Anda di halaman 1dari 45

JUKNIS Kesiapan

Rumah Sakit dalam


Penerapan KRIS JKN

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE
Direktur PT Sri Pamela Medika Nusantara
Ketua ARSSI Cabang Sumatera Utara
Ketua DPW MHKI Sumatera Utara
Ketua BH2A PB Ikatan Dokter Indonesia
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
01
UU No 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU No 36/2009 tentang Kesehatan

02
UU No 11 Tahun 2020
Tentang CIPTA KERJA / OMNIBUS LAW
UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit
UU No 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan

03
PP No 47 Tahun 2022
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
PERPRES No 82/2018 ttg Jaminan Kesehatan
PMK No 14/2021 ttg Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana RS

Dasar
04
KEPDIRJENYANKES 1811/2022

HUKUM Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit


Dalam Penerapan Kelas Rawat Inap Kelas Standar JKN

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
PP Nomor 47 Tahun 2021

PP No 47 Tahun 2021 Melaksanakan


ketentuan lebih lanjut mengenai
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
yang ada dalam Pasal 24 ayat (2) UU
No 11/2020 dan perubahan Pasal 28
UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit.

Amanah UU No 11 Tahun 2020 PEMBERLAKUAN

PP No 47 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan.

Berlaku Sejak diundangkan tanggal


2 Februari 2021

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
PP No 47 Tahun 2021

Pasal 18 Pada saat


Jumlah tempat tidur untuk pelayanan
rawat inap kelas standar, paling Peraturan
sedikit;
a. 60 % dari seluruh tempat tidur Pemerintah ini
untuk RS Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
b. 40 % dari seluruh tempat tidur
mulai berlaku
untuk RS Swasta.

Pasal 84 APA Pasal 84

YANG
Rumah Sakit tetap dapat Pelayanan rawat inap kelas standar
menyelenggarakan pelayanan rawat inap diterapkan paling lambat 1 Januari 2023
sesuai dengan kelas perawatan yang
dimiliki sampai diselenggarakannya
pelayanan kelas standar
BARU Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
KELAS
STANDAR
Masih dalam Diskusi,
Tahapan yg dilakukan;
1. Harmonisasi Regulasi
2. Penyiapan Infrastruktur
3. Penyiapan SDM sesuai ratio Kebutuhan
4. Akses dan Mutu yg sesuai standar minimal
R.Rawat Inap
5. Kebutuhan Standar Minimal Sarana dan
Prasaran Alkes terpenuhi di setiap R.Rawat
Inap
6. Terpenuhi Standar PPI dan Keselamatan Pasien
7. Terpenuhi 10 Kriteria Umum sarana dan
Prasarana R.Inap

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Perjalanan Regulasi Kelas Standar
PP No 47 Tahun 2021

Pasal 54 (B)
Perpres Pasal 54 (A) Manfaat Jaminan Kesehatan tsb
Peninjauan Manfaat Jaminan Kesehatan
64/2020 diterapkan bertahap sampai dengan Paling
sesuai kebutuhan dasar Kesehatan dan Rawat
PP Inap Kelas Standar paling lambat 20 lambar 2022 dan pelaksanaannya
47/2021 Desember 2020 dilaksanakan secara berkesinambungan
utk meningkatkan tata Kelola Jaminan
Kesehatan

Tahun 2019 – Kebijakan R.Inap


UU No 40 Thn Ps 23 Pasal 19
2004 ttg JKN ayat (4) ayat (1), (2) 2019 Dalam Peta Jalan JKN 2012-2019,
seharusnya Implementasi Kebijakan Rawat
Inap JKN tahun 2019 dapat dicapai, namun
hingga kini belum juga dilaksanakan
Pasal 23 ayat (4) UU 40/2004
“Dalam hal peserta
membutuhkan rawat inap di RS, 1 Jan
maka kelas pelayanan di RS 2014 1 Januari 2014
berdasarkan Kelas Standar.
Rawat Inap JKN tidak langsung
diterapkan karena mempertimbangkan
karena di RS seblm era SJSN masih
terbagi Kelas 1,2,3.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
KepDirjenYankes
HK.02.02/I/1811/2022

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
KEPDIRJENYANKES
No.HK.02.02/i/1811/2022
PETUNJUK TEKNIS KESIAPAN
SARANA PRASARANA RUMAH
SAKIT DALAM PENERAPAN KELAS
RAWAT INAP STANDAR JKN

Untuk memberikan acuan bagi rumah sakit dalam


menerapkan kelas rawat inap standar pada
program Jaminan Kesehatan Nasional, perlu
ditetapkan Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana
Prasarana Rumah Sakit dalam Penerapan Kelas
Rawat Inap Standar Jaminan Kesehatan Nasional;

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
JUKNIS ü Pemerintah Pusat
ü Pemerintah Daerah Provinsi

K R I S J K N ü Pemerintah Kab/Kota
ü Rumah Sakit
Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana ü Dokter
Prasarana Rumah Sakit dalam
Penerapan Kelas Rawat Inap Standar ü Tenaga Kesehatan lain
Jaminan Kesehatan Nasional ü Pemangku Kepentingan dlm
sebagaimana dimaksud dalam melakukan Penilaian kesiapan
Diktum KESATU menjadi acuan bagi; KRIS JKN

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Kebijakan KRIS JKN

PRINSIP EKUITAS UU NO 40 Thn 2004


Kebijakan KRIS JKN Di dalamnya juga dinyatakan bahwa
diimplementasikan dalam hal peserta membutuhkan
berdasarkan prinsip Ekuitas. rawat inap di rumah sakit, maka
kelas pelayanan di rumah sakit
diberikan berdasarkan kelas standar

Prinsip Ekuitas
Penjelasan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional juga
dinyatakan bahwa prinsip ekuitas yaitu
kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai
dengan kebutuhan medis yang tidak terikat
dengan besaran iuran yang telah
dibayarkannya.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
JUKNIS Kesiapan Sarpras RS dalam Penerapan KRIS JKN

Konsep KRIS JKN


Secara filosofis Konsep KRIS JKN Untuk menjamin adanya
kesamaan baik pelayanan medis maupun non medis pada
penyakit yang sama, amenities atau kenyamanan terstandar
berdasarkan peraturan perundang-undagan yang berlaku untuk
dapat meningkatkan manfaat (dengan naik kelas) sesuai
peraturan yang ditetapkan

KRIS JKN merupakan kelas layanan rawat inap rumah sakit pada program JKN yang
ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan
menstandarisasi minimum kelas rawat inap JKN melalui 12 kriteria yang harus dipenuhi
oleh rumah sakit, menuju kelas tunggal, mengutamakan keselamatan pasien dan standar
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), serta dimungkinkan naik kelas bagi peserta
selain PBI atas pembiayaan sendiri, pemberi kerja atau asuransi kesehatan tambahan.

Kerpdirjen HK.02.02./I/1811/2022

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Kebijakan KRIS JKN

KepDirjen 1811/2022 Pentahapan Kriteria


Juknis Kesiapan
UU No 40/2004 Sarpras RS dalam
Dimulai dari kriteria
Penerapan KRIS JKN
1-9 dan dilanjutkan
dengan kriteria 10-12

2021 2022 2022 2022

PP No 47/2021 BERTAHAP
kelas rawat inap Pelaksanaannya akan
standar dilaksanakan dilakukan secara
bertahap oleh seluruh
1 Jan 2023
paling lambat 1
Januari 2023 rumah sakit baik milik
kementerian/lembaga,
pemerintah daerah
atau swasta yang
bekerja sama dalam
program JKN

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
12 Kriteria KRIS JKN
(1) Komponen Bangunan (4) Kelengkapan Tempat Tidur
Komponen bangunan yang Setiap tempat tidur di ruang rawat inap
digunakan tidak boleh memiliki memiliki 2 kotak kontak dan tidak boleh
percabangan/sambungan langsung tanpa
tingkat porositas yang tinggi. pengamanan arus serta bel perawat/nurse
call Yang terhubung dengan pos
perawat/nurse station

(2) Ventilasi Udara (5) Nakas per Tempat Tidur


Pertukaran udara pada ruang perawatan Setiap tempat tidur memiliki lemari
biasa (non intensif) minimal 6x pergantian kecil tempat penyimpanan barang
udara perjam dan untuk ventilasi alami pasien yang dilengkapi dengan kunci.
harus lebih dari nilai tersebut serta ruang
isolasi minimal 12x pergantian udara
perjam

(3) Pencahayaan Ruangan (6) Suhu dan Kelembaban Ruangan


Pencahayaan ruangan buatan harus Pengaturan kelembaban dilakukan
mengikuti kriteria yang ditetapkan dengan untuk mencegah pertumbuhan
standar 250 lux untuk penerangan dan 50 kolonisasi mikroorganisme.
lux untuk pencahayaan tidur.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
12 Kriteria KRIS JKN
LANJUTAN…

(7) Ruang Rawat Terbagi (10) Kamar Mandri dalam R.Inap


Ruang rawat dibagi berdasarkan Jenis Setiap ruang rawat inap memiliki minimal 1
Kelamin, Usia, Penyakit (Infeksi, Non kamar mandi. Arah bukaan pintu keluar
Infeksi), dan ruang rawat gabung. (jika pasien jatuh dapat dibuka), kunci
pintu dapat dibuka dari dua sisi dan
memastikan adanya ventilasi (exhaust fan
atau jendela boven)

(8) Kepadatan Ruang Rawat (11) Kamar Mandi sesuai Standar


Kepadatan Ruang Rawat (kamar) dan Kamar mandi memenuhi standar
Kualitas Tempat Tidur (TT). Tempat tidur aksesibilitas (5 standar)
menggunakan minimal 2 posisi yaitu
elevasi area kepala dan area kaki (2 crank)

(9) Tirai/Partisi Tempat Tidur (12) Outlet Oksigen


rel menempel dengan kokoh di plafon Setiap tempat tidur memiliki outlet
ataupun menggantung di plafon oksigen yang dilengkapi dengan
dengan tujuan untuk keamanan dan flowmeter yang berada pada dinding
keselamatan pasien. belakang tempat tidur pasien
(bedhead).

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
TEMPAT TIDUR 2 CRANK

REL MENGGANTUNG PADA


PLAFON

PEMENUHAN
STANDAR TT
Rel dibenamkan menempel di plafon atau menggantung
dengan jarak tirai 30 cm dari lantai dan panjang tirai
(bagian non porosif) minimal 200 cm. Jika rel menempel
di plafon menggunakan tirai dengan bahan jaring untuk REL MENEMPEL PADA PLAFON
memperbaiki ventilasi dan pencahayaan.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
(1) Mapping seluruh Tempat Tidur
(TT) di rumah sakit, termasuk jumlah
ruang yang dimiliki dan jumlah TT di
dalamnya.

(3) Perhitungan unit cost dalam


pemenuhan 12 kriteria.

PEMENUHAN
TEMPAT TIDUR

STRATEGI PEMENUHAN TEMPAT (2) Simulasi TT dengan 12 kriteria


TIDUR KELAS STANDAR DI RS kelas standar, sehingga dapat
diprediksi kekurangan TT.
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Strategi Pemenuhan SARPRAS Kelas STANDAR
Rumah sakit perlu membuat langkah-langkah internal untuk melakukan pemenuhan sarana prasarana kelas standar, antara lain:

3. Melakukan Perencanaan
1. Membentuk TIM Pembangunan Baru/Renovasi
Setiap rumah sakit sebaiknya Apabila terdapat
membentuk tim untuk keterbatasan ruangan maka
melakukan identifikasi dan rumah sakit melakukan
pemetaan secara detil program perencanaan pembangunan
tempat tidur, kriteria arsitektur
baru atau renovasi untuk
(finishing interior), dan alat
kesehatan yang tidak sesuai
difungsikan rawat inap baru
dengan kelas standar. sesuai kriteria (sehingga
kapasitas total tempat tidur
rumah sakit tidak berkurang).

4. Sumber Pembiayaan
2. Menyusun Rencana sumber pembiayaan melalui Badan
Perbaikan Layanan Umum (BLU)/Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD),
Menyusun rencana perbaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja
dan kebutuhan anggaran Negara (APBN), Anggaran
sesuai prioritas atau sumber Pendapatan dan Belanja Daerah
daya rumah sakit: (APBD) dan/atau Dana Alokasi
Khusus Fisik (DAK-Fisik) (untuk
RSUD milik pemerintah), serta
pendapatan Rumah Sakit Swasta.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Menyusun Rencana Perbaikan dan Kebutuhan Sesuai
Prioritas/Sumber daya Rumah Sakit

KRITERIA 1 KRITERIA 2
kriteria yang tidak kriteria yang membutuhkan
membutuhkan sumber perbaikan minor (tirai dan
pendanaan khusus (pemisahan pencahayaan) dapat
ruang rawat berdasarkan jenis melaksanakan perbaikan
kelamin, usia, dan jenis dengan pendanaan yang
penyakit), dapat langsung KRITERIA ada atau sumber daya
dilaksanakan. rumah sakit lainnya

KRITERIA 3 KRITERIA 4 KRITERIA 5


kriteria yang membutuhkan Renovasi sedang diperlukan kriteria yang berdampak pada pengurangan kapasitas
pemenuhan alat kesehatan untuk penyesuaian sistem utilitas tempat tidur di satu ruangan (misal kelas 3 dengan 5-6
(nakas, TT 3 crank), maka rumah (seperti kotak kontak, gas medik, tempat tidur per ruangan), rumah sakit perlu mengatur
sakit menyusun perencanaan ventilasi, dan pengaturan suhu pengalihan tempat tidur ke ruangan yang tersedia lainnya
penganggaran dan pengadaan. mekanik (jika diperlukan)) sehingga dalam satu ruangan terpenuhi maksimal 4
tempat tidur dengan jarak sesuai kriteria.
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
INSTRUMEN
SURVEI PENILAIAN
KESIAPAN KRIS JKN

PETUNJUK PENGISIAN

1. Setiap rumah sakit mengisi setiap pertanyaan


pada instrumen survei penilaian sesuai dengan
kondisi yang ada saat ini.
2. Pertanyaan terdiri dari 5 bagian yang terdiri dari
profil rumah sakit, data ketersediaan tempat tidur
di rumah sakit, data ketersediaan tempat tidur
ruang rawat inap biasa, data kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Non JKN.

