WORKSHOP
2018
A. Pendahuluan
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
(Community Acquired Infection) atau berasal dari lingkungan di fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit (Healthcare Acquired Infection) yang sebelumnya
dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Kemenkes RI., 2011).
Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi rumah sakit yang
dapat terjadi karena tindakan pembedahan, pemasangan alat invasif, obat-obat
imunosupresan, transplantasi organ. Selain itu mikroorganisme disekitar rumah sakit,
praktek pengendalian infeksi, dan daya tahan tubuh pasien juga merupakan faktor
risiko infeksi rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).
Menurut The Joint Commission (2012) kejadian Infeksi ini kini menjadi tema serius
sebagai fokus utama terhadap pelaksanaan patient safety di pelayanan fasilitas
kesehatan terutama dalam rangka mencegah dampak buruk yang ditimbulkan berupa
morbiditas dan mortalitas pada pasien.
Menurut data di rumah sakit US angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi ini
diketahui sebagi berikut:
CDC memperkirakan bahwa 5% sampai 10% pasien yang dirawat di rumah sakit
mengalami kejadian Healthcare Associated Infections (HAIs) (CDC, 2012)
Diperkirakan sekitar 1.7 juta kejadian infeksi dan 99,000 menyebabkan kematian di
rumah sakit selama tahun 2002 (HHS, 2012)
Diperkirakan sekitar 1.6 juta sampai 3.8 juta kejadian infeksi menyebabkan
perpanjangan masa rawat dirumah sakit pada setiap tahunnya (Strausbaugh LJ.
1999)
Upaya penyusunan Bundle untuk mencegah kejadian infeksi di RS Paru Dungus
dilakukan dengan metode pendekatan Infection Control Risk Assesment (ICRA).
Dimana ICRA didefinisikan sebagai suatu proses yang terdokumentasi dalam
pelaksanaan identifikasi dan pencegahan serta menanggulangi kejadian infeksi di rumah
sakit sebagai upaya untuk mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara
pasien, staf, petugas profesional kesehatan maupun pengunjung. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit merupakan suatu upaya tindak lanjut kegiatan
untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat sekitar Rumah Sakit. Sedangkan penilaian risiko infeksi
didefinisikan sebagai suatu proses terdokumentasi untuk identifikasi dan scoring
dampak dari kejadian infeksi maupun yang potensial menimbulkan infeksi di rumah
sakit. Prosedur penerapan ICRA dilakukan secara komprehensif dengan melibat seluruh
satuan kerja yang ada di RS Paru Dungus Madiun serta Direksi sebagai legalisator
dokumen dan rencana kerja dengan tujuan:
Tercapainya perlindungan terhadap pasien,petugas dan pengunjung rumah sakit dari
risiko infeksi
Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit
Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah
sakit
Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di
seluruh area rumah sakit
B. Tujuan
Mengidentifikasi area beresiko yang berhubungan dengan infeksi di unit
pelayanan
Mengembangkan program pencegahan HAI termasuk praktek terbaik
berdasarkan bukti
Mengurangi resiko yang terjadi dan penyebaran infeksi (HAIs) di unit pelayanan
Menentukan potensi ancaman terjadi infeksi sehubungan dengan peralatan dan
peralatan medis, pengobatan, lokasi dan populasi pasien sakit, prosedur, petugas
dan lingkungan
Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan
Membuat sistem pengumpulan data dan surveilen
Mengidentifikasi KLB (dan potensinya) terhadap penularan infeksi dan
penyakit lain yg disebabkan kontaminasi makan dan minuman oleh kuman
patogen seperti Salmonella dan Hepatitis virus A
C. Sasaran
Seluruh unit pelayanan Rumah Sakit Paru Dungus Madiun.
D. Ruang Lingkup
1. IRNA
2. IRJA
3. IGD
4. Unit OK
5. Pojok DOTS
6. Unit Laboratorium
7. Unit Radiologi
8. Unit Rehabilitasi Medis
9. Unit Gizi
10. Unit Sanitasi
11. Unit Linen Laundry
12. Unit Pemulasaran jenazah
G. Metode Kegiatan
Kegiatan ICRA Meliputi :
1. Identifikasi risiko infeksi
2. Analisa risiko infeksi
3. Evaluasi risiko infeksi
4. Pengelolaan resiko
5. Monitoring pelaksanaan kebijakan, prosedur dan pedoman-pedoman PPI
6. Pencatatan dan pelaporan insiden pajanan
H. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksana oleh Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
I. Mekanisme Kerja
1. Identifikasi resiko infeksi
Melakukan identifikasi risiko infeksi yang diperoleh dan di transmisikan berdasarkan :
community dan populasi yang dilayani
asuhan, pengobatan dan pelayanan yang disediakan
analisis dari kegiatan surveilance dan data infeksi lainnya.
EVALUASI RESIKO
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria resiko untuk
menentukan apakah resiko dan besarnya dapat diterima atau ditolelir. Sedangkan kriteria resiko
adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya resiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko
ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan resiko, dengan
demikian tidak ada resiko yang terlewat.
PENGELOLAAN RESIKO
Terdiri dari :
1. Pengendalian risiko
Adalah proses memodifikasi resiko :
- Menghindari resiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan resiko.
- Menurunkan resiko untuk mendapatkan peluang lebih baik
2. Menghilangkan sumber infeksi.
Pembiayaan berdasarkan prioritas resiko dan modifikasi resiko
J. Evaluasi kegiatan
Bentuk evaluasi : laporan dan analisanya
Waktu evaluasi : setiap 3 bulan sekali
K. Penutup
Dengan mempertimbangkan kebutuhan kegiatan, anggaran dan biaya serta
manfaatnya bagi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun maka diharapkan kegiatan ini
dapat terlaksana.
Mengetahui,
Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi