Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN

RSIA PERMATA IBUNDA

Jl. Stadion Badak No. 20 Saruni Majasari Pandeglang


TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN PEDOMAN 2
C. RUANG LINGKUP 2
D. BATASAN OPRASIONAL 2
E. LANDASAN HUKUM 3
F. LANDASAN HUKUM 6

BAB II kEGIATAN KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS 5

A. KREDENSIAL DAN RE KREDENSIAL 5


B. PENINGKATAN MUTU PROFESI . 8
C. PEMBINAAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI 12

BAB III ORGANISASI KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 14
A. STRUKTUR ORGANISASI 14
B. URAIAN TUGAS 14
C. TATA HUBUNGAN KERJA 17

D. KUALIFIKASI SDM KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 19


E. RAPAT DAN PERTEMUAN 20
BAB IVSARAN DAN FASILITAS KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 22
A. DENAH RUANGAN 22
B. STANDAR FASILITAS 22
BAB V MONITORING,EVALUASI,DAN PELAPORAN 23

A. MONITORING DAN EVALUASI 23

B. PELAPORAN 23

i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RSIA PERMATA IBUNDA
NOMOR: 149/SK-DIR/RSIA-PI/XI/2022…..
TENTANG
PROGRAM KERJA KOMITE PPA LAIN

DIREKTUR
Menimbang 1. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan tata kelola klinis (Clinical
Governence) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan
pasien lebih terjamin dan terlindungi.
2. Bahwa agar hal tersebut pada huruf a dapat terlaksana dengan baik
maka perlu adanya kebijakan Direktur RSIA Permata Ibunda sebagai
penyelenggaraan Komite PPA Lain di RSIA Permata Ibunda.
3. Bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur RSIA Permata Ibunda.
Mengingat 1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
3. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333 /
Menkes / SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur RSIA Permata Ibunda tentang Kebijakan
Pedoman kerja Komite PPA Lain di RSIA Permata Ibunda.
KEDUA : Kebijakan Penyelenggaraan Komite PPA Lain di RSIA Permata
Ibunda sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Komite PPA Lain di
RSIA Permata Ibunda dilaksanakan oleh Direktur dan Komite PPA
Lain bertanggung jawab kepada Direktur RSIA Permata Ibunda.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
KELIMA : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
Keputusan ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Pandeglang
Pada Tanggal : 01 NOvember 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tenaga Kesehatan Lain adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit,
didasarkan pada ilmu dan kiat Tenaga Kesehatan Lain, yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
mencakup seluruh proses kehidupan manusia, baik secara independen,
dependen dan atau interdependen sesuai dengan kewenangannya. Tenaga
Kesehatan Lain ini disebut juga dengan Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
lain dan Staf Klinis lain. PPA adalah staf klinis profesional yang langsung
memberikan asuhan kepada pasien.
Fungsi Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lain dan Staf Klinis lain salah
satunya adalah meningkatkan profesionalisme Bidan, Doker Gigi, Apoteker,
Asisten Apoteker, Nutrisionis, Laboratorium, di rumah sakit melalui proses
kredensial bagi seluruh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lain dan Staf
Klinis lain yang akan melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Setelah
dilakukan proses kredensial maka PPA lain dan staf klinis lain akan memiliki
kewenangan klinis. Proses kredensial yang dilakukan oleh Sub Komite
Kredensial PPA lain dan staf klinis lain bersama dengan Mitra Bestari.
Kewenangan Klinis itulah yang dijadikan dasar bagi Direktur Rumah Sakit
untuk memberikan Penugasan Klinis kepada PPA lain dan staf klinis lain.
Dalam hal pelaksanaan fungsi dan tugasnya Komite PPA lain dan Staf
Klinis lainmemerlukan panitia Ad Hoc yang terdiri dari Staf PPA lain dan Staf
Klinis lainnya. Untuk membentuk persamaan presepsi, pemahaman, dan cara
pandang mengenai fungsi dan tugas komite PPA lain dan Staf Klinis lain di
RS maka diperlukan adanya pedoman kerja bagi komite PPA lain dan Staf
Klinis lain di RS. Dengan pemahaman yang sama pada seluruh PPA lain di RS
diharapkan akan mempermudah terselenggaranya komite PPA dan Staf
lainnya yang bisa membangun iklim kerja profesionalisme PPA lain dan staf
klinis lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan PPA lain dan Staf Klinis
lain di RS, sehingga berdampak pada peningkatan mutu, keselamatan, dan
kepuasan klien Rumah Sakit.
PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 1
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Pedoman bagi komite PPA lain dan Staf Klinis lainnya dalam
menyelenggarakantugas dan fungsinya.

2. Tujuan Khusus
a. Terbentuknya persamaan pemahaman, persepsi dan cara pandang serta
paradigma dalam penyelenggaraan komite PPA lain dan Staf Klinis
lainnya diRS.
b. Terselenggaranya komite PPA lain dan Staf Klinis lainnya di RS
sesuai dengan PMK Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
c. Terbentuknya iklim profesional PPA lain dan staf klinis lain dalam
rangka meningkatkan kualitas asuhan dan pelayanan PPA lain dan Staf
Klinis lain di RS, sehingga berdampak pada mutu pelayanan,
keselamatan pasien, dan kepuasan pelanggan RS.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Komite PPA lain dan Staf Klinis lainnya meliputi:
1. Kredensial dan re-kredensial PPA lain dan Staf Klinis lainnya
2. Mutu profesi staf PPA lain dan Staf Klinis lainnya
3. Etika, disiplin, dan perilaku profesi staf PPA lain dan Staf Klinis lainnya

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Komite PPA lain dan Staf Klinis lainnya adalah wadah non struktural
rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme PPA lain dan Staf Klinis lainnya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi.
2. Staf PPA lain dan Staf Klinis lainnya adalah Seluruh Bidan, Dokter gigi,
Analis Kesehatan, Ahli gizi, Apoteker dan Asisten Apoteker RSIA
Permata Ibunda.
3. Kewenangan klinis adalah uraian intervensi yang dilakukan oleh staf PPA
lain dan Staf Klinis lainnya berdasarkan area praktiknya.
4. Penugasan klinis adalah penugasan yang diberikan oleh Direktur RSIA

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 2


Permata Ibunda terhadap staf PPA lain dan Staf Klinis lainnya untuk
melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan di RSIA Permata Ibunda
berdasarkan daftarkewenangan klinis.
5. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf PPA lain dan Staf Klinis
lain untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis.
6. Panitia AdHoc adalah panitia yang dibentuk oleh Komite PPA lain dan
Staf Klinis lainnya untuk membantu melaksanakan tugas Komite PPA.
7. Mitra bestari (Peer Group) adalah kelompok profesional akademis yang
bekerjasama dengan RSIA Permata Ibunda.
8. Rapat kerja, yaitu rapat yang dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun
untuk membahas rencana kerja

9. Rapat pleno, yaitu rapat koordinasi yang diadakan oleh komite PPA lain
dan Staf Klinis lain untuk melakukan evaluasi terhadap program kerja
yang telah dilakukan.
10. Gap kompetensi adalah kesenjangan yang terjadi antara level kompetensi
yang diperlukan PPA pada jenjang klinisnya dan level kompetensi PPA
yang dimiliki saat ini.
11. Audit adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses atau
hasil asuhan dan pelayanan kesehatan pada klien untuk mengevaluasi
kelayakan dan keefektifan dalam asuhan atau pelayanan. Hal ini dilakukan
sebagai tanggung jawab dalam meningkatkan akuntabilitas dari PPA lain
dan Staf Klinis lain.
12. Continous Profesional Development (CPD) adalah proses yang harus
dilakukan oleh setiap individu dalam rangka mempertahankan dan
memperbaharui perkembangan pelayanan kesehatan melalui penetapan
standar yang tinggi dari praktik profesional.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;

4. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010


PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 3
tentang IzinPraktik Bidan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang
StandarProfesi Gizi
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 378/MENKES/SK/III/2007 tentang
StandarProfesi Tenaga kesehatan Gigi
8. Peraturan Pemerintah no 51 Tahun 2009 tentang Tenaga Kefarmasian
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 370/MENKES/SK/III/2007 tentang
StandarProfesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 4


BAB II
KEGIATAN KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN

A. KREDENSIAL DAN RE-KREDENSIAL


Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya untuk menjaga keselamatan kliennya adalah dengan menjaga
standar profesi dan kompetensi para PPA lain dan Staf Klinis lainnya yang
memberikan asuhan dan pelayanan kesehatan terhadap klien di rumah sakit.
Persyaratan kompetensi ini meliputi dua komponen yaitu:
1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan
keterampilan dan perilaku professional.
2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.
Walaupun PPA lain dan staf klinis lain telah mendapatkan pendidikan
selama perkuliahan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali
kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan dalam lingkup spesialisasi
tersebut, hal ini dikenal dengan istilah kredensialing. Kredensial adalah proses
evaluasi terhadap Staf PPA lain dan Staf Klinis lain untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan klinis. Re- Kredensial adalah proses re-
evaluasi terhadap staf PPA lain dan Staf Klinis lain yang telah memilki
kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan
klinis.
Setelah dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, Rumah
Sakit menerbitkan izin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian
tindakan tertentu di rumah sakit, hal ini dikenal sebagai kewenangan klinis
(clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis tersebut seorang tenaga
kesehatan tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan mandiri maupun
kolaboratif di rumah sakit.
Pada tenaga kesehatan yang baru direkrut kewenangan klinis ini akan
dievaluasi oleh komite dan panitia AdHoc setelah tiga sampai enam bulan
masa orientasi/ setelah tanda tangan kontrak satu tahun. Sedangkan pada
tenaga kesehatan yang sudah lama bekerja di RS akan dilakukan evaluasi
ketika menyelesaikan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan ketika
akan naik pada level tenaga kesehatan klinis selanjutnya. Level jenjang PK di
RSIA PERMATA IBUNDA dikategorikan sbb:
PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 5
Tabel 2.1 Level Jenjang Staf PPA lain dan Staf Klinis lain di RS AN-NISA

Jenjang
TKL TKL1 TKL 2 TKL 3 TKL 4 TKL
5
Pendidikan
-
DIII 0–5 5 – 9 th > 9 th
th
DIV 0–4 4 – 8 th 8 – 12 th > 12 th
th

S1 0–3 3 – 6 th 6 – 9 th > 9 th
th
S2 0–4 > 4 th
th

Kegiatan Sub Komite Kredensial dalam pelaksanaan kredensial dan re-kredensial


adalah:
1. Menerima daftar peserta kredensial (Tanaga kesehatan baru) dari HRD.
2. Menerima daftar peserta re-kredensial (untuk kenaikan level jenjang
PK) daribidang asuhan dan pelayanan.
3. Mengatur jadwal kredensial dan re-kredensial sesuai daftar yang diberikan.
4. Melakukan kredensial tenaga kesehatan baru.
5. Melakukan re-kredensial pada PPA lain dan staf klinis lain yang telah
habis masa berlaku surat penugasan klinisnya.
6. Melaporkan hasil pelaksanaan kredensial dan re-kredensial kepada
Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain untuk diteruskan ke
Direktur RSIA Permata Ibunda
7. Membuat permohonan surat penugasan kepada Direktur RSIA Permata
melalui Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain.
8. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis sesuai dengan hasil kredensial.
9. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga
kesehatan berdasarkan rekomendasi dari sub komite mutu atau etik dan
disiplin.
10. Menyiapkan perangkat kredensial.
a. Formulir permohonan kredensial dan re-kredensial
b. Formulir Self Assesment berisi daftar rincian kewenangan klinis

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 6


Tata cara/ pelaksanaan kredensial maupun re-kredensial dijelaskan lebih
lanjutdalam panduan kredensial dan re-kredensial PPA lain dan Staf Klinis lain.

B. PENINGKATAN MUTU PROFESI


Peningkatan mutu profesi dilakukan oleh Sub Komite Mutu dibantu
dengan Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain. Adapun kegiatan yang
dilakukan untuk peningkatan mutu profesi di antaranya:
1. Penyusunan Data Profil Dasar Asuhan dan pelayanan
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja pada unit berbeda memiliki
kualifikasi

yang berbeda-beda. Berikut merupakan data profil dasar asuhan dan pelayanan:

Tabel 2.2 Data Profil Dasar Staf PPA lain dan Staf Klinis lain sesuai Area Praktik

Kualifika
No Unit si
Pendidikan Persyaratan
Pendidikan Non Formal
Formal Tambahan
1. Pelatihan APN, PPGDON 1. STR
2. Pelatihan Internal: 2. SIP

Ruang  Patient Safety 3. Ijazah


D3/ D4
1  BHD 4. SPK
Perawata Kebidanan
 Komunikasi Efektif 5. RKK
n
 PPI 6. Orientasi
Kebidana
Kegawatdaruratan diRPK
n Obstetri
3. Pelatihan APN, 1. STR
PPGDON,ICU 2. SIP

4. Pelatihan Internal: 3. Ijazah


 Patient Safety 4. SPK
Kamar D3/ D4
2  BHD 5. RKK
Bersali Kebidanan
 Komunikasi Efektif 6. Orientasi di
n kamar
 PPI
 Kegawatdaruratan bersalin
Obstetri

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 7


 ICU

Pelatihan Internal: 1. STR


 Patient Safety 2. SIP
D3
3 Laboratoriu  BHD 3. Ijazah
Analis
m  Komunikasi Efektif 4. SPK
Kesehata
 PPI 5. RKK
n
Pelatihan Internal: 1. STR
 Patient Safety 2. SIP
D3
4 Radiologi  BHD 3. Ijazah
Radiografi
 Komunikasi Efektif 4. SPK
 PPI 5. RKK
Pelatihan Internal: 1. STR
 Patient Safety 2. SIP

5 Gizi S1 Ahli  BHD 3. Ijazah


Gizi  Komunikasi Efektif 4. SPK
 PPI 5. RKK

Pelatihan Internal: 1. STR


D3 Tenaga  Patient Safety 2. SIP
kesehatan  BHD 3. Ijazah
6 Poliklinik
Gigi gigi  Komunikasi Efektif 4. SPK
 PPI 5. RKK
1. Pelatihan Internal: 1. STR
- D3/S1
 Patient Safety 2. SIP
Farmasi
7 Farmasi  BHD 3. Ijazah
- S1
 Komunikasi Efektif 4. SPK
Profesi  PPI 5. RKK

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 8


Apoteker

2. Analisis Gap Kompetensi


Di RS seorang tenaga kesehatan memiliki standar kompetensi sesuai
dengan jenjang klinisnya masing-masing. Komite PPA lain dan Staf Klinis
lain menetapkan bahwa tenaga kesehatan harus menguasai 100%
kompetensi dari daftar rincian kewenangan klinis yang dimiliki sesuai
dengan jenjang klinisnya. Perhitungan persentase kompetensi tenaga
kesehatan dilakukan melalui rumus berikut:

Jumlah kompetensi yang dapat dilakukan mandiri X 100%


Jumlah rincian kewenangan klinis yang dimiliki

Analisis gap kompetensi dilakukan setiap satu tahun sekali untuk


membantu Bidang Asuhan dan pelayanan serta unit Pendidikan dan
Pelatihan Rumah Sakit dalam menentukan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kesehatan.

3. Penyusunan Daftar Rincian Continuing Professional Development (CPD)


CPD adalah proses yang harus dilakukan oleh setiap individu tenaga
kesehatan dalam rangka mempertahankan dan memperbaharui
perkembangan pelayanan kesehatan melalui penetapan standar yang tinggi
dari praktik profesional. Berikut merupakan ketentuan pelaksanaan CPD:
a. Pelaksanaan CPD dilakukan untuk seluruh tenaga kesehatan baik
tenaga kesehatan di unit rawat inap, rawat jalan, maupun rawat khusus.
b. Waktu pelaksanaan CPD dapat dilakukan sepanjang tahu dan terus
menerussesuai dengan kebutuhan.
c. Pemateri untuk pelaksanaan CPD dapat berasal dari internal maupun
eksternal. Pemateri internal terdiri dari tenaga kesehatan atau dokter
yang telah mengikuti seminar/ workshop/ pelatihan mengenai materi
yang akan

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 9


disampaikan/ kompeten di bidangnya. Pemateri eksternal dapat berasal
dari luar RS yang diadakan di lingkungan RS maupun di luar
lingkungan RS Tim pelaksana CPD memerlukan koordinasi dari
berbagai unit di antaranya Komite PPA lain dan Staf Klinis lain (sub
komite mutu), bidang asuhan dan pelayanan (SDM dan CI), serta
Human Resource Development (pendidikan dan pelatihan). Ketiga
bagian ini saling berkoordinasi untuk memenuhi CPD tenaga
kesehatan jika terjadi gap kompetensi dan ketika tenaga kesehatan
akan naik jenjang profesional tenaga kesehatan klinis.
d. Kegiatan CPD dapat berupa:
 Pendikan formal
 Pendidikan non formal berupa on job training, in house training,
dan off job training (pelatihan, seminar/ workshop asuhan dan
pelayanan eksternal, diskusi rutin dalam klinikal grup asuhan dan
pelayanan atau pertemuan Komite PPA lain dan Staf Klinis lain,
midwife class)
e. Selain program CPD berdasarkan level jenjang karir tenaga kesehatan
juga harus mendapatkan pengembangan sesuai dengan gap kompetensi
yang terjadi. Pengembangan dapat dilakukan melalui supervisi/
pendampinganataupun nursing class.

4. Pembahasan Kasus
Pembahasan kasus merupakan suatu proses analisis mengenai proses
asuhan dan pelayanan yang sedang berlangsung maupun hasil asuhan dan
pelayanan pada pasien yang sudah pulang untuk mengevaluasi kelayakan
dan keefektifan tindakan asuhan dan pelayanan. Pembahasan kasus
dilakukan oleh sub komite mutu dibantu dengan ketua Komite PPA lain
dan Staf Klinis lain. Ketentuan pelaksanaan pembahasan kasus yaitu
sebagai berikut:
a. Area pembahasan kasus ialah rawat jalan, rawat inap dan rawat khusus.
b. Pembahasan kasus dilakukan 2x dalam satu triwulan.
c. Tim pembahasan kasus terdiri sub mutu Komite PPA lain dan Staf
Klinis lain dan dibantu oleh ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis
lain.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 10


d. Kasus yang diambil untuk audit asuhan dan pelayanan ialah kasus
pasien meninggal, kejadian luar biasa, LOS memanjang, atau kasus
sulit.
e. Hal-hal yang dievaluasi dari pembahasan kasus ialah keseluruhan
proses asuhan dan pelayanan mulai dari asesmen, diagnosis, tujuan
asuhan, intervensi, dan evaluasi asuhan dan pelayanan.
Tata cara/ mekanisme pelaksanaan pembahasan kasus dijelaskan lebih
lanjut dalam panduan pembahasan kasus.

5. Audit Asuhan dan pelayanan


Audit Asuhan dan pelayanan adalah suatu proses analisis data yang
menilai tentang proses asuhan dan pelayanan atau hasil asuhan dan
pelayanan pada klien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan
tindakan asuhan dan pelayanan akan bertanggung jawab hal ini akan
meningkatkan akuntabilitas dari tenaga kesehatan. Audit asuhan dan
pelayanan dilakukan oleh sub komite mutu dibantu dengan ketua Komite
PPA lain dan Staf Klinis lain. Ketentuan pelaksanaan audit asuhan dan
pelayanan yaitu sebagai berikut:
a. Area audit asuhan dan pelayanan ialah rawat inap, rawat jalan, dan
rawat khusus.
b. Audit asuhan dan pelayanan dilakukan 3 bulan sekali.
c. Tim audit asuhan dan pelayanan terdiri sub mutu Komite PPA lain dan
Staf Klinis lain dan dibantu oleh ketua Komite PPA lain dan Staf
Klinis lain.
d. Kasus yang diambil untuk audit asuhan dan pelayanan ialah 10
penyakit terbanyak.
e. Hal-hal yang dinilai dari audit asuhan dan pelayanan ialah keseluruhan
proses asuhan dan pelayanan mulai dari asesmen, diagnosis, tujuan
asuhan,intervensi, dan evaluasi asuhan dan pelayanan.
Tata cara/ mekanisme pelaksanaan audit asuhan dan pelayanan
dijelaskan lebih lanjut dalam panduan audit asuhan dan pelayanan.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 11


C. PEMBINAAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Pembinaan etik dan disiplin profesi yang dilakukan oleh Komite PPA lain
dan StafKlinis lain di antaranya:
1. Orientasi mengenai kode etik dan disiplin tenaga kesehatan
Seluruh tenaga kesehatan baru di RS mendapatkan pemaparan
mengenai kode etik, prinsip etik, dan disiplin profesi asuhan dan pelayanan.
Kodeetik asuhan dan pelayanan yang dipaparkan mengacu pada Kode Etik
Asuhan dan pelayanan dari masing-masing profesi.
Prinsip etik asuhan dan pelayanan yang dipaparkan saat orientasi
terdiri dari delapan yaitu:
a. Autunomy
b. Beneficience
c. Justice
d. Non-Maleficence
e. Veracity
f. Fidelity
g. Confidentiality
h. Accountability

Disiplin profesi berarti tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan


maupun pelayanan asuhan dan pelayanan harus sesuai dengan standar
keilmuannya. Standar-standar yang harus dipatuhi di antaranya:
a. Standar pelayanan
b. Standar profesi
c. Standar asuhan
d. Standar prosedur operasional

2. Penyelesaian kasus/ dugaan pelanggaran etik dan disiplin profesi


Sub komite etik dan disiplin asuhan dan pelayanan menerima laporan
dugaan pelanggaran kode etik dan disiplin tenaga kesehatan dari pihak
yang menemukan kejadian tersebut. Penyelesaian kasus/ dugaan
pelanggaran etik tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sub komite etik dan
disiplin namun dibantu dengan Tim AdHoc yang dibentuk sesuai dengan
kompetensi dari masing- masing tim dalam penyelesaian kasus tersebut.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 12


Tata cara/ mekanisme penyelesaian kasus/ dugaan pelanggaran kode etik
dan disiplin tenaga kesehatan dijelaskan lebih lanjut dalam panduan
penyelesaian kasus/ dugaan etik dan disiplin profesi tenaga kesehatan.

D. ORIENTASI
Kegiatan orientasi mengenai Komite PPA lain dan Staf Klinis lain dilakukan
pada saat orientasi kelas dengan jadwal mengikuti jadwal yang diberikan oleh
bagian asuhan dan pelayanan (orientasi khusus). Kegiatan orientasi kepada
tenaga kesehatan baru mengenai Komite PPA lain dan Staf Klinis lain diisi
dengan materi sebagai:
1. Struktur organisasi Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
2. Alur kredensial dan re-kredensial
3. Kode etik dan disiplin profesi tenaga kesehatan
4. Alur penyelesaian dugaan kasus pelanggara etik dan disiplin profesi

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 13


BAB III
ORGANISASI KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN

A. STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTUR

KETUA KOMITE MANAGER


PPA LAIN DAN ASUHAN DAN
PELAYANAN

SUB KOMITE SUB KOMITE SUB KOMITE


KREDENSIAL MUTU ETIK & DISIPLIN

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Komite PPA lain dan Staf Klinis lain

B. URAIAN TUGAS
1. Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
a. Pengertian: Seorang Staf PPA lain dan Staf Klinis lain yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta meningkatkan
profesionalisme tenaga asuhan dan pelayanan yang bekerja di Rumah
Sakit.
b. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab:
1) Memberikan kepemimpinan, dukungan, bimbingan dan arahan
kepada sub komite.
2) Memberikan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit terhadap
standar asuhan dan pelayanan asuhan dan pelayanan.
3) Bersama pengurus lain dan anggotanya menyusun rencana
program Komite PPA lain dan Staf Klinis lain selama satu periode
kepengurusan.
4) Mengesahkan rencana program komite ke Direktur Rumah sakit
dan mensosialisasikan dengan bidang asuhan dan pelayanan dan
anggota Komite PPA lain dan Staf Klinis lain.
5) Terlibat langsung dalam pembuatan, pengembangan dan evaluasi

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 14


standar praktik asuhan dan pelayanan.
6) Ikut serta dalam penyusunan, pelaksanaan pengembangan profesi
asuhan dan pelayanan.
7) Terlibat langsung dalam penyusunan standar etik, evaluasi
penerapan kode etik profesi dan proses pembinaan.

8) Memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah asuhan


danpelayanan.
9) Berkoordinasi dengan bidang asuhan dan pelayanan dalam
pelaksanaan, evaluasi standar praktek asuhan dan pelayanan,
penerapan etik profesi dan peningkatan profesionalisme tenaga
asuhan dan pelayanan.
10) Mereview berbagai isu yang berkembang dan merujuk ke sub
komite yang sesuai.
11) Memberikan pertimbangan tentang penempatan tenaga asuhan dan
pelayanan di Rumah Sakit.
12) Memantau kegiatan/ program kerja dari sub komite.
13) Menjalin hubungan dengan organisasi profesi nasional.
14) Melakukan perbaikan terkait regulasi dari Komite PPA lain dan
Staf Klinislain sesuai dengan standar yang berlaku.

2. Sub Komite Kredensial


a. Pengertian: Seorang Staf PPA lain dan Staf Klinis lain yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam merekomendasikan kewenangan
klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki setiap tenaga
asuhan dan pelayanan.
b. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab:
1) Menyusun daftar rincian kewenangan klinis.
2) Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen
persyaratan terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap
jenis pelayanan asuhan dan pelayanan dan kebidanan sesuai
dengan standar komptensinya.
3) Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial dari bagian SDM

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 15


berupa ijazah.
4) Memfasilitasi tahapan proses kredensial dan re-kredensial sesuai
dengan alur yang ditetapkan.
5) Merekomendasikan pembentukan panita AdHoc untuk proses
kredensial dan re-kredensial jika diperlukan.
6) Merekomendasikan rincian kewenangan klinis sebagai hasil dari
proses kredensial dan re-kredensial kepada ketua Komite PPA lain
dan Staf Klinis lain untuk diteruskan kepada Direktur.

3. Sub Komite Mutu


a. Pengertian: Seorang Staf PPA lain dan Staf Klinis lain yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam memelihara mutu profesi serta

merekomendasikan kebutuhan pengembangan professional


berkelanjutanbagi tenaga asuhan dan pelayanan.
b. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab:
1) Menyusun data dasar profil tenaga asuhan dan pelayanan sesuai
areapraktik.
2) Merekomendasikan perencanaan pengembangan
profesionalberkelanjutan tenaga asuhan dan pelayanan.
3) Melakukan audit asuhan dan pelayanan.
4) Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
5) Merekomendasikan tindak lanjut dari hasil audit asuhan dan
pelayanan, pendidikan asuhan dan pelayanan berkelanjutan serta
pendampingan.

4. Sub Komite Etik dan Disiplin


a. Pengertian: Seorang Staf PPA lain dan Staf Klinis lain yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam merekomendasikan pembinaan
etik dan disiplin profesi.
b. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab:
1) Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga asuhan dan pelayanan
2) Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga asuhan
danpelayanan
3) Melakukan penegakan disiplin profesi asuhan dan pelayanan
4) Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran
PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 16
disiplin dan masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan
asuhan dan pelayanan
5) Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/ atau surat
penugasan klinis (clinical appointment)
6) Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam
asuhan dan pelayanan
7) Memberikan usul rekomendasi pencabutan kewenangan klinis
(clinical privilege) tertentu, memberikan rekomendasi
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian
tindakan disiplin.

C. TATA HUBUNGAN KERJA


DIREKTUR

KOMITE BIDANG
ASUHAN DAN ASUHAN DAN

SELURUH
TENAGA

Gambar 3.2 Tata Hubungan Kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain

1. Direktur: Komite PPA lain dan Staf Klinis lain mempunyai tugas
membantu Direktur meningkatkan profesionalisme tenaga asuhan dan
pelayanan serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu asuhan
pelayanan asuhan dan pelayanan yang berorientasi pada keselamatan
pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi. Komite PPA lain
dan Staf Klinis lain di RSIA Permata Ibunda ditetapkan dengan
keputusan Direktur RSIA Permata Ibunda, untukitu Komite PPA lain dan
Staf Klinis lain memiliki tanggung jawab untuk memberikan laporan
kepada direktur RSIA Permata Ibunda tentang hasil evaluasi mutu
pelayanan asuhan dan pelayanan yang telah dilakukan.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 17


2. Bidang Asuhan dan pelayanan: Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
sebagai mitra kerja dari Bidang Asuhan dan pelayanan dan tidak
bertanggung jawab kepada Manajer Asuhan dan pelayanan. Komite PPA
lain dan Staf Klinis lain bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan
Bidang Asuhan dan pelayanan serta saling memberikan masukan tentang
perkembangan profesi asuhan dan pelayanan dan kebidanan di rumah
sakit. Komite PPA lain dan Staf Klinis lain dan Bidang Asuhan dan
pelayanan juga melaksanakan kerja dan koordinasi secara berkala dan
berkesinambungan melalui rapat koordinasi asuhan dan pelayanan.
3. Seluruh Tenaga kesehatan: Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
memiliki tugas untuk mengevaluasi seluruh tenaga kesehatan yang
bertugas di RSIA Permata Ibunda baik dari segi kewenangan klinis, segi
etik dan disiplin profesi serta dari segi mutu profesi yang kemudian dari
hasil evaluasi dapat dilakukan tindakan oleh Komite PPA lain dan Staf
Klinis lain dan atau bersama dengan bidang asuhan dan pelayanan.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 18


D. KUALIFIKASI SDM KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN
Tabel 3.1 Kualifikasi SDM Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
Kualifikasi Jumlah Tersedia
Nama
Pendidika Masa Pendidikan Persyaratan Kebutuhan
Jabata n
kerja non formal tambahan
n formal

Ketua D3 3 tahun 1. Manajeme 1. Mampu 1 1


Komite Kebidanan sebagai nbangsal bekerja
PPA lain tenaga 2. Pelatiha dalam
dan Staf kesehata nAsesor Tim
Klinis n 2. Sehat

lain manager jasmani


dan
rohani
Sub D3 Minimal Komite PPA 1. Mampu 1 1
Komite Kebidanan 2tahun lain dan Staf bekerja
Kredensi Klinis lain dalam
al Tim
2. Sehat
jasmani
dan
rohani
Sub D3 Minimal 1. Komite 1. Mampu 2 2
Komit Kebidanan 2tahun PPAlain bekerja
e dan dalam
Mutu Staf Tim
Klin 2. Sehat

islain jasmani
2. Patien dan
t rohani
safety

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 19


Sub Mutu D4 Minimal 1. Komite 1. Mampu 1 1
Etik dan Kebidanan 2tahun PPAlain bekerja
Disiplin dan dalam
profesi Staf Tim
Klin 2. Sehat
islain jasmani
2. Patient dan
rohani
safety

E. RAPAT DAN PERTEMUAN


Rapat Komite PPA lain dan Staf Klinis lain terdiri dari dua macam yaitu:
1. Rapat Kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
a. Rapat Kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain dilaksanakan dalam
setahunsekali dan bersifat terbuka.
b. Rapat Kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain dipimpin oleh
Ketua Komite serta dihadiri oleh Sub Komite Kredensial, Mutu, Etik
dan Disiplin.

c. Agenda rapat kerja adalah membuat rencana/ program kerja asuhan


dan pelayanan dalam 1 tahun.
d. Kehadiran rapat kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain adalah
100% pengurus komite.

2. Rapat Pleno
a. Rapat Pleno Komite PPA lain dan Staf Klinis lain diadakan sewaktu-
waktu bila dibutuhkan
b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
serta dihadiri oleh Sub Komite, Koordinator, ataupun Supervisor
Asuhan dan pelayanan.
c. Agenda rapat pleno adalah membahas pelaksanaan program kerja,
melakukan evaluasi program kerja, koordinasi antar komite dan bidang
asuhan dan pelayanan, penentuan kewenangan klinis, atau pembahasan
masalah etik dan disiplin Staf PPA lain dan Staf Klinis lain.
d. Kehadiran rapat pleno adalah 1/2n+1 dari peserta rapat yang
diharapkan hadir.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 20


Komite PPA lain dan Staf Klinis lain juga melakukan pertemuan dengan
tenaga kesehatan di RSIA Permata Ibunda. Pertemuan Komite PPA lain dan Staf
Klinis lain dapat berisi mengenai penyampaian hasil audit asuhan dan pelayanan
dan pembahasan kasus.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 21


BAB IV
SARANA DAN FASILITAS KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS
LAIN

A. DENAH RUANG
Ruangan Komite PPA lain dan Staf Klinis lain terletak di lantai 4 gedung B
RSIA permata Ibunda Tangerang.

Lemari
Lemari

J Meja
e
n
Meja
d
e
l
a

Gambar 4.1 Denah Ruang Komite PPA lain dan Staf Klinis lain

B. STANDAR FASILITAS
Komite PPA lain dan Staf Klinis lain dalam melaksanakan tugasnya
memerlukanfasilitas berikut:
1. Meja kerja
2. Komputer/ laptop
3. Printer
4. Alat tulis dan kantor
5. Akses internet

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 22


BAB V
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Komite PPA lain dan Staf
Klinis lain dilakukan oleh Ketua Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
terhadap seluruh kegiatan sub komite kredensial, mutu, etik dan disiplin
asuhan dan pelayanan. Evaluasi dilakukan setiap pelaksanaan suatu kegiatan
dengan memberikan arahan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya
berdasarkan laporan kegiatan yang dibuat oleh sub komite.

B. PELAPORAN
Jenis laporan di Komite PPA lain dan Staf Klinis lain terdiri dari:
1. Laporan Kerja
Laporan kerja berisi mengenai pelaksanaan program kerja Komite PPA
lain dan Staf Klinis lain yang dibuat selama 3 bulan sekali (triwulan) dan
laporan kegiatan. Laporan kerja Komite PPA lain dan Staf Klinis lain
mencakup laporan dari sub komite kredensial, mutu, etik dan disiplin
asuhan dan pelayanan. Laporan kegiatan berisi mengenai hasil kegiatan
yang dilakukan oleh Komite PPA lain danStaf Klinis lain misalnya laporan
audit asuhan dan pelayanan dan laporan pembahasan kasus.
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan berisi mengenai capaian hasil evaluasi program kerja
tahunan, serta perbaikannya. Laporan tahunan juga berisi mengenai
rekomendasiprogram kerja untuk tahun berikutnya.

PEDOMAN KERJA KOMITE PPA LAIN DAN STAF KLINIS LAIN 23

Anda mungkin juga menyukai