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
Data Ketersediaan TT (R.Inap Biasa)
Data Kepesertaan JKN dan Non JKN
12 KRITERIA
KRIS JKNN
Hambatan
KENDALA

HAMBATAN
KENDALA Hambatan
Hambatan Kendala
Kendala

Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed., CPArb., CPCLE – Ketua ARSSI Sumatera Utara
THANK YOU
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H., CPMed.,CPArb., CPCLE
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
NOMOR HK.02.02/I/1811/2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KESIAPAN SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM
PENERAPAN KELAS RAWAT INAP STANDAR JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam


penerapan kelas rawat inap standar untuk program
Jaminan Kesehatan Nasional, perlu dilakukan penilaian
terhadap kesiapan sarana prasarana rumah sakit;
b. bahwa untuk memberikan acuan bagi rumah sakit dalam
menerapkan kelas rawat inap standar pada program
Jaminan Kesehatan Nasional, perlu ditetapkan Petunjuk
Teknis Kesiapan Sarana Prasarana Rumah Sakit dalam
Penerapan Kelas Rawat Inap Standar Jaminan Kesehatan
Nasional;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
tentang Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana Prasarana
Rumah Sakit dalam Penerapan Kelas Rawat Inap Standar
Jaminan Kesehatan Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5584) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6659);
8. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 83)
9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
-3-

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021


tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 316)
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 156);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN
KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS KESIAPAN
SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM PENERAPAN
KELAS RAWAT INAP STANDAR JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana Prasarana


Rumah Sakit dalam Penerapan Kelas Rawat Inap Standar
Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana Prasarana Rumah Sakit
dalam Penerapan Kelas Rawat Inap Standar Jaminan
Kesehatan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU menjadi acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, rumah
sakit, dokter, tenaga kesehatan lain, dan pemangku
kepentingan terkait dalam dalam melakukan penilaian
kesiapan Kelas Rawat Inap Standar Jaminan Kesehatan
Nasional.
KETIGA : Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Petunjuk Teknis Kesiapan Sarana
Prasarana Rumah Sakit dalam Penerapan Kelas Rawat Inap
Standar Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
-4-

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Mei 2022
-5-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN
NOMOR HK.02.02/I/1811/2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KESIAPAN SARANA
PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM
PENERAPAN KELAS RAWAT INAP
STANDAR JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL

PETUNJUK TEKNIS KESIAPAN SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM


PENERAPAN KELAS RAWAT INAP STANDAR JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan kelas rawat inap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
merupakan amanah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang harus diimplementasikan dengan
berdasarkan prinsip ekuitas. Sesuai dengan amanah Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
dinyatakan bahwa jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Didalamnya juga
dinyatakan bahwa dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah
sakit, maka kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas
standar. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional juga dinyatakan bahwa prinsip
ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah
dibayarkannya.
Seiring perjalanan JKN, didapatkan peningkatan akses pelayanan
kesehatan peserta JKN yang ditandai dengan jumlah utilisasi pelayanan
rawat inap rumah sakit yang meningkat. Disisi lain, tantangan yang
dihadapi adalah terkait pemenuhan prinsip ekuitas. Adanya klasifikasi
-6-

kelas perawatan yang belum terstandar serta belum meratanya akses ke


fasilitas pelayanan kesehatan, pemenuhan tenaga kesehatan dan obat di
semua wilayah mendorong perlunya dibuat kriteria kelas rawat inap
standar JKN yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan ekuitas
pelayanan JKN.
Secara filosofis, konsep kelas rawat inap standar JKN adalah untuk
menjamin adanya kesamaan baik pelayanan medis maupun non medis
pada penyakit yang sama, amenities atau kenyamanan terstandar
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun
berdasarkan pedoman yang ada, namun tetap memberikan ruang untuk
dapat meningkatkan manfaat (dengan naik kelas) sesuai peraturan yang
ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka Kelas Rawat Inap Standar
Jaminan Kesehatan Nasional (KRIS-JKN) merupakan kelas layanan rawat
inap rumah sakit pada program JKN yang ditanggung oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan menstandarisasi
minimum kelas rawat inap JKN melalui 12 kriteria yang harus dipenuhi
oleh rumah sakit, menuju kelas tunggal, mengutamakan keselamatan
pasien dan standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), serta
dimungkinkan naik kelas bagi peserta selain PBI atas pembiayaan sendiri,
pemberi kerja atau asuransi kesehatan tambahan.
Kriteria penyusunan KRIS-JKN tidak disusun baru, tetapi diambil
dari kebijakan kriteria Kementerian Kesehatan yang telah disusun selama
ini. Kriteria tersebut salah satunya bertujuan untuk mewujudkan tertib
pengelolaan bangunan dan prasarana yang menjamin keandalan teknis
bangunan dan prasarana dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, kelas rawat inap standar
dilaksanakan paling lambat 1 Januari 2023, namun dalam
pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap oleh seluruh rumah
sakit baik milik kementerian/lembaga, pemerintah daerah atau swasta
yang bekerja sama dalam program JKN. Selain pentahapan diatas, juga
dilakukan pentahapan kriteria kelas standar yang dimulai dari kriteria 1-9
dan dilanjutkan dengan kriteria 10-12. Berdasarkan hal tersebut, maka
diperlukan suatu petunjuk teknis yang diharapkan dapat menjadi acuan
dalam mempersiapkan sarana prasarana rumah sakit dalam penerapan
-7-

kelas rawat inap standar untuk program jaminan kesehatan nasional di


seluruh Rumah Sakit di Indonesia.

B. Tujuan
Petunjuk teknis ini menjadi acuan dalam mempersiapkan sarana dan
prasarana rumah sakit dalam penerapan Kelas Rawat Inap Standar
Jaminan Kesehatan Nasional (KRIS-JKN).

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam petunjuk teknis ini mengatur tentang 12 (dua
belas) kriteria kelas rawat inap standar, tahapan pelaksanaan, instrumen
penilaian, serta monitoring dan evaluasi.

D. Sasaran
1. Kementerian Kesehatan;
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan;
3. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN);
4. Dinas kesehatan daerah provinsi dan dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota;
5. Rumah sakit; dan
6. Kementerian/lembaga terkait.
-8-

BAB II
KRITERIA KELAS RAWAT INAP STANDAR

Dalam pelaksanaan kelas rawat inap standar dibutuhkan kriteria


berdasarkan sarana prasarana yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Saat ini
telah ditetapkan kriteria kelas standar yang ditujukan untuk pelayanan rawat
inap secara umum. Semua lingkungan perawatan pasien di ruang rawat inap
secara umum diupayakan seminimal mungkin kandungan partikel debu,
mikroorganisme dan spora.
Kelas rawat inap standar mempunyai 12 kriteria yang harus dipenuhi,
antara lain:
1. Komponen bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat
porositas yang tinggi.
a. Maksud dan Tujuan
Komponen bangunan tidak memiliki porositas yang tinggi agar tidak
mudah menyimpan debu dan mikroorganisme yang menyebabkan
transmisi serta memudahkan untuk dibersihkan.
b. Uraian
Objek komponen-komponen bangunan yang di cek, antara lain:
1) Lantai
Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap
air mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, tidak
bergelombang, dan tidak menimbulkan genangan air.
2) Dinding, plafon/langit-langit, pintu, jendela
tidak terdapat lekukan-lekukan (profil) dan tidak berpori yang
berpotensi menyimpan debu, material/bahan pelapis dinding
anti bakteri.
2. Ventilasi Udara
a. Maksud dan Tujuan:
Pertukaran udara dalam ruang perawatan bertujuan untuk
kepentingan dilusi udara (konsentrasi mikroorganisme didalam
ruangan tetap rendah sehingga mengurangi resiko transmisi).
b. Uraian
Pertukaran udara pada ruang perawatan biasa (non intensif) minimal
6x pergantian udara perjam dan untuk ventilasi alami harus lebih
dari nilai tersebut serta ruang isolasi minimal 12x pergantian udara
perjam. Untuk mengukur pertukaran udara dilakukan dengan
-9-

menggunakan alat bantu Velocitymeter/ Anemometer/ Vaneometer


dan dilakukan secara berkala.
Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang
aman untuk ventilasi alami dan kebutuhan pencahayaan. Apabila
menggunakan ventilasi alami, maka pada malam hari jendela dapat
ditutup antara lain dengan tirai yang tidak berpori, bertekstur dan
dapat mudah dibersihkan. Selain ventilasi alami, dapat dilakukan
dengan ventilasi mekanik dan campuran (hybrid).
3. Pencahayaan Ruangan
a. Maksud dan Tujuan
Pencahayaan yang baik bertujuan agar pasien dan petugas dapat
melihat dengan jelas kegiatan yang sedang dilakukan dan
menghindari bahaya. Selain itu pencahayaan dilakukan untuk
penyesuaian biologis tubuh dan siklus sirkadian (ritme circadian).
b. Uraian
Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang
ditetapkan dengan standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux
untuk pencahayaan tidur. Pencahayaan diukur dengan luxmeter
pada bidang kerja (tempat tidur).
4. Kelengkapan Tempat Tidur
a. Maksud dan Tujuan
Kelengkapan tempat tidur diberikan untuk kebutuhan daya listrik
alat kesehatan dengan memperhatikan keselamatan pasien serta
memudahkan pasien bila membutuhkan bantuan tenaga kesehatan.
b. Uraian
Setiap tempat tidur di ruang rawat inap memiliki 2 kotak kontak dan
tidak boleh percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan
arus serta bel perawat/nurse call Yang terhubung dengan pos
perawat/nurse station.
5. Nakas per Tempat Tidur
a. Maksud dan Tujuan
Nakas bertujuan untuk menyimpan barang pribadi pasien.
b. Uraian
Setiap tempat tidur memiliki lemari kecil tempat penyimpanan
barang pasien yang dilengkapi dengan kunci.
- 10 -

6. Suhu dan Kelembaban Ruangan


a. Maksud dan Tujuan
Pengaturan suhu dilakukan untuk kenyamanan pasien dan petugas,
jika tidak dipenuhi maka dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.
Pengaturan kelembaban dilakukan untuk mencegah pertumbuhan
kolonisasi mikroorganisme.
b. Uraian
Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada pada
rentang 20oC hingga 26oC (Suhu kamar).
Pengaturan kelembaban ruangan adalah ≤ 60%.
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan menggunakan
thermometer dan hygrometer ruangan secara berkala.
7. Ruang rawat dibagi berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Penyakit (Infeksi,
Non Infeksi), dan ruang rawat gabung.
a. Maksud dan Tujuan
Pembagian ruang rawat dilakukan untuk kenyamanan dan
keselamatan pasien serta pencegahan terjadinya transmisi.
b. Uraian
Dalam 1 (satu) blok/klaster ruang perawatan terdiri dari beberapa
ruangan perawatan.
8. Kepadatan Ruang Rawat (kamar) dan Kualitas Tempat Tidur (TT)
a. Maksud dan Tujuan
Pengaturan kepadatan ruang rawat bertujuan untuk mencegah
transmisi, memudahkan pergerakan petugas dan alat kesehatan
serta kebutuhan ventilasi.
b. Uraian
Kepadatan ruang rawat inap dilihat dari:
1) Antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m adalah jarak antara tepi
tempat tidur ke tepi tempat tidur sebelahnya.
2) Jumlah maksimal tempat tidur per ruang rawat inap 4 tempat
tidur.
3) Ukuran tempat tidur minimal P:200 cm L:90 cm T:50-80 cm.
Pada ruang rawat inap anak, ukuran tempat tidur dapat
disesuaikan dengan usia.
4) Pengukuran tempat tidur dari titik luar ke titik luar tempat
tidur. Tempat tidur menggunakan minimal 2 posisi yaitu elevasi
- 11 -

area kepala dan area kaki (2 crank) dan menggunakan


pengaman di sisi tempat tidur.

Gambar 1: Tempat tidur 2 crank

9. Tirai/Partisi Antar Tempat Tidur


a. Maksud dan Tujuan
Tirai/partisi Bertujuan untuk menjaga kenyamanan pribadi pasien
(privacy) dan rel menempel dengan kokoh di plafon ataupun
menggantung di plafon dengan tujuan untuk keamanan dan
keselamatan pasien.
b. Uraian
1) Rel dibenamkan menempel di plafon atau menggantung dengan
jarak tirai 30 cm dari lantai dan panjang tirai (bagian non
porosif) minimal 200 cm. Jika rel menempel di plafon
menggunakan tirai dengan bahan jaring untuk memperbaiki
ventilasi dan pencahayaan.
2) Tirai menggunakan bahan non porosif (tidak berpori/tidak
menyerap air) berwarna cerah, mudah dibersihkan untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi serta memudahkan
kontrol kebersihan.
- 12 -

Gambar 2: Rel menempel pada plafon

Gambar 3: rel menggantung pada plafon

10. Kamar Mandi Dalam Ruangan Rawat Inap


a. Maksud dan Tujuan
Kamar mandi didalam ruang rawat inap bertujuan untuk
memudahkan akses ke kamar mandi dan kenyamanan.
b. Uraian
Setiap ruang rawat inap memiliki minimal 1 kamar mandi. Arah
bukaan pintu keluar (jika pasien jatuh dapat dibuka), kunci pintu
dapat dibuka dari dua sisi dan memastikan adanya ventilasi (exhaust
fan atau jendela boven).
- 13 -

