Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO Commented [U1]: SUDAH DIUBAH JENIS FONT MENJADI TIMES

NEW ROMANS, UKURAN 22


1. PENDAHULUAN Commented [U2]: YANG SUDAH DIEDIT:
1.PAGE LAYOUT
Perkembangan laboratorium sebagai penyedia fasilitas layanan penunjang kesehatan 2.SPELLING BEBERAPA KATA
3.KATA YANG MESTI TALIC/MIRING
di Indonesia akhir – akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaat teknologi.
JANGAN LUPA NANTI DIBERI NOMOR HALAMAN, KECUALI COVER
Laboratorium sebagai penyedia fasilitas layanan penunjang kesehatan tetap harus
mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
menyesmpingkan upaya keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan laboratorium.
Program managemen resiko fasilitas dan lingkungan laboratorium mencakup 6
bidang :
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat sebagai
upaya menegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara
mengenali hal – hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat.
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbahnya meliputi penanganan,
penyampaian dan penggunaan bahan radioaktif serta bahan berbahaya lainnya harus
dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
c. Manajemen penggulangan bencana meliputi resiko kemungkinan terjadi bencana
juga respon bila terjadi wabah serta bencana dan keadaan emergensi direncanakan
dengan efektif termasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.
d. Sistem proteksi kebakaan meliputi property dan penghuninya dilindungi dari
kebakaran dan asap.
e. Peralatan Medis meliputi perlatan dipilih, dipelihara, dan digunakan sedemikian
rupa untuk mengurangi resiko.
f. Sistem penujang meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan resiko kegagalan pengoperasian.

2. LATAR BELAKANG
Rumah sakit dalam kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi
dan suportif bagi pasien, keluarga, staf dan penunjang. Untuk mencapai tujuan tersebut
fasilitas fisik, peralatan medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara
khuss majemen harus berupaya mengurangi dan mengendalikan bahaya resiko, mencegah
kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi aman dengan kata lain program majemen
resiko fasilitas dan lingkungan menggambarkan proses pengelolaan resiko yang dapat terjadi
pada pasien,keluarga, penunjang dan staf.
3. TUJUAN
Tujuan Umum
Mengelola resiko – resiko di lingkungan pelayanan pasien dan tempat kerja staf
Tujuan Khusus :
a. Mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
b. Melakukan tata kelola bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
c. Mempersiapkan penanganan bencana (emergensi)
d. Memberikan proteksi kebakaran (fire safety)
e. Melakukan tata kelola peralatan medis dan reagen dengan cara yang aman
f. Melakukan pemeliharaan sistem penunjang (utilitas)

4. KEGIATAN
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai (risk
assesment) dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Proses identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikais situasi
yang dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan
membantu langkah – langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
Identifikasi risiko diperoleh dari :
a. Laporan kejadian (KTD< KNC< Kejadian Sentinel, dan lain – lain)
b. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan – penyimpangan pada praktik prosedur)
c. Pengaduan (Compalint) pelanggan
d. Survey atau Self Assesment, dan lain – lain
Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu unit di
rumah sakit menilain tentang luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol
frekuensi dan dampak dari rsiko. Semua risko yang telah diidentifikasi unit – unit
rumah sakit akan dimasukan oleh kemite OKMO RS dakam Program Risk Assesment
tahunan, yakni Risk Regitser :
a. Risiko yang teridentifikasi dalam 1 tahun
b. Informasi insiden keselamatan pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi
eksternal dan internal, asesmen eksternal dan akreditasi
c. Informasi potesial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA&FMEA).
Penilaian risiko dilakukan oleh seluruh unit rumah sakit RSUD Puruk Cahu. Aspek
yang dinilain meliputi :
a. Operasional/kegiatan untit sehari – hari
b. Finansial
c. Sumber daya manusia
d. Strategik
e. Hukum/regulasi
f. Teknologi

Setelah tahap penilaian risiko, maka tahap berikutnya adalah menyusun


prioritas risiko dengan menggunakan pendekatan pada proses – proses risiko tinggi,
mengutamakan keselamatan pasien dan staf untuk kemudian secara proaktif
melakukan analisis risiko dengan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Dengan mengikuti analisa dan hasil yang didapatkan rumah sakit menetukan rancang
ulang proses atau tindakan yang sama untuk mengurangi risiko dalam proses
tersebut. Keseluruhan tahapan manajmen risiko ini dilaksanakan paling sedikit satu
kali dalam satu tahun disertai dengan pendokumentasian kegiatan yang baik.

5. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Indentifikasi Daftar Resiko
Pelaksanaan identifikasi resiko dilakukan dengan melihat adanya suatu
kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi pencapaian tujuan yang ingin
dicapai. Kemudian ditentukan prioritas resiko untuk membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis resiko. Analisis resiko semikuantitatif dilakukan
dengan menghitung asumsi probabilitas kejadian (P=Peluang) dan besaran dampak
(A=Akibat) serta score/tingkat resiko (R) adalah hasil perkalian P x A.
Daftar tingkat resiko semikuantitatif (WT Fine dalam Cross 1998)
Tingkat
Kategori Tindakan
Resiko
Aktivitas dihentikan sampai resiko bisa
>350 Sangat tinggi dikurangi hingga mencapai batasan yang
diperbolehkan atau diterima
180 – 350 Prioritas Perlu pengendalian sesegera mungkin
70 – 180 Besar Mengharuskan adanya perbaikan secara tenis
Perlu diawasi dan diperhatikan secara
20 – 70 Prioritas 2
berkesinambungan
<20 Intensitas yang menimbulkan resiko dikurangi
Diterima
seminimal mungkin
Tabel 1. Daftar Resiko Laboratorium

RESIKO DAMPAK P A R KRITERIA KETERANGAN PENGENDALIAN RESIKO

Meningkatkan kepatuhan
Tertularnya
Petugas tertusuk Intensitas dikurangi terhadap prosedur melakukan
penyakit pada 4 60 240 Prioritas 1
jarum seminimal mungkin vaksinasi terhaap penyakit
petugas
menular

Tertularnya Meningkatkan kepatuhan


Tertumpahnya penyakit pada Intensitas dikurangi terhadap prosedur penggunaan
3 70 210 Prioritas 1
cairan infeksius banyak seminimal mungkin APD yang benar prosedur
petugas penggunaan spill kit

Meningkatkan kepatuhan
Tumpahnya Terpapar Intensitas dikurangi terhadap prosedur penggunaan
3 60 180 Prioritas 1
bahan kimia bahan kimia seminimal mungkin APD yang benar prosedur
penggunaan spill kit

Terpeleset/ Mengharuskan Perbaikan dan koordinasi


Atap bocor 2 40 80 Prioritas 1
jatuh perbaikan dengan IPSRS

Terpeleset/ Intensitas dikurangi


AC bocor 2 4 8 Rendah Pemeliharaan rutin
jatuh seminimal mungkin

Eror pada alat Intensitas dikurangi


AC mati 2 3 6 Diterima Pemerliharaan rutin
analizer seminimal mungkin

Komputer
dan alat Intensitas dikurangi
Voltase mati 2 2 4 Diterima Tambah daya penggunaan UPS
analizer seminimal mungkin
mudah rusak
Tidak bisa
cuci tangan Perlu diawasi,
Aliran air mati pewarnaan 1 5 5 Diterima diperhatikan Pemeliharaan rutin
tidak bisa berkesinambungan
dilakukan

Salah Hasil tidak


Intensitas dikurangi
penempelan dapat 2 10 20 Diterima SPO identitas pasien
seminimal mungkin
identitas pasien digunakan

Alat tidak Hasil


Intensitas dikurangi
terkontrol/ pemeriksaan 2 15 30 Prioritas 2 SPO kontrol dan kalibrasi
seminimal mungkin
terkalibrasi tidak valid

Proses
Insiden stok Intensitas dikurangi SPO reagen habis SPO
pemeriksaan 2 18 32 Prioritas 2
reagen habis seminimal mungkin pengadaan reagen
terlambat
Salah identitas Hasil tidak
Intensitas dikurangi SPO identifikasi pasien
pasien dapat 1 70 80 Prioritas 2
seminimal mungkin sebelum sampling
plebotomy digunakan
Hasil tidak
Salah tabung Intensitas dikurangi
dapat 2 20 40 Prioritas 2 SPO pelacakan pasien
spesimen seminimal mungkin
digunakan
Keterlambata Perlu diawasi,
Keterlambatan
n managemen 2 19 38 Prioritas 2 diperhatikan SPO pengiriman hasil
hasil lab
pasien berkesinambungan

B. Penyusunan Analisis Resiko


Dari hasil analisis resiko nampak bahwa prioritas utama / terbesar adalah
resiko petugas tertusuk jarum. Sedangkan untuk proses mengurangi resiko secara
khusus dilakukan dengan menggunakan Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA)
dimana langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Memilih proses yang beresiko tinggi
b. Membuat diagram proses atau alur dengan flow chat yang rinci
c. Untuk setap kemungkinan kegagalan (failure mode), identifikasi efek
yang mungkin terjadi ke pasien (the effect)
d. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke pasien
(RPN)
e. Melakukan root cause analysis dari failure mode
Setelah dilakukan identifikasi alur proses, didapatkan beberapa hal berikut ini:
• Ketersediaan sarana pengambilan darah
• Intervensi pada petugas
• Evaluasi
Sedangkan sub proses dari alur proses tersebut adalah seperti pada tabel 2
Tebel 2. Data sub proses
Ketersediaan
sarana Assesment tertusuk
Intervensi Evaluasi
pengambilan jarum
darah
- Ketersediaan - SPO - Menyediakan Monitoring
ruang khusus
jarum suntik pengambilan berkala sesuai
pengambilan
darah SPO
darah
- Pemahaman - Menyediakan
petugas meja khusus
terhadap SPO pengambilan
darah
- Supervisi
- Menyediakan
pelayanan
tempat tidur
pengambilan untuk
darah pengambilan
- Pelaporan darah
- KIE pada
petugas
pasien
tertusuk jarum

Kemungkinan kegagalan proses diuraikan pada tabel 3.


Ketersediaan
sarana Assesment tertusuk
Intervensi Evaluasi
pengambilan jarum
darah
- Tidak - Tidak ada - Tidak Tidak
tersedianya SPO tersedia melakukan
jarum suntik pengambilan ruang khusus monitoring
darah pengambilan
- Petugas tidak darah
paham - Tidak ada
terhadap SPO meja khusus
- Tidak ada pengambilan
supervisi darah
pelayanan - Tidak
pengambilan tersedia
darah tempat tidur
- Tidak ada untuk
pelaporan pengambilan
petugas darah
tertusuk jarum - Tidak
melakukan
KIE pada
pasien
Langkah berikutnya adalah menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari
efek tersebut ke pasien (RPN). Adapun skor yang digunakan adalah sebagai
berikut :
S = Severity (Keparahan)
1 (Minor), 2 (Moderate), 3 (Minor Injury), 4 (Mayor Injury), 5 (Terminal
Injury/death)
O = Occurencce ( Keseringan)
1 (Hampir tidak pernah terjadi), 2 (jarang), 3 (sering), 4 (sangat sering dan pasti)
D = Detectable ( Terdeteksi)
1 (selalu terdeteksi), 2 (sangat mungkin terdeteksi), 3 (mungkin terdeteksi), 4
(kemungkinanan kecil terdeteksi), 5 (tidak mungkin terdeteksi)
Kemungkinan penyebab dan tingkat keparahan dari efek kegagalan dengan
menghitung Risk Priority Number terhadap pada tabel 4.
Tabel 4. Kemungkinan penyebab dang tingkat keparahan dari efek kegagalan
dengan menghitung Risk Priority Number.
Kemungkinana
Proses Penyebab kegagalan proses S O D RPN
kegagalan proses
Ketersediaan Tidak tersedia jarum Penganggaran kebutuhan dan
2 2 3 12
sarana suntik keperlan tidak sesuai
pengambilan Tidak tersedia jarum Penganggaran kebutuhan dan
2 2 3 12
darah suntik keperluan tidak sesuai
Tidak ada SPO SPO pengambilan darah belum
2 2 2 8
pengambilan darah dibuat
Petugas belum Penyegaran kembali sosialisasi
memahami SPO SPO pengambilan darah kepada 3 4 3 24
pengambilan darah petugas tidak dilakukan
Tidak ada supervisi
Belum ditunjuk supervisior yang
pelayanan 2 2 3 12
melakukan supervisi
pengambilan darah
Tidak ada pelaporan
Belum ditunjuk penanggung
Assesment kejadian petugas 1 3 2 12
jawab kejadian tertusuk jarum
tertusuk tertusuk jarum
jarum suntik Belum tersedia
ruangan khusus Luas ruang tidak mencukupi 2 2 3 12
pengambilan darah
Belum tersedia tempat
tidur untuk Belum dilakukan penganggaran 2 2 3 12
pengambilan darah
Petugas belum memahami KIE
Tidak melakukan KIE
untuk pengambilan darah pada 2 4 3 24
pada pasien
pasien

Penanggung jawab pelayanan


Tidak melakukan
pengambil darah tidak
Evaluasi monitoring berkala 2 4 3 24
melakukan monitoring/supervisi
sesuai SPO
berkala sesuai SPO

Dari hasil data tersebut kemudian dilakukan ROOT Cause Analysis dan rencana tindak lanjut
penyebab terhadap hasil RPN 20-48 seperti pada tabel 5.

Penyebab kegagalan RCA RTL PJ


Kegiatan Dilakukan penyegaran
Penyegaran kembali Koordinasi
penyegaran dan kembali atau
sosialisasi SPO pelayanan
sosialisasi tidak sosialisasi SPO
pengambilan darah laboratorium
dilakukan secara pengambilan darah
berkala kepada petugas secara
berkala
Dilakukan penyegaran
Kegiatan
kembali atau
Petugas belum memahami penyegaran dan Koordinasi
sosialisasi KIE
KIE untuk pengambilan sosialisasi tidak pelayanan
pengambilan darah
darah pada pasien dilakukan secara laboratorium
kepada petugas secara
berkala
berkala

Dari hasil tersebut maka tindak lanjut yang harus dilakukan adalah penyegaran kembali
sosialisasi SPO dan KIE pengambilan darah kepada petugas secara berkala.
Adapun upaya tindakan pengendalian resiko petugas tertusuk jarum secara umum yang perlu
dilakukan adalah :
1. Kebijakan dan SPO pengelolaan alat medis dan sampah tajam
2. Penyediaan tempat sampah benda tajam yang mencukupi dan memenusi syarat di tempat
alat tajam digunakan
3. Training dan sosialisasi SPO baru keseluruhan staf
4. Pelaksanaan program safety briefing
5. Kampanye pencegahan tertusuk jarum
6. Monitoring harian
7. Evaluasi bulanan
8. Memberikan vaksinasi kepada petugas laboratorium.

6. SASARAN
- Sasaran dan fasilitas laboratorium
- Staf laboratorium

7. JADWAL PELAKSANAN KEGIATAN


Bulan Ket.
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Identifikasi daftar resiko
2 Penyusunan prioritas resiko
3 Melakukan analisis, pengelolaan resiko,
dan evaluasi
4 Pengumpulan laporan managemen
resiko ke komite PMKP
8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
a. Evaluasi pelaksanan kegiatan
Evaluasi pelaksanan kegiatan dilihat dari pelaksanan skedul kegiatan
b. Pelaporan
Pelaporan masing – masing kegiatan dilakukan sesuai dengan waktu dan cara
pelaksanaan kegiatan
9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
a. Pencatatan
Pencatatan kegiatan dilakukan dengan mengisi lembar kerja yang sudah disediakan
atau mendokumentasikan kegiatan tersebut.
Catatan kegiatan dikumpulkan segera setelah kegiatan selelsai sebagai bahan
evaluasi diakhir tahun.
b. Pelaporan
Pelaporan kegiatan dilakukan sekali setahun pada akhir tahun
c. Evaluasi kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan dilakukan
setahun sekali.
Ditetapkan di : Puruk Cahu
Pada Tanggal 2 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai