembali instruksi yang diberikan (read
back) dan pencacatan dilakukan menyusul dilembar CPPT.
d) Pesan pemberian obat Look Alike/nama obat rupa mirip
(LASA/NORUM), penerima pesan mengeja nama obat dan
instruksi setiap huruf, sebagai salah satu contoh
menggunakan Alphabet International dan bila menyebutkan
angka menggunakan Numerik International. Dibawah ini
merupakan salah satu contoh pengejaan perhuruf namun
bukan suatau kewajiban untuk menggunakan kode alphabet
internasional di RSUD Ragab Begawe Caram.
DAFTAR OBAT LASA (LOOK A LIKE SOUND A LIKE)
RSUD RAGAB BEGAWE CARAM

1. SOUND A LIKE SOUND A LIKE


A. ORAL B.OBAT INJEKSI
N
No Nama Obat Obat Perancu o. Nama Obat Obat Perancu
Bactesyn 750 Bactesyn
1 acyclovir 200 acyclovir 400 1 mg 1500mg
Brainact 250 Brainact 500
2 allopurinol 100 allopurinal 300 2 mg mg
3 amlodipin 5 amlodipin 10 3 Neurotam 1 g Neurotam 3 g
Taxegram 0.5 Taxegram 1 g
4 amoxan 250 mg amoxan 500 mg 4 g
5 becom ZET becom-C 5 Piracetam 1 g Piracetam 3 g
6 captopril 12.5 captropril 25 6 Dopamine doBUTamin
7 clindamicin 150 clindamicin 300 7 cefAZOL cefaZOLIN
clorpromazine ( CPZ carbamazepine ( CefTRIAXON CefOTAXIME
8 ) CBZ ) 8
9 diovan 80 diovan 160 9 Ephedrine epINEPHrin
10 flamar 25 flamar 50
11 glimeripid 2 glimepirid 4 SOUND A LIKE
12 haloperidol 1.5 haloperidol 5 C. OBAT SIRUP
N
13 Ibuprofen 200 Ibuprofen 400 o Nama Obat Obat Perancu
amoxsan syr amoxsan
14 Irbesartan 150 Irbesartan 300 2 FORTE syr
15 kalmeco 250 kalmeco 500 3 amoxsan syr amoxsan drop
cefadroxil syr cefadroxil 250
16 kalnex 250 kalnex 500 4 syr
17 meloxicam 7.5 meloxicam 15 5 elkana syr elkana CL syr
Lasal lasal
18 metformin 500 metformin 850 6 expektoran
methyl prednisolon methyl sanadryl sanadryl
19 4 prednisolon 8 7 DMP expectoran
20 na diklofenak 25 na diklofenak 50 8 sanmol syr sanmol drop
21 neurosanbe neurosanbe plus
22 neurotam 400 neurotam 800
23 neurotam 400 neurotam 1200 SOUND A LIKE
24 neurotam 800 neurotam 1200 D. NASAL SPRAY
N
25 norvask 5 norvask 10 o Nama Obat Obat Perancu
Seretide Seretide discus
26 ofloxacin 200 ofloxacin 400 1 discus 250 500
27 piracetam 400 piracetam 800
28 piroxicam 10 piroxicam 20 E. SALEP
N
29 rifampicin 300 rifampicin 450 o Nama Obat Obat Perancu
hydrocortison hydrocortison2,
30 rifampicin 300 rifampicin 600 1 1% 5%
31 rifampicin 450 rifampicin 600 2 c. LFX MD c. floxa MD
spironolactone c. genta TM c. genta ZM
32 spironolactone 25 100 3
33 tensivask 5 tensivask 10 4 c. xitrol tria xitrol
34 CpG CpZ 5 c. carpine tria carpine
c. timolol tria timolol
35 diMENHIDRINAT diPHENHIDRAMIN 6 0,5% 0,5%

2.LOOK A LIKE

NO Nama Obat Obat Perancu


1 aMOXAN Cap aNALSIK cap
2 baquinor forte Pumpitor
3 Cefspan 100 cap Bactesyn 375 cap
4 HIStaPan Eprinoc
5 Dioste Bonesco
6 atropin sulfat inj dexa inj
7 Premaston Pospargin
8 aminophylline calcii gluconas
9 Furosemide ISDN
10 Induxin Pospargin
11 stesolid inj ranitidin inj
12 Trovensis Plasminex
13 ondansentron inj citicoline inj
14 Metilergo inj Oxytocin inj
15 Antalgin tab Antasid tab