11. Kamar Mandi Sesuai Dengan Standar Aksesabilitas


a. Maksud dan Tujuan
Bertujuan untuk keselamatan pasien
b. Uraian
Kamar mandi memenuhi standar aksesibilitas sebagai berikut:
1) Ada tulisan/symbol “disable” pada bagian luar.
2) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk pengguna kursi roda.
3) Dilengkapi pegangan rambat (handrail).
4) Permukaan lantai tidak licin dan tidak boleh menyebabkan
genangan.
5) Bel perawat yang terhubung pada pos perawat.
12. Outlet Oksigen
a. Maksud dan Tujuan
Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen pasien setiap
dibutuhkan.
b. Uraian
Setiap tempat tidur memiliki outlet oksigen yang dilengkapi dengan
flowmeter yang berada pada dinding belakang tempat tidur pasien
(bedhead).
- 14 -

BAB III
PERSIAPAN PELAKSANAAN KELAS RAWAT INAP STANDAR

A. Strategi Pemenuhan Tempat Tidur Kelas Standar di Rumah Sakit


Dalam implementasi kelas standar, rumah sakit harus
mempersiapkan antara lain:
1. Mapping seluruh Tempat Tidur (TT) di rumah sakit, termasuk jumlah
ruang yang dimiliki dan jumlah TT di dalamnya.
2. Simulasi TT dengan 12 kriteria kelas standar, sehingga dapat
diprediksi kekurangan TT.
3. Perhitungan unit cost dalam pemenuhan 12 kriteria.

B. Strategi Pemenuhan Sarana Prasarana Kelas Standar


Rumah sakit perlu membuat langkah-langkah internal untuk
melakukan pemenuhan sarana prasarana kelas standar, antara lain:
1. Setiap rumah sakit sebaiknya membentuk tim untuk melakukan
identifikasi dan pemetaan secara detil program tempat tidur, kriteria
arsitektur (finishing interior), dan alat kesehatan yang tidak sesuai
dengan kelas standar.
2. Menyusun rencana perbaikan dan kebutuhan anggaran sesuai
prioritas atau sumber daya rumah sakit:
a. Untuk kriteria yang tidak membutuhkan sumber pendanaan
khusus (pemisahan ruang rawat berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan jenis penyakit), dapat langsung dilaksanakan.
b. Untuk kriteria yang membutuhkan perbaikan minor (tirai dan
pencahayaan) dapat melaksanakan perbaikan dengan
pendanaan yang ada atau sumber daya rumah sakit lainnya.
c. Untuk kriteria yang membutuhkan pemenuhan alat kesehatan
(nakas, TT 3 crank), maka rumah sakit menyusun perencanaan
penganggaran dan pengadaan.
d. Renovasi sedang diperlukan untuk penyesuaian sistem utilitas
(seperti kotak kontak, gas medik, ventilasi, dan pengaturan suhu
mekanik (jika diperlukan)).
3. Untuk kriteria yang berdampak pada pengurangan kapasitas tempat
tidur di satu ruangan (misal kelas 3 dengan 5-6 tempat tidur per
ruangan), rumah sakit perlu mengatur pengalihan tempat tidur ke
ruangan yang tersedia lainnya sehingga dalam satu ruangan
- 15 -

terpenuhi maksimal 4 tempat tidur dengan jarak sesuai kriteria.


Apabila terdapat keterbatasan ruangan maka rumah sakit
melakukan perencanaan pembangunan baru atau renovasi untuk
difungsikan rawat inap baru sesuai kriteria (sehingga kapasitas total
tempat tidur rumah sakit tidak berkurang).
4. Memanfaatkan sumber pembiayaan melalui Badan Layanan Umum
(BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan/atau Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK-Fisik)
(untuk RSUD milik pemerintah), serta pendapatan Rumah Sakit
Swasta.
- 16 -

BAB IV
INSTRUMEN SURVEI PENILAIAN KESIAPAN KELAS RAWAT INAP STANDAR
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

Untuk melihat kesiapan sarana prasarana sesuai kriteria kelas rawat inap
standar dalam program JKN, rumah sakit dapat menggunakan instrumen
kesiapan penerapan Kelas Rawat Inap Standar Jaminan Kesehatan Nasional
(KRIS-JKN). Selain itu, Instrumen ini dapat digunakan untuk survei lapangan
dalam menilai kesiapan rumah sakit dalam impelementasi kelas standar.

