Anda di halaman 1dari 20

HCD KOMUNIKASI

EFEKTIF

2023

R S I A P U C U K P E R M ATA H AT I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sasaran keselamatan pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine-Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh pemerintah. Komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa komunikasi manusia jadi terpisah dari
lingkungan. Namun tanpa lingkungan komunikasi menjadi kegiatan yang tidak relevan.
Dengan kata lain manusia berkomunikasi karena perlu mengadakan hubungan dengan
lingkungan. Memberikan asuhan pasien adalah suatu upaya yang komplek dan sangat
tergantung pada komunikasi dan informasi.
Komunikasi tersebut adalah komunikasi dengan masyarakat, komunitas,
komunikasi dengan pasien dan keluarganya serta komunikasi tenaga kesehatan lainnya.
Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang paling sering
menyebabkan insiden keselamatan pasien. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1 Tahun 2018, salah satu saran dari enam sasaran keselamatan pasien adalah
peningkatan komunikasi efektif dan sebagai SKP II. Poin dalam SKP II adalah Rumah
sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
pemberi layanan. Hal ini sesuai dengan Joint Commission International goals 2 The
organization develops an approach to improve the effectiveness of communication among
caregivers (JCI, 2012). Barker (1971) membagi rerata waktu dalam sehari yang
dipergunakan untuk proses komunikasi sebagai berikut : mendengar 42%, bicara 32%,
membaca 15%, dan menulis 11%. Hal ini menunjukan dalam proses komunikasi
mendengar merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan selama proses komunikasi
berlangsung. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam keselamatan pasien.
Hal ini dapat disimak suatu penelitian yang dilakukan oleh JCAHO tahun 2003 mencatat
bahwa dengan root cause analisis pada komunikasi yang kurang baik 60% dari 2034
menyebabkan kesalahan medic (medical error) dimana 75% menyebabkan kematian. 915
pasien meninggal karena kesalahan komunikasi. Sampai tahun 2005 komunikasi masih
sebagai penyebab kejadian sentinel pada semua katagori.

B. Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif ini adalah :
1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien (patient safety)
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagai informasi
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelsan dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam
mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk menyelesiakan
informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat
4. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

C. Sasaran
Sasaran buku pedoman ini adalah seluruh petugas RSIA Pucuk Permata Hati yang
melakukan pelayanan kepada pasien dan keluarga, pengunjung dan masyarakat.
BAB II
RUANG LINGKUP

Komunikasi dianggap efektif apabila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
(ambiguous) dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan-kesalahan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Adapun ruang lingkup komunikasi efektif adalah :
1. Konsep dasar komunikasi efektif
2. Tatalaksana Komunikasi Efektif Di RSIA Pucuk Permata Hati
3. Komunikasi efektif perawat dan pasien
4. Komunikasi efektif dokter pasien
5. Komunikasi antar PPA (Professional Pemberi Asuhan)
6. Komunikasi efektif dengan menggunakan metode CBAK (Catat-bacakonfirmasi)
7. Meningkatkan komunikasi efektif hasil kritis dengan menggunakan metode SBAR
8. Serah terima asuhan pasien (Hand Over) di dalam RS
9. Komunikasi antar PPA (professional pemberi asuhan) dengan pasien dan keluarga
mengenai edukasi informasi.
10. Komunikasi saat terjadi kondisi emergency
BAB III
KONSEP DASAR KOMUNIKASI EFEKTIF

Konsep dasar komunikasi efektif :


1. Komunikasi efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Proses
komunikasi efektif artinya proses dimana kominikator dan komunikan saling bertukar
informasi, ide, percakapan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang
hasilnya sesuai dengan harapan. Sederhananya komunikasi efektif adalah proses
komunikasi dimana komunikan mengerti apa yang disampaikan dan melakukan apa
yang komunikator inginkan. Komunikasi dikatakan efektif apabila tepat waktu, akurat,
jelas dan mudah dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
atau kesalahpahaman.
Prosesnya meliputi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh si penerima.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

2. Komunikasi dokter-pasien-keluarga
Hubungan yang berlangsung antara dokter dengan pasiennya selama proses
pemeriksaan, pengobatan, perawatan, yang terjadi di rumah sakit dalam rangka
membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien
3. Komunikasi efektif dokter-pasien-keluarga Pengembangan hubungan dokter-pasien-
keluarga secara efektif yang berlangsung secara efisien dengan tujuan utama
penyampian informasi atau penjelasan yang diperlukan dalam membangun kerja sama
antar dokter dengan pasien dan keluarga. Komunikasi yang dilakukan 5 secara verbal
dan non verbal menghasilkan pemahaman pasien dan keluarga terhadap kesehatannya,
peluang, kendalanya sehingga bersamasama dokter mencari alternative mengatasi
permasalahnannya.
4. Komunikasu efektif antar staf klinis-staf professional lainnya Komunikasi yang
berlangsung antara dokter, peraweat, ahli gizi, bidan, laboratorium, radiologi, farmasi,
rehab medic, selama proses asuhan pasien berupa pemberian perintah secara lisan
maupun via telepon.
BAB IV
TATALAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF DI RSIA PUCUK PERMATA HATI

A. Komunikasi Saat Penerimaan di Admission Proses penerimaan merupakan titik


awal kontak pasien dengan rumah sakit.
Daftar-daftar penting untuk meningkatkan komunikasi efektif selama proses
penerimaan (admission) adalah sebagai berikut :
1. Menginformasikan pasien hak-hak mereka.
2. Mengenali bahasa pilihan pasien untuk mendiskusikan perawatan kesehatan.
3. Mengenali apakah pasien memiliki kebutuhan sensorik atau komunikasi.
4. Tentukan apakah pasien perlu bantuan mengisi formulir pendaftaran.
5. Kumpulkan data ras dan etnis pasien dalam catatan medis.
6. Mengenali jika pasien menggunakan perangkat bantu.
7. Menanyakan pasien jika ada kebutuhan tambahan yang dapat
mempengaruhinya atau perawatannya.
B. Tahap Asessmen Setelah seorang pasien dirawat di rumah sakit, staf klinis
melakukan penilaian klinis untuk menentukan pengobatan, perawatan, dan
layanan yang akan memenuhi kebutuhan pasien.
.Daftar-daftar yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan komunikasi efektif
selama proses asesmen adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan mengatasi kebutuhan komunikasi pasien selama
asesmen.
2. Memulai proses asesmen dengan pengenalan.
3. Mendukung kemampuan pasien untuk memahami informasi kesehatan yang
diberikan.
4. Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mobilitas pasien selama asesmen.
5. Mengidentifikasi budaya, agama, nilai atau keyakinan pasien yang
mempengaruhi perawatan.
6. Mengidentifikasi kebutuhan makanan pasien atau pembatasan yang
mempengaruhi perawatan.
7. Meminta pasien untuk memperkenalkan pendamping selama perawatan.
8. Berkomunikasi mengenai kebutuhan khusus pasien pada tim asuhan.
C. Perawatan Akhir
Perawatan akhir termasuk perawatan suportif dan paliatif yang disediakan selama
fase terakhir dari kehidupan.
D. Pemulangan Atau Pemindahan Rumah sakit harus menggabungkan kebutuhan
khusus pasien dalam pemulangan dan pemindahan. Saat rumah sakit berencana
memindahkan pasien ke fasilitas lain atau memberikan pasien rujukan untuk
tindak lanjut perawatan, maka rumah sakit harus mengidentifikasi rumah sakit
rujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien.

BAB V
KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PASIEN

A. Komunikasi antara perawat dengan pasien


Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien tidak hanya melalui lisan saja,
sudah disebutkan diatas bahwa rumah sakit menggunakan beberapa media
komunikasi secara tertulis. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk membuat
media informasi yang mudah dipahami oleh siapapun mengingat pasien dan
keluarganya terdiri dari berbagai macam kalangan. Setelah adanya penyampaian
informasi petugas melakukan verifikasi terhadap informasi yang sudah
disampaikan, dari proses tersebut dapat diketahui apakah pasien dan keluarga
dapat menerima dengan jelas informasi yang sudah disampaikan oleh petugas.
Pada saat menghadapi pasien, perawat perlu :
1. Menunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta suasana
saling percaya saat berkomunikasi.
2. Kontak pandang yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan perawat.
c.Fokus pada pasien.
3. Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien dalam mengikuti
tindakan keperawatan yang dilakukan.
4. Mendengarkan secara seksama dan penuh perhatian untuk mendapatkan
informasi dari pasien. Perawat lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan pasien kepada perawat.
5. Mendengarkan keluhan pasien dan memahami perasaan.
6. Perawat mampu menjelaskan keadaan pasien.
7. Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap pasien.
8. Bersikap tenang selama berada di depan pasien.
B. Komunikasi dokter dengan perawat Dalam hubungan tenaga medis dan pasien,
baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan
dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai pengirim pesan,
menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan tenaga medis
sesuai pengetahuannya. Sementara tenaga medis sebagai pengirim pesan,
berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana pengobatan dan
terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi serta dampak dari dilakukan dan
tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, tenaga medis
bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan.
Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap
pernyataan pasien.
BAB VI
KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI LAYANAN

A. Komunikasi antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA)


Dalam memberikan pelayanan di RSIA Pucuk Permata Hati, antar pemberi
layanan melakukan komunikasi dengan metode SBAR.SBAR adalah alat
komunikasi yang menyediakan metode jelas mengkomunikasikan informasi
terkait dengan temuan klinis, yang melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yangmembutuhkan  perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya

SBAR adalah analogi berikut S: Situation, B: Background, A: Assessment dan R:


Recommendation

Kenapa SBAR sangat penting ??


Dokter lebih memperhatikan karena informasi yang ringkas sehingga bekerja bisa
lebih cepat dengan cara mengkomunikasikan masalah dengan jelas dan memberi
kesempatan menyampaikan saran kolaborasi
Jenis komunikasi SBAR
Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien. Komunikasi SBAR dapat dilakukan pada
1. Klinis
a. Perawat ke Dokter,
b. Petugas lab / Ro ke Dokter
c. Dokter umum ke Spesialis
d. Perawat – Perawat atau Dokter ke Dokter, dll
2. Non Klinis
Komunikasi dengan bagian maintanance, IT, dll

Keuntungan komunikasi SBAR


1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien
3. Memperbaiki komunikasi dengan tujuan memperbaiki keamanan pasien
secara bermakna

Aplikasi komunikasi SBAR


1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
b. Diagnosa medis
c. Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan


situasi?
a. Obat saat ini dan alergi
b. Tanda-tanda vital terbaru
c. Hasil laboratorium: tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
d. Riwayat medis
e. Temuan klinis terbaru
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon
Situation (S) :
- Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
- Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas.
Background (B) :
- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program
HD hari Senin-Kamis
- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
- Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
- TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah
dan asites
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
Assessment (A) :
- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih
- Pasien tampak tidak stabil
Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM
- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?

B. Komunikasi Efektif dengan Menggunakan Metode CBAK (Catat-BacaKonfirmasi)

1. Catat informasi atau instruksi yang disampaikan secara lengkap dalam format
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) dengan menggunakan pulpen
tinta warna merah.
2. 2. Bacaulang (readback) informasi atau instruksi yang disampaikan secara
lengkap.Dalam menyebutkan kata yang sulit, obat LASA/NORUM (Look Alike
Sound Alike/ Nama Obat dan Rupa Obat Mirip) maka penerima pesan harus
mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alfabeth internasional,
3. Konfirmasi kembali isi informasi atau instruksi kepada pemberi informasi atau
instruksi dengan membaca ulang instruksinya
4. Berikan stampel konfirmasi dalam formulir CPPT sebagai bukti telah dibaca
ulang dan dikonfirmasi
5. Mintakan tanda tangan kepada DPJP sebagai bentuk verifikasi dalam waktu 1x24
jam.

C. Meningkatkan Komunikasi Efektif Hasil Kritis


D. Serah terima asuhan pasien (Hand Over) di rumah sakit
Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalakasanaan
manajemen asuhan pelayanan pasien. Dalam metode SOAP ini memiliki 4 unsur
yaitu :
a. S adalah data Subjektif Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung
b. O adalah data objektif Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik
c. A adalah analysis / assessment Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
d. P adalah planning ( standing order) yang harus dilakukan oleh praktisi/ klinisi
lain yang merawat pasien Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang
akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau
labolatorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Joint Commission International (JCI). 2011. International Patient Safety Goals (IPSG). 4 th
edition
The Joint Commission, JCI, WHO. 2007. Patien Safety Solution : identifikasi patient, volume 2
National Patien Safety Agency Juli 2007 Safer Practice Notice , Standardising Hospital
Wrisbands. London : NPSA
Permenkes No 11 Tahun 2017, Keselamatan Pasien : Depkes RI
Lampiran:
1. SPO
KOMUNIKASI LISAN/LISAN VIA TELEPON

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PT. I.5 - 11 01 14/20
Disahkan,

STANDAR Direktur RSU Surya Husadha


PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
24 Agustus 2016

dr. ...............................
PENGERTIAN Komunikasi verbal antar staf medis maupun nonmedis yang mampu
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama
dalam perawatan di rumah sakit melalui pemberian informasi yang
tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:

1. Memastikan keakuratan semua informasi.


2. Memastikan semua informasi terkini tentang status kesehatan
pasien disampaikan dengan tepat dan benar.
3. Memastikan semua instruksi dokter dipahami dan diterima
dengan tepat dan benar.
4. Meningkatkan keselamatan pasien.
KEBIJAKAN Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama No. 318/RSUSH/SK-
DIR/VIII/2016tentang kebijakan Sasaran Keselamatan Pasien Rumah
Sakit pada poinKomunikasi Pemberian Informasi dan Edukasi yang
Efektif

PROSEDUR 1. Perawat/bidan/dokter jaga mencatat instruksi dokter yang


disampaikan lisan/via telepon di catatan perkembangan terintegrasi
(RM 04).
2. Dalam situasi tertentu (emergency) dimana hasil pemeriksaan
penunjang (misalnya: hasil lab) harus disampaikan lisan/via
telepon, juga harus dicatat di catatan perkembangan terintegrasi
(RM 04).
3. Bacakan kembali (“read back”) secara lengkap catatan tersebut
kepada pemberi instruksi atau petugas yang menyampaikan
informasi tersebut (DPJP, dokter jaga, petugas lab, dll.)
4. Obat-obat instruksi dokter yang termasuk Sound Alike atau
informasi yang kurang jelas diterima, wajib dieja kata demi kata
sesuai dengan daftar ejaan yang berlaku di Rumah Sakit Surya
Husadha. Contoh : Triofusin, maka staf yang menerima pesan
melakukan eja terhadap instruksi tersebut : Tango, Romeo, India,
Oscar, Foxtrot, Uniform, Siera, Indian, November.
5. Petugas yang melapor membacakan kembali instruksi atau
informasi melalui telepon apakah sudah benar sesuai yang
diinstruksikan
6. Dibawah instruksi dibubuhkan nama dan tandatangan yang
memberi instuksi serta jam dan tanggal konfirmasi (stempel
konfirmasi).
7. Dokumentasi perintah dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah dalam 1 x 24 jam

UNIT TERKAIT Semua Unit Pelayanan Keperawatan


2. SPO KOMUNIKASI LISAN/LISAN VIA TELEPON
KOMUNIKASI LISAN/LISAN VIA TELEPON

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PT. I.5 - 11 01 16/20
Disahkan,
STANDAR Tanggal Terbit
Direktur RSU Surya
PROSEDUR 17 Juni 2019 Husadha
OPERASIONAL

PENGERTIAN Nilai kritis adalah nilai atau hasil pemeriksaan tertentu yang harus segera
dilaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien agar dapat segera
dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya morbiditas maupun
mortalitas
pada pasien.
TUJUAN Sebagai acuan dalam menerapkan langkah-langkah untuk melaporkan
hasil nilai kritis

KEBIJAKAN Berdasarkan Surat Peraturan Direktur RSU Surya Husadha No.011/RSU-


SH/PERDIR/KBJ/2019 tentang Kebijakan Pelayanan Laboratorium dan
Bank Darah
PROSEDUR 1. Bila salah satu atau lebih hasil pemeriksaan laboratorium pasien
yang dirawat oleh dokter di RSU Surya Husadha masuk didalam
Daftar Nilai Kritis ( terlampir ) maka pada SIM RS billing pasien
tersebut akan berwarnaoranye
2. Petugas laboratorium segera menyampaikan hasil Nilai Kritis
kepada dokter ruangan / dokter jaga / Perawat melalui telepon
kurang dari 5 menit setelah hasil tersebut diverifikasi oleh
chekerdilaboratorium

3. Petugas Laboratorium yang melaporkan Hasil Kritis mencatat


Nilai Kritis yang dilaporkan, Ruangan, Tanggal dan waktu
menelpon, serta nama petugas yang menerima informasi dan
nama petugas laboratorium yang menginformasikan pada form
pemantauan laporan nilaikritis

4. Dokter / Perawat Ruangan yang menerima hasil Kritis melaporkan


kepada DPJP dalam waktu kurang dari 5 menit setelah hasil
tersebut diterima, menggunakan teknik SBAR
(Situation,Background,
Assesment, Recommendation) baik secara lisan maupun
tulisan.Proses
pelaporan ini didokumentasikan didalam Form Catatan
Perkembangan Terintregrasi dan di beri stempel nilai kritis.

