Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INFECTION

CRONTROL RISK ASESSMENT


(ICRA)
SEMESTER I
UPT PUSKESMAS BULULAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULULAWANG
Jl. Stasiun No. 11-13 Bululawang Telp (0341) 833021
email: puskesmasbululawang@gmail.com
MALANG 65171
1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
a. Latar Belakang……………………………………………………………..….. 1
b. Tujuan…………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
a. Hasil dan Pembahasan ICRA…………………………………………………..3
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. 4
a. Kesimpulan…………………………………………………………………. .. 8
b. Saran…………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. 8

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT ( ICRA ) ,HAIs (Hospital-
Acquired Infections) ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga
sebagai infeksi di Fasilitas Kesehatan yang merupakan komplikasi paling
sering terjadi di pelayanan kesehatan. Infeksi merupakan efek yang paling
sering didapatkan dari rumah sakit yang mempengaruhi sekitar 5 sampai 10%
dari pasien rawat inap di Negara maju, dan menjadi beban besar di negara-
negara yang berlatarbelakang rendah. Dampak yang diakibatkan infeksi
nosokomial (HAIs) sangat banyak diantaranya dapat menimbulkan risiko
terpapar infeksi yang tidak hanya dialami oleh pasien tetapi juga untuk petugas
kesehatan, keluarga, dan pengunjung. HAIs juga berdampak pada pasien dan
keluarga akan kehilangan pendapat, bahaya, cacat atau kematian,
peningkatan lama perawatan, pengeluaran tambahan bagi rumah sakit dan
dapat menurunkan citra rumah sakit.
Mengidentifikasi dan menganalisa risiko yang terkait dengan perawatan
kesehatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pencegahan dan
pengendalian infeksi. Jenis dan tingkat risiko yang ada di rumah sakit berbeda
satu sama lairmya. Setiap rumah sakit harus melakukan penilaian risiko sendiri
yaitu bagaimana menghindari, mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi
dan mengobati risiko tersebut berdasarkan standar yang ada. Risiko
didefinisikan sebagai kemungkinan infeksi pasien atau petugas kesehatan
yang timbul dari kegiatan di fasilitas kesehatan. Risiko kemungkinan
menimbulkan kemalangan dan kehilangan.
Memperhatikan kompleksnya permasalahan dalam pelaksanaan program
pencegahan dan pengendalian infeksi, maka diperlukan pengkajian risiko (risk
assessment) untuk menentukan prioritas kegiatan yang harus dilakukan sesuai
tingkat risiko yang terjadi untuk menyusun dan menjabarkan program PPI
tahun 2022 secara komprehensif, rinci dan jelas, sehingga dapat dilaksanakan
oleh semua petugas fasilitas kesehatan secara benar dan bertanggung jawab.

3
B. Tujuan
Pelaksanaan kegiatan ICRA memiliki tujuan:
a. Mengetahui identifikasi dan penilaian kontrol risiko infeksi dalam pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi di UPT Puskemas Bululawang.
b. Mengetahui evaluasi penilaian risiko dan insiden HAIs dalam menyusun
perencanaan program kerja pencegahan dan pengendalian infeksi di UPT
Puskemas Bululawang.
c. Mengetahui tindak lanjut manajemen risiko dalam strategi penurunan
infeksi di UPT Puskemas Bululawang.
d. Mengetahui strategi penurunan infeksi HAIs di UPT Puskemas Bululawang

C. Strategi
Strategi yang dilakukan dalam menyusun penilaian risiko adalah dengan
menerapkan konsep manajemen risiko. Risiko adalah kemungkinan untuk
terjadinya kesalahan atau kehilangan. Manajemen risiko merupakan pendekatan
proaktif yang bertujuan untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya resiko
infeksi terkait pelayanan di Puskesmas. Masalah yang potensial diidentifikasi dan
potensinya untuk menimbulkan kerusakan dinilai. Kemudian dibuat rencana
tindakan (aksi) untuk menurunkan kecenderungan masalah menjadi meningkat
atau membatasi kerusakan yang diakibatkan.
Dalam PPI risiko dapat berupa suatu agen biological yang berpotensi
menyebabkan infeksi atau suatu mekanisme yang membuat transmisi agen
infeksius terjadi.
Manajemen risiko dapat dibagi menjadi 4 tahap penting yaitu:
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Rencana tindak lanjut terhadap risiko
4. Monitoring risiko
Setelah risiko diidentifikasi, kecenderungan akibat terhadap pasien harus
diperkirakan. Hal ini dapat diperoleh dengan menganalisis 4 pertanyaan kunci,
yaitu:
1. Mengapa resiko terjadi?
2. Seberapa sering hal tersebut terjadi terjadi?

4
3. Apakah kecenderungan akibat yang terjadi jika tindakan yang sesuai
tidak diambil?
4. Berapakah biaya untuk mencegahnya?

D. SKRORING ICRA
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI
TINGKAT DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO
1 Never Tidak pernah
2 Rare Jarang (Frekuensi 1- 2 x/tahun)
3 Maybe Kadang (Frekuensi 3-4 x/tahun )

4 likely Agak sering ( Frekuensi 4-6 x/tahun )


5 Expect it Sering ( Frekuensi > 6 - 12 x/tahun )

PENILAIAN DAMPAK
TINGKAT DESKRIPSI DAMPAK
RISIKO

1 Minimal clinical Tidak ada cedera

2 Moderate clinical • Cedera ringan , mis luka lecet

• Dapat diatasi dng P3K

3 Prolonged • Cedera sedang, mis : luka robek


length of stay
• Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversibel ). Tdk berhubungan dg penyakit

• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


function
• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (irreversibel), tdk berhubungan
dng penyakit

5 Katastropik Kematian yg tdk berhubungan dg perjalanan


penyakit

5
PENILAIAN SISTEM YANG ADA
TINGKA DESKRIPSI KEADAAN
T
RISIKO

1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan

3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan

4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan

SKOR :
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada

Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera


Tindakan sesuai Tingkat & Band Risiko

LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,


(SANGAT TINGGI) membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur RS : perlu pengkajian yang sangat dalam

HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji


(TINGGI) dng detail & perlu tindakan segera, serta membutuhkan
tindakan top manajemen : perlu penanganan segera

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling


(SEDANG) lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya
menilai dampak terhadap bahaya & kelola risiko :
menggunakan monitoring / audit spesifik

LOW Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling


(RENDAH) lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur rutin

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. ICRA – Prioritas Masalah

No. Potensial Risk/Masalah Score Prioritas

1 HAIS : PHLEBITIS 8 VII

7
KEWASPADAAN STANDART :
2 Kurangnya kepatuhan 4 VIII
pemakaian APD

3 STERILISASI ALAT : proses 45 III


sterisasi alat belum maksimal

LAUNDRY : petugas tidak


menggunakan APD saat
4. penanganan alat 20 VI
kotor/infeksisus belum
maksimal
GIZI & DAPUR : Kurangnya
5 Kepatuhan pembersihan 30 V
lingkungan dapur

6 RENOVASI : Belum optimalnya 40 IV


kegiatan revovasi gedung

PENGELOLAAN
SAMPAH/LIMBAH BENDA
7 TAJAM : Masih ada safety box 100 I
yang isinya melebihi dari 3/4
volume
PROSEDUR DAN TEHNIS
PEMBUANGAN SAMPA MEDIS
INFEKSIUS : Kurangnya
8 kesadaran dan kepatuhan 60 II
Pembuangan sampah medis
dan sampah non medis yg
masih tercampur

8
B . Rencana Tindak Lanjut

PLAN OF ACTION (POA) ICRA HAIs 2022

NO. JENIS PRI


TUJUAN PRO
KELOMPOK SKOR ORI TUJUAN KHUSUS STRATEGI EVALUASI
UMUM ANA
RISIKO TAS
1 PENGELOLAA 100 I Mencegah 1. Mencegah kejadian 1. Menyesuaikan penggunaan 1.monitoring Dalam
N dan tertusuk jarum (NSI) safety box sesuai regulasi pengunaan
SAMPAH/LIMB meminimalk 2. Mencegah petugas 2. Mensosialisasikan standar safety box
AH BENDA an terjadinya terinfeksi oleh karena penggunaan safety box sesuai 2. pemb
TAJAM : Masih infeksi pajanan regulasi kepada petugas eritahuan
ada safety box nosokomial 3. Koordinasi dengan pihak/unit kepada PJ unit
yang isinya terkait terkait penyediaan terkait
melebihi dari safety box penggunaan
3/4 volume 4. Melakukan monitoring dan safety box
evaluasi pengelolaan limbah
benda tajam
5. pengadaaan saftey box sesuai
kebutuhan
2 PROSEDUR 60 II Mencegah 1. Ada prosedur dan alur 1. Sosialisasi SPO terkait Sudah tersedia S
DAN TEHNIS dan pengelolaan dan pembuangan sampah medis tempat sampah terlak
PEMBUANGA meminimalk pembuangan sampah infeksius. pijakan masih
N SAMPA an terjadinya 2. Monitoring dan evaluasi dengan ev
2.Terlaksananya
MEDIS infeksi pelaksanaan kepatuhan cuci kantong kresek
pengelolaan/pembuangan
INFEKSIUS : dikarenakan tangan di semua unit di PKM kuning untuk
sampah sesuai kreteria
Kurangnya prosedur Bululawang dengan sampah medis
kesadaran dan pembuangan 3.Tingkat kepatuhan cuci menggunakan form monitoring (infeksius),
kepatuhan sampah tangan semakin meningkat Monitoring dan evaluasi warna hitam
Pembuangan disemua unit di Puskesmas pelaksanaan prosedur dan untuk sampah

9
sampah medis Bululawang tehnis pembuangan Sampa non medis tapi
dan sampah medis infeksius. kadang masih
non medis yg 3.list jenis2 sampahdi tempel di ada yang tidak
masih tempat sampah medis ataupun diberi kresek.
tercampur non medis
3 STERILISASI 45 III Mencegah 1. Petugas mengerti dan 1. Melakukan sosialisasi ulang Di rencanakan B
ALAT : proses dan patuh terhadap SOP tetang SOP dekontaminasi alat di RTM terla
sterisasi alat meminimalk dekontaminasi alat 2. Membuat peraturan tentang
belum an resiko tanggung jawab sterilasi alat
maksimal penularan 3. Monitoring melalui audit ppi
infeksi setiap ruangan 1 minggu sekali
melalui alat
tindakan
4 RENOVASI : 40 IV Mencega 1. Terlaksananya standart 1. Melakukan swich pelaksaan Di rencanakan S
Belum dan prosedur renovasi secara renovasi saat jam pelayanan di RTM terlak
optimalnya meminialkan optimal. yaitu dengan mengerjakan masih
kegiatan resiko 2. Tercapainya proses area yang ada kegiatan ev
revovasi penularan renovasi yang tidak pelayanan dikerjakaan saat
gedung infeksi mengganggu jam siang atau sore
melalui pelayanan 2. Menyediakan tirai pemisah
media antara area pelayanan dengan
transmisi area yang di renovasi
saat 3. Melakukan evaluasi hasil
dilakukannya setelah renovasi.
proses 4. Monitoring proses renovasi
pengecatan saat jam pelayanan
saat jam
pelayanan
5 GIZI & 30 V Mencegah 1. Terciptanya lingkungan 1. Lakukan sosialisasi berkala Di rencanakan B
DAPUR : dan bersih dan bebas infeksi di terkait pencegahan dan di RTM terla

10
Kurangnya meminimalk instalasi gizi dan dapur pengendalian infeksi Akan di evaluasi
Kepatuhan an resiko 2. Terlaksannya prosedur pengelolaan sanitasi dapur dan dan di tata
pembersihan penularan penyiapan makanan penyiapan makanan. Bersama oleh
lingkungan infeksi pasien mulai dari alur 2. Lakukan monitoring dan ketua mutu dan
dapur melalui masuk sampai alur keluar evaluasi pencegahan dan kepala
kepatuhan makanan sesuai dengan pengendalian infeksi puskesmas
pembersihan peraturan standar pengelolaan sanitasi dapur dan
lingkungan 3. Tidak terjadi insiden penyiapan makanan 1. Pemasanga
sesuai keselamatan pasien yang menggunakan check list secara n sketsel
standar di dikarenakan makanan/diit berkala.
Instalasi Gizi dari Puskesmas 3. Motivasi dan berikan edukasi
dan dapur kepada petugas dapur oleh ka
instalasi gizi terkait alur masuk
bahan mentah, proses
pengolahan, proses penyajian,
dan alur keluar makanan. Serta
alur masuk piring kotor
4. Motivasi dan berikan edukasi
kepada petugas dapur agar
menggunakan APD secara
tepat dan benar dan rutin
mencatat suhu dan
kelembapan di ruang dapur.
5. Kontroling setiap hari oleh ka
instalasi GIZI di dapur terkait
wrapping makanan,
penyimpanan makanan dan
pemasangan tirai plastik yang
sesuai serta pengecekan insect
killer dinyalakan atau tidak.
6. Beri tulisan/pengumuman
terkait larangan lalu lalang

11
bukan petugas dapur di area
dapur.
7. Koordinasi dengan petugas
ruangan dan pertugas terkait,
kondisi ruangan dan penataan
benda-benda atau barang-
barang, dan penataan kembali
alur masuk bahan makanan,
piring kotor dan keluarnya
makanan yang siap saji.
6 LAUNDRY : 20 VI Mencegah 1. Petugas tahu adanya SOP 1. Mereview/membuat SOP Di rencanakan
Tidak dan dan paham isinya terkait pengunaan dan pelepasan di RTM
tersedinya meminimalk penggunaan dan APD di Laundry yang sesuai
APD saat an resiko pelepasan APD di Laundry dengan rekomendasi terbaru Akan di evaluasi
penanganan penularan 2. Petugas Laundry dan berkoordinasi dengan tim dan di tata
alat infeksi di melaksanakan pemakaian terkait bersama oleh
kotor/infeksisus Laundry dan pelepasan APD 2. Lakukan sosialisasi berkala ketua mutu dan
belum melalui sesuai standar dan terkait pencegahan dan kepala
maksimal penggunaan rekomendasi yang ada pengendalian infeksi puskesmas
dan 3. Pemakaian dan pelepasan pengelolaan linen dan laundry.
pelepasan APD di Laundry sesuai 3. Lakukan monitoring dan
APD sesuai SPO evaluasi pencegahan dan
standar saat pengendalian infeksi
penanganan pengelolaan linen dan laundry
linen menggunakan check list
secara berkala agar
pengelolaan linen dan laundry
dilakukan dengan benar
3. Motivasi dan edukasi ulang
kepada petugas terkait
pentingnya penggunaan APD

12
yang benar
Dilakukan Root terlaks
7 HAIS : 8 VII Mencegah 1. Menurunkan angka 1. Membua/Mereview SOP
PHLEBITIS dan kejadian phlebitis dibawah Cause Analysis
pemberian cairan dengan
meminimalk 1‰ di tahun 2022 (analis akar
osmolaritas pekat/tinggi
an resiko 2. Meningkatkan mutu
2. In house training teknik aseptik penyebab)
infeksi Hais pelayanan PKM
Bululawang kepada semua perawat, bidan paling lama 45
hari, diawali
dan petugas farmasi
dengan
3. Mereview/membuat SOP
membentuk tim
perawatan infus yang benar
RCA, analisis
dan berkoordinasi dengan pj
dengan detail
unit layanan
4. Perlu disediakannya infuse set dan
memerlukan
close sistem
tindakan
perbaikan
segera agar
insiden tidak
terjadi
Sudah
8 KEWASPADAA 4 VIII Mencegah 1. Tercapainya kepatuhan 1. Mereview/membuat SPO Di lakukan
N STANDART : dan petugas dalam pengunaan dan pelepasan ceklis setiap 1 terlaks
masih
meminimalk penggunaan dan APD yang sesuai dengan minggu sekali
- Kurangnya
an resiko pelepasan APD sesuai rekomendasi terbaru dan kepada seluruh pantau
kepatuhan
penularan standar berkoordinasi dengan tim karyawan
pemakaian
infeksi terkait pengunaan
APD
melalui 2. Lakukan sosialisasi/in house APD sesuai
penggunaan training terkait penggunaan dengan level
dan dan pelepasan APD yang masing2
pelepasan benar sesuai dengan

13
APD sesuai rekomendasi saat ini.
standar, 3. Laksanakan monitoring dan
kepatuhan evaluasi penggunaan dan
kebersihan pelepasan APD secara berkala
tangan, serta menggunakan check list
pengelolaan
DTT dan
DTR sesuai
SPO

14
B. Penutup
Penanganan Pencegahan dan pengendalian infeksi oleh sebuah
Puskesmas sangat mutlak diperlukan, banyak hal yang dapat diperoleh rumah
sakit maupun pasien dari hasil upaya yang dilakukan ini, disamping secara nyata
adalah biaya perawatan yang lebih ringan oleh karena lama perawatan sesuai
dengan yang diharapkan tanpa memperpanjang lama hari perawatan pasien
oleh karena kurangnya pencegahan dan pengendalian infeksi yang belum
optimal.
Demikian, semoga ICRA HAIs ini bisa membantu untuk menemukan
resiko yang mungkin terjadi selama penyelenggaraan pelayanan kepada pasien
dan upaya – upaya perbaikan akan terus dilakukan guna semakin meningkatkan
kualitas penyelenggaran pelayanan Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai