Anda di halaman 1dari 6

PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DENGAN

KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUMAH SAKIT

Einjel Tiyo Marlina Damanik/181101079


Email: einjeldamanik13@gmail.com

ABSTRAK
Sasaran keselamatan pasien dibutuhkan ketika melaksanakan kegiatan pemberian asuhan
keperawatan di rumah sakit sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin
berkualitas. Salah satu sasaran tersebut yaitu dengan penggunaan komunikasi efektif. Dengan
terlaksananya hal ini dengan baik maka kenyamanan pasien akan pelayanan ini semakin
meningkat. Kenyamanan pasien dapat semakin dirasakan ketika seseorang mampu
berkomunikasi dengan efektif. Oleh karena itu kajian ini membahas tentang pelaksanaan
komunikasi efektif sebagai salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah sakit. Kajian ini
dilakukan dengan metode mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber mengenai
pelaksanaan komunikasi efektif melalui buku, artikel, maupun hasil-hasil penelitian terdahulu dalam
bentuk jurnal. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan komunikasi efektif
yang telah ditentukan di rumah sakit khususnya oleh perawat. Hasil Pengkajian ini menjelaskan bawa
pelaksanaan komunikasi efektif ini perlu dilaksanakan di rumah sakit demi kenyamanan pasien dan
memungkinkan tersampainya informasi dengan baik dan mempererat hubungan perawat dengan
pasien.
Kata kunci: keselamatan pasien, komunikasi efektif, rumah sakit

ABSTRACT
Patient safety goals are needed when carrying out nursing care activities in the hospital so that the
quality of health services provided is more quality. One such target is the use of effective
communication. With this well implemented the patient's comfort in this service is increasing. Patient
comfort can be increasingly felt when someone is able to communicate effectively. Therefore this
study discusses the implementation of effective communication as one of the goals of patient safety in
the hospital. This study was conducted by the method of gathering various information from various
sources regarding the implementation of effective communication through books, articles, and the
results of previous research in the form of journals. This study aims to determine how the
implementation of effective communication that has been determined at the hospital, especially by
nurses. The results of this study explain that the implementation of this effective communication needs
to be carried out in the hospital for the convenience of the patient and allows the delivery of
information well and strengthen the relationship of nurses with patients.

Keywords: patient safety, effective communication, hospital


PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial akan saling berinteraksi dengan sesama sehingga terjalin
komunikasi. Komunikasi ini dibutuhkan untuk menyampaikan informasi ataupun sebaliknya.
Sama halnya dengan ketika perawat berkomunikasi dengan pasien di rumah sakit dibutuhkan
komunikasi yang mudah dimengerti. Komunikasi yang diterapkan yaitu komunikasi efektif
yang dapat membantu mempermudah proses penyampaian dan diterimanya informasi.
komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap antara dua orang
atau kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat menghasilkan perubahan sikap pada
orang yang terlibat komunikasi.
Ketika seseorang sakit maka dibutuhkan perawatan untuk menunjang kesembuhannya.
Keperawatan ini diberikan ketika seseorang tersebut tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhannya secara mandiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Jika perlu seseorang
ini akan dirujuk ke rumah sakit sebagai pasien. Ketika menjadi pasien di rumah sakit, seseorang
tersebut berhak untuk menerima pelayanan kesehatan yang prima dengan menjaga keselamatan
pasien. Keselamatan pasien ini dilaksanakan dengan sasaran tertentu yang termasuk didalamnya
penggunaan komunikasi efektif. Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang sangat penting
dalam menunjang keberhasilan asuhan keperawatan. Kunci dari terciptanya hubungan yang baik
antara perawat dan klien adalah kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Perawat yang memiliki
kemampuan dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi akan mudah menumbuhkan
kepercayaan klien, sehingga klien bisa lebih terbuka untuk berbicara mengenai masalah yang
berhubungan dengan penyakitnya. Kemampuan berkomunikasi efektif harusnya dimiliki perawat
sebagai oknum yang lebih banyak bertemu langsung dengan pasien sehingga pasien merasa lebih
nyaman dan informasi yang diberikan lebih dapat diterima. Komunikasi yang buruk dapat
menimbulkan permasalahan contohnya dalam mengidentifikasi pasien, kesalahan pengobatan,
kesalahan transfusi, terjadinya alergi, kesalahan letak operasi dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi
karena ketidaksampaiannya informasi kepada pasien sebagai audien karena kemampuan
berkomunikasi yang buruk. Oleh karena itu kajian ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan
komunikasi efektif ini sebagai salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah sakit. Keberhasilan
penerapan komunikasi efektif di sebuah rumah sakit akan mengurangi terjadinya kecelakaan
pengobatan pasien karena tidak tersampainya informasi dengan baik.

