Anda di halaman 1dari 21

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR UTAMA RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR


NOMOR: HK.02.04/I/826/2016
……………………
TENTANG
KEWASPADAAN ISOLASI
DI RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DIREKTUR UTAMA RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang


prima dan professional khususnya dalam Kewaspadaan Isolasi di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar diperlukan suatu
Kebijakan Kewaspadaan Isolasi Standar Prosedur Operasional terkait
kebijakan tersebut.
b. Bahwa Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional sebagaimana
tersebut di atas (a), perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Mengingat : 1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 144, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.875/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan upaya Pemantauan
Lingkungan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.876/Menkes/SK/VIII/2001 Tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
4. Kepmenkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Operasional
Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan
Rumah Sakit
5. PMK 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP DR WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR TENTANG KEWASPADAAN ISOLASI
DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
KEDUA : Kebijakan Kewaspadaan Isolasi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

1
KETIGA : Kebijakan Kewaspadaan Isolasi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
disusun sebagai acuan dan atau tolak ukur dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
KEEMPAT : Kebijakan Kewaspadaan Isolasi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
akan dilakukan peninjauan jika diperlukan untuki revisi, pengembangan
atau penyempurnaan.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalm surat keputusan ini, maka akan
dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Makassar


Pada tanggal: 22 Januari 2016

DIREKTUR UTAMA,

KHALID SALEH
NIP. 196104041986121001

Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Para Direksi RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Makassar
2. Komite Medik RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Makassar
3. Ketua SPI RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Makassar
4. Kepala Bagian-SMF/Instansi RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Makassar
5. Kepala Bagian/Bidang RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Makassar
6. Arsip

Lampiran Keputusan Dirut RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO

2
Nomor : HK.02.04/1/07/2014
Tanggal : 13 Juni 2014

PASAL 1
PENGERTIAN

1. Pengertian Kewaspadaan Isolasi adalah kewaspadaan atau kehati-hatian terhadap


penularan penyakit infeksi di rumah sakit atau Healthcare associated infections
(HAIs). Kewaspadaan isolasi mencakup Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
Berdasarkan Transmisi
2. Kewaspadaan Standar atau Standard Precaution adalah penggabungan
kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh dan isolasi duh tubuh.
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien terdiri dari :
a. Kebersihan tangan / Handhygiene
b. Alat Pelindung Diri (APD)
c. Peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
f. Kesehatan karyawan / perlindungan petugas kesehatan
g. Penempatan pasien
h. Hygiene respirasi/etika batuk
i. Praktek menyuntik yang aman
j. Praktek untuk lumbal punksi
3. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi/kewaspadaan berdasarkan cara penularan
infeksi / transmisi adalah kewaspadaan terhadap penyakit infeksi di rumah sakit
(Healthcare associated infections (HAIs) dan infeksi yang didapat dari pekerjaan pada
pekerja di rumah sakit berdasarkan cara penularan / transmisi infeksi.
4. Untuk memutuskan mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dibuat untuk
diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau
terkolonisasi patogen yagnd apat ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan
kulit atau permukaan terkontaminasi.
5. Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi :
a. Kontak
b. Melalui droplet
c. Melalui udara (airborne)
d. Melalui common vehicle (makanan, air,obat,alat, peralatan)
e. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)

PASAL 2
PENJABARAN DAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR

A. KEBERSIHAN TANGAN DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PENGERTIAN
Cuci tangan adalah proses mekanik menjaga kebersihan tangan dari mikroorganisme
penyebab infeksi dengan menggunakan sabun dan air (hand wash), tanpa
air/antiseptik berbasis alkohol (hand rub) dan mencuci tangan pra bedah (Surgical
hand scrub).

PELAKSANAAN GERAKAN CUCI TANGAN

3
1. Prosedur cuci tangan terdiri dari 6 langkah, sesuaI Standar Prosedur
Operasional, dengan handrub atau handwash. Waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur cuci tangan dengan handrub adalah 20-30 detik, dan waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur cuci tangan dengan handwash
adalah 40-60 detik (dua kali waktu prosedur cuci tangan dengan handrub).
2. Lima waktu (5 moment) wajib melakukan cuci tangan adalah :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak / terpapar cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan area lingkungan sekitar pasien
3. Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat oleh Implementasion Pasient Savety
Goals, yang diberlakukan untuk seluruh SDM, pasien dan pengunjung di rumah
sakit.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Kegiatan gerakan wajib cuci tangan merupakan kewajiban Semua SDM RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusododo
2. Edukasi cuci tangan kepada petugas rumah sakit dan pengawasan gerakan cuci
tangan adalah tanggung jawab Komite PPI.
3. Edukasi cuci tangan kepada pasien dan keluarga merupakan tanggung jawab
petugas kesehatan di ruang perawatan.
4. Managemen RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berkewajiban menyiapkan sarana
dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan cuci tangan di rumah sakit

B. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RSUP DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR.

PENGERTIAN
Alat Pelindung Diri, adalah alat yang digunakan dalam pelayanan kesehatan yang
dapat melindungi petugas kesehatan, maupun pasien dari penularan infeksi di
rumah sakit.

JENIS ALAT PELINDUNG DIRI :


1. Gaun Pelindung Non Steril atau steril
2. Apron
3. Sepatu pelindung
4. Sarung tangan non steril atau steril
5. Masker surgical atau masker N95
6. Penutup kepala
7. Kacamata pelindung
Cara menggunakan APD sesuai dengan SPO penggunaan APD.

JENIS TINDAKAN DAN TEMPAT PENGGUNAAN


1. Penggunaan APD berdasarkan jenis tindakan
a. Tindakan medik steril (aseptik) menggunakan APD steril
b. Tindakan medik non steril menggunakan APD non steril
2. Tempat penggunaan APD
a. Ruang perawatan, ruang Intersive Care, Ruang Instalasi Gawat Darurat :
1) Nurse station : tidak menggunakan APD
2) APD digunakan bila melakukan :
- Tindakan aseptic menggunakan APD : sarung tangan steril, Gaun
Pelindung, Masker surgical

4
- Tidakan non aseptic/septik menggunakan APD : sarung tangan non
steril, Gaun pelindung, masker surgical
- Tindakan pada pasien dengan risiko penularan infeksi melalui
udara, droplet, atau kontak
b. Ruang Perawatan Infection Center
1) Nurse station : menggunakan APD masker surgical
2) APD digunakan bila :
- Tindakan aseptic menggunakan : sarung tangan steril, Gaun
pelindung, masker surgical
- Tindakan non aseptic menggunakan : sarung tangan non steril,
Gaun pelindung, masker surgical
- Tindakan pada pasien TB, menggunakan : sarung tangan non steril,
Gaun pelindung, masker respiratorik efisiensi tinggi (N95)
- Tindakan pada pasien dengan infeksi khusus (flu burung, SARS)
diruang isolasi dan pada pasien TB resisten: menggunakan APD
lengkap (apron, APD sepatu pelindung , sarung tangan non steril,
masker N95, penutup kepala
c. Kamar Operasi
1) Ruang anteroom : semua pakaian dan peralatan dari luar ruang kamar
operasi dilepaskan diganti dengan gaun pelindung bedah, penutup
kepala menutupi semua rambut, masker surgical
2) Melakukan tindakan operasi menggunakan APD : penutup kepala, gaun
pelindung steril, sarung tangan steril, penutup kepala. Bila area operasi
beresiko banyak cipratan darah. kaca mata pelindung, apron
d. Laboratorium : Tindakan non aseptic menggunakan APD : sarung tangan
non steril, Gaun Pelindung, Masker surgical. Di unit mikrobiologi disertai
penggunaan kacamata pelindung
e. Laundry, Kamar Jenazah :
1) Wilayah kerja basah dan beresiko infeksi, menggunakan APD : sarung
tangan rumah tangga, apron, gaun pelindung, sepatu pelindung
2) Wilayah kerja kering menggunakan APD : sarung tangan rumah tangga,
gaun pelindung
3) Wilayah bersih di Laundry menggunakan APD : sarung tangan, masker
surgical, gaun pelindung, alas kaki bersih (yang telah disiapkan)
f. Pengunjung pasien :
1) Ruang perawatan, Polikliik dan ruang intensif : tidak menggunakan APD,
cukup dengan cuci tangan.
2) Pada ruang NICU, PICU, ruang tindakan hemodialisa dan endoskopi :
cuci tangan dan mengganti alas kaki bersih yang sudah disiapkan.
3) Pada perawatan infection center : cuci tangan, menggunakan masker
surgical

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Penggunaan APD adalah kewajiban setiap petugas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo sesuai tempat tugas masing-masing
2. Edukasi APD kepada petugas dan pengawasan penggunaan APD adalah
tanggung jawab Komite PPI
3. Edukasi penggunaan APD kepada pengunjung adalah tanggung jawab perawat di
ruang perawatan pasien.
4. Managemen RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berkewajiban menyiapkan sarana
dan prasarana penggunaan APD di rumah sakit.

C. PERALATAN PERAWATAN PASIEN DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO


MAKASSAR.

5
I. PENGELOLAAN ALAT SINGLE USE

PENGERTIAN
Barang steril sekali pakai (single-use/disposible) adalah barang/alat kesehatan
steril yang disediakan dan diproduksi untuk sekali pakai atau habis digunakan
sekali pakai dalam satu kemasan langsung dibuang. Beberapa jenis peralatan
yang sudah ditetapkan dalam kebijakan sebagai peralatan single use, antara lain
peralatan invasif jenis kritikal dan bahan habis pakai yang digunakan di ruang
perawatan dan di kamar bedah

PENGELOLAAN
- Pengadan peralatan steril single diusulkan oleh unit yang menggunakan
peralatan tersebut
- Pemesanan dan pembelian dilakukan oleh Instalasi Purchesing
- Pemeriksaan dan penerimaan peralatan dilaksanakan oleh Panitia
Pemeriksaan Barang yang ditunjuk sesuai SK Direktur Utama Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar bersama-sama dengan staf
unit pelaksana/unit pengguna alat/barang single use steril
- Untuk pengadaan peralatan singel use steril yang sifatnya emergency
diputuskan oleh sebagai alat dan bahan singel use steril disosialisasikan
kepada setiap petugas rumah sakit yang terkait dengan penggunaan alat dan
bahan tersebut.
- Dibuat daftar peralatan dan bahan habis pakai yang ditetapkan oleh managerial
rumah sakit
- Alat single use steril digunakan sesuai prosedur penggunaan alat aseptik dan
dilengkapi dengan penggunaan APD steril.
- Setelah penggunaan alat dan bahan single use dibuang pada tempat limbah
infeksius berkantong kuning, dan bila berupa jarum suntik atau benda tajam
medis dibuang pada tempat limbah benda tajam.

II. STERILISASI ALAT REUSE DI CSSD

PENGERTIAN
Peralatan perawatan pasien merupakan sumber transmisi penularan penyakit
infeksi.
1. Sterilisasi peralatan perawatan pasien adalah upaya penanganan untuk
memutuskan mata rantai mikroba termasuk endospora dengan proses kimia
atau fisika peralatan perawatan pasien sesuai standar penanganan yang
dilakukan di Centralisasi Sterilisation Supply Department (CSSD)
2. Pelayanan Sterilisasi di CSSD adalah terpusatnya semua kegiatan sterilisasi,
sehingga semua kegiatan sterilisasi mulai dari Perencanaan, Pengusulan ,
Pengadaan, Penerimaan, Pemberian identitas, pencucian, pemeliharaan alat
instrument, sterilisasi, distribusi ke unit-unit terkait, pemanfaatan instrument,
linen set steril dan kasa steril oleh unit terkait, pengawasan dan evaluasi
menjadi tanggung jawab penuh CSSD
3. Steril adalah kondisi absolute suatu alat bebas dari mikroorganisme dan
endospora
4. Peralatan yang digunakan di CSSD adalah : Autoclave suhu tinggi, Autoclave
suhu rendah, mesin Draying kabinet, sealing, pemotong pouces, pemotong
kasa, washer instrument, ultrasonic washer, spray gun, pompa air RO, loop,
komputer
5. Pendistribusian alat dan bahan steril menggunakan system FEFO (First
Expired First Out) yaitu alat dan bahan steril yang tersimpan sebelumnya di

6
rak penyimpanan harus dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan yang baru
selesai disterilkan disiapkan untuk pendistribusian selanjutnya.
6. Pendistribusian dilakukan dengan menggunakan troly tertutup

TUJUAN PELAYANAN STERILISASI SENTRAL


Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat atau bahan guna menekan
angka kejadian infeksi di rumah sakit
Tujuan Khusus :
a. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan dalam
kondisi steril
b. Menurunkan kejadian infeksi dan membantu mencegah kejadian infeksi yang
didapat di rumah sakit
c. Sebagai panduan bagi tenaga pelaksana CSSD dalam meminalisasi
kemungkinan terjadinya infeksi silang
d. Efesiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pada pelayanan pasien
e. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilislisasi terhadap produk yang
dihasilkan

RUANG LINGKUP KEGIATAN


Ruang lingkup kegiatan Pelayanan Sterilisasi Sentral adalah :
1. Perencanaan alat/ bahan reuse dan disposible
2. Penyedian alat/bahan steril
3. Pengawasan dan evaluasi

PERALATAN
1. Peralatan yang harus ada untuk proses kegiatan operasional CSSD terdiri
dari :
a. Autoclave Suhu Tinggi
b. Autoclave Suhu rendah
c. Washer instrument
d. Ultrasonic washer
e. Water Osmosis (RO)
f. Spray gun
g. Loop
h. Drying kabinet
i. Mesin Sealling
j. Pemotong pouces
k. Mesin pemotong kassa
l. Meja lipat kasa
m. Meja lipat set linen
n. Meja setting instrument
o. Meja Bak cuci instrument
p. Kompressor
q. Komputer
r. Mesin Barcod

KEGIATAN DI CSSD
Kegiatan sterilisasi dipusatkan di CSSD mulai dari :
1. Pencucian instrumen
2. Pengepakan/packing
3. Pelipatan kasa
4. Sterilisasi

7
5. Penyimpanan alat dan bahan steril`
6. Distribusi alat dan bahan steril

PEMAKAIAN BAHAN KIMIA


1. Pemakaian bahan kimia rumah sakit (chemical) disesuaikan dengan
persyaratan bahan kimia untuk pencucian intrumen rumah sakit.
2. Persyaratan bahan kimia (chemical) adalah ramah lingkungan, sesuai dengan
dosis dan cara pemakaian yang ditetapkan oleh pabrik.

PENGEMBALIAN ALAT
Pengembalian alat dilakukan jika pada alat yang sudah dinyatakan steril oleh
CSSD, tetapi:
1. Tidak menggunakan indikator luar dan indikator dalam
2. Tidak dilengkapi data sterilisasi
3. Kemasan rusak/tidak memenuhi syarat karena : sobek, hanya 1 lapis
4. Kadaluarsa

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Managemen RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar berkewajiban
menyiapkan sarana dan prasana pelaksanaan pelayanan sterilisasi sental di
rumah sakit

III. PENETAPAN TANGGAL KADALUARSA ALAT STERIL


Penetapan tanggal kadularsa berdasarkan referensi dari AORN :
1. Bahan steril yang dikemas dengan linen dan alat yang diproses DTT batas
kadaluarsa selama 1 (satu) bulan.
2. Alat yang disterilkan dengan autoclave dikemas dalam plastic/steri-pouces
batas kadaluarsa selama 3 (tiga) bulan

D. PEGENDALIAN LINGKUNGANDI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO


MAKASSAR.
PENGERTIAN
Pengendalian lingkungan adalah mencakup pembersihan, penetapan desinfektan
standar yang digunakan, penanganan limbah rumah sakit dan pengendalian kualitas
lingkungan di rumah sakit.

I. PEMBERSIHAN

PENGERTIAN
1. Pembersihan umum : adalah pembersihan rutin permukaan peralatan, lantai,
jendela, plafon dengan menggunakan desinfektan ringan atau kombinasi
dengan deterjen. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran, debu,
mikroorganisme dari permukaan dengan menggunakan desinfektan
2. Pembersihan ruangan khusus : kamar operasi, ruang intensif, ruang isolasi

PEMBERSIHAN PERMUKAAN
1. Pembersihan permukaan adalah tugas cleaning servis
2. Pembersihan permukaan terdiri dari pembersihan : lantai, dinding, pintu,
jendela, gagang pintu, plafon, kursi, meja, tempat tidur, westafel dll
3. Pembersihan dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional pembersihan
4. Pembersihan dilakukan terjadwal sesuai dengan jenis permukaan yang
dibersihkan
5. Bahan kimia yang digunakan untuk pembersihan sesuai penjelasan
penggunaan bahan desinfektan.

8
PEMBERSIHAN PERALATAN MEDIS
1. Pembersihan peralatan medis dilakukan oleh perawat
2. Peralatan medis terdiri dari alat non kritikal, semi kritikal dan kritikal.
3. Peralatan semi kritikal didesinfeksi dengan alkohol 70% dan alat semikritikal
dan kritikasl disterilisasi di CSSD.

II. PENGGUNAAN DESINFEKTAN STANDAR


PENGERTIAN
1. Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh kuman dan
mencegah terjadinya kolonisasi. Digunakan pada benda-benda mati, misalnya
peralatan dan lantai.
2. Dekontaminasi adalah bagian dari upaya yang dilakukan untuk
memusnahkan/mematikan mikroorganisme yang patogen pada orang,
peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi sehingga aman
untuk penanganan selanjutnya.
3. Pembersihan adalah pencucian yang dilakukan menggunakan air, sikat, dan
deterjen sehingga kotoran yang menempel hilang dari permukaan.
4. Desinfeksi adalah bagian dari dekontaminasi sebagai upaya menghilangkan/
memusnahkan semua bentuk mikroorganisme, kecuali spora.

KLASIFIKASI PERALATAN
1. Peralatan Kritikal
Instrumen/ alat medis yang masuk ke dalam jaringan tubuh, atau masuk ke
dalam sistem sirkulasi darah. Misalnya : peralatan bedah, kateter jantung,
implant, dan kompartemen darah pada hemodialisa. Jenis peralatan ini harus
dilakukan sterilisasi.
2. Peralatan Semikritikal
Alat medis yang kontak dengan membran mukosa tubuh, tidak langsung
melukai kulit. Misalnya : alat-alat endoscopy, Endo Tracheal Tube (ETT),
peralatan bius dan cystoscopes. Pada kondisi-kondisi tertentu ketika proses
sterilisasi tidak dapat dilaksanakan, dapat dilakukan desinfeksi tingkat tinggi.
3. Peralatan Non-Kritikal
Peralatan medis yang kontak dengan permukaan kulit yang utuh. Misalnya :
alat pengukur tekanan darah, stetoskop, elektroda diagnostik, dan tempat tidur.
Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan intermediate sampai low level
desinfectan.

KLASIFIKASI DESINFEKTAN
1. Desinfektan Tingkat Tinggi ( Hight Level Desinfectant/ HLD)
Desinfektan jenis ini dapat menghancurkan semua mikroorganisme vegetatif,
tubercle bacilli, fungi, virus ukuran kecil, dan virus berukuran sedang, kecuali
sejumlah tertentu spora bakteri. HLD digunakan pada peralatan medis tertentu
yang tidak dapat disterilkan.
2. Desinfektan Tingkat Sedang ( Intermediate Level Desinfectant/ ILD)
Desinfektan jenis ini akan membunuh mikroorganisme vegetatif, fungi,
mycobacterium tuberculosis, dan virus berukuran kecil maupun sedang, tetapi
tidak mempunyai aktivitas pembunuhan terhadap spora bakteri.
3. Desinfektan Tingkat Rendah ( Low Level Desinfectant/ LLD)
Desinfektan ini dipakai untuk membunuh sebagian bakteri dan tidak memili
daya bunuh terhadap spora bakteri, mycobacterium, semua fungi, maupun
semua virus ukuran kecil dan sedang.

JENIS DESINFEKTAN YANG DIPAKAI DI RUMAH SAKIT Dr. WAHIDIN

9
SUDIROHUSODO MAKASSAR
1. Klorine (Na Hipoklorit), digunakan untuk mendekontaminasi (perendaman) alat
kesehatan, untuk desinfektan linen, Instalasi Pembuangan Air Limbah dan
pembersihan area permukaan sekitar pasien dan desinfektan untuk lantai yang
tercemar oleh darah.
2. Glutaraldehid 2 % sebagai Desinfektan Tingkat Tinggi digunakan untuk
mendesinfeksi peralatan semi kritikal.
3. Alkohol 70 % sebagai desinfektan tingkat sedang digunakan desinfeksi kulit,
dan desinfeksi permukaan yang tidak luas, contoh : stetoskop, thermometer
dan permukaan troli ganti verband.
4. Hidrogen Peroksida (H2O2) untuk reuse renatron.
5. Deterjen biasa dan deterjen enzimatik untuk pencucian alat.
6. MPC (Multi Puspose Cleaner) . Komposisi : Monoethanolamine, Butoxvethanol,
untuk pembersih lantai
7. Karbol/ Lisol untuk pembersih kamar mandi
8. Glass Cleaner (Ethylene Glycol Monobutyl Ether, Isopropanol), untuk
pembersih kaca
9. Conq r’Dust (Isoparaffinic Hydrocarbon Solvent, Mineral oil, Naphtalene, Amyl
Acetate) untuk pembersih debu.

PELAKSANAAN
1. Penggunaan desinfektan dilakukan oleh semua staf di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, staf cleaning servis dan petugas ambulans.
2. Penggunaan desinfektan meliputi pemilihan dan pengenceran desinfektan
disesuaikan dengan jenis peralatan dan kondisi lingkungan yang akan
didesinfeksi (mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat)

PENGADAAN DESINFEKTAN
1. Pengadaan desinfektan diusulkan oleh Instalasi farmasi melalui Direktur Medik
dan Keperawatan dan Direktur umum dan operasional
2. Pemesanan dan pembelian dilakukan oleh instalasi Purchesing
3. Pemeriksaan dan penerimaan bahan desinfektan dilaksanakan sesuai
spesifikasi yang diusulkan oleh Panitia Pemeriksaan Barang yang ditunjuk oleh
Direksi bersama-sama dengan Instalasi Farmasi.
4. Untuk pengadaan yang sifatnya emergensi diputuskan oleh direksi.

III. PENANGANAN LIMBAH


PENGERTIAN
1. Limbah rumah sakit adalah buangan dari seluruh kegiatan di rumah sakit.
Limbah rumah sakit dapat berwujud limbah padat, limbah cair, limbah darah
transfusi, limbah bahan kimia, limbah bahan radiasi
2. Penanganan limbah adalah prosedur penanganan limbah berdasarkan jenis
limbah infeksius atau non infeksius, dan berdasarkan wujud limbah
3. Limbah infeksius adalah seluruh jenis limbah dari jaringan/cairan tubuh
pasien, barang bekas pakai pasien atau yang digunakan untuk menanganani
pasien. Limbah non infeksius adalah limbah rumah sakit selain limbah
infeksius.
4. Limbah cair infeksius berupa cipratan atau tumpahan, adalah limbah cairan
tubuh pasien / bekas pakai pasien yang tertumpah atau terciprat pada lantai
atau meja.
5. Pengendalian lingkungan adalah pembersihan umum dan kegiatan
pengawasan terhadap larangan merokok di lingkungan rumah sakit, dan
pengawasan terhadap faktor-faktor yang akan menimbulkan risiko infeksi di
rumah sakit.

10
JENIS DAN WARNA WADAH LIMBAH
1. Limbah padat infeksius ditempatkan pada wadah tertutup berkantong kuning
berlabel biohazard
2. Limbah padat non infeksius ditempatkan pada wadah tertutup berkantong
hitam
3. Limbah padat kimia ditempatkan pada wadah tertutup berwarna coklat
berlabel biohazard
4. Limbah bahan radiasi ditempatkan pada wadah tertutup berwarna merah
berlabel biohazard
5. Limbah logam berat ditempatkan pada wadah encapsulate berwarna coklat
berlabel biohazard
6. Limbah benda tajam/jarum suntik ditempatkan pada wadah safety box atau
jirigen yang tidak tembus tusukan benda tajam berlabel biohazard.

PENANGANAN LIMBAH SESUAI JENIS LIMBAH


1. Limbah cair berupa cipratan atau tumpahan ditangani dengan menggunakan
spill kit.
2. Limbah padat infeksius ditangani dengan metode incenerasi dengan
pemanasan 1.200oC
3. Limbah padat non infeksius dibuang ke pembuangan limbah kotamadya
4. Limbah cair infeksius ditangani dengan metode klorinisasi, sistem anaerob
pengendapan dan sistem aerob dengan sistem biologis
5. Limbah bahan kimia non karsinogenik ditangani dengan metode incenerasi,
dan limbah bahan kimia karsinogenik dan limbah radiasi dipendam pada
kedalaman >1,5 meter
6. Limbah radiasi ditangani dengan metode iradiasi microwave
7. Limbah darah transfusi ditangani dengan metode incenerasi

IV. PENGENDALIAN LINGKUNGAN


PENGERTIAN
Pengawasan lingkungan adalah pengawasan terhadap larangan merokok
dilingkungan rumah sakit dan pemeriksaan berkala sekali dalam setahun terhadap
kualitas air, udara, dan tanah, pengawasan lingkungan khusus seperti kamar
jenazah, instalasi sanitasi, instalasi infection center

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Semua sumber daya manusia (SDM) RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo wajib
melaksanakan kegiatan penanganan limbah dan pengendalian lingkungan di
tempat tugas masing-masing
2. Cleaning servis bertanggung jawab terhadap pembersihan umum dan
pengendalian limbah hingga di tempat pembuangan limbah sementara
3. Petugas Instalasi Sanitasi bertanggung jawab pada penanganan limbah akhir.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja / K3 dan Sanitasi berkoordinasi dalam
pengawasan pengendalian kualitas air, udara dan tanah di rumah sakit
5. Edukasi pelaksanaan penanganan limbah dan pengendalian lingkungan
kepada petugas di rumah sakit menjadi tanggung jawab Komite PPI
6. Edukasi pelaksanaan penanganan limbah dan pengendalian lingkungan
kepada pasien dan keluarga menjadi tanggung jawab seluruh petugas di
rumah sakit
7. Managemen RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berkewajiban menyiapkan
sarana prasarana pendukung pelaksanaan penanganan limbah dan
pengendalian lingkungan

11
E. PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN DI
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR.
PENGERTIAN
1. Laundry adalah salah satu unit penunjang non medik di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang mempunyai tugas :
a. Menyelenggarakan kegiatan Pelayanan Pengelolaan Linen di rumah sakit baik
linen pasien, dokter dan petugas mulai dari pelayanan pencucian,
penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan, pendistribusian.
b. Menyelenggarakan Pengendalian mutu
c. Pengendalian infeksi nosokomial
2. Sentralisasi Pelayanan Linen adalah terpusatnya semua kegiatan pengelolaan
linen pada satu tempat, sehingga semua kegiatan pengelolaan linen mulai dari
Perencanaan, Pengusulan , Pengadaan, Penerimaan, Pemberian identitas,
distribusi ke unit-unit terkait, pemanfaatan linen oleh unit terkait, pencucian,
pemeliharaan, pengawasan dan evaluasi
3. Linen adalah seluruh produk tekstil yang digunakan di rumah sakit yang meliputi
linen ruangan rawat inap, rawat jalan, maupun ruang Operasi.
4. Kewaspadaan Universal rumah sakit adalah suatu prinsip yang harus dijaga
dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh, dan
selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber yang potensial untuk penularan
infeksi di rumah sakit.
5. Peralatan yang digunakan di laundry adalah : Mesin cuci, mesin pengeringan,
setrika roll, setrika press, setrika tangan, mesin jahit, kompresor, steam, mesin
spoting
6. Pendistribusian linen menggunakan system First in First Out (FIFO) yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya di lemari penyimpanan harus dikeluarkan terlebih
dahulu, sedangkan yang baru selesai dicuci disiapkan untuk pendistribusian
selanjutnya.
7. Pelayanan pencucian linen adalah pencucian linen kotor yang dikirim dari unit/
bagian pengguna jasa laundry baik linen infeksius maupun tidak infeksius dengan
tujuan untuk menghilangkan noda (bersih), awet (tidak cepat rapuh), membunuh
bakteri/bebas dari mikroorganisme sehingga memenuhi syarat hygienis

TUJUAN SENTRALISASI PELAYANAN LINEN


1. Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai Pedoman dalam pelayanan linen di rumah sakit
b. Sebagai Pedoman untuk mengelolah linen di rumah sakit
c. Sebagai panduan dalam meminalisasi kemungkinan terjadinya infeksi silang
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan linkungan dari paparan
bahaya infeksi

RUANG LINGKUP KEGIATAN


Ruang lingkup kegiatan sentralisasi linen adalah :
1. Perencanaan linen
2. Pengelolaan pencucian linen
3. Pengawasan dan evaluasi

PERALATAN
Peralatan yang harus ada untuk proses kegaiatan operasional laundry terdiri dari :
1. Mesin cuci /Washing Machine
2. Mesin Pengering/Drying Tubler

12
3. Mesin sterika roll /Flatwork ironer
4. Setrika press/Presser ironer
5. Mesin Jahit/Sewing Mechine
6. Mesin spoting
7. Mesin komppressor
8. Vacum cleaner
9. Timbangan
10. Lemari penyimpanan linen
11. Troly linen bersih dan linen kotor

PENYIMPANAN LINEN
1. Penyimpanan linen dapat dilakukan di :
a. Unit Laundry sebagai sentralisasi pelayanan linen
b. Unit kerja untuk penyediaan linen emergency
2. Syarat penyimpanan linen :
a. Penyimpanan linen untuk melindungi linen dari kontaminasi ulang dan untuk
mengontrol posisi linen tetap stabil
b. Penyimpanan linen dalam ruang tertutup dengan menggunakan rak atau lemari
c. Ruangan penyimpanan bebas debu
d. Suhu ruangan 22-270C
e. Penyusunan linen sesuai dengan jenis linen per-unit
f. Persediaan linen ruangan rawat inap minimal 3 parstok

PENDISTRIBUSIAN
1. Pendistribusian linen dengan system FIFO
2. Jumlah linen yang didistribusikan berdasarkan jumlah linen kotor yang dikirim dari
unit/ruangan
3. Pendistribusian linen menggunakan buku serah terima linen
4. Waktu pendistribusian : pada saat unit mengirimkan linen kotor

PEMAKAIAN BAHAN KIMIA


1. Pemakaian bahan kimia rumah sakit (chemical) disesuaikan dengan persyaratan
bahan kimia untuk linen rumah sakit.
2. Persyaratan bahan kimia (chemical) adalah ramah lingkungan, sesuai dengan
dosis dan cara pemakaian yang ditetapkan oleh pabrik dan mutu terjamin
3. Sifat bahan kimia yang dibutuhkan :
a. Alkali (yang berguna untuk menghancurkan kotoran) dengan pH 12- 13
b. Oxygen bleach (untuk mencerahkan warna linen) dengan pH 10-11
c. Klorin bleach (untuk menghilangkan noda pada linen warna putih) pH
d. Detergen (bersifat BASA untuk mengikat dan mengangkat kotoran) pH 11-12
e. Emulsifier (untuk menghilangkan noda lemak pada linen) pH 10-11
f. Netraulizer (Untuk menetralkan sisa detergen pada linen)
g. Softener untuk pelembut linen
h. Parfum linen untuk linen dengan bau fresh
i. Disinfektan linen

PEMUSNAHAN
1. Pemusnahan linen rumah sakit dilakukan oleh panitia pemusnahan yang ditunjuk
sesuai SK Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
2. Waktu Pemusnahan dilaksanakan sesuai jadwal yang disusun oleh panitia
pemusnahan
3. Persyaratan linen yang dimusnahkan apabila dinilai sudah tidak layak pakai

13
PENERIMAAN LINEN KOTOR
1. Penerimaan linen kotor yang telah dimasukkan dalam kantong hitam, dijemput
oleh kurir dari unit/bagian dan diterima oleh petugas penerimaan linen.
2. Penerimaan linen infeksius yang telah dimasukkan ke dalam kantong kuning,
dijemput oleh kurir dari unit/bagian dan diterima oleh petugas penerimaan linen.

PENCUCIAN
1. Pelaksanaan pencucian linen dengan manual, mesin cuci dan menggunakan
bahan kimia (chemical)
2. Pencucian linen infeksius dilakukan dengan menggunakan mesin khusus untuk
linen infeksi
3. Pemakaian mesin cuci harus memperhatikan kapasitas mesin, waktu, suhu serta
bahan kimia (chemical)yang dipakai serta kebutuhan air
4. Pencucian linen berwarna dengan linen putih harus dipisahkan

PENGERINGAN
1. Proses pengeringan linen dilaksanakan setelah proses pencucian dinyatakan
selesai
2. Alat yang dipergunakan untuk proses pengeringan adalah mesin pengering.
3. Waktu pengeringan sesuai dengan jenis linen

PENYETRIKAAN DAN PELIPATAN


1. Proses penyetrikaan dengan menggunakan setrika roll dan setrika press
2. Cara penyetrikaan sesuai jenis linen
3. Linen yang sudah dilipat dimasukkan kedalam troly linen atau lemari
penyimpanan linen

KUANTITAS DAN KUALITAS LINEN


1. Evaluasi terhadap kualitas hasil pencucian dilakukan oleh penanggungjawab
pengendalian mutu
2. Hasil evaluasi kualitas linen adalah linen bersih, tidak bernoda, tidak berbau,
warna cemerlang, pelipatan rapih, layak pakai, tidak ada sobek dan bebas
kuman
3. Evaluasi terhadap kualitas linen :
a. Pengeluaran linen dengan jumlah yang diterima harus sama
b. Evaluasi dilakukan setiap hari dan dilakukan stok opname pada akhir bulan

BAKU MUTU
1. Baku mutu terdiri atas baku mutu air, mutu linen dan mutu udara, mutu chemical
2. Pemeriksaan baku mutu air dilakukan secara periodik direncanakan dan
dilakukan oleh Instalasi Sanitasi dan Kebersihan RS
3. Hasil pemeriksaan baku mutu air menjadi dasar evaluasi untuk dilakukan
perbaikan

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Managemen RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar berkewajiban menyiapkan
sarana dan prasana pelaksanaan pelayanan Linen di rumah sakit

F. KESEHATAN KARYAWAN / PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN


PENGERTIAN
1. Kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas dalam bentuk pencegahan dan
pengendalian infeksi, dengan menerapkan kewaspadaan standar dan
kewaspadaan isolasi bagi seluruh SDM yang ada di rumah sakit.

14
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan terjadwal sekali setahun yang diatur
oleh Unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
3. Pencegahan dan penanganan tertusuk jarum suntik atau benda tajam
4. Penanganan pasca pajanan, pelaksanaan sesuai standar prosedur operasional
penganan pasca pajanan

G. PENEMPATAN PASIEN

PENGERTIAN
Penempatan pasien adalah menempatkan pasien sesuai diagnosis dan cara
penularan penyakit (kewaspadaan berbasis transmisi). Penempatan pasien ke ruang
isolasi adalah kebijakan dan prosedur yang dilakukan dalam penanganan pasien
berdasarkan diagnosis dokter yang merawat menunjukan diagnosis pasien adalah
penyakit infeksius sangat mudah menular melalui droplet, atau kontak langsung dan
perlu diisolasi atau dirawat terpisah dari pasien lainnya

PELAKSANAAN PENEMPATAN PASIEN


1. Penempatan pasien non infeksius tidak memerlukan ruangan yang spesifik.
2. pasien ditempatkan di ruang perawatan dengan ventilasi dan sinar matahari
cukup menerangi ruang perawatan. jarak antara pasien 1,5 meter.
3. Pemakaian alat medis (alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter
dll) dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap/protap
4. Pada pasien dengan kesadaran menurun. hindarkan dari keadaan yg
mempermudah aspirasi dari saluran pernapasan atas atau refluks dari lambung:
dengan cara : Posisi Supine, gunakan NGT, immobilisasi secara berkala
5. Pasien dengan resiko HAP seperti usia Lanjut malnutrisi dan Imunokompromis,
tangani sebagai pasien beresiko dengan seperti tempatkan pada posisi supine
dan imobilisasi secara berkala
6. Perawat melakukan pengawasan terhadap faktor yg meningkatkan
kolonisasiorofaring/lambung seperti pada penggunaan antibiotik lama. Perawatan
ICU, dan Penyakit Paru Kronis yang sudah ada

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Dokter triase IGD bertanggung jawab memilah pasien berdasarkan dugaan
diagnosis
2. Dokter DPJP IGD non Bedah bertanggung jawab menetapkan diagnosis dan
memutuskan penempatan pasien sesuai transmisi penularan penyakit infeksi
3. Managemen rumah sakit berkewajiban menyiapkan sarana dan prasarana
penunjang pelaksanaan pelayanan penempatan pasien berbasis transmisi
penyakit dan penyelenggaraan ruang isolasi
4. Komite PPI dan Managemen rumah sakit bertanggung jawab mengawasi
pelaksanaan penempatan pasien dan penyelenggaraan ruang isolasi

H. HYGIENE RESPIRASI/ETIKA BATUK

PENGERTIAN
1. Droplet infection adalah salah satu cara penularan infeksi melalui media udara,
yang dapat terjadi ketika batuk, bersin, berbicara, atau ketika melakukan prosedur
yang menghasilkan produk aerosol seperti suction, atau fisiotherapi dada.
2. Mikroorganisme yang termasuk droplet infection adalah : Adenovirus pneumonia,
Haemophilus influenza, Seasonal human influenza, dll
3. Pasien rawat inap dengan diagnosis berhubungan dengan droplet infection di
tempatkan pada ruang isolasi (sesuai SPO Penyelenggaraan Ruang Isolasi)

15
4. Batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing, atau sputum
akibat reaksi alergi, infeksi pada saluran pernafasan. Setiap kali batuk atau bersih
seseorang dapat menyebarkan ribuan mikroorganisme.
5. Etika Batuk adala tata cara batuk / bersin untuk menghindari droplet infection, dan
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DROPLET INFECION :


1. Komite PPI menyiapkan sarana edukatif berupa poster, leaflet atau videoclip
tentang pencegahan dan pengendalian droplet infection di rumah sakit
2. Tim PPI memberikan edukasi kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit
tentang cara-cara pencegahan droplet infection, yaitu : cuci tangan sebelum dan
sesudah meninggalkan ruangan pasien (sesuai SPO Kebersihan tangan),
gunakan APD (sesuai SPO APD), dan tata cara membuang limbah infeksius
3. Tim PPI melalui media edukatif meng-sosialisasikan penerapan Etika Batuk /
bersin.

I. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN


PENGERTIAN
1. Praktek menyuntik yang aman adalah prosedur aseptik dengan tujuan
memberikan terapi/obat kepada pasien secara invasif melalui intramusculer,
intravena, intratekal dll.
2. Menyuntik yang aman adalah prosedur aseptik yang dilakukan untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan penularan infeksi

PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN


1. Menggunakan APD standar
2. Menggungakan desinfektan alkohol 70% atau bethadin
3. Menggunakan jarum suntik steril sekali pakai
4. Melakukan pencampuran obat injeksi secara steril
5. Pelaksanaan praktek menyuntik sesuai standar prosedur operasional

J. PRAKTEK LUMBAL PUNKSI


PENGERTIAN
1. Praktek lumbal punksi yang aman adalah prosedur aseptik invasif pengambilan
sampel cairan otak atau melalukan terapi melalui prosedur punksi lumbal
2. Praktek lumbal punksi yang aman adalah prosedur aseptik yang dilakukan untuk
menghindari kontaminasi bakteri dan penularan infeksi

PRAKTEK LUMBAL PUNKSI


1. menggunakan APD standar
2. Menggungakan desinfektan alkohol 70% atau bethadin
3. Menggunakan jarum suntik steril sekali pakai
4. Melakukan pencampuran obat injeksi secara steril
5. Pelaksanaan praktek menyuntik sesuai standar prosedur operasional

PASAL 3
PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI

A. KEWASPADAAN TRANSMISI BERBASIS KONTAK

16
PENGERTIAN
1. Transmisi kontak adalah cara penularan penyakit secara langsung person to
person, atau secara tidak langsung melalui media/tangan petugas yang
terkontaminasi yang dipindahkan secara tidak langsung dari pasien ke pasien
lainnya.
2. Penempatan pasien dengantransmisi kontak, adalah kebijakan dan prosedur
yang dilakukan berdasarkan diagnosis dokter yang merawat menunjukkan
penyakit-penyakit infeksius yang menular melalui kontak.
3. Beberapa penyakit yang termasuk dalam transmisi kontak langsung dan tidak
langsung : Penyakit kelamin seperti GO dan sipilis, Rabies, Trakoma, Skabies,
Erisipelas, Antraks, Gas-gangren, Infeksi luka aerobic.

PENEMPATANPASIEN
1. Tempatkan pada ruang terpisah bila tidak memungkinkan kohorting
2. Ditempatkan berjarak 1,5 m antar tempat tidur pasien
3. Hindari kontaminasi silang

TRANSPORT PASIEN
1. Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.
2. Minimalisasi transmisi pasien dengan pasien lainnya dan dengan lingkungannya

APD PETUGAS
1. Sarung tangan dan
2. cuci tangan
3. gaun tidak steril
4. apron

PERALATAN PASIEN
Bila memungkinkan peralatan non kritikal hanya dipakai untuk 1 pasien atau dengan
pasien dengan infeksi mikroba yang sama

B. KEWASPADAAN TRANSMISI BERBASIS DROPLET


PENGERTIAN
Mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui droplet adalah mikroorganisme
berukuran >5um yang disebarkan melalui droplet, hembusan nafas pasien, batuk,
bersih, dan dapat disebarkan hingga jarak 1-2 meter dari sumber infeksi.

PENEMPATAN PASIEN
1. Tempatkan pada ruang terpisah bila tidak memungkinkan kohorting
2. Ditempatkan berjarak >2 m antar tempat tidur pasien
3. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan
ventilasi

TRANSPORT PASIEN
1. Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.
2. Minimalisasi transmisi, pasien menggunakan masker
3. Petugas transporter menggunakan masker

APD PETUGAS
1. cuci tangan
2. masker, pertahankan posisi jarak >1m dari pasien

PERALATAN PASIEN
Tidak perlu penanganan udara khusus.

17
C. KEWASPADAAN TRANSMISI BERBASIS UDARA (AIRBORNE)
PENGERTIAN
Mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui droplet adalah mikroorganisme
berukuran <5um yang dapat bertahan lama atau partikel debu yang mengandung
mikroba.

PENEMPATAN PASIEN
1. Tempatkan pasien pada ruang terpisah yang mempunyai : tekanan negatif, aliran
udara 6-12klali/jam
2. Pengeluaran udara terfiltrasi sebelum udara mengalir ke raung atau tempat lain
di rumah sakit.
3. Usahakan pintu ruang pasien tertutup

BILA RUANG TERPISAH TIDAK MEMUNGKINKAN


1. tempatkan pasien dengan pasien infeksi mikroba yang sama
2. jarak antar pasien >3m
3. Gunakan pendingin/kipas sedemikian sehingga aliran udara dari luar ke dalam
ruangan
4. Lakukan uji dengan kertas tissue untuk mengetahui arah aliran udara.

TRANSPORT PASIEN
1. Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.
2. Minimalisasi transmisi, pasien menggunakan masker
3. Petugas transporter menggunakan masker

APD PETUGAS
1. cuci tangan
2. masker N95
3. sarung tangan
4. gaun
5. google

PERALATAN PASIEN
Pastikan peralatan pasien didesinfeksi dengan klorin 0,5%
Proses pembersihan permukaan dan peralatan sesuai standar prosedur operasional

D. KEWASPADAAN TRANSMISI BERBASIS VEHICLE (MAKANAN, AIR, OBAT,


ALAT , PERALATAN)
PENGERTIAN
Kewaspadaan transmisi berbasis vehicle adalah kewaspadaan dan pengawasan
terhadap penyajian gizi, pengawasan obat dari bahan berbahaya dan kadaluarsa,
pengawasan air dalam pengendalian lingkungan, dan pengawasan peralatan pasien.

I. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PELAYANAN GIZI

PENGERTIAN
Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan mulai dari penyiapan bahan
makanan, proses pembuatan, penyajian, dan pendistribusian ke ruang
perawatan, penanganan penyimpanan, dan pembersihan dapur.
1. Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi
pemeriksaan/penelitian, pencatatan, dan pelaporan tentang macam,
kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan

18
2. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
dan memelihara keamanan bahan makanan kering maupun yang basah,
baik secara kualitas dan kuantitasnya di gudang basah dan kering serta
pencatatan dan pelaporannya.
3. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Penjamah
makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan melalui tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian
4. Penyajian makanan hangat. Suhu makanan adalah besaran yang
menyatakan derajat panas dingin makanan dan minuman yang dapat diukur
dengan termometer. Dengan suhu yang sesuai diharapkan meningkatkan
citarasa
5. Kebersihan peralatan-peralatan makanan pasien adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang memungkinkan
mencemari makanan yang diletakkan/menggunakan alat-alat tersebut.
Peralatan-peralatan makana pasien tersebut meliputi tempat penyimpanan
bahan makanan, tempat penyimpanan makanan matang, peralatan
memasak, peralatan makan pasien. Pelaksanaan kegiatan pembersihan
peralatan tersebut dilakukan secara berkala oleh pelaksana gizi dan pihak
ketiga/cleaning servise
6. Makanan luar rumah sakit adalah makanan yang dikonsumsikan oleh pasien
yang diperoleh dari luar rumah sakit, berupa makanan pokok, lauk nabati,
lauk hewani, sayur, buah, snak, dan minuman
7. Penggunaan Alat Pelindung Diri, Alat Pelindung yang digunakan pada saat
melakukan pelayanan gizi pasien untuk mencegah penularan infeksi
nosokomial dari petugas ke pasien
8. Pembersihan ruang Instalasi Gizi adalah kebijakan dalam menjaga ruangan
dan lingkungan instalasi gizi, agar terhindar dari pertumbuhan kuman, bahan
berbahaya, serangga dan hal-hal lain yang dapat membahayakan pasien.
9. Pemeriksaan bakteriologi pengolahan bahan makanan adalah prosedur
pemeriksaan berkala untuk memantau ada/tidaknya kontaminasi bakteriologi
dalam sistem pengolahan makanan, dan dapat menjadi parameter
pelayanan gizi rumah sakit
10. Penanganan makanan yang tidak layak saji adalah makanan yang diberikan
oleh instalasi gizi tetapi tidak dapat diberikan kepada pasien karena dapat
memperburuk kondisi kesehatan pasien
11. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan atau untuk mencegah timbulnya penyakit pada petugas.
12. Kecelakaan kerja adalah suatu keadaan terjadinya kecelakaan akibat dari
peralatan atau sarana di tempat kerja

PELAYANAN GIZI
1. Perencanaan bahan makanan : perencanaan bahan makan dibuat oleh
kepala instalasi Gizi berdasarkan jumlah pasien berdasarkan ruang
perawatan, dan jenis penyakit pasien
2. Penerimaan bahan makanan, penerimaan bahan makanan dilakukan
pengecekan sesuai pemesanan, berdasarkan kualitas, kuantitas, dan dibuat
pencatatan dan pelaporan penerimaan bahan makanan.
3. Penyimpanan bahan makanan, bahan makanan ditempatkan dengan rapi
dan tersusun berdasarkan prinsip first in first out (FIFO), dan first expired
first out (FEFO), disimpan pada tempat sesuai pada suhu sesuai dari jenis

19
bahan makanan. Makanan disusun pada tempat penyimpanan dengan jarak
15cm dari lantai, 30 cm dari dinding dan 60 cm dari plafon.
4. Pengolahan bahan makanan, dilaksanakan secara hygienes, seusia
standar gizi sehat empat sehat lima sempurna, untuk pengolahan makanan
bentuk penyajian khusus dibuat sesuai standar gizi, rasa, dan konsitensi
yang dibutuhkan. Pengolahan susu dilakukan pada ruang khusus
pengolahan susu dengan pembatasan petugas yang keluar masuk dalam
ruangan tersebut.
5. Penyajian bahan makanan ditata pada alat makan pasien segera ditutup
dengan plastik penutup makanan.
6. Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap menggunakan kereta dorong
makanan tertutup dilakukan oleh pramusaji sesuai jadwal distribusi yaitu :
- Pagi : 06.00 – 06.30
- Siang : 11.30 – 12.00
- Sore : 17.00 – 17.30
7. Pembersihan Peralatan makanan pasien seperti plato, piring, gelas, sendok,
troli setelah digunakan dicuci dengan menggunakan sabun cair kemudian
dibilas dengan air dingin dan air panas, dilakukan oleh pramusaji.
Pembersihan peralatan pengolahan bahan makanan sesuai standar
pencucian.
8. Pembersihan ruang instalasi gizi terjadwal 2 kali sehari, dengan
menggunakan antiseptik, kondisi lantai dan ruangan terhindar dari bahaya
bagi petugas
9. Pasien yang ingin mengkonsumsi makanan dari luar harus minta ijin kepada
dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
10. Pemeriksaan bakteriologi diadakan berkala setiap 6 bulan. Pemeriksaan
bakteriologi dilakukan secara random tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kebagian pengolahan makanan agar hasil pemeriksaan sesuai dengan
keadaan makanan saat itu/benar-benar akurat (ini dilakukan agar kualitas
makanan dapat memenuhi syarat kesehatan)

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Managemen RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo berkewajiban menyiapkan
sarana prasana untuk pelayanan Gizi di rumah sakit.
2. Petugas Instalasi Gizi wajib melaksanakan pelayanan sesuai Standar
Operasional Prosedur Pelayanan Gizi
3. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) membuat Standar Prosedur
Operasional untuk Pelayanan Gizi di rumah sakit dalam upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi.
4. Pelayanan Gizi di rumah sakit.

II. PENGAWASAN TERHADAP TRANSMISI MELALUI OBAT


Pengawasan terhadap transmisi melalui obat diatur dalam Kebijakan
Pengawasan Obat Kadaluarsa
III. PENGAWASAN TERHADAP AIR DAN PERALATAN
Pengawasan terhadap air dan peralatan telah diatur pada pasal pengendalian
lingkungan rumah sakit dan peralatan perawatan pasien

E. KEWASPADAAN TRANSMISI BERBASIS VEKTOR (LALAT, NYAMUK,TIKUS)

PENGERTIAN
1. Vektor adalah binatang yang merupakan media pembawa mikroba penyebab
infeksi
2. Vektor yang ditetapkan untuk diberantas secara berkala adalah lalat, nyamuk,

20
tikus, kecoak, dan kucing

METODE PEMBERANTASAN VEKTOR


1. Pemberantasan vektor nyamuk dan lalat dengan cara aerosol menggunakan jenis
insektisida 2 isopropoxylphenyl methylcarbamate
2. Pemberantasan vektor tikus dengan cara memberikan racun rodentisida pada
tikus
3. Pemberantasan kucing dengan cara ditangkap

JADWAL DAN CARA KERJA PEMBERANTASAN VEKTOR


1. Pemberantasan vektor dilakukan terjadwal 1 bulan sekali
2. Pelaksana pemberantasan vektor adalah instalasi sanitasi
3. Cara kerja pemberantasan vektor sesuai dengan standar prosedur operasional
pemberantasan vektor
4. Sarana prasarana dan dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemberantasan
vektor menjadi tanggung jawab Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar

DIREKTUR UTAMA,

ABDUL KADIR
NIP. 196205231089031001

21

Anda mungkin juga menyukai