Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN

Infection Control Risk Assesment (ICRA)

PEMERINTAH KABUPATEN DOMPU


RSUD MANGGELEWA
TAHUN 2024

Jl. Lintas Calabai Desa Doromelo Kec. Manggelewa Dompu


IGD 081237073050 email : rsmanggelewa26@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses
menetapkan risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi
dan kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas pelayanan
kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan
maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi
yang mengevaluasi jenis / macam kegiatan konstruksi dan
kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat.

B. TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment)


Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko
terjadinya Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien
yang dapat terjadi bila jamur atau bakteri tersebar
ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi,
renovasi, atau proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk
mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama
renovasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan


memberikan pendidikan dan pelatihan
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan
peraturan perundangan dan perijinan
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu
limbah)
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang
keamanan dan keselamatan
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi
bangunan.

BAB III
KEBIJAKAN

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun


2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
BAB IV
TATA LAKSANA

A. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain:
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari
renovasi
2. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan
Personal Protective Equipment (PPE/APD)
3. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check
list.
4. Mengikuti pertemuan / rapat selama proses renovasi dengan
seluruh tim.
5. Mengikuti pertemuan / rapat selama proses renovasi dengan
seluruh tim.
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk Assesment/ICRA)
terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
1. Identifikasi risiko
Proses manajemen risiko bermula dari identifikasi risiko dan
melibatkan:
a) Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan
frekuensi munculnya risiko.
b) Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan
pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung pada risiko.
c) Identifikasi agen infeksius yang terlibat, dan
d) Identifikasi cara transmisi.
2. Analisa risiko
a) Mengapa hal ini terjadi ?
b) Berapa sering h al ini terjadi ?
c) Siapa saja yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut?
d) Dimana kejadian tersebut terjadi ?
e) Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang
sesuai tidak dilakukan ?
f) Berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut ?
3. Kontrol risiko
a) Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan
mengeliminasi atau mengurangi risiko atau mengurangi
kemungkinan risiko yang ada menjadi masalah.
b) Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah
disetujui pada masalah
4. Monitoring risiko
a) Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b) Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan
memberikan umpan balik kepada staf dan manajer terkait.
Dalam bentuk skema langka-langkah ICRA digambarkan sebagai
berikut.

Sumber : Basic Consepts of


Infection Control, IFEC, 2011
Dibawah ini ada tabel yang
menerangkan cara membuat
perkiraan risiko, derajat
keparahan dan frekuensi
terjadinya masalah:
Pering Peluang Urai
k at an
4 1 : 10 Hampir pasti atau sangat mungkin untuk
terjadi
3 1 : 100 Tinggi kemungkinannya akan terjadi
2 1 : 1000 Mungkin hal tersebut akan terjadi pada
suatu waktu
1 ≥ 1: Jarang terjadi dan tidak diharapkan
10000 untuk terjadi

Derajat Keparahan
Peringk Deskrip Uraian Komentar
at si
20-30 Tinggi Dampak yang besar bagi Tindakan
atau pasien yang dapat segera
Mayor mengarah kepada kematian sangat
atau dampak jangka dibutuhkan
panjang
10-19 Menengah Dampak yang dapat Dibutuhka
menyebabkan efek jangka n
pendek Penanganan

1-9 Rendah Dampak minimal Dinilai ulang


atau dengan/tanpa efek minor secara
Minor berkala

Jenis risiko dan tingkat risiko berbeda di setiap unit fasilitas


pelayanan kesehatan, seperti di IGD, rawat inap, laboratorium,
renovasi/pembangunan, dan lainnya. Pencatatan risiko adalah
pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk
menentukan matriks risiko dengan kategori merah, kuning dan
hijau. Pemeringkatan (grading) dalam bentuk table sebagai
berikut :
PROSES PENILAIAN RISIKO
1. Probabilitas
Kejadian/kondisi yang terjadi ditentukan dengan
mengevaluasi risiko dari potensi ancaman yang sebenarnya
terjadi Informasi mengenai data historis, data surveilans
infeksi, ruang lingkup :
PROBABILITAS/FREKUENSI
TK Deskri Kejadian
Risk p si
1 Never Tidak Pernah
2 Rare Jarang (Frekunsi 1-2 x
/Tahun)
3 Maybe Kadang (Frekuensi 3-4 x
/Tahun)
4 Likely Agak Sering (Frekuensi 4-6 x
/Tahun)
5 Expec Sering (Frekuensi > 6-12 x
t it /Tahun)

2. Potensi dampak kejadian


Kondisi terhadap pasien dan personel, ditentukan dengan
mengevaluasi potensi pasien sakit, cedera, infeksi, kematian, kebutuhan
masuk ke fasilitas rawat inap; potensi penyakit personel, cedera,
infeksi, kekurangan; berpotensi memengaruhi kemampuan
organisasi untuk berfungsi/tetap terbuka; dan tingkat dampak
klinis dan finansial.
POTENSI/DAMPAK
TK Deskripsi Dampak
Risk
1 Minimal • Tidak ada cidera
clinical
2 Moderate • Cidera ringan, mis luka lecet
clinical • Dapat diatasi dengan P3K
3 Prolong • Cidera sedang, mis: luka robek
ed • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/
length psikologis atau intelektual (reversibel,
of stay tidak berhubungan dengan penyakit
• Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4 Temporer • Cidera luas/berat, mis: cacat, lumpuh
loss of • Kehilangan fungsi
function motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (ireversibel),
tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katatropi Kematian yang tidak berhubung dengan
k perjalananan penyakit

3. Kesiapan organisasi
Untuk menghadapi kejadian/kondisi ditentukan dengan
mempertimbangkan kebijakan dan prosedur yang sudah ada,
pengalaman dan tanggapan staf terhadap situasi aktual, serta
layanan dan peralatan yang tersedia. untuk menghadapi
kejadian/kondisi ditentukan dengan mempertimbangkan
kebijakan dan prosedur yang sudah ada, pengalaman dan
tanggapan staf terhadap situasi aktual, serta layanan dan
peralatan yang tersedia.

SISTIM YANG ADA


TK Deskrip Dampak
Risk si
1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, ada
dilaksanakan
2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak
selalu
Dilaksanakan
3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak
Dilaksanakan
4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada tidak
Dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan


SKOR : Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada Untuk Kasus
yang Membutuhkan Penanganan Segera

Tindakan Sesuai Tingkat dan Band Risiko


LEVEL/BANDS TINDAK
AN
EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling
(SANGAT TINGGI) lama 45 hari, membutuhkan tindakan
segera, perhatian sampai ke
Direktur RS : perlu pengkajian yang
sangat dalam
HIGT (TINGGI) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling
lama
45 hari, kaji dengan detail dan perlu
tindakan segera, serta membutuhkan
tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera
MODERATE Risiko sedang dilakukan
(SEDANG) invenstigasi
sederhana paling lama 2
minggu.
Manager/pimpinan klinis
sebaiknya
dan kelola risiko :menggunakan
monitoring / audit spesifik

LOW (RENDAH) Risiko rendahdilakukan investigasi


sederhana paling lama 1 minggu
diselenggarakan dengan
prosedur rutin

Tindakan yang diperlukan, tingkat keterlibatan dan


tindakan waktu akan didasakan pada tingkat risiko:
Risiko kritikal: Stop aktifitas
 Manajemen risiko harus diinformasikan kepada staf
dimulai dari staf administrasi senior
 Rekomendasi tertulis disampaikan kepada direksi
 Rencana tindakan dibuat tertulis dengan batas waktu
tertentu
 Rencana tindakan yang sudah dibuat segera dikerjakan
Risiko tinggi: Stop Aktivitas
 Manajemen risiko harus diinformasikan kepada staf
dimulai dari staf administrasi senior
 Rekomendasi tertulis disampaikan kepada direksi dalam
waktu 48 jam
 Rencana tindakan dibuat tertulis dengan batas waktu
tertentu
 Rencana tindakan yang sudah dibuat segera
dikerjakan dalam waktu 48 jam
Risiko sedang
 Rekomendasi tertulis dibuat kepada direksi
 Membuat rencana tindak lanjut dalam bentuk time line
 Rencana tindakan : 3 bulan
Risiko rendah
 Rekomendasi tertulis untuk manajer
 Membuat rencana tindak lanjut dalam bentuk time line
Rencana tindakan : 6 bulan atau waktu yang lama

Contoh formulir pengkajian risiko terhadap infeksi


KATEGORI AKAR DAMPA PROBABILI SKOR
MASALAH K TAS RISIKO
(D) (P)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 D X
P
Kebersihan tangan
Manajemen limbah
Manajemen linen
CSSD
Lain-lain
Pengkajian risiko pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan didapatkan melalui masukan dari lintas unit yaitu:
a. Pimpinan
b. Anggota Komite PPIRS, IPCN dan IPCLN
c. Staf medik
d. Perawat
e. Laboratorium
f. Unit Produksi Makanan
g. Unit Pelayanan Laundri
h. Unit Perawatan Intensif
i. Unit Rawat Jalan
j. Unit Sanitasi dan Lingkungan
k. Instalasi Sterilisasi Pusat
l. Instalasi Laboratorium
m. Instalasi Farmasi
n. Instalasi Jenazah
o. Koordinator lain yang diperlukan
p. Komite Mutu
q. Staf PPIRS
r. IPCD/IPCO/IPCN/IPLCN
s. Petugas kesehatan lain
t. Staf medik
u. Bidang Keperawatan
v. Bidang Teknik
w. Administrasi

Prioritas Pengaturan

4. Infection Control Risk Assessmen Renovasi/Pembangunan Gedung


Baru Penilaian Risiko Dampak Renovasi atau Konstruksi yang
dikenal sebagai Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah
suatu proses terdokumentasi yang dilakukan sebelum memulai
kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi,
maupun renovasi untuk mengetahui risiko dan dampaknya
terhadap kualitas udara dengan mempertimbangkan potensi
pajanan pada pasien. Sistem HVAC (heating, ventilation, air
conditioning) adalah sistem pemanas, ventilasi, dan pendingin
udara di sarana pelayanan kesehatan yang dirancang untuk:
a) Menjaga suhu udara dan kelembaban dalam ruangan
pada tingkat yang nyaman untuk petugas, pasien, dan
pengunjung;
b) Kontrol bau,
c) Mengeluarkan udara yang tercemar,
d) Memfasilitasi penanganan udara untuk melindungi petugas
dan pasien dari patogen airborne, dan
e) Meminimalkan risiko transmisi patogen udaradari pasien
infeksi. Sistem HVAC mencakupudara luar inlet, filter, mekanisme
modifikasi kelembaban (misalnya kontrol kelembaban musim
panas, kelembaban musim dingin), pemanas dan pendingin
peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk distribusi udara.
Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi
filter, pemasangan yang tidak benar, dan pemeliharaan yang
buruk dapat berkontribusi pada penyebaran infeksi airborne.
a) Ruang Lingkup
Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi
atau konstruksi menggunakan metode ICRA adalah:
1) Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi
Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah
melakukan identifikasi tipe proyek konstruksi. Tipe
proyek konstruksi ditentukan berdasarkan banyaknya
debu yang dihasilkan, potensi aerosolisasi air, durasi
kegiatan konstruksi, dan sistem sharing HVAC.

Tipe Proyek Konstruksi


Tipe Kegiatan pemeriksaan konstruksi dengan
A risiko rendah, termasuk namun tidak terbatas
pada:
a. Pemindahan plafon untuk pemeriksaan
visual (debu minimal)
b. Pengecatan (bukan pemlesrteran)
c. Merapikan pekerjaan listrik, pemasangan
pipa kecil, dan aktivitas lain yang tidak
menimbulkan debu atau mengakses
kelangit-langit selain untuk pemeriksaan
visual.
Tipe Kegiatan non invansif skala kecil, durasi
B pendek dengan risiko debu minimal,
termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Instalasi kabel untuk telpon dan computer
b. Mengakses” chase spaces”
c. Pemotonga dinding atau plafon dimana
penyebaran debu dapat dikontrol
Tipe Kegiatan pembongkaran gedung dan perbaikan
C gedung yang menghasilkan debu tingkat tinggi
dengan risiko sedang sampai tingg, termasuk
namun tidak terbatas pada:
a. Pemlesteran dinding untuk pengecatan
atau melindungi dinding
b. Pemindahan untuk pemasangan lantai
dan plafon
c. Konstruksi dinding baru
d. Pekerjaan pipa kecil atau pemasangan
listrik diatas plafon
Tipe Kegiatan pembangunan proyek konstruksi
D dan pembongkaran gedung
dengan
skala besar:
a. Kegiatan yang menuntut pembongkaran
gedung secara besar-besaran
b. Adanya kegiatan
pemasangan/ pemindahan
system perkabelan
c. Konstruksi baru atau pembangunan gedung
Baru
2) Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko
Selanjutnya identifikasi Kelompok Pasien Berisiko yang
dapat terkena dampak konstruksi. Bila terdapat lebih dari
satu kelompok pasien berisiko, pilih kelompok berisiko
yang paling tinggi. Pada semua kelas konstruksi, pasien
harus dipindahkan saat pekerjaan dilakukan.
KELOMP KELOMP KELOMP KELOMPO
OK 1 OK 2 OK 3 K4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT
TINGGI
• Area • Perawata • IGD • Unit Onkologi
kantor n pasien • Radiology • Terapi Radiasi
• Tanpa dan • Reco • Area klinis
pasien tidak ve ry • Chemo
/ Roo Infusion
mencaku
ar ms
e p
arisiko
rendah
yang dalam • Ruang • Transplant
tida Gr • Maternitas • Pharmacy
kterdaftar u
/V K admixture-
dimanapu p
¾ • High Ruangbersi
n
• Laundry Depende h
n cy • Kamar Operasi
• Cafeteria
Unit • Departeme
• Dietary
• Kamar n Proses
• Manaje
bayi Sterilisasi
m en
• Pediatr • Kateter
Materia
ic is asi
l
(kecual Jantun
• PT/
i yang g
OT/Sp
tertulis • Kamar
eec h
d prosed
• Penerim
igrup 4) ur
aa n/ • Lab invasif
pemulan Microbi pas
g an ol ogi ie n rawat
• MRI • Long jalan
• Obat te • Area Anastesi
- r m sub- dan
obata acute
n units pompa jantung
nukli • Newborn
• Farmasi
r intensive
• Dialysis
• Echocar • Endoskopi
di ogr • Area Care Unit
aphy Bron (NICU)
• Laborator chos • Semua
i um k opi intensiveCare
Unit
tidak
spesifik (kecuali
seperti
yang
Grup 3 tertulis
• Korid digrup 4)
or
Umu
m
(yang
dilewa
ti
pasien
,
suplai,
dan
• linen)

Level Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D


Risiko
Konstruksi
Risiko Kelas Kelas II Kelas II Kelas
Rendah I III/IV
Risiko Kelas Kelas II Kelas II Kelas IV
Sedang I
Risiko Kelas Kelas II Kelas III Kelas IV
Tinggi I
Risiko
Sangat Kelas II Kelas Kelas Kelas IV
Tinggi III/IV III/IV
Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi PPI Kelas Kewaspadaa
ditentukan melalui pencocokan Kelompok Pasien Berisiko (R,S,T,ST)
dengan Tipe Proyek Konstruksi (A,B,C,D) berdasarkan matriks
pencegahan dan pengendalian infeksi.
3) Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan Penentuan
intervensi PPI dilakukan setelah Kelas Kewaspadaan diketahui.
Apabila Kelas Kewaspadaan berada pada Kelas III dan IV, maka
diperlukan Perizinan Kerja dari Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi dan dilakukan identifikasi dampak lain di daerah sekitar area
proyek.