METODE
Metode yang digunakan pengkajian ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
referensi termasuk di dalamnya hasil-hasil penelitian terdahulu dalam bentuk karya tulis

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian komunikasi efektif
Di dalam KBBI dikatakan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami;
hubungan. Adapun efektif adalah  ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur
atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan);
mangkus. Jadi komunikasi efektif merupakan berhasilnya seseorang atau sekelompok orang
untuk melakukan pengiriman maupun penerimaan berita atau informasi.
Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
asuhan keperawatan. Kunci dari terciptanya hubungan yang baik antara perawat dan klien adalah
kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan
yang baik dalam berkomunikasi akan mudah menumbuhkan kepercayaan klien, sehingga klien bisa
lebih terbuka untuk berbicara mengenai masalah yang berhubungan dengan penyakitnya. komunikasi
efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap antara dua orang atau
kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat menghasilkan perubahan sikap pada orang
yang terlibat komunikasi.
Elemen peningkatan komunikasi yang efektif menurut Permenkes (2011) sebagai beikut:
a. Perintah lengkap secara lisan atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah.

b. Perintah lengkap lisan atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima
tugas.

c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah kepada yang menyampaikan
hasil pemeriksaan

d. Prosedur dan kebijakan mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan secara
konsisten.

Penerapan metode komunikasi efektif (SBAR) dalam keperawatan

Metode komunikasi efektif ini terdiri atas Situation, Background, Assesment, dan Recomendation
(SBAR). Metode inj banyak digunakan di dunia internasional setelah ada himbauan utuk adanya
reformasi dalam metode berkomunikasi dan kerja sama dalam tim pelayanan kesehatan. SBAR dapat
digunakan dalam berkomunikasi dengan pasien, selama handover, atau setiap saat ada perubahan
yang tak terduga dalam perawatan pasien. Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang sedang
marak dikembangkan saat ini pada organisasi kesehatan dalam mengoptimalkan keselamatan pasien.
Komunikasi SBAR dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan.

Penerapan metode komunikasi SBAR oleh perawat dalam melakukan tindakan memiliki
dampak positif, antara lain:

a. Kemampuan perawat berkomunikasi lebih efektif.


b. Semakin mampunya perawat sebagai rekan kerja tenaga medis lainnya termasuk dokter.
c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi sama dengan Meningkatkan penjagaan
keamanan pasien.
Pelaksanaan SBAR oleh perawat
1. Situation
Situation merupakan kondisi terkini yang terjadi pada pasien. Untuk mengetahui kondisi
pasien saat ini dapat dilakukan dengan sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari
perawatan, serta dokter yang merawat. Mentebutkan diagnosa medis yang sudah atau belum
diatasi sebelumnya. Contoh penerapan:
a) Pemindahan pasien : Pada saat pemindahan pasien melengkapi format dengan mengisi
tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan pemindahan
b) Diagnosa medis : Diagnosa medis diisi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan
oleh dokter dan tim medis lainnya yang merawat pasien.
c) Masalah utama keperawatan saat ini, dengan mengisi masalah keperawatan pasien secara
aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruangan yang baru.
2.Background
Background merupakan info penting yang berhubungan dengan kondisi terkini pasien. Dapat
dilakukan dengan mnjelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan, menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan, menjelaskan intervensi
yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis keperawatan, menyebutkan
riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat – obatan termasuk
cairan infus yang digunakan, menjelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap
diagnosis medis. Contoh penerapan:
a) Riwayat alergi/reaksi obat : Riwayat alergi diisi dengan alergi jenis apa yang diderita atau
jenis reaksi terhadap obat tertentu pada pasien dulu sampai sekarang.
b) Hasil investigasi abnormal : Hasil investigasi yang tidak normal diisi dengan keadaan
abnormal atau keluhan saat pasien datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut
menerima perawatan.
3.Assessment
Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini. Dapat dilakukan dengan
menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri,
tingkat kesadaran, status restrain, risiko jatuh, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain –
lain dan menjelaskan informasi klinik lain yang mendukung. Contoh penerapan:
a) Observasi terakhir, Hasil pemeriksaan terakhir diisi dengan vital sign dan tingkat
kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 3, V 4, M 5
b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, diisi sesuai keadaan pasien
c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya terdapat pus, kematian jaringan ,
Dan lain-lain dilengkapi dengan llokasi dan ukurannya.
d) Mengisi peralatan khusus yang diperlukan misalnya WSD, colar brace, infuse pump dan
lain-lain.
4. Recommendation
Recommendation merupakan kegiatan merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
a) Konsultasi, Dengan mengisi rencana konsultasi dan fisioterapi dengan mengisi rencana
fisioterapi
b) Obat bekas dan barang-barang bekas lainnya : Dengan mangisi jumlah barang atau obat
bekas.

