Anda di halaman 1dari 99

Akreditasi KARS

RS Mitra KARS
Patuh Pada Peraturan
Perundang-Undangan

Menyelenggarakan RS dengan
standar internasional

3
Regulasi Mengacu Peraturan
Perundangan-undangan

Implementasi
Bukti Implementasi
Dokumen Rekam Medis

Dokumen Non Rekam Medis

Observasi

Wawancara & Simulasi


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT
TENTANG
RUMAH SAKIT

Pasal 40
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali
Djoti - Atmodjo
Pasal 32
Hak Pasien

q.menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit


apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak


sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pasal 29
s. melindungi dan memberikan bantuan
hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas

Djoti - Atmodjo
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di Rumah Sakit

Djoti - Atmodjo
12
Akreditasi
Rumah Sakit
v Mutu Baik
v Keselamatan Aman

13
Akreditasi, mewujudkan
Rumah Sakit yang:
v baik
v aman

14
15
RUMAH SAKIT AMAN

UPAYA KESELAMATAN
◉ Keselamatan pasien
◉ Keselamatan staf
◉ Keselamatan terpapar Infeksi
◉ Keselamatan gedung/fasilitas
18
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

21
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif


dan kontinu meliputi identifikasi, analisis,
evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan risiko, termasuk
berbagai strategi yang dijalankan untuk
mengelola risiko dan potensinya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses :
✵ identifikasi,
✵ analisis,
✵ evaluasi, dan
pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan
terhadap semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari
penyusunan rencana strategis, penyusunan dan pelaksanaan
program dan anggaran, pertanggungjawaban dan monitoring dan
evaluasi serta pelaporan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja yang


bertanggung jawab melaksanakan Manajemen
Risiko Terintegrasi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Pasal 9
(1) Unit Pemilik Risiko sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf c terdiri atas:
a. kepala satuan kerja sebagai pemilik Risiko;
MANAJEMEN RISIKO
Manajer
RS

Kepala Komite
Unit PMKP

RISIKO

Komite Komite
PPI PKRS

Komite
K3RS
Penilaian Probabilitas
Tingkat
Deskripsi
risiko
1 Sangat jarang terjadi (> 5 tahun sekali)

2 Jarang terjadi ( > 2-5 tahun sekali)

3 Mungkin terjadi (1-< 2 tahun sekali)

4 Sering terjadi (beberapa kali dalam 1 tahun)

5 Sangat sering terjadi (tiap hari / tiap minggu /


tiap bulan)
Penilaian Probabilitas PMK 25 2019

Tingkat
Level Kemungkinan Kriteria Kemungkinan (Probabilias)
risiko
1 Hampir Tidak Terjadi Peristiwa hanya akan timbul pada
kondisi yang luar biasa
Persentase 0-10%
2 Jarang terjadi Peristiwa diharapkan tidak terjadi
Persentase >10 – 30%
3 Kadang terjadi Peristiwa kadang-kadang bisa terjadi
Persentase >30 – 50%
4 Sering terjadi Peristiwa sangat mungkin terjadi pada
sebagian kondisi
Persentase >50 – 90%
5 Hampir pasti terjadi Peristiwa selalu terjadi hampir pada
setiap kondisi
Persentase >90% dalam 1 periode
Penilaian Dampak
Tingkat
Kategori Deskripsi
risiko
1 Tidak signifikan Tidak ada cidera dan kerugian
2 Minor Cidera ringan dan dapat diatasi dengan pertolongan
pertama
3 Moderat Cidera sedang, berkurangnya fungsi motorik / sensorik
/ psikologi atau intelektual yang bersifat reversibel dan
dapat memperpanjang perawatan

4 Mayor Cidera luas, kehilangan fungsi motorik / sensorik /


psikologi atau intelektual yang bersifat irreversibel,
tidak berhubungan dengan penyakit

5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan


penyakit
BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah.

Warna “bands” akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :


◉ Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
◉ Bands ORANGE dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Matriks Grading Risiko

Proba Dampak
bilitas 1 2 3 4 5
Sangat Sangat Sangat
5 Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Sangat Sangat
4 Rendah Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi
Sangat
3 Rendah Sedang Sedang Tinggi
Tinggi
Sangat
2 Rendah
Rendah Sedang Sedang Tinggi

Sangat Sangat
1 Rendah Rendah
Rendah Rendah Sedang
Tindakan sesuai tingkat dan bands risiko

Level /Bands Tindakan


Extreme ( sangat tinggi ) Dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan
tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur.

High ( tinggi ) Dilakukan RCA paling lama 45 hari kaji dengan detil &
perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian
top manajemen.
Moderate ( sedang ) Dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
Manajer / Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola risiko
Rendah
Dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
Sangat rendah diselesaikan dengan prosedur rutin
Opsi Mengurangi Risiko/Mitigasi
Klasifikasi Jenis Pengendalian

Menghindari risiko 1 Menghentikan kegiatan


2 Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko 1 Membuat regulasi (pembuatan dan pembaruan
pedoman/panduan, SPO dan check-list);
2 Penyediaan disinfeksi;
3 Penyedian APD, pelatihan penggunaan APD;
4 Menyiapkan bangunan dan instrumen yang sesuai
dengan persyaratan; pengadaan bahan habis pakai
sesuai dengan prosedur dan persyaratan.
5 Supervisi
6 Pelatihan

Mentransfer risiko 1 Asuransi


2 Alih dayakan pekerjaan
Menerima risiko
38
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017

TENTANG

KESELAMATAN PASIEN

40
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya
disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien.
What is Patient Safety?
Patient Safety is a health care discipline that emerged with the evolving complexity in
health care systems and the resulting rise of patient harm in health care facilities. It
aims to prevent and reduce risks, errors and harm that occur to patients during
provision of health care. A cornerstone of the discipline is continuous improvement
based on learning from errors and adverse events.

Apa itu Keselamatan Pasien?


Keselamatan Pasien adalah disiplin pelayanan kesehatan yang muncul dengan
kompleksitas yang berkembang dalam sistem pelayanan kesehatan dan
mengakibatkan peningkatan kerugian/bahaya terhadap pasien di fasilitas perawatan
kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko, kesalahan dan
kerugian yang terjadi pada pasien selama pemberian pelayanan kesehatan. Landasan
disiplin adalah perbaikan terus-menerus berdasarkan pembelajaran dari kesalahan dan
kejadian buruk.
harm membahayakan
merugikan
A patient safety incident is an event or circumstance that
could have resulted, or did result, in unnecessary harm to
a patient
Insiden keselamatan pasien adalah suatu peristiwa atau
keadaan yang dapat mengakibatkan, atau memang
mengakibatkan, kerugian/bahaya yang tidak seharusnya
terjadi pada pasien

Kondisi Potensial Cedera (KPC)


Kondisi Potensial Membahayakan Pasien
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN

Pasal 14

(1) Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:


a. Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Manajer
RS
Komite
SPI Medis

Komite
Kepala
Unit
RISIKO Kepera-
watan

Komite
Komite
Mutu
PKRS
RS
Komite
K3RS
Pasal 359 KUHP berbunyi "barangsiapa karena
kelalaiannya menyebabkan orang lain mati,
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima
tahun penjara"
Kesalahan (schuld) dalam hukum pidana terdiri dari unsur
kesengajaan (dolus) atau kealpaan/kelalaian (culpa)

Kelalaian tenaga kesehatan dan dokter dalam memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat/pasien tidak
dapat dipidana. Sebab, dalam tiga paket undang-undang di
bidang kesehatan tak ada satu pasal pun yang menyebutkan
bahwa karena kelalaian seorang tenaga kesehatan
termasuk dokter bisa dipidana.

Ketiga undang-undang itu -yang aturannya bersifat khusus


A ??
(lex specialis)- semua ketentuan pidananya menyebut harus
Y
dengan unsur kesengajaan.
KTAN
FA
TINDAKAN KEDOKTERAN

RISIKO HUKUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008
TENTANG
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008
TENTANG
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Pasal 2
(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara
tertulis maupun lisan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan
kedokteran dilakukan.
Elemen Penilaian HPK 4.1 Instrumen Survei KARS Skor
1. Rumah sakit menerapkan proses D Bukti penerapan proses bagi pasien 10 TL
bagi pasien untuk mendapatkan untuk memberikan informed consent 5 TS
informed consent. (persetujuan tindakan kedokteran) 0 TT

W • DPJP
• Dokter Anestesi
• Staf klinis
• Pasien/keluarga

tulis
eri ter
mat
kan
Siap
Elemen Penilaian PAB 3 Instrumen Survei KARS Skor
1) Rumah sakit telah D Bukti pelaksanakan pemberian sedasi 10 TL
melaksanakan pemberian moderat dan dalam yang seragam di semua 5 TS
sedasi moderat dan dalam tempat di rumah sakit sesuai : 0 TT
yang seragam di semua a) Area-area di dalam rumah sakit tempat
tempat di rumah sakit sedasi moderat dan dalam dapat
sesuai dengan poin a) - f) dilakukan;
pada maksud dan tujuan. b) Kualifikasi staf yang memberikan sedasi;
c) Persetujuan medis (informed consent)
untuk prosedur maupun sedasinya;
d) Perbedaan populasi anak, dewasa, dan
geriatri ataupun pertimbangan khusus
lainnya;
tulis
er ter
e) Peralatan medis dan bahan yang
i digunakan sesuai dengan populasi yang
mat diberikan sedasi moderat atau dalam;
kan
Siap dan
f) Cara memantau.

W • Penanggung jawab pelayanan anestesi


• Staf anestesi
Elemen Penilaian PAB 7.1 Instrumen Survei KARS Skor
1. Rumah sakit telah D Bukti tentang pelaksanaan pemberian 10 TL
menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga 5 TS
informasi kepada pasien dan atau pihak yang akan memberikan keputusan 0 TT
atau keluarga atau pihak tentang jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan
yang akan memberikan dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait
keputusan tentang jenis, dengan rencana operasi (termasuk pemakaian
risiko, manfaat, komplikasi produk darah bila diperlukan) kepada pasien
dan dampak serta alternatif dan atau keluarga atau mereka yang
prosedur/teknik terkait berwenang memberi keputusan, meliputi:
dengan rencana operasi a) Risiko dari rencana tindakan operasi;
(termasuk pemakaian b) Manfaat dari rencana tindakan operasi;
produk darah bila c) Memungkinan komplikasi dan dampak;
diperlukan) kepada pasien
ulis
d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif)
t
dan atau keluarga atau
eri ter
yang tersedia untuk menangani pasien;
mereka yang berwenang
mat e) Sebagai tambahan jika dibutuhkan darah
memberi keputusan.
kan atau produk darah, sedangkan risiko dan

Siap alternatifnya didiskusikan.

W • DPJP
• Pasien/keluarga
Direktur
Komite
Komite
K3RS Mutu SPI
PPI
RS

Rawat Inap Pelayanan


Penunjang
Gizi Sterilisasi
MANAJEMEN RAWAT
RISIKO INTENSIF

TERINTEGRASI

RAWAT INAP INFEKSI KAMAR OPERASI

UNIT
STERILISASI
SUMBER LAIN:
◉ Limbah medis
◉ Linen
◉ Alkes
◉ Obat
parenteral
MANAJEMEN

PPI SPI

K3RS MEMBAHAS STAF KLINIS


MITIGASI RISIKO
INFEKSI

KOMITE
MUTU UNIT KERJA

KOMITE
KEPERAWA KOMITE
MEDIS
TAN
RISIKO INFEKSI

UPAYA KEGIATAN UNIT TERKAIT


Pengendalian Triase infeksi Pendaftaran
admintratif IGD
Pengendalian Pengaturan ventilasi/ Unit Pelayanan: Rawat Jalan, Gawat
lingkungan ventilasi tekanan Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
negatif Kamar Operasi, Ruang Bersalin, Ruang
Bayi
Penggunaan APD Ketersediaan APD Unit Pelayanan
yang sesuai dengan
tingkat risiko infeksi
Penyediaan ruang Isolasi pasien airborne Unit Pelayanan: Rawat Jalan, Gawat
khusus disease, penyediaan Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
ruang isolasi Kamar Operasi
Alkes, instrumen, Sterilisasi Unit Sterilisasi
BMHP steril
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN UNIT TERKAIT RISIKO


Risiko infeksi Unit Pelayanan: Rawat Jalan, Gawat Pelaksanaan hand hygiene tidak
Darurat, Rawat Inap, Kamar baik/benar, pelaksanaan disinfeksi
Operasi tidak tepat, penggunaan disfektan yang
kedaluarsa, penggunaan APD, sirkulasi
udara
Unit sterilisasi Kegagalan sterilisasi
AUDIT
TEMUAN
RUANG LINGKUP MATERI SUPERVISI
S TS
STERILISASI
DEKONTAMINASI Ventilasi
Suhu (18o-22oC) dan kelembaban (35-75%)
Kebersihan
PENGEMASAN Kesesuaian bahan pengemasan
Pemasangan segel
Penempatan alkes dalam kemasan
Label isi kemasan

Angka Kepatuhan: Jumlah S


Jumlah S + TS
SUPERVISI
SUPERVISI PPI
RUMAH SAKIT BAKTI KARS
RUANG Tanggal/
SUPERVISI TEMUAN TINDAK LANJUT
LINGKUP Jam
PENGEMASAN Kesesuaian bahan
pengemasan
Pemasangan segel
Penempatan alkes
dalam kemasan
Label isi kemasan
STERILISASI Dokumentasi
Label kadaluarsa
Indikator sterilisasi
Elemen Penilaian PKPO 5 Instrumen Survei KARS Skor
2) Telah dilaksanaan verifikasi S Pelaksanaan verifikasi sebelum obat 10 TL
sebelum obat diberikan kepada diberikan kepada pasien 5 TS
pasien minimal meliputi: identitas 0 TT
pasien, nama obat, dosis, rute, dan W • Kepala Instalasi Farmasi
waktu pemberian. • Apoteker
• Staf Farmasi
• Perawat
3) Telah melaksanakan double S Pelaksanaan double check untuk 10 TL
checking untuk obat high alert. penyerahan obat high alert kepada 5 TS
pasien 0 TT

W • Apoteker klinis
• Perawat
SUPERVISI
SUPERVISI APOTEKER
RUMAH SAKIT BAKTI KARS
RUANG Tanggal/
SUPERVISI TEMUAN TINDAK LANJUT
LINGKUP Jam
PENYIMPANAN Pemantauan suhu
Label obat
Label high alert
Pengaturan FIFO
Kesesuaian jumlah
stok
ED < 1 bulan
Obat narkotik/
psikotropik
Troli emergensi IGD
PENYERAHAN OBAT
Elemen Penilaian PKPO 1 Instrumen Survei KARS Skor
2) Rumah sakit memiliki bukti seluruh D b) Bukti ijin (STRA dan SIPA) semua 10 TL
apoteker memiliki izin dan apoteker dan 5 TS
kompeten, serta telah melakukan c) Bukti hasil supervisi pelayanan 0 TT
supervisi pelayanan kefarmasian kefarmasian
dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang- W • Kepala Instalasi Farmasi
undangan. • Apoteker
◉ Penyiapan obat (dispensing) ◉ Verifikasi
◉ Serah terima obat ◉ Double check
◉ Penyerahan obat kepada pasien ◉ Independent double check
DAFTAR PERIKSA P CATATAN
• Benar pasien r
• Puasa sesuai ketentuan r
• Lepas gigi palsu bila ada r
• Gelang identitas terpasang, lengkap, benar r
• Edukasi nyeri pasca operasi r
• Persetujuan tindakan/operasi r
• Persetujuan anestesi r
• Penandaan lokasi operasi (site marking) r
• Asesmen bedah dan pra operasi lengkap r
• Asesmen pra anestesi lengkap r
DAFTAR PERIKSA P CATATAN
• Hasil pemeriksaan penunjang/tindakan
diagnostik: r
o Laboratorium r
o Radiologi/RIR
• Persiapan darah, termasuk persetujuan transfusi r
• Stabilisasi kondisi pasien
o Saturasi O2 r
o Infus lancar sesuai dosis r
• Hak privasi/nilai dan keyakinan pasien r
• Staf pengantar sesuai kondisi pasien r
• Formulir transfer terisi lengkap r
• Barang milik pasien sudah aman r
• Keluarga yang mengantar r
• Kamar operasi sudah siap r
Pesan:
◉ Serah terima pasien antara unit
gawat darurat/unit perawatan
dengan unit kamar operasi
RISIKO MITIGASI
Salah dengar Konfirmasi
Salah ucap Konfirmasi
RISIKO MITIGASI
Salah baca Konfirmasi
Salah tulis Konfirmasi
Elemen Penilaian SKP 2 Instrumen Survei KARS Skor
1. Rumah sakit telah menerapkan D Bukti dokumen the read-back process 10 TL
komunikasi saat menerima instruksi • Bukti pesan melalui lewat telpon 5 TS
melalui telepon: menulis/ menginput ditulis lengkap, dibaca ulang oleh 0 TT
ke komputer - membacakan - penerima pesan, dan dikonfirmasi
konfirmasi kembali” (writedown, oleh pemberi pesan(tulbakon).
read back, confirmation dan SBAR • Bukti dokumentasi pelaksanaan
saat melaporkan kondisi pasien pelaporan dengan metode SBAR
kepada DPJP serta di
dokumentasikan dalam rekam W • DPJP
medik. • PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya

S Peragaan proses penerimaan pesan


secara verbal atau verbal lewat telpon
ess
oc
pr
ack
d b
rea
he
T
Elemen Penilaian SKP 2 Instrumen Survei KARS Skor
1. Rumah sakit telah menerapkan D Bukti formulir serah terima, memuat 10 TL
komunikasi saat serah terima sesuai alat, metode serah terima pasien 5 TS
dengan jenis serah terima meliputi (operan/hand over); 0 TT
poin 1) - 3) dalam maksud dan 1) antara PPA
tujuan. 2) antara unit perawatan yang
berbeda di dalam rumah sakit
3) dari ruang perawatan pasien ke
unit layanan diagnostik seperti
radiologi atau fisioterapi.

W • DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya
Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa
"serah terima pasien yang tidak memadai sering
sebagai kegagalan pertama dalam keselamatan
pasien" (Hughes, 2008).
◉ Serah terima pasien antar shif
◉ Serah terima pasien antar unit
keperawatan
◉ Serah terima pasien antara unit
perawatan dengan unit
pemeriksaan diagnostik
◉ Serah terima pasien antar fasilitas
kesehatan
Penggunaan check list
dalam supervisi
A checklist is a type of job aid used to
reduce failure by compensating for
potential limits of human memory and
attention. It helps to ensure consistency

Daftar periksa adalah jenis alat bantu pekerjaan


yang digunakan untuk mengurangi kegagalan
dengan mengkompensasi batas potensi memori
dan perhatian manusia. Ini membantu
memastikan konsistensi.
Tidak hanya mengandalkan daya ingat
AUDIT
TEMUAN
RUANG LINGKUP MATERI SUPERVISI
S TS
KEAMANAN AKSES
RUANG REKAM MEDIS § Penyimpanan rekam medis sesuai keamanan kerahasiaan
§ Akses ke penyimpanan rekam medis
RUANG SIM RS § Akses ke ruang data
§ Proses backup data
§ Kondisi ruang server memenuhi syarat

Angka Kepatuhan: Jumlah S


Jumlah S + TS
SUPERVISI
SUPERVISI KEAMANAN DATA
RUMAH SAKIT BAKTI KARS
RUANG SUPERVISI Tanggal/ TEMUAN TINDAK LANJUT
LINGKUP Jam
RUANG RM Keamanan akses
Keamanan
penyimpanan RM
◉ Para staf klinis, terutama PPA, harus
menyadari dan memahami adanya risiko
kesalahan dalam asuhan
◉ Salah satu risiko keselamatan dalam asuhan
adalah kesalahpahaman komunikasi yang
berisiko menimbulkan terjadinya insiden
keselamatan pasien
◉ Untuk mengurangi risiko dalam komunikasi
antar staf klinis, harus dilakukan pelatihan
komunikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan penyebab
kesalahan dalam komunikasi

✿ Informasi yang Tidak Jelas atau Bias


✿ Ketidakmampuan Menggunakan Bahasa Tubuh
✿ Kesulitan Menyusun Kata-kata
✿ Keterbatasan Dalam Menyusun Kalimat
✿ Kesulitan Dalam Berbicara
✿ Tidak Tepat Dalam Menggunakan Bahasa
Agar dapat terwujud staf RS yang perduli
pada program keselamatan
✿ Jadikan materi orientasi
✿ Laksanakan pelatihan secara berkesinambungan
✿ Ciptakan sadar keselamatan mulai pada jajaran
manajemen termasuk Pemilik RS
✿ Jadikan upaya keselamatan menjadi rencana
kerja RS yang kerkesinambungan dan selalu
dilakukan evaluasi
Upaya mitigasi risiko pada asuhan
pasien :
✿Manajemen ceklis
◉ Audit
◉ Supervisi
◉ Hand over/serah terima
✿Konfirmasi dalam komunikasi:
◉ Lisan
◉ Tertulis
Andai……..

Semua staf klinis sadar risiko asuhan pasien......

Anda mungkin juga menyukai