A. PENDAHULUAN
Upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi di sebuah organisasi
perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai
manajemen resiko. Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak
saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu
Puskesmas, maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi
segala hal tersebut menyebabkan Puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat
besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, resiko ini juga membahayakan
pengunjung Puskesmas tersebut.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di tempat
pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas, belum tergambar dengan
jelas. Namun, diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di Rumah Sakit
sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di Rumah Sakit.
Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen resiko yang benar-benar jelas,
berkelanjutan, serta konsekuen dengan misi yang diemban, yaitu mengurangi nilai
kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat kerja, bahkan dapat dieliminasikan.
B. RUANG LINGKUP
Manajemen resiko adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi,
menganalisa, dan menjawab faktor-faktor resiko sepanjang pekerjaan berlangsung.
Pengertian resiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu
kegiatan/aktivitas yang dilakukan manusia. Karena dalam setiap kegiatan, pasti ada
berbagai ketidakpastian (uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya
menyebabkan timbulnya resiko pada suatu kegiatan.
Dalam pelaksanaan manajemen resiko terdapat beberapa tahapan dalam. Beberapa
ahli mengemukakan pendapat mengenai tahapan-tahapan dalam manajemen resiko sebagai
berikut:
a. Identifikasi dan penilaian faktor resiko
Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-menerus
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau kerugian.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga
tidak ada resiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Penilaian resiko
didasarkan pada tingkatan dampak yang ditimbulkan. Identifikasi yang dilakukan
meliputi:
2. Pelayanan
a. Keselamatan a. Pendaftaran Kesalahan dalam mengambil rekam 3
pasien medis pasien
Kesalahan dalam menentukan 2
pelayanan yang dituju
Kesalahan pendistribusian rekam medis 1
d. Poli Umum Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan dalam penulisan resep 2
Kesalahan dalam pengukuran tekanan 1
darah
g. Poli Gigi Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan dalam tindakan medis gigi 2
Kesalahan dalam penulisan resep 1
j. Poli KIA-KB Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan dalam tindakan medis 2
kebidanan
Kesalahan dalam penulisan resep 1
m. MTBS Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan perhitungan dosis 2
Kesalahan dalam penulisan resep 1
p. Laboratorium Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan pemeriksaan atau pembacaan 2
sampel
Kesalahan pengambilan sampel 1
s. Apotek Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan pengkajian resep 2
Kesalahan pengambilan obat 1
v. Poli Tindakan Kesalahan dalam identifikasi pasien 3
Kesalahan pemberian obat 2
Kesalahan dalam tindakan medis 1
b. Keselamatan a. Pendaftaran Kontak dengan pasien resiko terinfeksi 2
Kerja penyakit menular lewat udara
b. Poli Umum Kontak dengan pasien resiko terinfeksi 2
penyakit menular lewat udara
c. Poli Gigi Resiko tertusuk jarum 3
d. Poli KIA-KB Resiko tertusuk jarum 3
e. MTBS Kontak dengan pasien resiko terinfeksi 2
penyakit menular lewat udara
f. Laboratorium Resiko tertusuk jarum 3
g. Apotek Kontak dengan pasien resiko terinfeksi 2
penyakit menular lewat udara
h. Poli Tindakan Resiko tertusuk jarum 3
b. Evaluasi resiko
Resiko yang terjadi di setiap unit pelayanan dicatat dan dilaporkan kepada tim mutu
setiap bulan. Tim keselamatan melakukan tindak lanjut terhadap laporan yang
disampaikan.
c. Memilih teknik manajemen resiko
Strategi yang dilakukan untuk menangani resiko yaitu:
1. Menghindari
2. Mengurangi
3. Memindahkan
4. Menerima
Adapun strategi yang dilakukan di Puskesmas Bontang Barat yaitu dengan
mengurangi faktor resiko melalui:
1. Seluruh karyawan Puskesmas wajib berkomitmen untuk menjalankan sistem
manajemen resiko secara konsisten dan berkelanjutan guna mencapai sasaran
program dan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan
masyarakat/pelanggan.
2. Melaksanakan standar keselamatan pasien, terdiri dari 7 standar yaitu:
Standar 1 : Hak pasien
Standar 2 : Mendidik pasien dan keluarga
Standar 3 : Keselamatan pasien dan kesinambungan layanan
Standar 4 : Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar 5 : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar 6 : Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar 7 : Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
d. Pengimplementasian
Implementasi tindak lanjut dari hasil analisis yang dilakukan oleh tim keselamatan
dilakukan di masing-masing unit pelayanan terkait.
e. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap bulan oleh tim keselamatan.
C. TATA LAKSANA
Tata laksana yang dilakukan adalah :
1. Membentuk tim keselamatan pasien Puskesmas (SK Kepala Puskesmas Bontang
Barat)
2. Membuat dan menetapkan prosedur (SOP) yang berhubungan dengan keselamatan
pasien
3. Menetapkan indikator keselamatan pasien, melakukan pengumpulan data atau
pengukuran instrumen keselamatan pasien, melakukan analisa, evaluasi dan tindak
lanjut
4. Mengembangkan suatu sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang
insiden di setiap unit pelayanan
5. Melakukan pelaporan insiden kepada tim keselamatan pasien Puskesmas
6. Menetapkan prosedur di setiap unit layanan yang dipatuhi oleh setiap petugas dalam
melakukan pelayanan kepada pasien
7. Melakukan pelatihan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi petugas