KESIMPULAN DAN SARAN


Komunikasi efektif merupakan berhasilnya seseorang atau sekelompok orang untuk
melakukan pengiriman maupun penerimaan berita atau informasi. Komunikasi efektif
merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan asuhan keperawatan.
Kunci dari terciptanya hubungan yang baik antara perawat dan klien adalah kemampuan perawat
dalam berkomunikasi. Perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam
berkomunikasi akan mudah menumbuhkan kepercayaan klien, sehingga klien bisa lebih terbuka untuk
berbicara mengenai masalah yang berhubungan dengan penyakitnya. komunikasi efektif adalah
saling bertukar informasi, ide, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang
hasilnya sesuai harapan dan dapat menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat
komunikasi.
Metode komunikasi efektif ini terdiri atas Situation, Background, Assesment, dan Recomendation
(SBAR). Metode inj banyak digunakan di dunia internasional setelah ada himbauan utuk adanya
reformasi dalam metode berkomunikasi dan kerja sama dalam tim pelayanan kesehatan . Komunikasi
SBAR merupakan komunikasi yang sedang marak dikembangkan saat ini pada organisasi kesehatan
dalam mengoptimalkan keselamatan pasien. Komunikasi SBAR dapat diterapkan dalam pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, penerapan sasaran keselamatan pasien dengan komunikasi efektif perlu
dilakukan oleh perawat ketika memberikan pelayanan kesehatan karena mempengaruhi keselamatan
pasien. Semakin mampunya perawat untuk berkomunikasi efektif maka, informasi yang disampaikan
semakin jelas dan sesuai dengan SOP yang secara tidak langsung menjaga keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Firawati, dkk. (2012). Pelaksanaan program keselamatan pasien di RSUD solok. Jurnal
kesehatan masyarakat .Vol. 6 No. 2.
H Simamora Roymond. (2019). Documentation of Patient Identification into the Electronic
System to Improve the Quality of Nursing Services. International Journal of
Scientific & Technology Research. 8 (9). 1884-1886
H Simamora Roymond. (2019). Buku Ajar Pelaksanaan Indentifikasi Pasien. Uwais Inspirasi
Indonesia
H Simamora Roymond., Fathi Achmad. (2019). The Influence of Training Handover based
SBAR Communication for Improving Patients Safety. Indian Journal of Public
Health Research & Development. 9. 1280-1285
Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (Ed.7). Jakarta: Salemba Medika.
Priharjo,R. (2000). Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.
Sitorus, R dan Yulia. (2006). Model praktik keperawatan profesional di rumah sakit. Jakarta:
EGC.
Supranto, J. (1997). Pengukuran tingkat kepuasan pasien. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwarno. (2007). Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit suatu pendekatan sistem.
Jakarta: EGC.
Triwibowo, Cecep dkk. (2016). Handcover sebagai upaya peningkatan keselamatan pasien
(patient safety) di rumah sakit. Jurnal keperawatan Soedirman. Vol. 11 No. 2
Wardani, Viera. (2017). Manajemen keselamatan pasien. Malang: UB press.
Sujatmiko. (2012). Hubungan komunikasi verbal dan non verbal perawat dengan tingkat
kepuasan pasoen di ruang rawat inap RSUD kab. Madiun. Jurnal kesehatan, vol.
2,No.1
Supranto, J. (1997). Pengukuran tingkat kepuasan pasien. Jakarta: Rineka Cipta.
Theo, D.(2009). Pengaruh Persepsi Pimpinan tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat terhadap
Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit di Kota Medan. USU Institutional Repository
(USU-IR).

Anda mungkin juga menyukai