Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SINGOSARI
Jln Tohjoyo III/No. 1 Telp. 0341-458961
Email : puskesmassingosari03@gmail.com
SINGOSARI-65153

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan salah satu institusi kesehatan lini pertama yang
komperhensif, mencakup kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam
kegiatannya Puskesmas melibatkan banyak layanan umum, anak, gigi, gizi, KB, lansia,
laboratorium, gawat darurat dan lain-lain. Tiap layanan Puskesmas ini melibatkan
banyak tenaga kesehatan di dalamnya sebagai pekerja kesehatan untuk melayani
pasien yang berasal masyarakat sekitar. Masing-masing layanan juga terdapat proses
kerja yang berbeda antara satu dengan yang lain sehingga potensi bahaya di masing-
masing tempat kerja bisa berbeda-beda.
HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama di
Rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain di Indonesia, karena mempunyai dampak
terhadap pelayanan, terutama dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan meningkat.
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program yang berfokus pada :
- Pengurangan resiko infeksi
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
Resiko ICRA terbagi atas :
1. Resiko eksternal :
- Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
- Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
- Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular :
a. Pneumonia Covid19
b. Influenza, meningitis
c. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air,
seperti hepatitis A dan Salmonella
1
2. Resiko internal :
a. Pasien
 Karakteristik pasien
- Perempuan, anak-anak
- Perawatan akut pada pasien dewasa
- Populasi kebutuhan khusus
- Perawatan jangka panjang
- Rehabilitasi
 Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
a. Status imunologi
b. Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
b. Resiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfekatan dan sterilisasi untuk proses peralatan
 Instrumen bedah
 Protesa
 Pemrosesan alat sekali pakai
 Pembungkusan kembali alat
 Peralatan yang dipakai
c. Resiko terhadap petugas kesehatan
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, teknik isolasi, dsb)
d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur
 Prosedur invasive yang dilakukan
 Peralatan yang dipakai
 Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
 Persiapan pasien yang memadai
 Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan
e. Lingkungan
 Pembangunan
 Kelengkapan peralatan
 Pembersihan
Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang.

2
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau meminimalkan
dampaknya.
Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara
rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial beresiko dengan
memprioritaskan area yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan
ditimbulkan dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan.
Metode dasar manajemen resiko :
 Observasi
 Laporan kejadian
 Dokumen review
 Pengukuran masalah :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya
- Resiko sampingan
Evaluasi resiko
1. Ranking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisas manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk
mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko)
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas
dan pengunjung di Puskesmas

2. Tujuan khusus
a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak resiko terhadap :
 Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien dan pengunjung.
 Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan baik
melalui peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap
resiko infeksi (HAIs)
b. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas

3
BAB II
ASSESMENT RESIKO

Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko, kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan
deskripsi resiko termasuk menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi resiko dilakukan
dengan proaktif melalui self assesment, incident reporting system dan clinical audit dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.
Tabel 1 ICRA
No. Potensi masalah Probabilitas Dampak Sistem yang ada Skor
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 Cuci tangan tidak sesuai SOP 2 2 1 4
2 Penggunaan APD tidak sesuai SOP 2 2 1 4
3 Etika batuk tidak sesuai SOP 2 2 1 4
4 Pembuangan limbah tidak sesuai SOP 2 2 1 4
5 Dekontaminasi peralatan perawatan pasien tidak 1 3 1 3
sesuai SOP
6 Praktik menyuntik tidak sesuai SOP 2 2 2 8
7 Tatalaksana linen tidak sesuai SOP 4 2 3 24
8 Penempatan pasien berisiko menular 4 3 1 12
9 Perlindungan karyawan/petugas 2 3 1 6
10 Penggunaan antibiotik rasional 4 1 2 8

4
Tabel 2 prioritas ICRA
No Jenis kelompok Skor Prioritas Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi
1 Penatalaksanaan 24 1 Adanya SOP Unit terkait mampu - Sosialisasi SOP linen
linen penatalaksanaan memahami SOP terkait - Monitoring penempatan linen di unit-unit perawatan
linen dengan penatalaksanaan - Monitoring SOP pengambilan linen di unit-unit
linen dan dapat perawatan oleh petugas laundry
melaksanakan SOP dengan - Monitoring pelaksanaan pemrosesan linen di unit
baik dan benar sehingga laundry dan pendistribusiannya ke unit-unit
aman bagi petugas yang - Pegadaan alat mencuci linen untuk memisahkan
memproses linen pencucian linen kotor dan terkontaminasi
2 Penempatan 12 2 Mencegah Menurunkan insiden dan - Edukasi hygiene respirasi/etika batuk bagi staf, pasien
pasien (prosedur penularan dan risiko terjadinya penularan dan pengunjung
isolasi) dari risiko penyebaran penyakit berbasis airborn - Membuat tempat dan prosedur skrining pasien batuk di
penularan penyakit dengan disease seperti poli rawat jalan
droplet dan droplet dan ISPA/TB/Pneumonia - Merekomendasikan untuk membuat jalur khusus
airbone infection airbone infection terhadap petugas pendaftaran, antrian menunggu, dan poli khusus
di Puskesmas kesehatan dan melindungi penyakit dengan airborn infection seperti
Singosari pasien lain serta ISPA/TB/Pneumonia
pengunjung dari penularan - Merekomendasikan untuk membuat ruang isolasi
penyakit tersebut airbone infection di ruang IGD beserta prosedur isolasi
- Merekomendasikan untuk penggunaan ventilasi
campuran di poli TB DOTS dengan penggunaan
exhaust fan
- Merekomendasikan pengadaan ruang rawat inap atau
isolasi pasien airbone dan droplet infection
- Monitoring Penggunaan APD yang maksimal bagi
petugas dalam penanganan pasien–pasien terduga
airbone dan droplet infection
- Monitoring penggunaan masker bagi pasien yang
suspek atau positif dengan penyakit airbone infection
- Penggunaan masker bagi pasien dengan airbone

5
infection saat pasien di transportasikan
- Penempatan dispenser masker di poli rawat jalan
- Penempatan stand banner di informasi “Jika anda
batuk > dari 2 minggu gunakan masker”.
- Meningkatkan kepatuhan Hand hygien setelah
menyentuh masker terinfeksius

Tabel 3 ICRA HAI’s


No. Potensi masalah Probabilitas Dampak Sistem yang ada Skor
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 Phlebitis 4 3 1 12
2 Infeksi akibat luka bedah / 1 3 1 3
tindakan
3 ISK 0 3 1 0
4 Pneumonia 0 3 1 0

Tabel 4 Prioritas ICRA HAI’s


No Jenis Skor Prioritas Tujuan Tujuan Khusus Strategi
kelompok Umum
1 Kejadian 12 Menurunkan Insiden phlebitis turun - Edukasi staf terkait
phlebitis insiden menjadi ½ dari insiden - Monitoring dan audit pelaksanaan prosedur pemasangan IV cateter
phlebitis di rate periode - Monitoring dan audit pelaksanaa Hand hygiene
Puskesmas sebelumnya - Kaji fasilitas alkes yang tersedia
Singosari - Monitoring terapi cairan yang diberikan apakah jenis pekat atau tidak
- Monitoring pelaksanaan prosedur pemberian obat per intravena melalui
karet infus set

6
- Merekomendasikan untuk penggunaan dressing transparan untuk
menutup luka insersi infus

Langkah evaluasi memastikan bahwa tidak semua resiko yang terindentifikasi memerlukan rencana pengendalian lebih lanjut. Hasil dari analisis
resiko akan dibuat skala prioritas kemudian didiskusikan bersama tim mutu untuk membuat rencana tindak lanjut dan tindak lanjut rencana langkah-
langkah sistem pengendalian untuk menurunkan kemungkinan terjadinya resiko maupun untuk menurunkan dampak terjadinya resiko.

7
BAB 3
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.1. Kesimpulan
1. Puskesmas Singosari merupakan pusat layanan kesehatan yang melibatkan
banyak tenaga kesehatan di dalamnya.
2. Prioritas masalah PPI pada Puskesmas Singosari adalah penempatan pasien
berisiko menular, tatalaksana linen belum sesuai SOP, kepatuhan petugas
memakai APD, serta tingkat kejadian phlebitis yang masih tinggi.

1.2. Saran
1. Perlu dilakukan pengendalian terhadap bahaya potensial di Puskesmas Singosari .
2. Pengendalian yang dapat dilakukan berupa:
Penempatan pasien berisiko menular:
a) Edukasi hygiene respirasi/etika batuk bagi staf, pasien dan pengunjung
b) Merekomendasikan untuk membuat ruang isolasi airbone infection di ruang IGD
beserta prosedur isolasi
c) Membuat tempat dan prosedur skrining pasien batuk di poli rawat jalan
d) Merekomendasikan untuk penggunaan ventilasi campuran di poli TB DOTS
dengan penggunaan exhaust fan
e) Merekomendasikan pengadaan ruang isolasi pasien airbone dan droplet
infection
f) Monitoring Penggunaan APD yang maksimal bagi petugas dalam penanganan
pasien–pasien terduga airbone dan droplet infection
g) Monitoring penggunaan masker bagi pasien yang suspek atau positif dengan
penyakit airbone infection
h) Penggunaan masker bagi pasien dengan airbone infection saat pasien di
transportasikan
i) Penempatan dispenser masker di poli rawat jalan
j) Penempatan stand banner di informasi “Jika anda batuk > dari 2 minggu
gunakan masker”.
k) Meningkatkan kepatuhan Hand hygien setelah menyentuh masker terinfeksius

Tatalaksana linen tidak sesuai SOP


a) Sosialisasi SOP linen
b) Monitoring penempatan linen di unit-unit perawatan
c) Monitoring SOP pengambilan linen di unit-unit perawatan oleh petugas laundry
d) Monitoring pelaksanaan pemrosesan linen di unit laundry dan pendistribusiannya
ke unit-unit

8
e) Pegadaan alat mencuci linen untuk memisahkan pencucian linen kotor dan
terkontaminasi

Penurunan angka kejadian phlebitis


a) Edukasi staf terkait
b) Monitoring dan audit pelaksanaan prosedur pemasangan IV cateter
c) Monitoring dan audit pelaksanaa Hand hygiene
d) Kaji fasilitas alkes yang tersedia
e) Monitoring terapi cairan yang diberikan apakah jenis pekat atau tidak
f) Monitoring pelaksanaan prosedur pemberian obat per intravena melalui karet
infus set
g) Merekomendasikan untuk penggunaan dressing transparan untuk menutup luka
insersi infus

Anda mungkin juga menyukai