SOUND A LIKE
B. OBAT INJEKSI
No. Nama Obat Obat Perancu
1 Bactesyn 750 mg Bactesyn 1500mg
2 Brainact 250 mg Brainact 500 mg
3 Neurotam 1 g Neurotam 3 g
4 Taxegram 0.5 g Taxegram 1 g
Piracetam 1 g Piracetam 3 g
5
6 Dopamine DoBUTamin
7 CefAZOL CefaZOLIN
8 CefTRIAXON CefOTAXIME
9 Ephedrine Epinephrine
SOUND A LIKE
C. OBAT SIRUP
No Nama Obat Obat Perancu
1 abbotic 125 abbotic 250
amoxsan syr amoxsan FORTE
2 syr
3 amoxsan syr amoxsan drop
4 cefadroxil syr cefadroxil 250 syr
5 elkana syr elkana CL syr
6 lasal syr lasal expektoran
sanadryl DMP sanadryl
7 EXPECTORANT
8 sanmol syr sanmol drop

SOUND A LIKE
D. NASAL SPRAY
No Nama Obat Obat Perancu
Seretide discus 250 Seretide discus
1 500

SOUND A LIKE
E. SALEP
No Nama Obat Obat Perancu
hydrocortison 1% hydrocortison
1 2,5%
2 c. LFX MD c. floxa MD
3 c. genta TM c. genta ZM
4 c. xitrol tria xitrol
5 c. carpine tria carpine
6 c. timolol 0,5% tria timolol 0,5%

DAFTAR OBAT HAIG ALERD

NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN

1 Otsu-KCL 7,46 Flash


2 Nacl infus 3% Infus
3 MgSO4 % Flash
4 Arixtra Injeksi
5 Miloz Injeksi
6 Fresofol Injeksi
7 Tarrel Injeksi
8 Sevoflurane Injeksi
9 Atracurium Injeksi
10 Lidocain Injeksi
11 Lidocain Injeksi
Composotium
12 Spica Injeksi
13 Fentanly 2mg/ Injeksi
14 Morphine Injeksi
15 Pethidine Injeksi
16 Inviclot Injeksi
17 Ephineprine Injeksi
18 Phenobarbital 1mg Injeksi
19 Diazepam 5 mg Injeksi
20 Digoxin 0,25 mg/ml Injeksi
21 Levemir Injeksi
22 Novorapid Injeksi
23 Novamix Injeksi
24 Na.Phenitoin Injeksi
25 Oxitisin Injeksi
26 D-40 % Flash
27 Tramadol 2mg/ml Injeksi
28 Digoxin Tablet Oral
29 Metformin 500 mg Tablet Oral
30 Glibenclamide 5 mg Tablet Oral
31 Glimepiride 2 mg Tablet Oral
32 Diazepam 5 mg Tablet Oral
33 Phenobarbital Tablet Oral
34 Alprazolam 1 mg Tablet Oral
35 Amitripilin 25 Tablet Oral
36 Klorpamazine 25 mg Tablet Oral
37 Klorpamazine 100 mg Tablet Oral
38 Ativan 1 Tablet Oral
39 Ativan 2 Tablet Oral
40 Kodein 10 mg Tablet Oral
41 Risperidon 3 mg Tablet Oral
42 Tramadol 50 mg
43 Clobazom 10 mg
44 Haloperidol 0,5 mg
45 Triheksiphenidil2 mg

Untuk obat-obatan high alert tidak boleh diinstruksikan secara verbal.


DPJP ataudokter yang ditugaskan oleh DPJP (yang memiliki kompetensi
yang sama dengan DPJP) Wajib mendatangi ruang rawat tersebut untuk
melakukan tata laksana kecuali dalam kondisi emergency.

D. Komunikasi pada keadaan urgent code red, code blue, code black..

1. Komunikasi pada saat code red atau terjadi kebakaran.


Komunikasi pada saat terjadi kebakaran di rumah sakit di bagi dalam 4
situasiterjadi kebakaran yaitu :
a. Kebakaran terjadi di gedung tempat karyawan bekerja.
1) Ketika karyawan melihat timbulnya api yang menandakan
terjadinya kebakaran, maka karyawan melaksanakan langkah
KTPE (kode merah,telephone kantor satpam, padamkan api
dengan apar/ Hydrant dan Evakuasi.
2) Karyawan segera di informasikan telah terjadi kebakaran (ketika
api (red code) dan menyebutkan ruangan /lokasi terjadinya
bencana.
3) Segera meminta bantuan rekan kerja untuk menelpon kepegawai
(pos satpam).

4) Lakukan pemadaman api sesuai SPO.


5). Apabila api tidak bisa dipadamkan , maka karyawan atau petugas
satpam melakukan 2 langkahpenting :1). Segera menghubungi
kantor suku Dinas Pemadam Kebakaran Mesuji untuk meminta
bantuan pengiriman pasukan pemadam kebakaran. Dan 2).
Melakukan evakuasi pasien (diutamakan),

6).Apabila pemadaman api selesai dipadamkan, baik untuk kejadian


kebakaran kecil maupun kebakaran besar, maka kepala unit
kerja segera (1x24 jam) untuk membuat laporan ke direktur
terkait dengan tembusan Kepala Instalasi K3 RSUD Ragab
Begawe Caram.

b.Kebakaran terjadi di gedung dekat/samping dengan gedung


temptkaryawan bekerja.

1) Ketika karyawan mendengar, melihat dan mendapatkan


informasi telah terjadi kebakaran di gedung sekitar/samping
tempat gedung tempat karyawan bekerja dan pasien dirawat,
maka lakukan upaya-upaya menenangkan situasi.
2) Bila karyawan bekerja di ruang/gedung perawatan (rawat inap,
rawat jalan, IGD) maka lakukan upaya sebagai berikut.:
a) Segera melaksanakan kolodinasi dengan rekan kerja dan
bersama-sama lakukan upaya “menenangkan pasien dan
keluarganya” dengan mengatakan bahwa kebakaran terjadi
di gedung samping/dekat dengan gedung tempat pasien dan
untuk sementara menyarankan jangan merasa takut dan
khawatir.
b) Karyawan tetap memantau kondisi kebakaran tersebut
tidak merambat ke gedung tempat pasien dan keluarga
berada.

3). Bila karyawan bekerja di ruang/gedung non perawatan


(perkantoran,dapur gizi, laundry, bengkel dan lain-lain), maka
lakukan upaya sebagai berikut :

a) Segera melaksanakan upaya “menenangkan rekan kerja”


dengan mengatakan bahwa kebakaran terjadi digedung
samping/dekat dengangedung tempat karyawan dan untuk
sementara jangan merasa takut dan khawatir.
b) Karyawan tetap memantau kondisikebakaran untuk
memastikan bahwa kebakaran tersebut tidak merambat ke
gedung tempat karyawan dan rekan kerja berada.
c) Kebakaran terjadi di pemukinan di sekitar rumah sakit.

4). Ketika karyawan mendengar, melihat dan mendapatkan informasi


telahterjadi kebakaran di pemukiman di sebelah barat dan
selatan rumah sakit, maka lakukan upaya-upaya menenangkan
situasi.

5). Bila karyawan bekerja di ruang /gedung perawatan (rawat inap,


rawatjalan, IGD) dan pasien mengetahui telah terjadi kebakaran
di pemukiman penduduk maka lakukan upaya sebagai berikut :
a) Segera melaksanakan konsolidasi dengan rekan kerja dan
bersama-sama melakukan upaya “menenangkan pasien dan
keluarganya” dengan gedung tempat pasiendan untuk
sementara menyarankan jangan merasa takut dan
khawatir.
b) Karyawan tetap memantau kondisikebakaran untuk
memastikan bahwa kebakaran tersebut tidak merambat ke
gedung tempat karyawan dan rekan kerja berada.

2. Komuikasi efektif pada saat terjadi Code Blue.

Komunikasi efektif pada Code Blue adalah komunikasi yang


digunakanrumah sakit yang menandakan adanya seorang
pasien/keluarga/ pengunjung rumah sakit yang sedang mengalami
serangan jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi gagal nafas
akut (Respiratory arrest). Komunikasi efektif saat code Blue di RSUD
Ragab Begawe Caram adalah sebagai berikut :

1) Petugas medis dan non medis yang menemukankasus kegawatan


medislangsung melakukan cek respon pasien dan mengamankan
pasien dan lingkungan. Kemudianmeminta bantuan petugas
yang lain untuk menghubungi melalui intetkom pesawat untuk
menghubungi operator telephone agar diumumkan code blue,
RJP tetap dilakukan sebelum tim reaksi cepat datang, jika
petugas medis atau non medis yang menemukan kasus
kegawatan hanya sendiri, maka petugaas tersebut yang
menghubungi interkompesawat untuk mengumumkan code blue.
2) Pemanggilan interkom dengan ex 123 terhubung keruang
securty, selanjutnya security yang menerima telephone
menghubungi petugas operator pusat atau langsung
mengaktifkan code blue.
3) Informasi yang harus disebutkan pada saat pelaporan adalah
sebagai berikut :
a. Menyebutkan “ Code Blue” pada awal pelaporan.
b. Menyebutkan nama pelapor dan jabatan.
c. Indentifikasi pasien/korban.
d. Lokasi pasien/korban ditemukan (ruang dan nomor
kamar).

4) Kemudian operator mengaktifkan Code Blue dengan


menyebutkan “Code Blue”sebanyak 3kali didahului menekan
tombol panggilan sebanyak 3 kali dan menyebutkan lokasi
kejadian (nama ruangan dan nomor kamar/lokasi) dan diakhiri
dengan menekantombolpanggilan 3 kali.

5) Petugas kedua setelah menghubungi operator kembali lagi ke


tempat kejadian dengan membawa trolly emergency yang ada
diruangan.

6) Bila ada panggilan code blue saat itu wajib menghentikan


tugasnya dan segera menuju ke lokasi terjadinya code blue,
semua tugas dilimpahkan kepadakatim ruangan tersebut.
7) Waktu yang diperlukan untuk Tim Medik Cepat tiba di tempat
kejadian 5 menit code blue diaktifkan.

3. Komunikasi Efektif pada saat ada ancaman/teror Bom (Code Black)

Kejadian code black adalah suatu keadaan darurat dimana terjadi


ancaman/teror bom atau menemukan benda yang diindikasikan
sebagai bom di RSUD Ragab Begawe Caram.

Komunikasi efektif pada kondisi code black ancaman bom melalui


telpon, staftetap tenangdan tidak panik.

1) Bila menerima ancaman bom melalui telpon, staf tetap tenang


dan tidak panik
2) Pegawai mengupayakan saluran penelpon tetap dalam saluran
pembicaraan dengan cara :
a) Minta penelpon mengulangi pesan.
b) Aktifkan alat perekam atau minta bantuan teman sekerja
denganmendengarkan melalui aktention.
c) Pegawai harus tetap waspada jangan sampai posisi
terancam olehpenelpon.

3)Pegawai RSUD Ragab Begawe caram minta informasi tentang teror


kepada penelpon.

4) Pegawai mendengarkan dengan cermat suara penelpon dan ciri-


cirikhususnya :

a) Aksen/logat dan pola bicara penelpon.


b) Nada pembicaraan apakah kalem, tegang atau dalam
keadaan mabuk.
c) Dengarkan situasi sekitar penelpon (suara kendaraan, atau
suara lainnya)

5) Pegawai yang menerima telepon melaporkan ke kepala satuan


keamanandankepala satuan keamanan menindak lanjuti pihak
kepolisian/keamanan terdekat.

Komunikasi efektif pada kondisi black menemukan benda yang


diindikasikan sebagai bom

a) Pegawai/staf yang melihat bendayang diindikasi/dicurigai bom


jangan panik.
b) Melihat benda yang dicurigai, catat lokasi keberadaan bom dan
laporkan kepada security jaga pada pesawat 123 dan dilarang
menyentuh benda tersebut.
c) Bagian keamana mengamankan area yang diduga terdapat bom,
dengan memasang garis pengaman (police line), untuk menghindari
masyarakat Rumah Sakit masuk ke area yang di duga terdapat
bom.
d) Komandan jaga security melaporkan kepada Direktur Umum Ragab
Begawe Caram, SDM dan pendidikan pada jam kerja dan ke Duty
manajer bila di luarjam kerja kemudian melapor ke terdekat
kepolisian (Polsek Mesuji)