Selama Proyek Setelah Proyek


Konstruksi Konstruksi
KEL 1. Lakukan pekerjaan Pembersihan lingkung
A konstruksi 1. dengan an kerja
SI metode debu minimal
2. Segera mengganti
plafon yang digunakan
untuk pemeriksaan
Visual
KEL 1. Menyediakan sarana aktif Lap permukaan kerja
A utk Mencegah deb dengan pembersih/
S II udaradari penyebaran ke desinfektan.
atmosfer. Wadah yg berisi limbah
2. Semprot dng air kontruksi sebelum
pada ditransportasi harus
permukaan kerja tertutup rapat.
utk Pel basah dan/atau
mengendalikan debu pada vakum dengan HEPA
waktu pemotongan. filter, vakum sebelum
3. Seal pintu yang tidak meninggalkan area
terpakai dengan kerja.
lakban. Setelah selesai
4. Blokir dan tutup mengembalikan sistem
ventilasi udara. HVAC di mana
5. Tempatkan keset debu di pekerjaan dilakukan.
pintu masuk dan keluar
area kerja.
6. Hilangkan atau isolasi
sistem HVAC ("heating,
ventilation, and
air-
conditioning) yang sedang
dilaksanakan.
KEL 1. Untuk 1. Jangan
A menghilangkan
S III mencegah kontaminasi barier dari
dari sistem saluran maka area kerja sampai
hilangkan/ lepaskan atau proyek
isolasi sistem HVAC di selesai
area, dimana pekerjaan diperiksa oleh
sedang dilakukan. Komite PPIRS dan
2. Lengkapi semua barier Dibersihkan oleh
penting yaitu triplek, bagin kebersihan RS
plastic untuk menutup 2. Hilangkan
area dari area yg tdk
untuk kerja atau barier material dengan
menerapkan metode
pengendalian kubus hati
(koneksi disegel ke -hati untuk
tempat bekerja dng HEPA meminimalisasi
vakum utk menyedot debu penyebaran dari
sebelum keluar) sebelum kotoran dan puing-
kontruksi dimulai. puing yg terkait
3. Menjaga tekanan udara dengan kontruksi.
negatif di dalam tempat 3. Vacuum area kerja
kerja dengan area dng HEPA
menggunakan HEPA unit filtered vacuums.
yang dilengkapi dengan 4. Area untuk lap basah
penyaringan udara. dengan pembersih/
4. Menggunakan disinfeksi/cleaner
5. Setelah selesai
wadah tertutup rapat mengembalikan sistem
untuk transportasi HVAC ).

tempat limbah kontruksi.


5. Tutup wadah transportasi
atau gerobak saat
pengangkutan puing.
KEL Untuk mencegah Jangan menghilang
A kontaminasi kan barier dari area
1. IV 1. Sistem saluran, gunakan kerja sampai proyek
isolasi sistem HVAC di selesai diperiksa oleh
area dimana pekerjaan Komite/Panitia PPIRS
sedang dilakukan. . Dibersihkan oleh
Lengkapi semua barier bagian kebersihan
penting yaitu teriplek, RS. Hilangkan barier
plastic untuk menutup
area material dengan hati-
2. Untuk kerja atau hati, untuk
menerapkan metode meminimalisasi
pengendalian kubus penyebaran dari
(koneksi disegel ke kotoran dan puing-
tempat bekerja dng
puing yg terkait
HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum dengan kontruksi.
keluar) Wadah untuk limbah
3. Sebelum kontruksi kontruksi harus
dimulai. Menjaga tekanan ditutup rapat
udara negatif di dalam sebelum kontruksi.
tempat kerja dengan
Wadah transportasi
4. Menggunakan HEPA unit
yang dilengkapi dengan atau gerobak agar
penyaringan ditutup rapat. Vakum
5. Udara segel lubang, pipa, area kerja dengan
saluran & vakum HEPA filter.
6. lubang-lubang kecil yg Area di pel dengan pel
bisa menyebabkan basah dengan
kebocoran Membangun pembersih/desinfektan.
serambi/ruangan Setelah selesai
7. semua personil mengembalikan sistem
melewati ruangan ini HVAC dimana
sehingga dapat pekerjaan dilakukan.
disedot debunya dengan
vakum cleaner HEPA
sebelum meninggalkan
tempat kerja atau
mereka bisa memakai
kain atau baju kertas yg
di lepas setiap kali
mereka meninggalka
tempa kerja
Semua personil
memasuki tempat kerja
diwajibkan untuk
mengenakan penutup
sepatu. Penutup sepatu
harus diganti setiap kali
pekerja keluar dari area
kerja
4) Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial
Pada Kelas Kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah
sekitar area proyek dan tingkat risiko lokasi tersebut. Identifikasi
dampak potensial lain dapat diketahui dengan mengisi Tabel dibawah
ini:
Melakukan identifikasi area dengan aktifitas khusus,
misalnya kamar
pasien, ruang obat-obatan, dll
Melakukan identifikasi masalah yang
berkaitan dengan :
ventilasi,
pipaair dan kemungkinan pemadaman listrik akibat
konstruksi
Melakukan identifikasi tindakan pembatasan,
menggunakan penilaian sebelumnya.
Apakah jenis pembatas yang digunakan? (misalnya,
dinding pembatas solid):
Apakah HEPA filter diperlukan?(catatan :
area renovasi/konstruksi
harus disolasi dari area sekitarnya)
Pertimbangkan potensi risiko kerusakan air. Apakah
ada risiko akibat
perubahan struktur? (misalnya, dinding, plafon, atap)
Apakah pekerjaan dapat dilakukan diluar jam perawatan
pasien?
Apakah perencanaan memungkinkan jumlah
kamar isolasi/tekanan
udara negative yang cukup
Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis
wastafel untuk
cuci tangan?
Apakah PPI menyetujui jumlah minimalkan wastafel
untuk proyek ini?
Apakah PPI setuju dengan rencana relatif terhadap
bersih dan kotor
kamar utilitas?
Lakukan perencanaan untuk membahas masalah
pembatasan dengan
tim proyek Misalnya, arus lalu lintas, rumah tangga,
pembuangan puing (bagaimana dan kapan)
C. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas
konstruksi, renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan
gangguan debu yang ada, atau menciptakan debu baru, sehingga harus
ditutup dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke daerah
pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan
ini, sehingga sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus
mengadakan pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat
menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. IPCN dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai yang
diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah
maksud dan kebijakan yang ada.
D. PRODUK DAN BAHAN
1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan
6-mil, dinding gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan
Api-X Glassboard), kayu lapis dan masonite (harus dicat dengan
cat tahan api) sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja ICRA.
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium
hipoklorit, biasanya dengan ukuran1 bagian pemutih di 10
bagian air (1 ¾ cangkir pemutih dalam 1 galon air). Harus
dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel
pintu dipolietilena, atau polietilena masuk tumpang/tindih
ganda sebagaimana ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang:
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower House, WPG

7. HEPA Vacum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5
mikron

8. Mesin tekanan negatif:


Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif:
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi
dengan larutan pemutih untuk akses jalan petugas sehingga
mencegah debu keluar dari zona.

E. BARRIER / PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek
dengan paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok
risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan:
a. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,
dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam
menggunakan semprot perekat, sekrup, dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup
ditutupi atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu
masuk ke tempat kerja harus tumpang tindih maksimal 2
meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang,
sebuah mesin udara 2000 CFM negatif yang besar harus
digunakan untuk memastikan 100 kaki permenit udara keluar
dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan ruangan yang
kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan
PPE area. Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu
waktu, pengecualian dibuat untuk pengiriman barang besar.
Dua pintu dibuka secara bersamaan harus diminimalkan.

F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM


1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IPCN akan diberitahu
sejak awal perencanaan atau desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, Ketua Komite PPI /
IPCN akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi
sekitar dan dampak dari sistem utilitas. Konstruksi jenis
kegiatan, group risiko, dan klasifikasi tingkat akan
ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi,
tergantung kondisi;
4. Ketua Komite PPI/IPCN bertanggung jawab untuk
mengembangkan ICRA dan menyikapi kebutuhan lain diluar
ICRA;
5. Komite PPI akan mengevaluasi setiap proyek untuk
menentukan klasifikasi peringkat. Ketua Komite PPI dan IPCN
akan mengevaluasi setiap III tingkat dan IV tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi
ICRA untuk proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa
penilaian ICRA resmi atau izin kerja. Untuk tingkat III dan IV
proyek mereka harus mendapatkan izin kerja ICRA dari Ketua
Komite PPI atau IPCN;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, Ketua Komite PPI/IPCN,
dan kontraktor akan meninjau instalasi sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA
sebelum memulai bekerja, posting dipintu masuk zona kerja,
informasikan persyaratan ICRA kepada orang sekitar
yang terkena dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka
termasuk penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi
filter; Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan
lokasi pembuangan udara tanpa filter udara negatif dapat
diizinkan
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang
ICRA sesuai standar
11. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan
petugas harus dapat memenuhi semuanya;
12. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga
kerja sesuai kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga
dapat mencegah akumulasi debu dan puing;
13. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain
harus disegel;
14. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona
kerja;
15. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau
langit-langit harus segera diganti setelah selesai penyelidikan
dan ketika tanpa pengawasan;
16. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang
sementara, tapi harus segera dipindahkan dan dibersihkan
setelah proses selesai;
17. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif,
sebuah sertifikat mesin udara negatif harus digunakan;
18. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau
daruratE dan harus dijalankan terus menerus;
19. fektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang
diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencegah debu dan
puing- puing keluar dari zona;
20. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus
capped kecuali khusus disetujui oleh Ketua Komite
PPI/IPCN;
21. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara
statis;
22. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain- lain
Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup
harus bebas dari debu;
23. rapat dan diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan
ditentukan oleh ICRA;
24. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien
harus ditunjuk elevator;
25. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona
kerja, jika menggunakan coverral harus dibersihkan
G. IZIN KERJA ICRA
1. Tulis ICRA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV,
tapi bisa juga mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Assesment (ICRA) untuk
semua konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien,
atau ruang perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat
dimodifikasi sesuai yang diperlukan;
4. IPCN akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian
memberikan kepada Ketua Komite PPI;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh Ketua Komite PPI,
disimpan di file proyek dan IPCN akan diberi salinannya;
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan
ditampilkan untuk durasi proyek;
H. Ketua Komite PPI dan IPCN dapat menambahkan rincian komentar
atau persyaratan yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu;
IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
1. Ketua Komite PPI dan kontraktor akan mengatur untuk relokasi
persediaan, peralatan, mebel, dan lain-lain dari zona kerja
sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk
meminimalkan infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona
kerja berada dibawah tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja
sebelum penghalang dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di
area debu ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan
persyaratan yang disetujui ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi
bersih melalui serambi dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan
tekanan udara negatif diperlukan, kontraktor akan mengatur

I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI


Ketua Komite PPI akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem
mekanik yang ditugaskan dan/atau berfungsi sesuai spesifikasi:
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan
mengecek semua pipa dengan membilas semua perlengkapan
selama 5 menit kemudian disiram ke toilet selama beberapa
kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh
zona kerja dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk
akan melakukan pemeriksaan;
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup
udara pasokan akan dibersihkan sebelum penutup udara
kembali dilepas. Jika tindakan ini menghasilkan debu atau
kotoran pembersihan dan pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati- hati
untuk mencegah kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan
hambatan, polietilena mungkin ringan semprot dengan
larutan pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu
yang mungkin bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses
transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan
diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau
kotoran yang dihasilkan saat pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM
yang ditunjuk;

J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT


1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi Ketua Komite PPI dapat
membuat jika diperlukan;
b. Ketua Komite PPI dan kontraktor bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi tingkat intervensi yang berlaku,
jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
c. Ketua Komite PPI dan kontraktor memverifikasi dan
bertanggung terhadap proyek yang dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika
diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi intervensi tingkat II, jika belum jelas bisa
berkonsultasi dengan IPCN;
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I, II dan III;
a. Ketua Komite PPI dan IPCN diperlukan untuk menyelesaikan
ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. Ketua Komite PPI dan IPCN kembali diminta untuk melengkapi
ICRA;
b. Ketua Komite PPI dan IPCN diperlukan untuk
menyelesaikan ICRA untuk semua konstruksi baru dan
renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari
pembongkaran/konstruksi, dan sepatu dibersihkan; Jika
intervensi dilakukan di lokasi risiko tertinggi (CSSD, area klinis,
dan lain-lain)
1. Jika pekerjaan dilakukan di area klinis, kontraktor harus
mematuhi intervensi pengendalian infeksi yang diterapkan
didaerah berisiko tinggi yang ditetapkan oleh Ketua
Komite PPI/ IPCN;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko
tinggi harus dilakukan penyekaan dengan desinfektan
sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan
ketetapan area klinis atau CSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko
tertinggi harus dijadwalkan oleh Ketua Komite PPI/IPCN
dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau
pekerjaan yang menciptakan debu dan air aerosolisasi
harus dilakukan dalam pengawasan atau Control Cube
memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang
bersertifikat
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. Ketua Komite PPI, IPCN PM, K3 akan menentukan kapan
sampling udara diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan
negatif pada Negatif Air Presure Log Verifikasi;
3. Kontraktor boleh memilih untuk memonitor kualitas udara
seluruh proyek;
4. Ketua Komite PPI/IPCN dan kontraktor mungkin diperlukan
untuk menyelesaikan setiap hari Check List monitor
kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
1. Semua kontraktor dan pengawas proyek harus mengikuti
pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal
individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan
untuk menggunakan non-kontraktor ICRA terlatih harus
disetujui oleh Ketua Komite PPI dan IPCN;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau
disetujui oleh IPCN dalam presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat
sertifikat yang berlaku selama satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa
poinyang bersangkutan telah dipelajari.

M. PENGAWASAN
1. Ketua Komite PPI, IPCN dan RS akan memastikan kepatuhan
dalam menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai
wewenang untuk menghentikan semua pekerjaan jika
kegiatan berisiko terhadap pasien, staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid
diminta untuk meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi
dari ICRA dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui
komunikasi verbal dan kemudian melalui dokumen tertulis
(tergantung durasdari pekerjaan
proyek/konstruksi/renovasi). Rincian pelanggaran akan
dikirim ke Ketua Komite PPI, IPCN, RS dan akan ditempatkan
di file proyek. Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam proyek
dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai
kontraktor yang berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. Ketua Komite PPI/IPCN akan memberitahukan pimpinan RS
jika kontraktor melakukan pelanggaran ulang;
N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR
1. Pimpinan Rumah Sakit;
2. Ketua Komite PPI;
3. IPCN;
4. Pimpinn Proyek/ Perencanaan dan Konstruksi;
5. Kepala IPSRS;
6. Ketua K3RS

O. KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK


PENGENDALIAN INFEKSI SAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN
DAN DESAIN RUMAH SAKIT

1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit,
pekerja bangunan dan pengunjung akibat gangguan
kualitas lingkungan saat renovasi/pembangunan dan
sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman
PPI(IPCGuidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit
adalah:
a. Debu
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu
dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan
kuman (Legionella sp) tinggi (CONSTRUCTION

RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).


ASPERGILLUS

Gambar III – 1 :Spora Jamur Aspergillus

Fumigatus ASPERGILLUS FUMIGATUS

• Penyebab tersering Aspergillosis :


- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.

PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR RISIKO “OUTBREAKS”


ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan
spora di udara: Pembangunan Gedung, Konstruksi,
Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.

Gambar III – 2 :
Atap Rumah dengan
Permukaan
Lembab

b. Kontaminasi Air
dan Sistem Pendingin
Udara ;
Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp

(CO NSTRUCTION RELATED


NOSOCOMIAL
INFECTIONS).
LEGIONELLA Sp.

• Airborne & Waterborne Transmission;


• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.
Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.

c. Pasien “High Risk”.


• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).

Gambar III – 5 :Pasien High Risk

6. Sumber Mikroorganisme
Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
Pencegahan :
a. Kurangi Debu;
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi : “Barrier” Plastik dari
Lantai sampai Langit Langit.

Gambar III – 6 : Contoh “Barrier” Plastik dari Lantai

c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)


 Konsultasi kepada Komite PPIRS;
 Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa
Air atau Sistem AC;
 Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
 Pelatihan Pekerja;
 Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
 Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-
95 / Respirator kepada Pasien;
 Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
 “Barrier” Debu;
 Tekanan Negatif Area Kerja;
 Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
 Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
 Area Harus Bersih dan Bebas Debu;
 Komite PPI Menilai Area Sebelum Digunakan;
 Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur
Lingkungan”

7. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi


Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
c. Ruangan yang Tersedia;
d. Jumlah dan Jenis Kamar;
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;

g. Air, Listrik dan Sanitasi;


h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.

 Jumlah Pasien dan


Perawat; Rasio Pasien
– Perawat

1 : 3 – 10
 Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan
Jenis) yang Dibutuhkan.
 Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi
(di tiap-tiap Bangsal);
 Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
 Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;

- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub


(ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;

- Toilet dan Shower tiap Kamar.


 Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
 Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal
Transplant) --- Cegah Perkembangan Kuman
Legionella, Pseudomonas, Jamur dan Mikroorganisme
Lingkungan Lainnya.
 Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009);
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
 Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang
Bersih dan Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
 Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “Permukaan“ Harus Terbuat dari
Bahan yang
Mudah Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan
Sebelum Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah
Terkontaminasi Cuci di Rumah Sakit;

Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed


Rooms)

- Kwalitas Tidur Lebih Baik;


- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.

P. KESIMPULAN
1. IPCD Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian
Risiko Lengkap Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
 Aspergillosis;
 Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
 Lingkungan Sekitar Area;
 Sistem Pipa Air;
 Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih
Memerlukan Kualitas Udara yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
 Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
 Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
 Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
 Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak dari Renovasi


dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit. dizona kerja sebelum keluar ke
ruang ante;
Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari
atau lebih sering lebih efektif;
Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan
pemutih untuk mencegah debu keluar dari zona kerja;
Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona
kerja;
Q. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum
HEPA disaring.
1.
R.
.

Anda mungkin juga menyukai