Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL/ PAPER

NETWORK THEORY OF ORGANIZATION: A MULTILEVEL APPROACH

MOLITERNO, T.P DAN MAHONY, D.M (2010)

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN LANJUTAN

Oleh:

HENDY FAJAR NOVIANTO


NIM: 15931013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN
Penelitian manajemen secara teratur mempertimbangkan jaringan sosial dan efeknya
pada lingkup yang luas dari fenomena yang ada pada suatu organisasi. Ulasan terbaru
menunjukkan bahwa para peneliti dengan menggunakan logika analitis jaringan sosial dan
metodologi telah menghasilkan cukup banyak wawasan teoritis. Meskipun demikian, bagian
dari perkembangan tersebut tetap menyisakan gap (kesenjangan) yang menarik pada literatur
jaringan sosial organisasi. Meskipun beberapa penelitian terbaru tentang jaringan mulai
mempertimbangkan analisis dalam beberapa tingkatan, akan tetapi secara umum penelitian
pada wilayah ini dijelaskan secara single (sendiri) dan dalam satu tingkat struktur jaringan
dan hubungan. Dalam tulisan ini Moliterno dan Mahony (2010) menyatakan bahwa single-
level mempunyai keterbatasan pengembangan dalam mengintegrasikan teori jaringan
organisasi. Mereka menekankan bahwa analisis jaringan saat ini masih digunakan sebagai
alat untuk analisis data tentang organisasi daripada digunakan untuk memahami organisasi.
Dalam tulisan ini mereka menggambarkan teori multilevel (Kozlowski & Klein, 2000;
Rousseau, 1985) untuk membantu upayanya mengisi kesenjangan tersebut.
Organisasi merupakan suatu sistem multilevel dari suatu hubungan, dan sebagai
hasilnya, teori jaringan organisasi seharusnya juga menggunakan lingkup dan perspektif
multilevel. Mereka mencoba untuk mengintegrasikan perspektif teoritis jaringan multilevel
dan sosial pada analisis organisasi untuk menguraikan domain teoritis yang luas dari teori
jaringan multilevel organisasi. “Missing link” antara multilevel dan perspektif jaringan sosial
pada organisasi merupakan grafik perspektif teoritis pada sistem kumpulan jaringan (jaringan
sarang), di mana hal tersebut memberikan gambaran bahwa setiap titik pada suatu jaringan
memberikan level analisis. Memanfaatkan ide tentang kumpulan jaringan (nested network),
mereka mencoba memasangkan multilevel dan jaringan sosial perspektif teoritis untuk
menunjukkan bagaimana struktur jaringan yang diamati pada satu level dalam suatu dari
sistem jaringan organisasi berhubungan dengan struktur jaringan dan hubungan di tingkat
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari suatu sistem.
Dengan demikian, mereka memberikan kontribusi terhadap penelitian manajemen
dengan memberikan jalan untuk menghubungkan level mikro dan makro dari penelitian
jaringan organisasi menjadi teori jaringan organisasi yang terintegrasi. Mereka
memperkenalkan gagasan dari sistem jaringan bersarang, dan menggunakan konsep ini
sebagai prinsip pengorganisasian dalam integrasi mereka yang bertingkat dan perspektif
jaringan organisasi.

II. DASAR DARI TEORI JARINGAN MULTILEVEL


Perhatian analisis jaringan sosial adalah bagaimana aktor (yaitu individu, grup,
organisasi dst) terikat oleh semacam hubungan sosial (seperti memberikan saran, berbagi
sumber daya, aliansi kemitraan dsb).

Bagian yang hilang: Sistem dari Jaringan Bersarang (Nested Network)


Moliterno dan Mahony menyarankan bahwa bagian yang hilang dalam membuat
integrasi penuh dari suatu jaringan dan teori multilevel adalah konsep sistem jaringan
bersarang (Harary & Batell, 1981). Ide ini bergantung pada pengamatan bahwa banyak
jaringan merupakan suatu sistem yang secara karakteristik terdiri dua atribut: Pertama,
mereka terdiri dari “unit dan interaksi di antara unit tersebut” dan Kedua, unit-unit tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam “struktur hirarkis atau bersarang”. Dengan
menggunakan graph theory (Harary, 1969), kita bisa memikirkan suatu struktur sistem
dengan grafik sederhana, di mana setiap simpul atau titik ini, pada kenyataannya merupakan
grafik itu sendiri. Sebagai contoh, pertimbangkan hipotesis sistem 3 tingkat (level) jaringan
organisasi. Level 3 (level yang paling tinggi merepresentasikan jaringan antarorganisasi
perusahaan (misalnya industri). Setiap aktor dalam organisasi (setiap simpul pada jaringan
level 3) terdiri dari jaringan intraorganisasi, yaitu grup, departemen, atau divisi, dan ini
disebut jaringan level 2, di mana jaringan terikat antar aktor departemen yang melakukan
pertukaran sumber daya. Dan terakhir, setiap bagian grup ini (setiap simpul dalam jaringan
level 2) merepresentasikan jaringan dari individu di mana hubungan saran mungkin
merupakan bentuk ikatan jaringan secara teoritis yang relevan, dan ini menjadi sistem
jaringan level 1.
Konsep jaringan bersarang sebagai sistem merupakan titik masuk ke teori jaringan
multilevel organisasi merupakan inti pemetaan dari teori graph (grafik) ke arah penelitian
jangka panjang bahwa “entitas organisasi terletak pada susunan/ pengaturan bersarang” di
mana individu bersarang pada grup, grup bersarang pada departemen, departemen bersarang
pada unit bisnis dst. Teori multilevel, pada gilirannya berpendapat untuk mengalihkan dari
organisasi yang dianalisis dari lensa single-level menjadi untuk dipertimbangkan bagaimana
suatu fenomena organisasi pada satu level mempengaruhi fenomena organisasi lainnya pada
level yang lebih tinggi maupun lebih rendah.
Secara singkat, jaringan organisasi merupakan suatu hubungan hirarki dalam suatu
sistem jaringan bersarang yang memungkinkan kita untuk menggunakan alat dan konsep teori
multilevel untuk mempertimbangkan bagaimana sistem jaringan bersarang berhubungan satu
sama lain. Moliterno dan Mahony mengartikulasikan enam postulat teoritis yang merupakan
manifestasi integrasi dari persepektif teori multilevel dan jaringan sosial.

III. MENUJU TEORI JARINGAN MULTILEVEL ORGANISASI


Mereka menjelaskan konsep-konsep teori multilevel secara lebih rinci dengan
integrasi dari perspektif teoritis jaringan multilevel dan sosial. Secara singkat perbedaan
pendekatan multilevel dan single level pada penelitian organisasi yaitu bahwa model
multilevel fokus dengan bagaimana hubungan terjadi atau pengaruh lintas level dari analisis
organisasi. Model multilevel juga memperhatikan bagaimana “bottom-up dan atau top-down”
mekanisme hubungan level dari analisis organisasi.

Isomorfisme dalam sistem jaringan bersarang


Mereka mendefinisikan isomorfisme dalam pengertian teoritis dan representasi
fungsional dari membangun pada analisis level yang berbeda, dan tidak dalam hal kehandalan
yang lebih tinggi dari agegrasi observasi empiris level yang lebih rendah. Model multilevel
pada umumnya harus dapat menentukan apakah dan bagaimana sebuah fakta membangun
manifestasi yang sama di tingkat organisasi.
Aktor pada jaringan organisasi dapat berupa individu, grup, atau organisasi, akan
tetapi struktur dari ikatan yang menghubungan mereka dapat dianalisis menggunakan teori
jaringan yang sama. Mereka berargumen bahwa teori jaringan multilevel organisasi secara
eksplisit mengeksplorasi dan menunjukkan sejauh mana teori jaringan membangun sendiri
adalah isomorfis analisis lintas level organisasi. Dengan demikian, studi oleh Obstfeld (2005)
dan Ahuja (2000) dapat dianggap secara bersama-sama memajukan teori jaringan multilevel,
meskipun mereka mengeksplorasi fenomena pada single level.

Postulate 1a: Multilevel network theory explicates the degree to which core
network theoretic constructs are isomorphic across levels of the system of nested
organizational networks.
Postulate 1b:Multilevel network theory explicates the degree to which network
theoretic relationships are isomorphic across levels in the system of nested
organizational networks.

Efek lintas-level jaringan bersarang


Gambar 1

Struktur jaringan
Postulate 2a:Multilevel network theory explicates the cross-level effects whereby
higher (lower) level network structures affect lower (higher) level network structures.

Hubungan teoritis jaringan


Gambar 2
Postulate 2b:Multilevel network theory explicates the cross-level effects whereby
higher (lower) level network structures affect lower (higher) level network theoretic
relationships.

Pangkal dari lintas level efek jaringan


Postulate 3:Multilevel network theory demonstrates where cross-level effects begin and
end, taking into account the both the complexity of the organization and the degree to
which network theoretic constructs are isomorphic across level of the system of
organizational networks

Peran dari waktu


Postulate 4:Multilevel network theory explicates how network theoretic relationships
and structures at one level of the system of nested organizational networks change over
time as a function of changes in higher and/or lower level network structures.

IV. PERTIMBANGAN METODOLOGI


Setelah mengartikulasikan bagaimana pemahaman kita tentang teori jaringan
organisasi dengan menerapkan teori multilevel untuk membangun konsep sistem dari
jaringan bersarang, sekarang kita beralih untuk mempertimbangkan metodologi untuk
peneltian empiris yang diperlukan untuk memvalidasi dan mengembangkan argumentasi
teoritis Moliterno dan Mahony (2010).
Mereka mengajukan dua metodologi yang dapat dipertimbangkan untuk menguji
hubungan teoritis jaringan multilevel. Pendekatan analisis pertama yang dapat
dipertimbangkan yaitu penggunaan model grafik acak. Mereka menggunakan pendekatan ini
dalam menjelaskan postulat 2A. Pendekatan ini memungkinkan peneliti dapat menguji
hipotesis tentang ikatan komunikasi pada level i-1 jaringan, dengan menunjukkan ada atau
tidaknya lubang struktural (structural holes) pada level i jaringan. Dengan menggunakan
pendekatan ini, peneliti dapat merepresentasikan jaringan pada satu level dari jaringan
bersarang, dan kemudian menggunakan teknik grafik teoritis untuk memprediksi
kemungkinan mencapai realisasi grafik dari struktur jaringan pada level yang berbeda dari
suatu sistem.
Pendekatan analisis kedua yaitu sesuatu yang lebih familiar bagi para peneliti
organisasi secara umum dan peneliti multilevel secara khususnya, yaitu menggunakan
hierarchical linier modeling (HLM). Sebagai contoh HLM akan memungkinkan peneliti
dapat menjelaskan bagaimana efek top-down dari jaringan pada level i yang mungkin dapat
memprediksi hasil dalam tingkat/ level i-1.

V. DISKUSI DAN KESIMPULAN


Analisis jaringan sosial telah menjadi perspektif dalam penelitian organisasi. Dalam
artikel tersebut mereka menyarankan bahwa meskipun banyak perhatian terhadap fenomena
organisasi di mana perspektif jaringan sosial telah dihasilkan, akan tetapi penelitian
manajemen tidak mempunyai teori jaringan perusahaan secara terpadu (Salancik, 1995). Inti
argumen mereka yaitu bahwa penelitian jaringan organisasi didominasi oleh perspektif
single-level, belum melihat organisasi sebagai sistem multilevel hubungan, dan teori jaringan
suatu organisasi seharusnya dilihat dalam ruang lingkup multilevel.
Moliterno dan Mahony telah berupaya untuk memajukan teori jaringan organisasi
dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip inti dari teori multilevel dengan perspektif jaringan.
Dengan demikian, mereka mengandalkan konsep teoritis grafik dari sistem jaringan
bersarang untuk menghubungkan jaringan pada berbagai level dalam analisis organisasi.
Mereka juga menyadari masih banyak pekerjaan jika penelitian organisasi akan mewujudkan
potensial yang penuh dari teori jaringan organisasi. Secara singkat, analisis jaringan telah
menjadi pendekatan yang kuat untuk penelitian organisasi. Pada saat yang sama, penelitian
manajemen juga menunjukkan wawasan teoritis yang dikumpulkan dengan melihat
organisasi melalui lensa bertingkat (multilevel).

Anda mungkin juga menyukai