Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit perlu
adanya kebijakan yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama.
b. Bahwa kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit maka
perlu ditetapkan dan diberlakukan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Teluk Wondama.
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Kementrian Kesehatan RI nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/III/2007 tentang Pesyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor
H.K.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan Kesehatan lainnya, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2009.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : Rasiei
Pada Tanggal : 05 Mei 2017
Direktur
REVISI 0
TANGGAL EFEKTIF
Hal pengajuan
Daftar Isi
A. Kebijakan umum
B. Kebijakan Khusus
A. KEBIJAKAN UMUM
Harus dibuat bersama secara umum.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Kebijakan Organisasi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
a. Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas kesehatan terhadap penularan
infeksi di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b. Agar pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum
Daerah Teluk Wondama dapat terkoordinasi dengan baik, maka Direktur membentuk
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) Serta Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. Komite PPI akan bertanggung jawab secara langsung kepada
Direktur. Sedangkan Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada Komite PPI.
c. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan wewenang yang jelas sesuai dengan
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2008.
d. Pelaksaaan PPI dikelola secara struktural dan fungsional kepada semua unit dan menjadi
tanggung jawab seluruf staf dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama
tanpa terkecuali.
e. Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dapat berjalan dengan baik, maka
Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama memiliki seorang IPCN (Infection
Prevention Control Nurse) yang purna waktu. Dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh IPCLN (Infection Prevention Control Link Nurse) Sebagai perawat pelaksana harian
atau penghubung di unit kerja masing–masing.
f. Untuk kelancaran pelaksaaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
Umum Daerah Teluk Wondama, maka Komite PPI dapat menyusun program berdasarkan
assesmen atau kajian risiko yang akan dilakukan minimal setahun sekali.
15. Kebijakan Penanganan Outbreaks Penyakit Infeksi atau Kejadian Luar Biasa
a. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, RSUD Teluk Wondama
perlu mempunyai sistem Pengendalian dan Penanganan KLB.
b. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di Rumah Sakit
Umum Daerah Teluk Wondama. Selain untuk mendeteksi dini, surveilans secara aktif
juga bertujuan untuk mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c. Surveilans dilakukan oleh IPCN bekerjasama dengan IPCLN. Data yang didapat dari
surveilans di olah oleh Komite PPIRS kemudian dilakukan investigasi, analisa data,
melakukan root cause alaysis (RCA) untuk mencari akar masalah, evaluasi dan menetukan
tindak lanjut, follow up yang jelas, implementasi tindak lanjut dan evaluasi akhir yang
digunakan sebagai bahan laporan kepada direktur Rumah Sakit Umum Daerah Teluk
Wondama dan bahan komunikasi dengan bagian terkait.
d. Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama ditetapkan oleh
direktur berdasarkan pertimbangan Komite PPIRS Teluk Wondama pada hasil evaluasi
epidemiologik kecenderungan peningkatan angka IRS secara signifikan selama 3 bulan
berturut-turut. Peningkatan signifikan angka kejadian IRS pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB.
e. Penanganan KLB IRS harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu oleh seluruh
unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh Komite PPIRS. Selama terjadi KLB, Petugas
Ruangan/Bagian terkait, Kepala Bagian dan IPCLN, harus berkoordinasi secara intensif
dengan Tim dan Komite PPI Rumah Sakit untuk menangani KLB tersebut.
f. Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, Komite PPIRS bersama IPCN/IPCO
melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi:
1) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi Rumah
Sakit.
2) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi Rumah
Sakit.
3) Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang bertanggung
jawab menangani pasien untuk melakukan verifikasi diagnosis IRS, penegakan
diagnosis IRS dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga dilakukan
investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan
kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan
atau memutuskan rantai penularan.
4) Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan :
5) Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk dibiakkan dan
antibiogram.
6) Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan laboratorium pasien
penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas Bahan Menular”
7) Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk memberikan klarifikasi-
klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misalnya pelaksanaan Prosedur Tetap
secara benar.
8) Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka Komite PPIRS
menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada pimpinan RS.
9) Untuk menanggulangi KLB Komite PPIRS berkoordinasi dengan Direktur, Panitia K3
RS, Laboratorium, Unit Farmasi, Sanitasi, Gizi, dan Bagian terkait lainnya sesuai
kebutuhan.
10) Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke Rumah Sakit rujukan infeksi yang
telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
11) Agar KLB IRS tidak meluas, Komite PPI bersama IPCLN dan perawat ruangan
melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan cara :
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang benar
dan tepat.
Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain sesuai
indikasi.
Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar.
Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien yang sama-
sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan memberikan
penanganan (dipisahkan dengan staf lainnya).
Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur untuk mengisolasi ruangan atau
mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap tercemar oleh infeksi.
Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
g. Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah
diambil terhadap data atau informasi KLB.
h. Komite PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil diatasi.
i. Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
j. Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang tidak
ditemukan kasus baru.
19. Kebijakan Renovasi, Pemeriksaan Fisik, Sarana, Prasarana Dan Pengadaan Alat Yang
Melibatkan PPI
a. Komite PPI terlibat dalam setiap proses pembangunan dan renovasi bangunan fisik di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Wondama.
b. Sebelum proses pembangunan atau renovasi dimulai, Komite PPI melakukan kajian resiko
infeksi terkait proses pembangunan atau renovasi yang akan dilakukan (ICRA).
c. Komite PPI terlibat dalam tim renovasi bangunan di Rumah Sakit Umum Daerah Teluk
Wondama untuk memberikan saran tentang aspek-aspek yang harus dipenuhi terkait
dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
d. Kajian resiko infeksi terkait proses renovasi (ICRA) disampaikan kepada tim pelaksana
renovasi sebagai acuan yang harus diperhatikan selama proses renovasi.
e. Komite PPI melakukan monitoring terhadap pemantauan sanitasi terkait dengan upaya
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
f. Komite PPI terlibat dalam memberikan saran dan monitoring alat-alat yang ada kaitannya
dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Teluk
Wondama baik medis maupun non medis.