Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kita semua sehingga kami berhasil menyusun
Panduan ICRA HAIs PPI di Puskesmas Bongomeme
II
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan transparan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi puskesmas untuk meningkatkan pelayanan di bagian
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu kami sangat
berharap atas saran untuk perbaikan selanjutnya.Semoga panduan ini bermanfaat
bagi kita semua dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Bongomeme
Bongomeme, tgl/bln/th
Tim Penyusun
II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..II
II
BAB I
PENDAHULUAN
1. Risiko eksternal:
Bencana alam : tornado, banjir, gempa
Kecelakaan massal
2. Risiko internal:
a. Pasien
Karakteristik pasien :
Perempuan , anak-anak
Perawatan akut pada pasien
Populasi kebutuhan khusus
Perawatan jangka panjang
rehabilitasi
Usia pasien : anak-anak, dewasa, lansia yang terkait status
imunologi, penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya
hidup, lansia sakit yang cenderung mengalami perubahan
pola piker.
b. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan, dan sterilisasi untuk proses peralatan
Instrument bedah
Protesa
Pemprosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat
II
Peralatan yang dipakai
c. Risiko terhadap petugas kesehatan
Kebiasaan kesehatan perorangan
Budaya keyakinan tentang penyakit menular
Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi
Skrining yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
d. Risiko yang terkait pelaksanaan prosedur
Prosedur invasif yang dilakukan
Peralatan yang dipakai
Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu
tindakan
Persiapan pasien yang memadai
Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang
direkomendasikan
e. Lingkungan
Pembangunan
Kelengkapan peralatan
Pembersihan
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien,
petugas dan pengunjung di puskesmas
2. Tujuan khusus
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien, dan
pengunjung
Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan
baik melalui peralatan, teknik pemasangan, ataupun
perawatan terhadap risiko infeksi (HAIs)
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar
ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
II
BAB.II
Risiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kejadian
saat sekarang atau kejadian di masa datang. Menejemen risiko adalah pendekatan
proaktif untuk mengidentifikasi, menilai, dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan
untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Risk Assesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses
secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan. Kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko harus
dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan publik
dapat terlibat bila memungkinkan.
Observasi
Laporan kejadian
Dokumen review
Pengukuran masalah :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya da tingkat bahaya
- Risiko sampingan
II
Root cause analysis
Failure mode and affect analysis (FMEA)
RISK MATRIX
EVALUASI RESIKO
1. Ranking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisis manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah diranking, biaya untuk
mengurangi risiko disbandingkan dengan biaya kalua terjadi risiko)
4. Pastikan risiko yang ditimbulkan bias diterima atau tidak
II
BAB.III
ASSESMENT RISIKO
A. Risk Register
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal risiko,
kemudian dibuat oleh daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan
dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada : sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan
proaktif melalui self assessment, incident reporting system, dan clinical audit dilakukan
menyeluruh terhadap medis dan non-medis.
II
sterilisasi /sterilisasi peralatan infeksi silang
peralatan melalui
kontak
/bloodbornee
II
dan fecal oral
2.4.2 petugas
cedera tertusuk
jarum suntik bersih
II
sterilisasi pada infeksi silang
prosedur aseptic melalui
kontak/bloodbo
rne
2.9 Mengakibatkan
penanganan pasien,
limbah petugas dan
infeksius pengunjung
darah, cairan mendapat
tubuh dan infeksi silang
potongan
jaringan tubuh
2.10 Pasien
penanganan mendapat
antimikroba / infeksi MDR-
mikro TB
organisme
multi resisten Pasien
obat mendapat
infeksi
pseudomonas
aeruginosa
II
TB, MDR-TB
dan airbone
dan droplet
Kegagalan Pasien,
penerapan petugas dan
kebersihan tangan pengunjung
mendapat
infeksi silang
melalui kontak
dan fekal oral
Pasien cidera
terpapar obat-
obatan
kadaluarsa
Mendapat
infeksi
bloodborne
II
3.7 prosedur Pasien
diagnostik terjangkit ISK
terapi saluran dalam waktu
kemih lebih dari 48
jam pemakaian
kateter urin
Petugas cidera
tertusuk jarum
suntik bersih
Petugas
tertusuk jarum
suntik
terkontaminasi
mengakibatkan
pasien
mendapat
infeksi silang
bloodborne
II
jaringan
Meningkatkan
peningkatan
angka
kesakitan dan
kematian
II
II