(ICRA)
(NO: 357/PR/DIRUT/RSUI/VI/2020)
1
BAB I DEFINISI
1.1 Definisi
1.1.1 Definisi Umum
Berikut merupakan definisi istilah terkait asesmen risiko berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi.
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian di masa mendatang.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai, dan
menyusun prioritas risiko dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya. Suatu proses penilaian untuk menguji suatu proses secara rinci dan
berurutan, baik kejadian aktual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan
dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang
akan di perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun
potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun pelayanan yang
diberikan.
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko
dengan kategori merah, kuning dan hijau.
Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah proses multidisiplin yang
berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian bahwa dengan
mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program:
a. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi.
b. Tahapan perencanaan, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
c. Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
2
1.2 Tujuan ICRA
Tujuan ICRA adalah untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada
pasien, petugas, dan pengunjung di RSUI dengan cara:
a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap:
1) Paparan kuman pathogen melalui peugas, pasien dan pengunjung
2) Penularan melalui tindakan/ prosedur invasive yang dilakukan melalui peralatan,
Teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap HAIs
b. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
1.3 Klasifikasi
ICRA terdiri dari:
a. Eksternal
1) Terkait dengan komunitas: Kejadian KLB di komunitas berhubungan dengan
penyakit menular, misal influenza.
2) Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan atau air
seperti hepatitis A dan salmonella
3) Terkait dengan bencana alam, seperti banjir, gempa, putting beliung, dan lain-
lain
4) Kecelakaan massal seperti kecelakaan pesawat, bus, dan lain- lain.
b. Internal
1) Risiko terkait pasien: Jenis kelamin, usia, populasi kebutuhan khusus
2) Risiko terkait petugas kesehatan: Kebiasaan kesehatan perorangan, budaya
keyakinan tentang penyakit menular, pemahaman tentang pencegahan dan
penularan penyakit, tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (kebersihan
tangan, pemakaian APD, teknik isolasi), skrining yang tidak adekuat terhadap
penyakit menular, kebersihan tangan, cedera jarum suntik
3) Risiko terhadap pelaksanaan prosedur: Prosedur invasive yang dilakukan,
peralatan yang dipakai, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu
tindakan, persiapan pasien yang memadai, kepatuhan terhadap Teknik
pencegahan yang direkomendasikan
3
4) Risiko terkait peralatan: Pembersihan, disinfektan dan sterilisasi untuk proses
peralatan instrument bedah, prosthesis, pemrosesan alat sekali pakai,
pembungkusan kembali alat, dan peralatan yang dipakai
5) Risiko terkait lingkungan: Pembangunan/ renovasi, kelengkapan peralatan,
pembersihan lingkungan
4
BAB II RUANG LINGKUP
5
BAB III KEBIJAKAN
Kebijakan terkait Panduan Infection Control Risk Assessment adalah SK terkait Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesia.
6
Berikut merupakan detail cara membuat perkiraan risiko, derajat keparahan dan
frekuensi terjadinya masalah:
Tabel 1 Derajat Keparahan
Peringkat Peluang Uraian
4 1:10 Hampir pasti atau sangat mungkin terjadi
3 1:100 Kemungkinan terjadi tinggi
2 1:1000 Mungkin terjadi pada suatu waktu
1 >1:10,000 Jarang terjadi dan tidak diharapkan untuk terjadi
7
Tabel 3 Keparahan dan Frekuensi Terjadinya Masalah
Keparahan Frekuensi Rendah Frekuensi Tinggi
Tinggi 2- Keparahan tinggi, 1-Keparahan tinggi, frekuensi
frekuensi rendah tinggi (infeksi dalam darah akibat
(infeksi aliran darah penggunaan alat dan jarum suntik
disebabkan kontaminasi ulang)
akses intravena)
Keparahan 4-Keparahan rendah, 3-Keparahan rendah, frekuensi
Rendah frekuensi rendah (infeksi tinggi (infeksi saluran kemih)
dari linen rumah sakit)
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi untuk
kemudian dilakukan grading untuk menentukan matrisk risiko dengan kategori
merah, kuning, dan hijau.
Tabel 4 Keparahan dan Frekuensi Terjadinya Masalah
Tingkat Risiko Deskripsi Frekuensi Kejadian
0 Tidak pernah 0
1 Jarang 1-2 kali pertahun
2 Kadang 3-4 kali pertahun
3 Agak sering 4-6 kali pertahun
4 Sering >6-12 kali pertahun
8
3.2.1 Tujuan
1. Untuk meminimalkan risiko HAIs pada pasien yang mungkin dapat terjadi
ketika terdapat penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan debu atau
aerosol atau air selama konstruksi/ renovasi/ demolisi di RSUI
2. Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi di
RSUI
3.2.2 Pihak Yang Terlibat
1. Komite PPI membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan
2. Subdirektorat Sarana dan Prasarana memfasiltiasi dengan memberikan
peraturan perundangan dan perizinan
3. Unit Sanitasi Lingkungan terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu
limbah)
4. Unit K3RS melakukan edukasi dan supervise tentanf keamanan dan
keselamatan
5. Bagian Keamanan untuk penjagaan keamanan
6. Pimpinan proyek.
9
menghasilkan debu atau membutuhkan atau tidak
membutuhkan pembongkaran dinding atau akses ke
langit- langit selain untuk pemeriksaan visual
Tipe Aktivitas Skala Kecil, Durasi Pendek, Dengan Risiko
B Debu Minimal
Meliputi namun tidak terbatas pada:
1. Instalasi kabel telepon atau komputer
2. Mengakses “chase spaces”
3. Pemotongan dinding atau plafon di mana penyebaran
debu dapat dikontrol
Tipe Aktivitas yang Menghasilkan Debu dengan Jumlah
C Sedang Atau Tinggi atau Aktivitas yang
Membutuhkan Demolisi/ Pemindahan Atau
Pembongkaran Komponen Gedung yang Tetap Atau
Telah Dirakit
1. Pemlesteran dinding untuk pengecatan atau
pemasangan wallpaper/ melindungi dinding
2. Pembongkaran lantai, plafon dan kusen
3. Konstruksi dinding baru
4. Pembuatan saluran/ pipa kecil atau instalasi listrik di
atas plafon
5. Kegiatan pemasangan kabel besar
6. Semua aktivitas yang tidak dapat diselesaikan dalam
satu shift kerja
Tipe Proyek pembongkaran dan konstruksi mayor
D Meliputi namun tidak terbatas pada:
1. Aktivitas yang membutuhkan shift kerja berurutan
2. Kegiatan pemasangan/ pemindahan sistem
perkabelan
3. Konstruksi baru atau pembangunan gedung baru
10
3.2.3.2 Langkah 2: Mengidentifikasi Kelompok Pasien Berisiko
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi Kelompok Pasien
Berisiko (Tabel 2) yang dapat terkena dampak konstruksi. Bila terdapat
lebih dari satu kelompok pasien berisiko, pilih kelompok berisiko yang
paling tinggi. Pada semua kelas konstruksi, pasien harus dipindahkan
saat pekerjaan dilakukan.
Tabel 6 Kelompok Pasien Berisiko
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Area Kardiologi CCU Area pasien
perkantoran Ekokardiografi IGD penurunan
Endoskopi VK imun
Kedokteran Laboratorium Unit Luka
Nuklir (Spesimen) Bakar
Fisioterapi Perinatologi Cardiac
Radiologi/ Poli Bedah Cathlab
MRI Pediatrik CSSD
Terapi Farmasi ICU
Respirasi PACU/ RR Ruang Isolasi
Ruang Rawat Tekanan
Bedah Negatif
Onkologi
IBS termasuk
C- Section
11
Tabel 7 Kelas Kewaspadaan
Aktivitas Konstruksi
Kelompok Risiko Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
Kelompok 1: Risiko Rendah I II II III/IV
Kelompok 2: Risiko Sedang I II III IV
Kelompok 3: Risiko Tinggi I II III/IV IV
Kelompok 4: Risiko Paling Tinggi II III/IV III/IV IV
12
Kelas Selama Proyek Konstruksi Setelah Proyek Konstruksi
5. Tempatkan keset (dust mat) di dengan vakum yang
pintu masuk dan keluar area kerja dilengkapi filter HEPA
6. Isolasi sistem HVAC pada lokasi sebelum meninggalkan
tempat berlangsungnya area kerja
pekerjaan; kembalikan seperti 4. Setelah pekerjaan
semula saat pekerjaan selesai. selesai, rapikan kembali
sistem HVAC
III 1. Isolasi sistem HVAC di area 1. Pembatas area kerja
tempat berlangsungnya pekerjaan harus tetap terpasang
untuk mencegah kontaminasi hingga selesai diperiksa
sistem saluran oleh Unit K3, Komite
2. Siapkan pembatas area kerja atau PPI dan dilakukan
terapkan metode kontrol kubus pembersihan oleh Unit
(menutup area kerja dengan Sanitasi
plastic dan menyegel dengan 2. Lakukan pembongkaran
vakum HEPA untuk menyedot bahan- bahan pembatas
debu keluar) sebelum memulai area kerja dengan hati-
konstruksi hati untuk
3. Pertahankan tekanan udara meminimalkan
negatif dalam area kerja dengan penyebaran kotoran dan
menggunakan unit filtrasi udara puing konstruksi
yang dilengkapi HEPA 3. Lakukan pembersihan
4. Tempatkan limbah konstruksi area kerja dengan
dalam wadah yang tertutup rapat vakum yang dilengkapi
sebelum dipindahkan filter HEPA
5. Tutup tempat sampah atau troli 4. Lakukan pengepelan
yang digunakan untuk basah dengan
transportasi. Plester penutupnya. pembersih/ disinfektan
5. Setelah pekerjaan
selesai, rapikan kembali
sistem HVAC
13
Kelas Selama Proyek Konstruksi Setelah Proyek Konstruksi
IV 1. Isolasi sistem HVAC di area 1. Pembatas area kerja
tempat berlangsungnya pekerjaan harus tetap terpasang
untuk mencegah kontaminasi hingga selesai diperiksa
sistem saluran oleh Unit K3, Komite
2. Siapkan pembatas area kerja atau PPI dan dilakukan
terapkan metode kontrol kubus pembersihan oleh Unit
(menutup area kerja dengan Sanitasi
plastik dan menyegel dengan 2. Lakukan pembongkaran
vakum HEPA untuk menyedot bahan- bahan pembatas
debu keluar) sebelum memulai area kerja dengan hati-
konstruksi hati untuk
3. Pertahankan tekanan udara meminimalkan
negatif dalam area kerja dengan penyebaran kotoran dan
menggunakan unit filtrasi udara puing- puing konstruksi
yang dilengkapi HEPA 3. Tempatkan limbah
4. Segel lubang, pipa dan saluran konstruksi dalam wadah
dengan benar yang tertutup rapat
5. Buat ruang antara (anteroom) dan sebelum dipindahkan.
pastikan semua personel melalui 4. Tutup wadah atau troli
ruang tersebut sehingga dapat limbah konstruksi. Segel
divakum dengan menggunakan dengan plester kecuali
pembersih vakum yang wadah tersebut memiliki
dilengkapi filter HEPA sebelum tutup yang solid.
meninggalkan area kerja atau 5. Lakukan pembersihan
menggunakan pakaian kerja yang area kerja dengan
dilepaskan setiap kali vakum yang dilengkapi
meninggalkan area kerja. filter HEPA
6. Seluruh personel yang memasuki 6. Lakukan pengepelan
area kerja diwajibkan untuk basah dengan
memakai penutup sepatu (shoe pembersih/ disinfektan
14
Kelas Selama Proyek Konstruksi Setelah Proyek Konstruksi
covers). Sepatu harus diganti 7. Setelah pekerjaan
setiap kali keluar dari area kerja, selesai, rapikan kembali
sistem HVAC.
Kelompok
Risiko
15
8. Apakah perencanaan memungkinkan ketersediaan wastafel untuk cuci
tangan dengan jumlah dan jenis yang memadai?
9. Apakah Komite PPI menyetujui jumlah minimum wastafel untuk proyek
ini?
10. Apakah Komite PPI menyetujui rencana relatif terhadap bersih dan kotor
kamar utilitas?
11. Lakukan perencanaan untuk membahas masalah pembatasan dengan tim
proyek, misalnya arus lalu lintas, rumah tangga, pembuangan puing
(bagaimana dan kapan)
3.2.4.2 Konstruksi
Apabila proyek konstruksi/ renovasi/ demolisi disetujui, maka IPCN
akan melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
intervensi PPI oleh vendor. Selain itu, apabila diperlukan, pemeriksaan
16
kualitas air dana tau udara akan dilakukan sebagai bukti objektif. IPCN
akan menggunakan form pemantauan selama konstruksi.
3.2.4.3 PascaKonstruksi
Selama fase pascakonstruksi, IPCN akan melakukan pemantauan
dengan menggunakan form pemantauan pascakonstruksi.
17
BAB IV DOKUMENTASI
Pendokumentasian berupa:
1. Dokumentasi hasil rapat antara Komite PPI, Unit Sarana dan Prasarana, dan Tim Proyek
Konstruksi
2. Register Risiko
3. Form Izin Konstruksi Pengendalian Infeksi
18
DAFTAR PUSTAKA
ASHE. Infection control risk assessment matrix of precautions for construction and renovation. Diakses
pada tanggal 14 November 2019 melalui
http://www.ashe.org/resources/tools/pdfs/assessment_icra.pdf
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
19
LAMPIRAN
20
FORM PRAKONSTRUKSI
21
FORM IZIN KONSTRUKSI PENGENDALIAN INFEKSI
22
23
24
FORM PEMANTAUAN SELAMA KONSTRUKSI
25
FORM CEKLIS PASCAKONSTRUKSI
26