F.Komunikasi Efektif pada saat Timbang Terima (Handover)

a. Rumah Sakit telah menetapkan proses timbang atau handover


pelayanan pasien didalam rumah Sakit anatara lain.:
1) Antar PPA seperti antara dokter dan dokter, antara dokter dan
perawat, antara perawat dan perawat, atau antara PPA dan
PPA lainnya pada saat pertukaran shift.
2) Antara berbagai tingkat perawatan didalam rumah sakit,
seperti jika pasien dipindah dari unit perawatan atau dari unit
drurat ke kamar operasi.
3) Dari Unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau untuk
tindakan seperti radiologi, Instalasi radioterapi
4) Antara PPA dengan pasien atau keluarga pasien seperti saat
pemulangan.
b. Rumah sakit menetapkan hal-hal penting yang dikonsumsikan
diantara PPA pada saat serah terima diantaranya :
1) Kondisi pasien selama bekerja dalam shift dan kondisi
terakhir pasien pada akhir shift (kondisi umum, hemodinamik
pasien, keluhan, masalah medis dan keperawan)
2) Tatalaksana/pengobatan/pemeriksaan yang sudah dilakukan
untuk mengatasi keluhan/masalah pasien, pemeriksaan,
rencana diet.

c. Rumah sakit menetapkan metode komunikasi SBAR dan alat


bantu yang digunakan pada saat timbang terima antar PPA
sebagai berikut :

1) Keperawatan menuliskan didalam lembar CPPT sebagai


contoh perawat shift malam akan menuliskan hasil
pengkajiannya SOAP di lembar CPPT kemudian akan
dioperkan langsung ke perawat shift pagi maka perawat yang
mengoperkan dan perawat yang menerima operan akan
menandatangani kedua-duanya didalam CPPT tersebut.
2) Antar dokter hanya pada pasien-pasien yang memerlukan
perhatian khusus saja dituliskan dalam lembar CPPT.
3) Antar unit tingkat perawatan yang berbeda menggunakan
lembar transfer inernal.
4) Antar unit rawat inap ke unit layanan diagnostik
menggunakan formulir pasien transfer diagnostik.
5) Formulir dan data tersebut digunakan sebagai evaluasi
tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah terima
dan sebagai upaya perbaikan.

d.Pencatatan insiden keselamatan pasien terkait handover


menggunakan formulir ikp dan data tersebut digunakan sebagai
evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah
terima dan sebagai upaya perbaikan.
A. PELAPORAN NILAI KRITIS.

Pelaporan nilai kritis merupakan pelaporan suatu uji diagnostik


baik pada pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan diagnostik jantung maupun pemeriksaan diagnostik
disamping tempat tidur pasien seperti pemeriksaan ditempat
perawatan pasien pemeriksaan glikosa POCT (point of care post
testing).

1.Rumah sakit telah memiliki definisi dari nilai kritis untuk


masing – masing jenis pemeriksaan diagnostik anatara lain :

A. Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium Klinik

Menetapkan mekanisme alur pelaporan hasil Kritis sebagai


berikut :

NO JENIS NILAI SATUAN


PEMERIKSAAN KRITIS
LOW HIGHT
1 Hemoglobin ≤ 6,0 ≥ 20 gr/dl
2 Trombosit Dewasa ≤ 50.000 ≥ X 103
1.000.000
3 Trombosit Pediatric < 20.000 >1.000.000 X 103
4 Leukosit < 2.000 >30.000 X 109
5 Ureum >170 mg/dl
6 Creatinin >5 mg/dl
7 Glukosa ≤ 50 >600 mg/dl
8 Glukosa POCT ≤ 45 ≥500 mg/dl
9 Cholestrol Total >500 mg/dl
10 Asam Urat >20 mg/dl
11 Albumin ≤2 >5 mg/dl

a. Pelaporan Nilai Kritis Laboratorium Untuk Rawat Jalan Dan


Instalasi Gawat Darurat
 Pelaporan Nilai Kritis Labratorium yang melakukan
pemeriksaan menemukan nilai kritis melakukan
konfirmasi pemeriksaan. Petugas yang melakukan
pemeriksaan laboratorium menyampaikan hasil kritis ke
DPJP Pada 10 menit pertama
 Petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat identitas
pasien, tanggal dan waktu menelpon, nama lengkap yang
menelpon, dan hasil ktitis yang disampaikan.
 Pada 10 menit ke 2,bila dokter yang mengirim pemriksaan
tidak bisa dihubungi, petugas yang melakukan
pemeriksaan langsung menghubungi peawat/dokter jaga
ruangan tempat pasien dirawat.
 Dokter/perawat yang menerima hasil kritis menulis isi
informasi kedalam rekam medis ( formulir CPPT), berupa
hasil tes kritis, tanggal, jam.
 Pada 10 menit ke 3,bila tidak bisa menghubungi dokter
dpjp, dokter jaga menulis isi informasi kedalam rekam
medis (CPPT)
 Sistem informasi laboratorium akan mencatat secara
otomatis waktu yang diperlukan petugas sejak hasil
dikeluarkan dan melakukan panggilan telepon

b.Pelaporan Nilai Kritis Oleh Perawat Ruangan Untuk


Pemeriksaan Glukosa POCT .

 Perawat yang melakukan pemerikasaan glukosa dan


menemukan nilai kritis.
 Petugas segera menghubungi melalui telepondoketr
penanggung jawab pasien dalam waktu 30 menit.
 Setelah melakukan pemberitahuan melalui telpon maka
perawat menulis pada formulir yang disediakan oleh
laboratorium nama dpjp Yang dihubungi.
 Perawat yang melaporkan hasil kritis menggunakan teknik
komunikasi verbal tulis (write back) / baca kembali (Read
Back) : proses pelaporan ini ditulis didalam rekam medis
(form catatan perkembangan terintegrasi).
 Semua nilai Kritis/interpretasi selanjutnya disampaikan
melalui formulir hasil pemerikasaan.

c. Kritis Laboratorium Untuk Rawat Jalan Atau rujukan RS


Luar

 Petugas yang melakukan pemeriksaan laboratorium


menyampaikan hasil kritis ke dokter pengirim pada 10
menit pertama.
 Petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat identitas
pasien, tanggal dan waktu menelpon, nama lengkap
petugas kesehatan yang dihubungi, nama lengkap yang
menelpon dan hasil kritis yang disampaikan.
 Bila dokter pengirim pemeriksaan tidak bisa dihubungi,
pada 10 menit ke 2, petugas yang melakukan pemeriksaan
langsung menghubungi perawat/dokter poliklinik tempat
pasien berobat.

d. Pelaporan Kritis Pemeriksaan Radiologi.

 Penerima Pelaporan pada loket pendaftaran pasien, jika


ditemukan permintaan dengan tulisan “ KRITIS” petugas
loket memberitahu radiografer adanya pemeriksaan
radiography dengan kecurigaan kritis.
 Jika Radiografer menemukan permintaan radiologi dengan
diagnosa yang termasuk kriteria kritis seperti: CKB,
trauma thorax, trauma tumpul abdomen, dll, maka segera
dialkukan pemeriksaan dengan skala prioritas yang tinggi.
 Jika hasil yang terlihat merupakan kriteria kritis seperti
epidural haematom, pleura efusi pasif, fraktur costae yang
menimbulkan perdarahan dan lain-lain.
 Gambar radiography yang dicurigai kritis tersebut
langsung diserahkan/ dikirimkan viaWhattsapp untuk
segera di analisis dan dibuat ekspretisenya.
 Flim yang sudah selesai dibaca dimasukan kedalam
amplop dengan hasil expertis.
 Penyerahan hasil kritis oleh radiografer :
Pasien Poliklinik, Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD
Setelah imaging terkirim via whatsapp maka radiolog akan
menganalisa, mengklarifikasi adanya nilai kritis.
Diperlukan waktu maksimal 1 jam untuk proses analisis,
klarifikasi sampai penyampaian hasil kritis. Dan menghasil
kritis dalam kurun waktu kurang lebih 15 menit.
1. Bila suadah ada hasil kritis dari radiolog maka 10menit
pertama radiolog akan menghubungi DPJP.
2. Bila radiolog tidak dapat dapat menghubungi DPJP
maka 10 menit ke dua radiografer akan menghubungi
dokter jaga/perawat ruangan.3.
3. Bila10 menit ke 3 bila tidak bisa menghubungi DPJP, maka
dokter jaga yang mengambil keputusan.

E. Pelaporan Nilai Untuk Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG).

1. Dokter jaga maupun perawat di Instalasi Rawat Jalan,


Instalasi Rawat Inap, maupun Instalasi Gawat Darurat
menemukan hasil kritis pada pemeriksaan EKG maka
petugas akan melapor ke DPJP dalam waktu 10 menit.
2. Pada menit ke dua apabila petugas tidak dapat mengbubungi
dokter DPJP ataupun perawat akan menghubungi dokter
jaga/perawat ruangan.
3. Untuk selanjutnya perawat dan atau dokkter menerapkan
prosedur komuniasi efektif (TBAK)

F. Pelaporan Nilai Kritis Tanda-Tanda Vital Neonatus, Anak


dandewasa.

Nilai kritis tanda-tanda vital pada neonatus, anak dan dewasa


sesuai dengan yang tercantum pada nilai kritis tanda-tanda vital
pada panduan Early warning System.

1. Dokter jaga maupun perawat di Instalasi rawat Jalan, Instalasi


rawat Inap , Maupun Instalasi Gawat Darurat bila menemukan
hasil nilai kritis, tanda – tanda vital pasien, neonatus, anak
dan dewasa maka petugas akan melapor ke DPJP dalam waktu
10 menit pertama.
2. Apabila DPJP tidak terhubung maka dalam 10 menit kedua
dokter jaga/perawat ruangan.
3. Untuk selanjutnya perawat dan dokter menerapkan prosedur
4. komunikasi efektif (TBAK).
ALUR PELAPORAN KRITIS
Alur Pelaporan Hasil Kritis Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD

- Petugas Laboratorium. 10 menit ke 1 :


- Petugas yang merekam Hasil
Kritis Hubungi dokter
EKG
pengirim DPJP
- Petugas yang memeriksa
POCT/point of case
s
testing.
Penyampaian
hasil kepada
dokter ( 30
menit ) 10 menit ke 2 :

Bila tidak bisa


menghubungi dokter
pengirim, hubungi
10 menit ke 3 bila tidak bisa perawat/dokter
menghubungi DPJP, maka
dokter jaga yang mengambil polikinik tempat pasien
TIndakan
keputusan berobat.Catat pesan,
tanggal, jam, nama
penelepon dengan tbak
rekam medis.

Alur Pelaporan Hasil Niilai Kritis Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD.
BAB V

DOKUMENTAS

Komunikasi efektif yang dilakukan baik bersifat informasi maupun


edukasi kepada masyarakat didokumentasikan dalam bentuk
laporan kepada direktur dan ditembuskan ke Unit terkait.
Komunikasi kepada pasien dan keluarga didokumentasikan pada
rekam medis yaitu asesmen awal, awal gawat darurat dan asesmen
awal rawat rawat inap. Sedang bukti pemberian informasi dan
edukasi didokumentasi di formulir edukasi didokumentasikan di
formulir edukasi terintegrasi, surat persetujuan tindakan, dischagae
planning terintegritas dan ringkasan pulang.

Komunikasi antar staf klinis didokumentasikan pada formulir


asesmen awal rawat jalan, rawat inap, care plan terintegritasi dan
Catatan perkembanganpasien terintegritasi, EWS, serta
dischargeplanning

Komunikasi pada saat keadaan urgent untuk code blue secara


managerial dilaporkan ke Bidang Pelayanan Medik setiap bulan
sedangkan kondisi klinis pasien yang mengalami code blue
didokumentasikandi rekam medik, Kejadian code red, code blue,
code black.
BAB VI

PENUTUP

Pada prinsipnya, komunikasi efektif merupakan penyampaian


informasi dengan benar, tidak terjadi salah persepsi antara
pemeberi informasi maupun penerima informasi. Sehingga, sebelum
komunikasi dihentikan, dilakukan klarifikasfi baik oleh pemberi
informasi maupun penerima informasi (read back). Penggunaan
SBAR dalam komunikasi merupakan keharusan dalam program
keselamatan pasien dengan harapan meminimalkan kesalahan
dalam berkomunikasi.

Dengan diterbitkan pedoman komunikasi efektif ini, diharapkan


semua petugas yang menangani pasien di harapkan dapat
melaksanakan komunikasi efektif dengan baik.

Ditetapkan di : Berabasan
Pada Tanggal : 31 Januari 2019

DIREKTUR UPT RSUD


RAGAB BEGAWE CARAM

dr.HOTMAIDA VERAWATI.S
NIP.19730505 200212 2 001

Anda mungkin juga menyukai