5. Dokter / Perawat Ruangan yang menerima laporan hasil kritis


langsung menghubungi DPJP yang merawat Pasien

6. Dokter / Perawat Ruangan yang menerima laporan Hasil Kritis


dan menghubungi DPJP yang merawat pasien harus mencatat
tindakan yang diambil untuk pasien atau informasi lain terkait
klinis.

7. Semua Nilai kritis / Interpretasi selanjutnya disampaikan melalui


formulir hasil pemeriksaan yang diberikan stempel Nilai Kritis
dan dikirim sesuai dengan SPO Penyerahan hasil

8. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus disampaikan kepada


dokter yang meminta pemeriksaan dan harus menyampikan hasil
kritis ke pasien.

9. Daftar Nilai kritis juga ditembuskan ke laboratorium rujukan


dimana jika ada hasil yang diperiksa di laboratorium rujukan
termasuk dalam nilai kritis maka laboratorium rujukan wajib
melaporkannya segera ke
laboratorium RSU Surya Husadha untuk dapat ditindaklanjuti
UNIT TERKAIT IGD, Poliklinik, HD,Kamar operasi, Ruang Intensive, VK, Rawat
inap
3. SPO PETUNJUK PENGISIAN CPPT

PETUNJUK PENGISIAN CATATAN PERKEMBANGAN


TERINTEGRASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PT A3 - 55 04 19/20

Disahkan,

STANDAR Direktur RSU.Surya Husadha


PROSEDUROPERAS Tanggal Terbit
IONAL
12 Des 2019

PENGERTIAN Prosedur atau cara mengisi catatan perkembangan terintegrasi yang dilakukan
oleh dokter, perawat,bidan dan petugas kesehatan lain yang terlibat.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mengisi catatan perkembangan
terintegrasi dengan baik sehingga dapat menilai perkembangan pasien.

KEBIJAKAN Sesuai dengan SK Kebijakan No. 030/ RSUSH/SK-DIRUT/I/2015 tentang


Pelayanan Pasien di RSU Surya Husadha

PROSEDUR KERJA 1. Pengisian form catatan perkembangan terintegrasi


(RM.04) dilakukan oleh dokter, perawat,bidan dan

petugas lain yang terlibat dalam asuhan pasien.

2. Identitas: dengan menempelkan stiker Barcode oleh perawat


3. Tanggal: sesuai tanggal pengisian.
4. Jam: sesuai jam pengisian.
5. Profesi: tuliskan petugas / profesi yang melakukan pemeriksaan maupun
perawatan pada pasien (contoh: Dokter Bedah, perawat, Fisiotherapi ,
dll).
6. Kolom “Catatan Perkembangan” dibuat dalam format SOAP untuk
pemberian asuhan langsung.
a. S (Subyektif): Sesuai dengan keluhan yg disampaikan oleh pasien
saat pemeriksaan
b. O(Obyektif): Sesuai dengan apa yang dilihat dan yang
didapatkan saat pemeriksaan
c. A (Assesment):
- Dokter: sesuai dengan Diagnosa yang didapatkan saat
pemeriksaan.
- Perawat/ Bidan dan petugas lain yang terlibat sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan (contoh:
tujuan belum tercapai masalah belum teratasi atau tujuan
tercapai masalah teratasi).
d. P (Planing) :
- Dokter: Instruksi yang diberikan
- Perawat/ Bidan dan petugas lain yang terlibat melanjutkan
rencana yang belum tercapai atau membuat rencana keperawatan
yang baru.
7. Catatan perkembangan terintegrasi dalam format SBAR untuk
melakukan dokumentasi instruksi verbal/lisan sesuai protap Tata cara
melaporkan keadaan pasien melalui telepon (PT B.1-24)
8. Kolom Nama dan Tanda tangan diisi dengan jelas oleh dokter/ perawat/
petugas kesehatan lain yang terlibat.

Unit Rawat Inap, Rawat Jalan,Unit Intensif, IGD, VK, Ruang Bayi, HD, OK,
UNIT TERKAIT
Farmasi, Gizi

Anda mungkin juga menyukai