A. Petunjuk Pengisian
1. Setiap rumah sakit mengisi setiap pertanyaan pada instrumen survei
penilaian sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.
2. Pertanyaan terdiri dari 5 bagian yang terdiri dari profil rumah sakit,
data ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, data ketersediaan
tempat tidur ruang rawat inap biasa, data kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Non JKN.

B. Profil Rumah Sakit


1 Nama RS :
2 Alamat :
3 Jenis RS : RS Umum / RS Khusus
4 Kelas RS :
5 Kategori RS : RS Vertikal/ RSUD Prov/ RSUD Kab/ RSUD
Kota
RS TNI/ RS POLRI / RS BUMN / RS Swasta
6 Akreditasi RS : Paripurna/ Utama/ Madya/ Dasar/ Perdana/
Belum Akreditasi

C. Data Ketersediaan Tempat Tidur (TT) di Rumah Sakit


No Komponen Jawaban
1 Jumlah total TT RS
2 TT Ruang Biasa
3 TT Isolasi
4 TT Intensif ICU =
NICU=
- 17 -

No Komponen Jawaban
PICU =
Intensif lainnya =
5 TT Lain (TT IGD,
Ruang Bersalin, Dll)
6 BOR RS
7 TOI
8 ALOS

D. Data Ketersediaan Tempat Tidur (Ruang Rawat Inap Biasa)


No Komponen Kelas III Kelas II Kelas I VIP VVIP
1 Jumlah ruang
rawat inap biasa
2 Jumlah tempat
tidur dalam 1
kamar
3 Total tempat tidur
4 Estimasi
kehilangan TT
terkait kelas
standar *

E. Data Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Non JKN


No Komponen Kelas III Kelas II Kelas I VIP VVIP
1 Jumlah peserta
JKN rawat inap
(per tahun)
2 Jumlah peserta
non JKN (per
tahun)
3 Persentase pasien
JKN
4 Persentase pasien
non JKN
- 18 -

12 (Dua Belas) Kriteria Kelas Rawat Inap Standar JKN

No Komponen Persentase Ruangan yang Memenuhi Syarat


(Total TT Rawat Inap)
<20% 20-39% 40-59% 60-79% >=80%
1 Bahan bangunan
tidak memiliki
porositas yang tinggi
(Tidak menyimpan
debu dan
mikroorganisme)
2 Ventilasi minimal 6x
pergantian udara
perjam (6 ACH)
3 Pencahayaan
ruangan standar
250 lux untuk
penerangan dan 50
lux untuk
pencahayaan tidur
4 Kelengkapan TT
a. Minimal 2 kotak
kontak dan tidak
boleh
percabangan/
sambungan
langsung tanpa
pengamanan
arus
b. Nurse Call yang
terhubung
dengan nurse
station
5 Tersedia nakas 1
buah per TT
6 Suhu ruangan
(stabil) : 20-26°C
- 19 -

No Komponen Persentase Ruangan yang Memenuhi Syarat


(Total TT Rawat Inap)
<20% 20-39% 40-59% 60-79% >=80%
7 Ruangan telah
terbagi atas jenis
kelamin, usia, jenis
penyakit (infeksi,
non infeksi, ruang
rawat gabung)
8 Kepadatan ruang
rawat & kualitas TT
a. Antar tepi TT
minimal:1,5 M
b. Jumlah kamar ≤
4 TT
c. Ukuran TT
minimal P: 200
cm, L = 90 cm
dan T : 50 - 80
d. TT 2 crank
9 Tirai/partisi rel
dibenamkan dan
menempel di plafon
dan bahan tidak
berpori
a. Rel dibenamkan
di plafon
b. Rel digantung
c. Jarak tirai 30 cm
dari lantai dan
panjang tirai
minimal 200 cm
d. Bahan tirai tidak
berpori, berwarna
cerah dan mudah
dibersihkan
- 20 -

No Komponen Persentase Ruangan yang Memenuhi Syarat


(Total TT Rawat Inap)
<20% 20-39% 40-59% 60-79% >=80%
10 Kamar mandi dalam
ruangan rawat inap
• Arah bukaan
pintu keluar,
• Kunci pintu
dapat dibuka dari
dua sisi,
• Adanya ventilasi
(exhaust fan atau
jendela boven)
11 Kamar mandi sesuai
dengan standar
aksesibilitas
• Ada
tulisan/symbol
“disable” pada
bagian luar.
• Memiliki ruang
gerak yang cukup
untuk pengguna
kursi roda
• Dilengkapi
pegangan rambat
(handrail)
• Permukaan lantai
tidak licin dan
tidak boleh
menyebabkan
genangan
• Bel perawat yang
terhubung pada
pos perawat
12 Outlet oksigen
- 21 -

F. Hambatan dan Kendala


…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai