TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SENTRAL MEDIKA
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI
Ditetapkan : KARAWANG
Pada tanggal : 3 JANUARY 2022
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Ruang Lingkup..............................................................................2
C. Batasan Operasional.......................................................................3
A. Denah ruang..................................................................................7
B. Standar fasilitas.............................................................................7
A. Penyelenggaraan Makanan..........................................................13
B. Pelayanan gizi ruang rawat inap.................................................24
BAB V LOGISTIK...........................................................................32
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek,diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar
mampu bersaing dengan Negara lain.
Kesehatan dan gizi merupakan factor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu Negara,yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi,umur harapan hidup dan tingkat pendidikan.Tingkat
pendidikan yang tinggi hanya dapat di capai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi
baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun
pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu
institusi kesehatan,diantaranya rumah sakit.
Dampak gizi terhadap kesehatan seseorang telah banyak diketahui.Asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan,baik kelebihan maupun kekurangan zat gizi
erat kaitannya dengan peningkatan resiko penyakit maupun komplikasinya.Kelebihan
gizi beresiko terhadap timbulnya penyakit degenerative, sementara kekurangan gizi
berdampak terhadap timbulnya penyakit infeksi, lamanya penyembuhan dan lama
hari rawat.namun kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian dukungan gizi yang
tepat melalui pelayanan asuhan gizi yang berkualitas.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap
orang ,memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang
bermutu.Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat
proses penyembuhan pasien,yang berarti pula memperpendek lama hari rawat
sehingga dapat menghemat biaya pengobatan.Keuntungan lain jika pasien cepet
sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan
keluarganya.Hal ini sejalan dengan perkembangan IPTEK di bidang Kesehatan,
dimana telah
1
berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari asuhan medis,asuhan
keperawatan dan asuhan gizi.
Dibuatnya Pedoman Gizi Rumah Sakit Amanda Serang, yang mengacu pada
buku Pedoman Gizi Rumah Sakit ( PGRS ) yang telah diterbitkan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2005,yang telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan
tehnologi (IPTEK) dibidang kesehatan dan kedokteran serta kondisi di Indonesia saat
ini.Sejalan dengan dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi di Rumah
Sakit Sentral Medika,diharapkan pedoman ini dapat menjadi pegangan atau acuan
bagi Rumah Sakit Sental Medika. untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai
dengan indicator yang telah di tetapkan.
B RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit Sentral Medika terdiri
dari : Asuhan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan
C BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik bersumber dari
buku pedoman yang lama maupun dari sumber sumber lain yang dipandang sesuai
dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini.
2
2. Pelayanan Gizi
Adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi kesehatan
di rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan
gizi
Adalah tereapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis
atau kondisi luka luka,serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien /
pasien sesuai dengan intervensi yang telah di berikan,agar klien / pasien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi gizi
Adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/ pasien untuk penyembuhan
penyakit sesuai dengan hasil diagnosis,termasuk konseling, baik sebelum
perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi diet: adalah pelayanan dietetic yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Perskripsi diet Rencana diet : adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan rencana diet dibuat oleh nutrisionis /
dietisien.
8. Konseling gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga
membantu klien atau pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan
oleh nutrisionis/dietisien.
3
9. Nutrisionis: Seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
dibidang pelayanan gizi,makanan dan dietetic, baik di masyarakat maupun rumah
sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10 Food model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan,yang di gunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
11 Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit dan atau pasien rumah sakit yang
sudah berstatus rawat jalan.
12 Mutu pelayanan gizi : suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan
gizi sesuai dengan standard an memuaskan baik kualitas dari petugas maupun
sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pendidikan
1. Koordinator Unit Pelayanan Gizi : S 1 gizi
2. Ahli Gizi : Min D3 Gizi
3. Pelaksana Gizi
a. Juru masak : SMU Tenaga terlatih / SMK Tata Boga
b. Pramusaji : SMU Tenaga terlatih / SMK Tata Boga
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Koordinator Unit Pelayanan Gizi
Koordinator Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit Sentral Medika bertugas
memimpin / mengawasai penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit,yang
pada umumnya bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Penunjang Medis.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit,umumnya tugas
dan fungsi koordinator gizi RS Sental Medika bertanggung jawab atas
penyelenggaraan makan pasien rawat inap.penyelenggaraan makan tersebut
meliputi : perencanaan menu,pemesanan bahan pangan, Pengadaan bahan pangan,
Persiapan,pengolahan,penyajian/ pemorsian hingga distribusi makan untuk pasien
rawat inap serta memonitor penyelenggaraan asuhan gizi rawat inap.
2. Ahli Gizi
Bertugas melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet.Menegakan diagnosis gizi
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Menentukan tujuan dan
merencanakan intervensi dengan menghitung
5
kebutuhan zat gizi , bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang
sesuai dengan keadaan pasien. Membnerikan pelayanan dan penyuluhan gizi serta
konseling gizi pada pasien dan keluarga.
Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi
3. Pelaksana gizi sebagai juru masak :
Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai dari
pemesanan bahan makanan basah,persiapan ,pengolahan hingga penyajian
4. Pelaksana gizi sebagai pramusaji
Yaitu pelaksana kegiatan pemorsian makanan di ruang pemorsian sampai
penyajian ke pasien.
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Denah ruang Unit Pelayanan Gizi sesuai dengan alur penyelenggaraan makanan, yaitu
meliputi
B. STANDAR FASILITAS
7
3. Ruang persiapan bahan makanan
Tempat persiapan di gunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu,
meliputi kegiatan membersihkan,mencuci, mengupas, menggiling, memotong,
mengirisdan lain lain sebelum bahan makanan di masak.Ruang ini hendaknya
dekat dengan ruang penyimpanan serta pemasakan.Ruang ini harus cukup luas
untuk menampung bahan, alat, pegawai dan alat transportasi.
4. Ruang pengolahan
Tempat ini cukup luas untuk area pengolahan makanan, dibersihkan setiap hari.
5. Ruang pencucian dan penyimpanan alat masak
Tempat pencucian alat masak terpisah dengan tempat pencucian bahan
makanan.Alat alat masak besar dan kecil hendaknya disimpan dalam rak
penyimpanan alat yang tersusun rapih sehingga memudahkan pengawas untuk
inventarisasi alat.Fasilitas pencucian peralatan hendaknya tersedian air mengalir
dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi ( 1,2 kg/cm3).Tersedia sabun dan lap
pengering yang bersih.
6. Ruang pemorsian / penyajian
Tempat ini cukup luas disesuikan dengan jumlah porsi yang akan di sajikan,
jumlah petugas ,keluar masuk alat transportasi, jumlah bahan, meja pemorsian dan
cukup ventilasi
7. Tempat pembuangan sampah
Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung sampah
yang di hasilkan dan harus segera di kosongkan setelah sampah telah terkumpul
8. Ruang fasilitas pegawai
Ruang ini adalah ruangan yang di buat untuk tempat ganti pakaian pegawai,
ruangan ini dapat terpisah dari ruang kerja, namun perlu di pertimbangkan tidak
terlalu jauh dari tempat kerja.
9. Ruang administrasi
Tempat ini di gunakan untik penyimpanan berkas berkas penting / administrasi
untuk keperluan unit pelayanan gizi
8
10. Ruang pengawas
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya.Hendaknya ruang ini
terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan di
lingkup penyelenggaraan makanan unit pelayanan gizi.
11. Ruang pencucian alat makan pasien
Tempat khusus untuk pencucian alat makan pasien. Fasilitas
pencucian alat makan:
1. Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan
peralatan
2. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan + 15 psi ( 1,2 Kg
/cm )
3. Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, detergen dan sikat
4. Tersedian tempat pengering alat makan pasien
B Sarana Fisik
9
dan susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang di gunakan.
3 Konstruksi
Persyaratan mengenai kosstruksi tempat pengolahan makanan
a) Lantai : harus kuat,mudah di bersihkan, tidak licin,tidak
menyerap air,
b) Dinding: Halus, mudah di bersihkan, dapat memantulkan cahaya
yang cukup untuk ruangan
c) Langit langit : harus tertutup, di sediakan cerobong asap
d) Penerangan / Ventilasi: Harus cukup, baik penerangan langsung
maupun penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan min 200 lux.
Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau
uap lemak, bau air, dan panas, untuk itu di gunakan exhause fan pada tempat
tempat tertentu.
Ventilasi harus dapat mengatur pergantian udara sehingga ruangan tidak terasa
panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada lantai,dinding atau
langit - langit
C Alur Kerja
Alur kerja yang di maksud adalah urut urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan
makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dari penerimaan bahan makanan,
persiapan, pengolahan. Pemorsian dan distribusi makanan.
b Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat di hemat c Bahan
d Jarak yang di tempuh petugas sependek mungkin dan tidak bolak balik e
10
f Biaya produksi dapat di tekan
11
Locker, kaca, tempat sampah
9 Ruang Administrasi dan ruang pengawas
Meja penyimpanan berkas,file,ATK,komputer , telp, tempat penyimpanan file,
countener kecil tempat penyimpanan buku dan ATK, Buku polio
10 Ruang pencucian alat makan pasien
Wastafel , keran / saluran air panas, bak khusus isolasi, tempat
handsoap, tempat tissue, stiker 5 momen kebersihan tangan.
12
BAB IV
A.PENYELENGGARAAN MAKANAN
Tata laksana pelayanan gizi yang diuraikan dalam penyelenggaraan makanan rumah
sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu
,produksi sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen/pasien, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal ,melalui pemberian diet yang
tepat.Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan,pelaporan dan evaluasi.
Tujuan Penyelenggaraan makanan dirumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya.
Penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh unit pelayanan gizi di Rumah Sakit
Sentral Medika adalah sistim swakelola,maka instalasi atau unit pelayanan gizi di Rumah
Sakit Sentral Medika bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan
penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan hingga distribusi serta pencatatan dan
pelaporan.
Alur penyelenggaraan makanan
1. PERENCANAAN MENU
a. Pengertian
13
b. Tujuan
Tersedianya makanan yang memenuhi selera makan pasien baik rasa,
penampilan, tekstur dan variasi makanan dengan siklus teratur. Sehingga dapat
memenuhi salah satu kepuasan pasien terhadap pelayanan makan pasien.
1) Membuat tim kerja penyusun menu yang terdiri dari Kepala Unit Gizi /
Pengawas, Pelaksan gizi ruang pengolah makanan, Ahli gizi
penyelenggaraan makan pasien
2) Menetapkan Macam menu : menu standar , menu pilihan dan
kombinasi
3) Siklus menu di buat untuk menu 10 hari + 1
4) Siklus menu di buat setiap 6 bulan
5) Penetapan besar porsi sesuai URT ( Ukuran Rumah Tangga) dalam Daftar
bahan makanan penukar
6) Mengumpulkan macam hidangan untuk makan pagi, Siang dan sore pada
satu putaran menu termasuk jenis makanan selingan sesuai diet pasien
7) Format menu di buat sesuai dengan pola
8) Ayam – telur puyuh – daging – ikan
Atau
9) Telur – ayam- daging cincang- telur puyuh –filet ayam
14
2. PEMESANAN BAHAN MAKANAN
a. Pengertian
b. Tujuan
15
3. PENGADAAN BAHAN PANGAN
a. Pengertian
a. Pengertian
b. Tujuan
4) Bahan pangan yang belum di pakai di simpan sesuai tempat dan suhu
a. Pengertian
16
penyimpanan bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
pelaporannya.
b. Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat sesuai dengan perencanaan.
Beri label sesuai SPO agar sistem FIFO berjalan dengan benar
b) Beri label sesuai SPO agar sistem FIFO berjalan dengan benar
e) Masukan jumlah bahan makanan kering dalam kartu stok dan form
pencatatan pelaporan bahan makanan kering
17
d. Syarat penyimpanan bahan makanan segar:
Karena bahan makanan segar mudah sekali rusak dalam suhu tinggi atau sinar
matahari, maka bahan makanan ini harus disimpan dalam tempat yang dingin
sesuai dengan suhu yang yang diperlukan.
1) Penyimpanan bahan makanan basah harus sesuai tempat dan suhu, sehingga
bahan makanan basah tidak mudah rusak.
2) Pengecekan terhadap suhu dilakukan tiga kali sehari dan pembersihan lemari
es / ruangan pendingin di lakukan berkala.
4) Pada beberapa tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam
alat pendingin tersebut.
5) Semua bahan yang akan dimasukkan kelemari atau ruang pendingin sebaiknya
di bungkus plastic food grade atau kertas timah.( contoh : ayam di bungkus
plastik food grade tiap 10 potong )
6) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makan
yang tidak berbau.
18
6. PERSIAPAN BAHAN MAKANAN
a. Pengertian
Prasyarat
a. Pengertian
b. Tujuan
19
d) Tersedianya aturan dalam menilai hasil pemasakan / pengolahan bahan
pangan
e) Tersedianya prosedur tetep dalam pengolahan makanan
8. PENYAJIAN MAKANAN
a. Pengertian
20
2) Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke
tempat penyajian
3) Prinsip penyajian makanan
4) Prinsip pewadahan : setiap jenis makanan matang siap saji ditempatkan dalam
wadah terpisah dan tertutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
5) Prinsip kadar air : makanan yang mengandung kadar air tinggi, baru dicampur
menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi
6) Prinsip edible part : setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang dapat
dimakan (menghindari kecelakaan salah makan)
7) Prinsip pemisah : setiap makanan yang disajikan terpisah satu dengan yang
lain.
8) Prinsip panas : penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan panas,
hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
selera makan. Perhatikan suhu makanan, sebelum makanan ditempatkan dalam
alat saji (bean merry), makanan harus berada pada suhu > 60°C
9) Prinsip bersih : setiap alat peralatan saji dan alat makan pasien, harus higienis,
utuh, tidak cacat atau rusak
10) Prinsip handling : setiap penanganan makanan tidak boleh kontak
langsung dengan anggota tubuh.
11) Prinsip tepat penyajian : (disesuaikan dengan kepas pelayanan dan
kebutuhan) : tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat volume
(sesuai jumlah)
9. DISTRIBUSI MAKANAN
a. Pengertian
21
b. Tujuan
22
Untuk makanan cair yang diberikan oral, petugas gizi akan mengirimnya
langsung ke pasien, agar pasien dapat langsung mengkonsumsinya.
Masing – masing cara distribusi makan pasien mempunyai keuntungan dan
kelemahan sebagai berikut:
Keuntungan cara desentralisasi :
1) Tidak memerlukan tempat yang luas , peralatan makan yang ada di dapur
ruangan tidak banyak.
3) Makanan dapat di hidangka lebih rapi dan baik serta dengan porsi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
23
B. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang di mulai dari proses
pengkajian gizi ,diagnosa gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan ,
penyuluhan / edukasi dan konseling gizi serta monitoring dan evaluasi
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan,mempertahankan dan meningkatkan status gizi
2. Sasaran
Pasien dan Keluarga
3. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut
1) Skrining gizi
a) Pengertian
Skrining gizi adalah prosesidentifikasi adanya risiko malnutrisi akibat
penyakit pada pasien baru masuk secara tepat dan cepat
b) Tujuan
Mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien baru sedini mungkin, sehingga
pasien yang berisiko malnutrisi dapat segera di kaji masalah gizinya dan
mendapat intervensi gizi yang tepat, sehingga status gizi pasien selama di rawat
dapat di perbaiki dan tidak .semakin memburuk
Skrining dilakukan 1 x 24 jam, dalam kondisi tertentu maksimal 2 x 24 jam
setelah pasien masuk dari Rumah Sakit. Metode skrining untuk pasien dewasa
menggunakan metode MST ( Malnutrition Screening Tools ) . Skrining gizi
untuk pasien anak menggunakan metode Strong- kids.
Hasil skrining pasien dengan risiko rendah ulangi skrining setiap 7 hari.
Hasil skrining pasien dengan risiko sedang , monitoring tiap 3 hari, buat asuhan
gizi, gunakan form skrining gizi lanjut. Hasil skrining pasien risiko
tinggi,monotoring setiap hari, buat asuhan gizi, ulangi skrining tiap
24
7 hari dengan menggunakan form skrining gizi lanjut.Semua kegiatan gizi di
mulai skrining hingga konsultasi gizi tertulis dalam form terintegrasi.
1. Antropometri
2. Data Biokimia
25
3. Data Klinik / Fisik
4. Diagnosa Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul
dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih masalah gizi yang
spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada.
a. Domain Asupan
b. Domain Klinis
c. Domain prilaku/lingkungan
5. Intervensi Gizi
26
a. Perencanaan intervensi
27
Makanan di RS umumnya berbentuk makanan biasa, lunak, saring,
dan cair.
(2.) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
atau zat gizi dari berbagai sumber.
(3). Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
28
4. Koordinasi Pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang
terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang
terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui
peranan masing-masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan.
29
2. Melakukan assesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang beresiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa
dan interpretasi data riwayat gizi, riwayat personal, pengukuran
antropometri, hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik
terkait gizi.
3. Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
4. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi/konseling.
5. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.
6. Koordinasi dengan dokter,perawat, farmasi dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
7. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi
8. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
9. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada
klien/pasien dan keluarganya.
10. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.
11. Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum
tercapai.
12. Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.
13. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral,
elektrolit dan nutrisi parenteral.
2. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat
dan makanan.
30
e. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara
berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan
gangguan menelan yang berat.
31
BAB V
LOGISTIK
Pengertian
b. Bagian dari rumah sakit yang menyediakan barang dan bahan yang diperlukan untuk
kegiatan operasional rumah sakit dalam jumlah,kualitas dan pada waktu yang tepat
sesuai kebutuhan dengan harga yang efisien. Beberapa kepentingan rumah sakit dalam
melakukan kegiatan logistik yang perlu mendapat perhatian yakni :
a. Operasional : Barang harus tetap tersedia dan bahan dalam jumlah yang tetap
Tujuan
Tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit dapat diuraikan dalam tiga tujuan pokok,
yaitu:
a. Tujuan operasional : agar tersedia barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kwalitas yang memadai pada waktu yang dibutuhkan
32
Pembiayaan Bahan Makanan.
Makanan merupakan elemen biaya yang cukup besar di setiap institusi,Jika dikendalikan
dengan baik akan dapat menjamin tercapainya keuntungan dan tujuan yang optimal.
Meskipun biaya makanan sangat tergantung pada fluktuasi harga, akan tetapi dapat
dikendalikan, oleh karena itu perlu sistem pengendalian biaya makan yang efektif, disamping
itu biaya makan merupakan anggaran yang besarnya kurang lebih 50 % dari biaya
penyelenggaraan pelayanan gizi diinstitusi terserap untuk pembelian bahan makanan.
Pengendalian biaya bahan makanan dapat dilakukan pada semua proses penyelenggaraan
makanan mulai dari perencanaan menu sampai dengan distribusi makanan dan penjualan.
Bahan makanan ini di pesan dan di beli langsung ke tempat penjualan bahan makanan
basah sesuai kualifikasi bahan makanan. Jika kondisi bahan makanan yang ada di pasaran
tidak sesuai dengan kualifikasi bahan makanan yang di minta maka bahan makanan
tersebut tidak di beli dan di ganti dengan bahan makanan yang lain ,yang sesuai dengan
nilai gizi serta kualifikasi.
Bahan makanan kering di beli secara langsung dengan periode 1 kali dalam sebulan.
Bahan pangan kering di beli dengan jumlah sesuai permintaan yang tercatat dalam form
pencatatan bahan makanan kering dan di sesuaikan dengan kebutuhan.
3. Peralatan penunjang
33
Peralatn lain yang disediakan di logistic untuk memenuhi keperluan RS Sentral Medika
adalah bahan untuk keperluan penyajian makan pasien seperti wraping film,tissue
,sedotan,lebel,ATK, semua formulir dan dokumen yang terkait di lingkup unit pelayanan
gizi , permintaan B3, dsb
34
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat dengan
kejadian yang diebabkan oleh kelalaian petugas,yang dapat mengakibatkan kontaminasi
bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan
dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan yang terorganisir,
dikerjakan sesuai dengan prosedur ,tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya,istirahat yang cukup.Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya,biasanya
terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat
menyebabkan kerusakan pada alat-alat , makanan dan “melukai” karyawan/pegawai.
1. Pengertian
Keselamatan kerja ( safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian /kesengajaan.
2. Tujuan
35
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau , kelembaban , debu, kotoran, asap,
uap,gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik /
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
j. Memelihara kebersihan , kesehatan dan ketertiban.
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja,alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,binatang,tanaman atau
barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat , perlakuan dan penyimpanan
barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik.
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Upaya – upaya tersebut juga berlaku bagi karyawan / pegawai yang bekerja pada
penyelenggaraan makanan atau pelayanan gizi di rumah sakit.
1. Letak,bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah di tentukan
2. Ruang ruang pengolahan cukup luas,denah sesuai alur dan bahan bahan sesuai
konstruksi yang memenuhi syarat
b. Adanya pengawasan kerja yang di lakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai .
36
d. Volume kerja yang dibeban kan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
1. Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat
dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat
yang tajam (berbahaya).
8. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan.
37
4. 2. Di Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan
1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya : menggunakan
pisau, golok, parutan kelapa dengan baik dan tidak bercakap- cakap selama
menggunakan alat tersebut.
2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan /mengolah bahan makanan.
3. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya
4. Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
6. Berhati-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin, lampu,
gas/listrik dan lainnya
7. Meneliti dulu semua peralatan sebelumdigunakan
8. Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya.
9 Mengisi panci-panci sesuai menurut ukuran semestinya, dan jangan
melebihi porsi yang ditetapkan.
10 Tidak memuat kereta/troley makan melebihi kapasitasnya. 11
Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
12 Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan
pengisiannya.
13 Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh.
14 Bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur.
15 Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng. 16
Menggunakan alat pelindung kerja, seperti : celemek, dan penutup rambut.
38
4. 3. Di Ruang Pembagian/ Penyajian Makanan
Keamanan dan keselamatan kerja di ruang pembagian makanan dapat tercapai bila :
39
4.4. Alat Pelindung Kerja.
1. Baju kerja ,celemek ,tutup kepala menggunakan bahan yang tidak panas,tidak licin dan
enak di pakai,sehingga tidak mengganggu gerak pegawai pada sewaktu bekerja.
2. Menggunakan sandal yang tidak licin di dalam lingkungan dapur .
3. Menggunakan serbet pada tempatnya/ mengembalikan serbet setelah dipakai.
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dsb.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah
dijangkau.
6. Tersedia alat/obat P3K
40
BAB VII
A.PENGERTIAN
Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan
atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang di tetapkan dapat
mencapai sasaran yang di kehendaki.
Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi sesuai
dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan kegiatan
dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasil guna, di laksanakan sesuai dengan rencana,
pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaandan peraturan perundang undangan
yang berlaku
Pengawasan dan pengendalian ( wasdal ) merupakan unsur penting yang harus dilakukan
dalam proses management.
Fungsi management
41
a. Mengarahkan kegiatan yang telah di tetapkan dalam mencapai tujuan
b. Identifikasi penyimpangan
c. Dapat di capai hasil yang efektif dan efesien
1. Terkoordinasi dengan arus kerja ,dan dapat memberikan informasi langsung kepada
atasan langsung.
2. Terfokus pada titik strategis. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang
orang yang dikendalikan
3. Objektif dan menyeluruh. Sistem harus jelas dan mudah di mengerti oleh orang
orang yang dikendalikan.
4. Fleksibel.Sistem harus mudah,sehingga mudah untuk diterapkan.
5. Secara ekonomi realistis.
6. Akurat / tepat yaitu informasi yang di hasilkan oleh system harus benar.
7. Sistem harus dapat diterima oleh semua pegawai.
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen.Evaluasi ini bertujuan untuk
menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang di susun
sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengawasi dan
mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang di harapkan sesuai dengan standar.
42
B.TUJUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
Pengawasan dan Pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.Fungsi dari kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di Rumah Sakit adalah
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit dapat di katakan berkualitas, bila hasil pelayanan mendekati
hasil yang di harapkan dan di lakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.
Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja instalasi / unit gizi dalam lingkup
kegiatannya ( pelayanan asuhan gizi,pelayananan makanan ,dsb ), sehingga manajemen dapat
menilai apakah organisasi berjalan sesuai jalurnya atau tidak, dan sebagai alat untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaankegiatan untuk masa yang
akan datang
Beberapa indikator yang dapat di gunakan untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan gizi
adalah
Misal% pasien berisiko gizi yang mendapat assesment gizi,% makanan yang tidak di
makan pasien, dsb
Misal
*indikator yang di inginkan : kunjungan awal dietisien pada pasien baru 24-48 jam setelah
pasien masuk ke Rumah sakit, memberikan konseling pada pasien yang berdiet,dsb
43
* indikator yang tidak di harapakan : Keluhan pasien rawat inap terhadap kesalahan
pemberian diet, Tidak ada etiket identitas pasien(nama ,Tanggal lahir dan No Rekam
Medis ) pada makanan yang di berikan,dsb
Untuk memantau dan menilai pencapaian indikator yang telah di tetapkan , di perlukan
data atau informasi yang di peroleh dari catatan dan laporan terkait dengan aspek yang
akan di nilai.
44
BAB VIII
PENUTU
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien
rawat jalan di rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang
tepat bagi klien / pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Selain itu,pedoman ini
juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimlementasikan dan
mengevaluasi kemajuan dan perkembangan pelayanan gizi .
45