Anda di halaman 1dari 44

dr.

Dina Dariana MKK


Surveior FKTP

Disampaikan pada : Workshop PPI, Kamis, 16 Maret 2023


dr. Dina Dariana MKK
Riwayat Pekerjaan :
• Kepala puskesmas di Tangerang (tahun 1985
– 1993)
• Kasi di Kanwil Sumsel (tahun 1993-2000)
• Kasi di Direktorat Gizi , Depkes RI (tahun
2000 -2004)
• Kasubbid di Pusat Kesehatan Kerja, Depkes
RI (tahun 2004 – 2006)
• Kasubdit di Direktorat Kesjaor, Kemkes RI No. Hp. : 0816804210
(2006-2013) Alamat email :
dariana_dina@yahoo.com
• Pengajar tidak tetap di Akbid Bina Husada
Tangerang (2013-2018) Pendidikan :
• Fasilitator pelatihan kesja FK Unair
• Surveior FKTP S2 Kedokteran Kerja FK UI
KESELAMATAN
(KARS versi 2012)
wajib memastikan bahwa
Adalah segala kegiatan bangunan, peralatan dan sistem
untuk memastikan bahwa yang digunakan tidak
teknologi bangunan, menimbulkan bahaya bagi
pasien, petugas dan masyarakat
properti, informasi, termasuk terjadinya penularan
peralatan dan sistem yang penyakit
ada tidak menimbulkan
risiko fisik untuk pasien,
petugas dan masyarakat
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI Pejamu
rentan
Agen
infeksi

Upaya untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung dan Pintu
Rantai
penularan
masuk Reservoir
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan

Memutus rantai Cara Pintu


penularan keluar
penularan penyakit
PMK 11 tahun 2017
Keselamatan Pasien
Adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, meliputi
• Asesmen risiko,
• Identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien,
Keselamatan pasien • Pelaporan dan analisis insiden,
• Kemampuan belajar dari insiden dan
adalah upaya untuk tindak lanjutnya,
menurunkan risiko cedera • Implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan
yang sebenarnya tidak perlu
mencegah terjadinya cedera yang
terjadi dalam pelayanan disebabkan oleh kesalahan akibat
kesehatan sampai pada melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang
batas minimum yang dapat
seharusnya diambil
diterima (WHO - ICPS, 2009)
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar

2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan


yang harus diwaspadai

4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang


Benar, Prosedur Yang Benar,
Pembedahan pada Pasien yang Benar

5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat


Perawatan Kesehatan

6. Mengurangi Risiko Pasien Akibat


terjatuh
Upaya untuk mengurangi Risiko Infeksi Akibat
Perawatan Kesehatan
1. Melakukan 2. Mengatur penempatan pasien agar tidak
manajemen risiko terjadi penularan dari pasien ke pasien
dengan ICRA lain dan juga dari petugas ke pasien, dari
(Infection Control pasien ke petugas
Risk Assesment) 3. Mengelola peralatan medis yang
digunakan dengan melakukan
dekontaminasi dan sterilisasi alat
4. Melakukan pengendalian lingkungan
fasilitas kesehatan dan pengelolaan
limbah
ICRA
(PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI)
Adalah sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dari infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien, keluarga, petugas, pengunjung
dan lingkungan (JCIA, 2010).

TUJUAN
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dampak
risiko infeksi dari paparan kuman patogen
melalui petugas, pasien, pengunjung atau
melalui tindakan/prosedur medis (risiko HAIs)
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada
agar dapat di tindak lanjuti berdasarkan hasil
penilaian skala prioritas
Fokus pada pengurangan risiko dari
infeksi
Tahapan perencanaan fasilitas, desain,
kontruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas
Pengetahuan tentang infeksi 
antisipasi dampak potensial
Jenis I C R A
Permenkes no 27 tahun 2017
ICRA program dan
ICRA eksternal ICRA internal ICRA konstruksi
Penilaian risiko infeksi Kajian risiko infeksi • Perencanaan fasilitas
terkait : mencakup : • Desain
KLB di komunitas • Risiko terkait pasien, • Kegiatan konstruksi
• Pandemi covid petugas
• Keracunan makanan • Risiko terkait
Bencana alam pelaksanaan
prosedur
Kecelakaan masal
• Risiko terkait
Dll
peralatan
• Risiko terkait
lingkungan
Langkah ICRA
Penilaian
Identifikasi dan Pengelolaan
Analisa risiko penentuan risiko
masalah
skoring

• Beratnya • Dimana • Grading risiko POA


dampak terjadi probabilitas,
• Frekuensi • Siapa yang dampak,
• Aktifitas berkontribusi sistem
risiko infeksi • Dampak yang • Tentukan
• dll terjadi tingkat risiko
• Biaya untuk
upaya
pencegahan

Tim PPI, Kapus, komite mutu, unit terkait


Deskripsi tingkat risiko terhadap frekuensi kejadian
No. DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
1. Sangat Hampir tidak pernah terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun)
rendah
2. Rendah Jarang (frek 1-2x/tahun)
Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi (terjadi dalam 2-5
tahun)
3. Medium Kadang (frek 2-4x/tahun)
Mungkin terjadi/bisa terjadi (dapat terjadi tiap 1-2 tahun)
4. Tinggi Agak sering (frek 4-6 x/tahun)
Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali
dalam setahun)
5. Sangat Sering (frek > 6x/tahun)
tinggi Hampir pasti akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan)
Deskripsi tingkat risiko terhadap dampak
No. DESKRIPSI DAMPAK
1. Minimal klinis Tidak ada cedera
2. Moderate klinis Cedera ringan (mis lecet, dapat diatasi dengan
P3K)
3. Lama hari Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi
rawat panjang motorik/sensorik/psikologis atau intelektual tidak
berhubungan dengan penyakitnya dan setiap
kasus akan memperpanjang hari perawatan.
4. Kehilangan Cedera luas/berat (cacat/lumpuh), kehilangan
fungsi tubuh fungsi motrik/sensorik/psikologis atau intelektual)
sementara tidak berhubungan dengan penyakit.
5. Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
Deskripsi tingkat risiko terhadap sistem, peraturan
dan pelaksanaannya
No. DESKRIPSI SISTEM, PERATURAN DAN
PELAKSANAAN
1. Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan
2. Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu
dilaksanakan
3. Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak
dilaksanakan
4. Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak
dilaksanakan
5. None Tidak ada peraturan
Penghitungan Tentukan Nilai
Probabilitas X Dampak X Sistem prioritas

Contoh : Penentuan rangking tingkat risiko


No URAIAN Probability Dampak Sistem Score Rangking
risiko
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Plebitis 5 2 2 20 I
2. ISK 2 3 3 18 II
3. PLABSI 3 5 1 15 III
See how your habits unfold. One day at a time.
PENEMPATAN PASIEN

Mencegah infeksi
Menempatkan pasien silang (pasien,
pada tempat yang telah pengunjung, petugas)
ditentukan atau mengatur
jarak pasien berdasarkan
kewaspadaan transmisi
KAMAR TERPISAH
• Airbone infection isolation room
• Single room dengan pintu tertutup
• Kohorting dengan exhaust pan keluar
• Kamar terpisah dengan udara
terkunci bila diwaspadai transmisi
airbone meluas
• Untuk pasien yang kurang mampu
menjaga kebersihan (anak, gangguan
mental, dll)
• Batasi kontak, APD
• Batasi transportasi/mobilisasi
PROSEDUR PENEMPATAN PASIEN
• Pasien infeksius terpisah dengan • Petugas di ruang isolasi atau
pasien non infeksius kohorting tidak boleh memberikan
• Disesuaikan dengan pola transmisi pelayanan kepada pasien di
infeksi ruangan lain
• Untuk perawatan dlm 1 ruangan  • Pembatasan orang yg boleh
jenis infeksi sama (sistem masuk ruangan isolasi/kohort
kohorting) • Pembatasan mobilisasi pasien
• Ruangan terkait kohorting harus infeksius yg transmisi nya melalui
diberi tanda kewaspadaan sesuai udara
transmisinya, jarak tempat tidur • Pasien HIV tidak boleh dicampur
minimal 1 meter bersama pasien TB
• Pasien kurang menjaga • Hindari penggunaan peralatan
kebersihan diri dan lingkungan yang sama untuk beberapa pasien
dipisahkan tersendiri • Pembersihan berkala dan
disinfeksi lingkungan
• Setiap tindakan medis mempunyai risiko
terjadinya infeksi saat peralatan kontak dengan
kulit dan jaringan
• Dekontaminasi dan sterilisasi sangat
menentukan dalam keberhasilan suatu tindakan
medis
• Peralatan yang telah dipakai untuk pasien
infeksius harus didekontaminasi terlebih dulu
sebelum digunakan untuk pasien lainnya.

PERMENKES 27 tahun 2017 Tentang Pedoman PPI


1968, Spaulding
3 kategori alat kesehatan yang berpotensi risiko terjadinya infeksi

KRITIKAL SEMI KRITIKAL NON KRITIKAL

risiko infeksi Kontak dengan


tingkat tinggi Kontak dengan
(jaringan steril, mukosa, kulit kulit yang utuh
darah) tidak utuh (lecet)

STERILISASI Disinfeksi Tingkat


(autoklaf, sterilisasi Disinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT)
temperatur rendah, Rendah (DTR)
(steam,
chemical sterilans Pembersihan fisik
pasteurisasi,
disposible) (deterjen, air)
disinfektan kimia)

PERMENKES 27 tahun 2017 Tentang Pedoman PPI


DEKONTAMINASI
Dekontaminasi ialah proses
pembersihan suatu benda atau zat
untuk menghilangkan zat
pencemar seperti mikroorganisme
atau bahan berbahaya, termasuk
bahan kimia, zat radioaktif, dan
penyakit berjangkit.
• Mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien
atau permukaan lingkungan.
• Membuang kotoran yang tampak.
• Membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
• Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak
langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.
• Untuk melindungi personal dan pasien.
Precleaning Menggunakan deterjen atau enzymatik, spons
(penyemprotan, direndam)

PEMBERSIHAN

STERILISASI DISINFEKSI

Disinfeksi Disinfeksi
Pemanasan
Autoklaf Tingkat Tingkat
kering
Tinggi Rendah

Simpan
Zat kimia (hindari
DIREBUS (disinfektan) kontaminasi
debu)

Cuci bersih
dengan air
Petugas menggunakan APD steril dan
keringkan
Pembersihan Awal (pre-cleaning)
Semua peralatan medis yang telah
digunakan

• Proses yang membuat benda mati lebih


aman untuk ditangani oleh petugas
sebelum di bersihkan (umpamanya
menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV)
• Tidak menghilangkan, tetapi mengurangi
Menggunakan enzymatik
jumlah mikroorganisme yang 0,8%/deterjen/glutaraldehyde
mengkontaminasi  menghilangkan 2% selama 10-15 menit)
noda darah, cairan tubuh
Pembersihan/pencucian
Cuci dengan sabun/deterjen dan air atau
menggunakan enzym  bilas dengan air
bersih  keringkan
Disikat, bilas dengan air
MANUAL mengalir suhu 40-50°/ air
deionisasi/air sulingan 
bilas dengan air mengalir
 tiriskan

Menggunakan mesin cuci


khusus, menggunakan
MEKANIK ultrasonic  lebih bersih
dan lebih aman.
Alat pembersih juga harus
dibersihkan secara rutin
STERILISASI
Sterilisasi adalah cara yang
dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme pada suatu
benda. (termasuk dalam bentuk
spora)

PERMENKES 27 tahun 2017 Tentang


PEDOMAN PPI
Sterilisasi menggunakan autoklaf
(dengan pemanasan uap)

• Temperatur uap maksimum 250°F


(121°C) dengan tekanan 15 Psi (Pounds
per square Inch) , waktu 15-20 menit,
• Suhu 273°F (134°C) dengan tekanan 30
Psi , waktu 3-5 menit
• Waktu dihitung sejak suhu sudah
mencapai 121°C
• Semua engsel instrumen dengan kunci
harus tetap terbuka selama proses
sterilisasi
• Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluarsa
pada kemasan setelah proses sterlisasi
STERILISASI PANAS KERING

• Pastikan semua alat sudah


dibersihkan awal (pre-cleaning)
• Menggunakan temperatur
340°F (170 °C) dalam waktu 1
jam atau temperatur 320°F
(160 °C) dalam waktu 2 jam
PENGEMASAN
Membungkus semua alat Prinsip pengemasan
yang telah dibersihkan 1. Terdapat prosedur : pelabelan
menggunakan (nama alat,tanggal pengemasan),
pembungkus kertas penempatan alat dalam kemasan,
khusus atau kain (linen) metode sterilisasi
2. Kemasan mudah dibuka dan
isinya mudah diambil tanpa
menyebabkan kontaminasi
3. Harus dapat menjaga isinya tetap
steril sampai dibuka dan
dilengkapi masa kedaluarsa
Penyimpanan peralatan steril

Jenis Disimpan dlm Diletakan dlm


pembungkus tempat rak terbuka
tertutup
Dibungkus 1 minggu 2 hari
tunggal
(1 lapis)
Dibungkus 3 minggu 2 minggu
double (2lapis)
DESINFEKSI
Desinfeksi adalah
menghancurkan atau
membunuh kebanyakan
organisme patogen pada
benda atau instrumen
dengan menggunakan
campuran zat kimia cair.
Tidak dapat mengeliminasi dalam
bentuk spora

PERMENKES 27 tahun 2017 Tentang Pedoman PPI


Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

1. Perendaman selama 15-20


menit) menggunakan
disinfektan (natrium hypoclorite
5,25% atau glutaraldehyde 2%
atau peroxide hydrogen 6%)
2. Proses dengan cara merebus
atau mengkukus selama 20
menit (dihitung setelah air
mendidih/ terbentuknya uap)
Desinfeksi Tingkat Rendah
(DTR)
• Peralatan yang perlu dicuci
menggunakan deterjen dan
air mengalir , dikeringkan 
manset
• Disinfeksi dengan alkohol
swab 70%  tensimeter,
stetoskop, dll
• Pembersihan menggunakan
kain bersih yang sudah
dilembabkan (disemprot)
dengan cairan klorin 0.05%,
gosok dan lap  permukaan
tempat tidur, meja, dll
• Permenkes no 27 tahun 2017 tentang PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
• Permenkes no 2 tahun 2023 tentangPERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
Pengendalian lingkungan
adalah upaya mengendalikan TUJUAN
lingkungan melalui Mencegah transmisi
- Perbaikan mutu air mikroorganisme dari pasien
- Kualitas udara/ventilasi atau pengguna ke petugas
- Permukaan lingkungan atau sebaliknya akibat
- Disain dan konstruksi pengelolaan dan
bangunan pengendalian lingkungan
yang tidak sesuai standar PPI
Tempat penampungan
harus dibersihkan
secara rutin

Memenuhi pesyaratan
kesehatan air
• Pesyaratan mutu air bersih (fisik,
kimia, bakteriologis)
• Sumber air bersih bebas dari
pencemaran fisik, kimia, bakteriologis
• Distribusi ke ruangan  sistem

AIR BERSIH
perpipaan dengan tekanan positif
• Air tersedia dalam jumlah cukup
VENTILASI
Sistem ventilasi
mekanik
• Untuk exhaust fan 
udara pembuangan
tidak diarahkan ke Sistem ventilasi alami
ruang tunggu pasien • Sebaiknya dengan
atau tempat lalu menciptakan airan
lalang orang udara silang
• Arah kipas angin • Dipastikan arah angin
dipastikan tidak tidak membahayakan
membahayakan pasien maupun
pasien dan petugas petugas
Disain dan konstruksi bangunan
• Tata ruang bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara
dan pencahayaan
• Tata letak bangunan dan tata ruang harus mempertimbangkan
zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, privasi,
kedekatan hubungan fungsi antar ruang pelayanan
• Permukaan lantai mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata
• Dinding harus mudah dibersihkan , tahan cuaca dan tidak mudah
berjamur, tidak berpori dan bersiku yang dapat menyimpan debu
sebagai sarang kuman
• Langit2 berwarna terang dan mudah dibersihkan, tidak mempunyai
lekukan atau berpori
Penataan barang dan lingkungan
• Barang tersusun rapi sesuai jenis,
• Tidak menempatkan barang steril bersatu
dengan barang kotor
• Jarak tempat tidur dengan tempat pemeriksaan
atau tempat tidur lain minimal 1 meter
• Tempat limbah tidak berada dekat pasien/
tempat tindakan
• Lantai tidak menggunakan karpet
X • Tirai/gorden terbuat dari bahan yang kuat dan
tidak tembus air
• Area kotor dan area bersih terpisah dan
berbatas tegas  menghindari ketidak
nyamanan, kontaminasi dan risiko kecelakaan
• Seluruh pemukaan lingkungan datar
bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga (semut, kecoa, lalat,
nyamuk) dan binatang pengganggu
(kucing, anjing dan tikus) dan harus
dibersihkan secara terus menerus.

• Hindari penggunaan sapu ijuk dan


yang sejenis, tapi gunakan cara basah
(kain basah) dan mop (untuk
pembersihan kering/lantai) 
mencegah aerosolisasi kuman patogen
penyebab infeksi pada saluran napas
Limbah
• Identifikasi
infeksius
PENGELOLAAN • Pemisahan
LIMBAH • Labeling Limbah
• Pengangkutan non
infeksius
• Penyimpanan,
• Pembuangan/
pemusnahan LIMBAH
Limbah
Melindungi pasien, benda
petugas, pengunjung, tajam
masyarakat sekitar dari
penyebaran infeksi dan Limbah cair
risiko cidera

Anda mungkin juga menyukai