Anda di halaman 1dari 32

DAMPAK PP 47 TAHUN 2021 TERHADAP

DAMPAK PP 47 TAHUN 2021 TERHADAP


KELAS
KELASRAWAT
RAWATINAP
INAPSTANDAR
STANDAR(KRIS)
(KRIS)JKN
JKN
Disampaikan Acara Seminar Online FKM UI Seri ke 40 Dengan tema :
Strategi dan Persiapan RS Menghadapi Kelas Standar JKN

Muttaqien, MPH, AAK


Anggota DJSN 2019 – 20241
Perbaikan Ekosistem JKN  Program Berkesinambungan,
Berkualitas dan Berkeadilan

• List agenda reformasi • KEBERLANJUTAN JKN JKN YANG


• Penyesuaian Manfaat Melalui Kebutuhan Dasar • PENINGKATAN KUALITAS UNGGUL
Kesehatan (KDK) • EQUITY
• Kelas Rawat Inap Standar JKN
• Perbaikan Tarif INA CBGs (Fairness)
Keseimbangan Manfaat, Iuran, Dan
• Perbaikan Sistem Pembayaran
• Global Budget Mix CBGs
Kolektabilitas
• Kapitasi dan Kinerja
• Cost Contaiment : Urun Biaya (Permenkes 51/2018)
• Penguatan Koordinasi Antar Penyelenggara
Jaminan (KAPJ)
• Penyesuaian iuran berdasarkan aktuaria dan ATP,
dan keadilan sosial
• Kolektabilitas yang tinggi  kepatuhan peserta

2
KRIS JKN ADALAH AMANAH UU SJSN (1)

Menjalankan Amanah Undang-Undang No.


40 Tahun 2004 Tentang SJSN
Pasal 19 ayat (1) : “Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas
Pasal 23 ayat (4) : “Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas pelayanan di
rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.

Peraturan Presiden No 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 82/2018 tentang
Jaminan Kesehatan
Pasal 54A: “untuk keberlangsungan pendanaan Jaminan Kesehatan Menteri bersama kementerian/lembaga
terkait, organisasi profesi, dan asosiasi fasilitas kesehatan melakukan peninjauan Manfaat Jaminan Kesehatan
sesuai kebutuhan dasar kesehatan dan rawat inap kelas standar paling lambat bulan Desember 2020”.

Pasal 54B : “Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54A diterapkan secara bertahap sampai dengan
paling lambat tahun 2022 dan pelaksanaannya dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan tata
kelola Jaminan Kesehatan.
3
KRIS JKN ADALAH AMANAH UU SJSN (2)

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan


• Pasal 18
Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pelayanan rawat inap kelas standar paling sedikit:
a. 60% untuk RS pemerintah pusat dan daerah; dan
b. 40% untuk RS swasta.

• Pasal 84 huruf b
pelayanan rawat inap kelas standar diterapkan paling lambat 1 Januari 2023.

PETA JALAN JKN 2012 -2019

4
KONSEPSI KRIS JKN  “Standardize”/
standarisasi

PERTIMBANGAN RANCANGAN KONSEP PENERAPAN


PERUMUSAN KRIS DEFINISI KRIS KRIS SEHARUSNYA
1. Penentuan Definisi dan Kriteria 1. Kelas layanan rawat 1. Mengutamakan keselamatan
Kelas Rawat Inap Standar inap rumah sakit pada pasien (Standar SKP, PPI, AP,
2. Ketersediaan jumlah tempat program JKN yang ARK, dan HPK (SNARS 1.1.)
tidur pada setiap kelas ditanggung oleh BPJS 2. Letak ruang inap berada di
perawatan di Rumah Sakit saat kesehatan; lokasi yang tenang, aman, dan
ini 2. Dimungkinkan naik nyaman
3. Pertumbuhan jumlah Peserta kelas bagi peserta 3. Ruang rawat inap harus memiliki
JKN selain PBI atas akses yang mudah ke ruang
4. Kemampuan fiskal negara dan pembiayaan sendir, penunjang pelayanan lainnya
kemampuan masyarakat dalam atau asuransi 4. Ruang rawat inap harus
membayar iuran tambahan; dipisahkan berdasarkan jenis
5. Angka rasio utilisasi di tingkat kelamin, usia, dan jenis penyakit
Kabupaten/ Kota
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (1)
Kelas Standar PBI Kelas Standar NON-
No. Kriteria Uraian
JKN (A) PBI JKN (B)
Struktur bangunan rumah sakit yang baik tidak memiliki
Tidak boleh memiliki porositas bangunan porositas (pori) yang tinggi. Sehingga semakin tidak berpori
1 Bahan bangunan
yang tinggi atau padat struktur bangunan (contoh: dinding) maka
jaminan mutu dan keselamatan pasien semakin baik
Luasan dalam satuan meter persegi untuk tempat tidur di
Minimal Luas m2 per
2 7,2 m2 10 m2 masing-masing kelas harus lebih dari atau sama dengan
tempat tidur *)
standar yang ditetapkan.
Jarak As (posisi tengah) antar tempat tidur dalam instalasi
Jarak (as) antar tempat
2,4 m ruang rawat inap diatur sebagaimana kriteria yang
tidur***)
ditetapkan
Jarak antara tepi samping satu tempat tidur dengan tempat
tidur terdekat harus lebih dari atau sama dengan standar
3 Antar Tepi Tempat Tidur
1,5 m yang ditetapkan. Jarak antar tepi samping satu tempat tidur
minimal
dengan dinding samping minimal 75cm. bagian kepala (bed
head) dapat menempel pada dinding.
Sekurang-kurangnya Standar tempat tidur yang digunakan 3 engkol.
Standar Tempat Tidur
P:206 L:90 T:50-80 (adjustable)

6
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (2)
Kelas Standar NON-PBI
No. Kriteria Kelas Standar PBI JKN (A) Uraian
JKN (B)
Jumlah maksimal tempat tidur Jumlah maksimal tempat tidur dalam satu ruangan harus kurang
4 6 4 dari atau sama dengan standar yang ditetapkan.
per ruangan **)
Nakas ialah meja kecil yang harus tersedia untuk setiap tempat
5 Nakas per Tempat Tidur **) 1 tidur.
Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada pada
6 Suhu Ruangan **) 20-260 C rentang 20 hingga 26 derajat Celsius.
Letak kamar mandi harus berada di dalam ruangan rawat inap
Kamar mandi dalam ruang memenuhi standar dengan spesifikasi sebagaiamana ditetapkan dalam kriteria.
aksesibilitas sebagai berikut***)
a. Ada tulisan/symbol “disable” pada bagian luar
Spesifikasi Kamar mandi dalam b. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk
7 ruangan**) pengguna kursi roda
c. Dilengkapi pegangan rambat (handrail)
d. Permukaan lantai tidak licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan
e. Dianjurkan untuk memiliki tombol bantuan
darurat pada tempat yang mudah dicapai

Tirai atau partisi antar tempat tidur dapat diatur dengan rel yang
Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan dibenamkan atau menempel di plafon dengan jaminan bahan
8 Tirai/partisi antar tempat tidur **)
sebaiknya bahan non porosif tidak berpori/ tidak menyerap air.

7
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (3)
Kelas Standar NON-PBI
No. Kriteria Kelas Standar PBI JKN (A) Uraian
JKN (B)
Ventilasi udara harus memenuhi standar frekuensi pertukaran
Menjamin pertukaran udara untuk mekanik minimal udara sebagaimana ditetapkan dalam kriteria melalui pengukuran
9 Ventilasi udara **) pertukaran 6 kali per jam dan untuk ventilasi alami menggunakan alat bantu velocitymeter/ anemometer.
harus lebih dari nilai tersebut***)

Pencahayaan Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang


ruangan***) Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika ditetapkan dengan standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux
pencahayaan buatan maka intensitas untuk pencahayaan tidur diukur dengan luxmeter pada bidang
10
pencahayaannya 250 lux untuk penerangan dan 50 kerja (tempat tidur).
lux untuk tidur

Tempat tidur dalam instalasi rawat inap harus menjamin


Setiap tempat tidur dilengkapi dengan: ***)
Spesifikasi kelengkapan kelengkapan spesifikasi sebagaimana ditetapkan dalam kriteria.
tempat tidur · Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh
11 percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus
· Outlet oksigen tersentral
· Nurse call yang terhubung dengan nurse
Ruangan telah terbagi Ruang rawat inap terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis
atas jenis kelamin, usia, Ruangan terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
12
jenis penyakit (infeksi, jenis penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
noninfeksi, bersalin)
8
RANCANGAN BOBOT INDIKATOR KRI JKN (A)
No Indikator Bobot Indikator

• Penentuan bobot indikator dipengaruhi 1


2
Kamar mandi di dalam ruangan inap
Kamar Mandi sesuai dengan standar aksesabilitas
10
10
3 Outlet oksigen 10
oleh 2 faktor yaitu: kemudahan rumah 4 Minimal luas per tempat tidur untuk peserta PBI adalah 7,2 m2 7
5 Minimal Luas Per Tempat Tidur untuk Peserta Bukan PBI (PPU dan 7
sakit untuk menyiapkan indikator PBPU) adalah 10 m2
6 Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi PBI 7
kriteria dan dampak biaya yang 

Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m
dibutuhkan. 

Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 6 TT
Tempat Tidur dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x (50-80)

• Terdiri dari: cm

7 Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi Non-PBI 7


a. 3 indikator dengan bobot 10 

Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m

b. 5 indikator dengan bobot 7 
Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 4 TT
Tempat Tidur, dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x (50-80)
cm
c. 7 indikator dengan bobot 5 8 Tirai/Partisi Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan bahan tidak 7
• Pentahapan Berdasarkan indikator 9
berpori
Bahan bangunan di Rumah Sakit tidak memiliki porositas yang tinggi 5
10 Ventilasi Udara 5
11 Pencahayaan Ruangan 5
12 Kelengkapan TT 5
 Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh percabangan/
sambungan langsung tanpa pengamanan arus
 Nurse call yang terhubung dengan nurse
13 Tersedia nakas 1 buah per TT 5
14 Dapat mempertahankan dengan stabil suhu ruangan 20-26 0 C 5
15 Ruangan telah terbagi atas jenis kelamin, usia, jenis penyakit (infeksi, 5
noninfeksi, bersalin)
SELF ASSESSMENT RS : RESPONSE RATE PER REGIONAL*

Total Peserta (4.009)


• Pelaksanaan: 8-1 Februari 2021

• RS Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan


Total RS (1916)

Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5


(996) (268) (405) (57) (190)

• Regional I terdiri dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur
• Regional II terdiri dari Sumatera Barat, Riau,Sumatera Selatan,  Lampung,  Bali, dan NTB
• Regional III terdiri dari NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan
• Regional IV terdiri dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
• Regional V terdiri dari Bangka Belitung, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

* Regionalisasi tarif inacbgs 10


Rekapitulasi Hasil Self Assessment RS
Rekapitulasi Kesiapaan RS dalam
Mengimplementasikan
Kebijakan KRI JKN 1. Sebagian besar rumah sakit (81%) dari
3% self assessment dikategorikan siap
18% mengimplementasikan kebijakan KRI,
meskipun diperlukan penyesuaian
infrastruktur dalam skala kecil
2. Kendala penyesuaian infrastruktur RS
umumnya ditemui pada RS Tua (lebih dari
20 tahun masa guna), misalnya dalam hal
pengaturan kamar mandi, jumlah tempat
79% tidur dsb.
Perlu Penyesuaian Sedang-Besar Perlu Penyesuaian Kecil
Siap Menerapkan KRI-JKN

Sumber: Hasil Self Assessment KRI JKN, 2021 11


Kriteria Dengan Kendala Tertinggi

Distribusi Kesiapan RS Per Regional 25%


20%

15%

10%

100% 5%

0%

15%
90% 19% 21%
24%
28%
80%

70%

60%

50%
82% 77%
40% 72% 75%
71%
30%

20%

10%

3% 4% 4% 4% 2%
0%
Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5

Siap Siap dengan penyesuaian skala kecil Penyesuaian skala sedang - berat

81% dari total sampel dikategorikan siap dalam


Kriteria dengan kendala paling banyak antara lain adalah
mengimplementasikan kebijakan KRI meskipun sebagian
setting spesifikasi kamar mandi dalam ruangan, rel
besar (78%) diantaranya masih perlu penyesuaian
separator dan kelengkapan TT.
infrastruktur dalam skala kecil

12
Rekapitulasi Hasil Self Assessment RS TNI/Polri

Rekapitulasi Kesiapaan RS TNI/Polri dalam • Kegiatan self assessment diikuti oleh 114 rumah
Mengimplementasikan sakit TNI/Polri yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kebijakan KRI JKN • Berdasarkan penilaian terhadap 15 indikator kelas
standar, tidak ada satu pun RS TNI/Polri yang
sudah memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan.
26%
• Sebanyak 84 rumah sakit (74%) masuk dalam
perlu penyesuaian kategori RIS JKN dengan perbaikan dan
sedang-besar
siap dengan
peningkatan infrastruktur skala kecil.
penyesuaian kecil
siap • Sebanyak 30 rumah sakit (26%) membutuhkan
perbaikan dan peningkatan infrastruktur skala
74% sedang hingga besar.

13
RANGKAIAN KONSULTASI DAN DIALOG PUBLIK

14
DAMPAK PP 47 TAHUN 2021 DENGAN POLA
TARIF DAN RUJUKAN, WAKTU PELAKSANAAN
PP 47 2021 dengan Keberlanjutan, Mutu, dan Akses di JKN

UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran


AKSES & MUTU
UU 36/2009 Tentang Kesehatan
RS EXISTING
RS BARU UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit
Kualitas dan Perijinan RS?
UU 36/2014 Tentang Tenaga Kesehatan Kuantitas SDM? Tools?

 Maldistribusi SDM
 Kuantitas dan Kualitas SDM Kompetensi RS? Tempat Tidur?
 Jumlah Kecukupan TT
PP 47/2021 tentang
 Sistem Rujukan Berjenjang Penyelenggaraan
Berdasarkan Kelas RS Bidang Perumahsakitan DAMPAK JKN :
 Pola sistem rujukan
 Pola tarif RS
Disparitas Kompetensi RS  Pola standar akreditasi RS
UU 11/2020 Tentang Cipta Kerja  Implementasi Kelas Standar

Variasi Mutu Pelayanan *Apakah perlu klasifikasi rumah sakit setelah regulasi baru?
Sumber : Presentasi Dr Hesty
16
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 16:
Ketersediaan tempat tidur rawat inap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Klarifikasi Rumah Sakit Umum:
1. Kelas A paling sedikit 250 TT.
2. Kelas B paling sedikit 200 TT.
3. Kelas C paling sedikit 100 TT.
4. Kelas D paling sedikit 50 TT.
b. Klarifikasi Rumah Sakit Khusus:
5. Kelas A paling sedikit 100 TT.
6. Kelas B paling sedikit 75 TT.
7. Kelas C paling sedikit 25 TT.
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 17:
(1) Ketentuan mengenai ketersediaan tempat tidur rawat inap
• Pasal 18:
Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf b dikecualikan bagi Rumah Sakit khusus gigi dan mulut,
Jumlah tempat tidur rawat inap
Rumah Sakit khusus Mata, dan Rumah Sakit khusus telinga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
hidung tenggorok dan bedah kepala leher.
(2) Ketersediaan tempat tidur rawat inap dan dental unit bagi dan Pasal 17 untuk pelayanan rawat
Rumah Sakit khusus gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
inap kelas standar paling sedikit:
a. Kelas A paling sedikit 14 TT rawat inap dan 75 dental unit; a. 60% (enam puluh persen) dari
b. Kelas B paling sedikit 12 TT rawat inap dan 50 dental unit;
dan seluruh tempat tidur untuk Rumah
c. Kelas C paling sedikit 10 TT rawat inap dan 25 dental unit.
(3) Ketersediaan tempat tidur rawat inap bagi Rumah Sakit khusus Sakit milik Pemerintah Pusat dan
mata dan Rumah Sakit khusus telinga hidung tenggorok dan
bedah kepala leher sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah Daerah; dan
meliputi: b. 40% (empat puluh persen) dari
a. Kelas A paling sedikit 40 TT rawat inap;
b. Kelas B paling sedikit 25 TT rawat inap; dan seluruh tempat tidur untuk Rumah
c. Kelas C paling sedikit 15 TT rawat inap.
Sakit milik swasta.
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 19: (3) Dalam kondisi wabah atau kedaruratan kesehatan


(1) Jumlah TT rawat inap sebagaimana dimaksud dalam masyarakat, kapasitas ruang yang dapat digunakan sebagai
Pasal 16, selain memenuhi ketentuan sebagaimana tempat isolasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dimaksud dalam pasal 18 juga harus memenuhi: paling sedikit:
a. Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit a. 30% dari seluruh TT untuk RS milik Pemerintah Pusat
10% dari seluruh TT untuk RS milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan
b. 20% dari seluruh TT untuk RS milik swasta.
Pusat, Pemda, atau swasta; dan
b. Ruang yang dapat digunakan sebagai tempat isolasi
dengan kapasitas paling sedikit 10% dari seluruh TT
untuk RS milik Pemerintah Pusat, Pemda, atau
swasta.
(2) Jumlah TT perawatan intensif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a untuk RS umum, terdiri atas:
c. 6% untuk pelayanan unit perawatan intensif (ICU);
dan
d. 4% untuk pelayanan intensif lain yang terdiri atas:
1. perawatan intensif neonatus (NICU)
2. perawatan intensif pediatrik (PICU)
PASAL-PASAL DALAM PP 47/2021 TERKAIT
KELAS STANDAR
Peraturan Perundang-Undangan

• Pasal 36:
Kewajiban Rumah Sakit menyediakan sarana
dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (1) huruf e dilaksanakan dengan • Pasal 84:
menyediakan pelayanan rawat inap kelas standar a. Rumah Sakit tetap dapat menyelenggarakan
yang diperuntukkan bagi peserta jaminan pelayanan rawat inap sesuai dengan kelas
kesehatan penerima bantuan iuran sesuai dengan perawatan yang dimiliki sampai
ketentuan peraturan perundang-undangan. diselenggarakannya pelayanan rawat inap
kelas standar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18;
b. Pelayanan rawat inap kelas standar
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
diterapkan paling lambat 1 Januari 2023.
DAMPAK TERHADAP POLA TARIF
PERMASALAHAN TARIF JKN Rata-rata Biaya Klaim Per Admisi

• Akurasi Costing (undercost ataupun


overcost)
• Tarif
• Overprice : Berdampak kepada kecukupan
DJS BPJS Kesehatan
• Underprice : Fasilitas kesehatan dan peserta
yang tidak puas berdampak kepada JKN yang
inferior
• Fairness tarif INA CBGs : Pusat dan 5
Sumber : Thabrany, 2020, USAID-Kemenkes
regional, antar kelas RS, kelas rawat inap,
kepemilikan pemerintah dan swasta, jenis
pelayanan yang masuk skema top up
21
KONSEKUENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN
TERHADAP TARIF JKN
• PP 47 Tahun 2021
Tentang KONSEKUENSI:
Penyelenggaraan Bidang • Perbaikan Pola Tarif tidak berdasarkan kelas RS dan
Perumahsakitan : Kelas Rawat Inap. Tapi tetap bisa dilakukan
• Kelas RS berdasarkan adjusment factor (kota – desa, pendidikan – non
jumlah ketersediaan pendidikan)
tempat tidur • Biaya medis yang sama untuk PBI dan Non PBI
• Kelas Standar paling • Pada tahap transisi terdapat perbedaan tarif Rawat
sedikit 60% untuk RS Inap A dan Rawat Inap B dengan “rencana” 11
Pemerintah Pusat dan kriteria. Dalam kondisi yang sudah ideal tidak ada
Daerah dan 40% untuk perbedaan kelas rawat inap JKN
RS Swasta, berlaku paling • Nilai tarif yang rasional (inflasi) dan berkeadilan
lambat 1 Januari 2023 (perbedaan antara RS Pemerintah dan Swasta)

22
POLA RUJUKAN JKN AKANKAH BERUBAH ?
Pasal 14 Ayat 1
• Pasal 3: Fasilitas kesehatan dan sarana penunjang pada
(1) Klasifikasi RS umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Rumah Sakit terdiri atas:
ayat (2) terdiri atas:
a. RS umum kelas A; a. bangunan dan prasarana;
b. RS umum kelas B; b. ketersediaan tempat tidur rawat inap; dan
c. RS umum kelas C; dan
d. RS umum kelas D. c. peralatan
(2) Klarifikasi RS khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Pasal 16:
ayat (2) terdiri atas:
Ketersediaan tempat tidur rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal
a. RS khusus kelas A;
14 ayat (1) huruf b meliputi:
b. RS khusus kelas B; dan
a. Klarifikasi Rumah Sakit Umum:
c. RS khsusu kelas C.
1. Kelas A paling sedikit 250 TT.
• Pasal 6: 2. Kelas B paling sedikit 200 TT.
3. Kelas C paling sedikit 100 TT.
(1) Rumah Sakit umum dengan klasifikasi kelas A, 4. Kelas D paling sedikit 50 TT.
b. Klarifikasi Rumah Sakit Khusus:
kelas B, kelas C, dan kelas D sebagaimana dimaksud 5. Kelas A paling sedikit 100 TT.
dalam Pasal 3 ayat (1) memberikan pelayanan 6. Kelas B paling sedikit 75 TT.
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 7. Kelas C paling sedikit 25 TT.

Konsekuensi  Pola rujukan JKN berbasis


Pada Lampiran dari Kelas A – D
kompetensi, sarana dan prasarana 
tidak ada perbedaan, baik dari : Jenis Pelayanan, Ruang dan
Dibutuhkan pemetaan kemampuan dan
Sarana Prasarana, SDM baik Jenis kualifikasi maupun Jumlahnya
kompetensi RS dalam pelayanan  Juga
Berdampak ke Pola tarif RS
DRAFT KERANGKA STRATEGIS IMPLEMENTASI KRIS
JKN
Aspek Peraturan Perundang-undangan

1. Amanat penerapan kelas rawat inap standar


sebagaimana dalam ketentuan Pasal 23 ayat (4)
UU SJSN belum terlaksana
1. Penerapan kelas rawat inap standar sesuai Pasal 24
2. Manfaat akomodasi rawat inap terdiri atas 3 ayat (3) UU SJSN
kelas diatur dalam Pasal 50 Perpres No. 82
2. Manfaat akomodasi rawat inap terdiri atas 2 kelas dan
Tahun 2018
disiapkan menuju 1 kelas pada tahun 2025
Kondisi saat ini
Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 25 -
KEBUTUHAN HARMONISASI PERUNDANGAN
KEBUTUHAN HARMONISASI PERUNDANGAN
NO PERUNDANGAN/ RANCANGAN PER-UU PERIHAL
• Manfaat
1 Perpres 82/ 2018 tentang Jaminan Kesehatan • Iuran
• Koordinasi antar Penyelenggara Jaminan
2
Perpres 64/2020 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 82 tahun • Manfaat
2018 tentang Jaminan Kesehatan • Iuran
Permenkes 3/ 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit •
3
Penyelenggaraan Rawat Inap RS
• Penyediaan jumlah TT
4
Permenkes No.51 Tahun 2018 Mengenai Pengenaan Urun Biaya Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan
Dan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan Kesehatan Kesehatan
PMK No 141/PMK.02/2018 tentang Koordinasi Antar
5 Penyelenggara Jaminan Dalam Pemberian Manfaat Pelayanan Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan
Kesehatan
Kesehatan

6
Permenkes 52/ 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Tarif pelayanan rawat inap JKN
dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
7 Permenkes 85/ 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit Pola Tarif RS

26
Aspek Kepesertaan

Kepesertaan segmentatif mengikuti hak Kepesertaan universal sesuai dengan prinsip


akomodasi rawat inap sesuai dengan asuransi sosial dan ekuitas, dan hak akomodasi
pilihan kelas peserta rawat inap sesuai dengan kelas rawat inap
standar
Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 27 -
Aspek Iuran dan Manfaat
Kondisi saat ini

Manfaat akomodasi sesuai


dengan iuran yang dibayarkan
(tidak sesuai dengan manfaat
kelas rawat inap standar Pasal 23
ayat (4) UU SJSN)

TIMELINE
Kondisi yang akan dicapai

1. Manfaat akomodasi sesuai


dengan kelas rawat inap
standar dan tidak bergantung
kepada besaran iuran yang
dibayarkan untuk peserta
yang membayar iuran
2. Koordinasi antar
penyelenggara jaminan

- 28 -
Aspek Pelayanan Kesehatan
1. Standarisasi mutu kelas rawat inap standar tanpa membedakan kelas
rawat inap
1. Standarisasi mutu kelas rawat inap RS masih dibedakan berdasarkan 2. Kesepakatan para pihak dalam perikatan perjanjian sesuai dengan
kelas rawat inap peserta kriteria KRIS
2. Faskes pemerintah wajib bekerja sama dengan BPJS tanpa dipengaruhi 3. BPJS berwenang penuh dalam mengembangkan sistem pelayanan
hasil kredensialing kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran
3. Masih adanya peraturan perundangan terkait yang membatasi BPJS pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Kesehatan untuk menjalankan wewenang dan tugas dalam jaminan kesehatan (Pasal 24 ayat (3) UU SJSN)
mengembangkan sistem pembayaran di JKN 4. Diatur batas atas tarif dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan
4. Tarif INA CBGs belum mengalami penyesuaian sejak tahun 2017 nilai tarif rata-rata nasional sesuai dengan standar mutu pelayanan
5. BPJS Kesehatan menjalankan sistem rujukan berjenjang sesuai dengan medis dan standar akomodasi KRIS
kelas RS dan tarif 5. Sistem rujukan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan medis peserta

Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai


TIMELINE

- 29 -
Aspek Sosialisasi

Konsultasi dan dialog publik


Sosialisasi kepada publik
dilakukan dalam seluruh proses
belum optimal
penyusunan kebijakan dan
peraturan perundangan JKN
Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai
TIMELINE

- 30 -
Aspek Monitoring dan Evaluasi

Tersebar pada seluruh Monitoring dan evaluasi


K/L dan lembaga- terpadu dengan mekanisme dan
lembaga independen kriteria standar

Kondisi saat ini Kondisi yang akan dicapai


TIMELINE

- 31 -
Terima kasih
email: contact@djsn.go.id | SMS: 0822-21-500500 | P.O Box: DJSN500500 Jakarta 10000

32

Anda mungkin juga menyukai