Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA


JL. Jln.sultan hasanudin No.32 Ampana,Kode pos 94683
TELP.(0464) 22069, FAX.(0464) 21163

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA


KABUPATEN TOJO UNA-UNA
NOMOR : 870 / 5825 /RSUD.AMP/2017

TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KABUPATEN TOJO UNA-UNA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KABUPATEN TOJO UNA-UNA

MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di


Rumah Sakit Umum Daerah Ampana Kabupaten Tojo Una-
una harus berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas
di rumah sakit;
b. bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di
setiap unit pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana
yang diperlukan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir a dan b perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan
Direktur.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
. 2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 270/MENKES/2011
tentang Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 382/MENKES/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2017
tentang Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ampana
Kabupaten Tojo Una-una Tentang Penerapan Kewaspadaan
Isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah Ampana Kabupaten Tojo
Una-una
KEDUA : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan
Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Ampana Kabupaten Tojo Una-una yang disusun oleh tim
pencegahan dan pengendalian infeksi
KETIGA : Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan kewaspadaan
isolasi di unit pelayanan RSUD Ampana
KEEMPAT : Tim PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi
kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.
PETIKAN : Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat
keputusan ini akan diadakan perubahan dan perbaikan
sebagimana mestinya.

DITETAPKAN DI : AMPANA
PADA TANGGAL : 20

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA


KABUPATEN TOJO UNA-UNA,

Dr. N I K O, S.Ked., MM
Nip. 19811125 200902 1001

Tembusan disampaikan kepada Yth.:


1. Kepala Bagian Tata Usaha
2. Kepala Seksi Pelayanan Medik
3. Kepala Seksi Penunjang Medik
4. Kepala Seksi Perawatan
5. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
6. Arsip
Lampiran
Peraturan Direktur RSUD Ampana
Nomor : 870 / 5825 /RSUD.AMP/2017
Tanggal :

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI RUMAH SAKIT UMUM AMPANA

A. Kebijakan Umum
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah
sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen,
pengelolaan limbah, kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene
respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal
punksi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan
melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat,
alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).

B. Kebijakan Khusus
Kebijakan Kewaspadaan Isolasi meliputi :
1. Kewaspadaan standar (standard precaution) diterapkan secara menyeluruh di
semua area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan
aktivitas pelayanan di RSUD Ampana.
2. Kewaspadaan transimisi merupakan tambahan kewaspadaan standar,
diterapkan pada pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis
infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak, droplet, atau airborne.
Kewaspadaan Standar meliputi :
a. Kebersihan tangan
1) Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas medis/klinis maupun non
medis/non klinis di seluruh lingkungan RSUD Ampana.
2) Kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dan pada lima momen
kebersihan tangan (WHO, 2009)
3) Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan/bagian (klinis dan non-klinis)
di RSUD Ampana, yaitu :
a) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (handwashing) dan
kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar klorheksidin 2%
diterapkan di semua unit termasuk area perkantoran
b) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan klorheksidin
4% (surgical) khususnya di kamar operasi
4) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kebersihan tangan dengan sabun
di bawah air mengalir adalah 40-60 detik dan 20-30 detik untuk kebersihan
tangan dengan handrub (WHO, 2009)
5) Kebersihan tangan efektif :
a) Petugas yang kontak langsung dengan pasien, semua perhiasan
(misalnya jam tangan, cincin, dan gelang) harus dilepaskan selama
bertugas dan saat melakukan kebersihan tangan, kuku dijaga tetap
pendek, tidak menggunakan kuku palsu dan cat kuku
b) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
c) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila
tangan terlihat kotor, lakukan pembilasan dengan enam langkah dan
keringkan dengan tisu
d) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar klorheksidin
(handrub) bila tangan tidak terlihat kotor di antara tindakan tanpa
dilakukan pengeringan dengan tisu
e) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan atau mengenakan
sarung tangan
6) Cairan/larutan kebersihan tangan :
a) Jangan menambahkan sabun cair atau larutan antiseptic ke dalam
tempatnya, jika cairan habis gunakanlah yang baru
b) Beri tanda pada bagian luar kemasan misalnya dengan spidol hitam,
tanggal pertama kali dibuka
7) Sediakan di setiap ruangan/bagian :
a) Area klinis (area perawatan/pelayanan langsung terhadap pasien) :
 Wastafel dengan air yang mengalir
 Sabun biasa : pos perawat (indikasi kebersihan tangan momen 1,4,5),
toilet, dapur.
 Larutan klorheksidin 2% : poli rawat jalan, ruang perawatan, kamar
bayi, unit penunjang medic, VK, setiap tempat tidur pasien, pos
perawat, setiap pintu masuk kamar pasien, meja trolly tindakan
b) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien ) :
 Wastafel dengan air mengalir
 Sabun biasa : toilet, dapur, perkantoran
 Larutan berbahan dasar klorheksidin 2% : pintu keluar masuk
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah
8) Audit kepetuhan kebersihan tangan setiap 1 bulan sekali di unit
perawatan pasien dengan target 80% dan di kamar bedah 100%
9) Edukasi kebersihan tangan diberikan pada petugas, pasien, keluarga,
dan pengunjung

b. Alat Pelindung Diri (APD)


1) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi
dengan selalu mengukur potensi resiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan / tindakan medic sehingga tepat, efektif, dan pasien
2) Gunakan APD (topi, sarung tangan, masker, pelindung muka, kacamata,
apron, dan pelindung kaki) jika ada kemungkinan risiko terkontaminasi
melalui udara, droplet dan kontak, tertumpah atau terpercik cairan tubuh
(sekreta atau ekskreta) saat perawatan pasien, membersihkan peralatan
dan barang-barang tercemar.
3) Gunakan APD sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
4) Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh
benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, atau sebelum beralih
ke pasien lain.
5) Semua APD yang telah digunakan dibuang ke kantong sampah infeksius
warna kuning
6) Tim PPI melalui IPCN melakukan monitoring dan audit kepatuhan
penggunaan APD sebagai bahan dalam evaluasi dan rekomendasi
peningkatan efektivitasnya
7) Penetapan area pemakaian APD di RSUD Ampana ditentukan
berdasarkan unit dan tindakan masing-masing. Uraian area pemakaian
APD akan ditempel di masing-masing unit untuk meningkatkan ketetapan
penggunaan APD berdasarkan tindakan.
8) Area Pemakaian APD di RSUD Ampana :
No Unit APD yang Digunakan
Unit Perawatan Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, celemek, masker, google,
sepatu tertutup
Unit Gawat Darurat Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, celemek, sepatu
tertutup
Kamar Bersalin/PONEK Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, apron/celemek, masker, sepatu
boots, tutup kepala, kacamata
pelindung
Unit Poliklinik Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, celemek, sepatu
tertutup
Kamar Operasi Sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, masker, sepatu boots, tutup
kepala, kacamata pelindung, gaun.
Unit Laboratorium Sarung tangan bersih, masker, sepatu
tertutup, Jas Lab.
Unit Gizi Sarung tangan plastic, celemek,
masker bedah, tutup kepala, sepatu
tertutup
Unit Laundry Sarung tangan rumah tangga, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung,
sepatu boots, celemek
Unit Farmasi Sarung tangan bersih, masker
Unit Fisioterapi Sarung tangan bersih, masker
Unit UTD Sarung tangan, masker, tutup kepala,
sepatu tertutup, kacamata dan baju
pelindung.
Cleaning service Sarung tangan rumah tangga, masker
bedah, sepatu tertutup, celemek,
kacamata pelindung
Unit IPSRS Sarung tangan rumah tangga, Sarung
tangan bersih, masker bedah, sepatu
tertutup, kacamata pelindung, helm
proyek, ear plug, baju kerja (wear
pack)
Unit Radiologi Sarung tangan bersih, masker, apron
timbal, perisai radiasi
Unit pemulasaran jenazah Sarung tangan rumah tangga/karet,
masker, sepatu boots, tutup kepala,
kacamata pelindung, celemek.
Unit sanitasi Sarung tangan rumah tangga/karet,
masker karbon, sepatu boot, baju
khusus, pelindung wajah dan kepala.

c. Pemrosesan Peralatan Pasien


1) Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit atau membrane mukosa/selaput lender.
2) Pemrosesan alat/instrumen setelah digunakan dipilih berdasarkan
kriteria alat. Sterilisasi dan disenfeksi dilakukan untuk alat kritikal,
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi
kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat non kritikal.
3) Proses sterilisasi dilakukan dengan cara fisika atau kimia, melalui
tahapan pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan),
pengeringan, pengemasan, dan labeling.
4) Pengawasan kualitas/mutu sterilisasi alat/barang yang telah ditetapkan
meliputi :
a) Monitor sterilisator uap setiap hari/minimal seminggu 2 kali
b) Pemantauan indikator kimia dilakukan dilakukan setiap proses
sterilisasi alat
c) Keutuhan kemasan barang steril dan tanggal kadaluarsa adalah 2
minggu untuk alat yang dilakukan DTT, alat yang terbungkus kertas
adalah 1 minggu dan alat yang tebungkus plastik lasticrtas adalah 3
bulan
d) Memastikan kelayakan sterilitas alat-alat dengan melakukan uji kultur
biologis alat steril setiap 3 bulan

d. Pengendalian Lingkungan
1) Pengendalian Permukaan
a) Pengertian permukaan : seluruh permukaan dari sarana/ prasarana/
peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme
dan banyak berhubungan dengan pasien/ penunggu/ karyawan/
pengunjung
b) Ruang lingkup permukaan adalah permukaan kaca, permukaan
meja makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet,
permukaan troli, permukaan lantai
2) Permukaan Lantai :
a) Pel dibedakan antara pel untuk mengepel lantai koridor dengan di
masing-masing ruang perawatan. Pel tersendiri tersedia di
ruangan masing-masing pada unit gizi, unit sterilisasi.
b) Jadwal mengepel lantai : dua kali sehari (pagi dan sore) atau bila
kotor
c) Alat pel harus dibilas kembali setelah mengepel seluas 36 m2 atau
setiap pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya atau setiap
kali tampak kotor
d) Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RS dengan
prioritas ruang rawat inap, poliklinik, IGD, koridor, toilet
e) Cairan yang digunakan untuk mengepel adalah cairan desinfektan
yang ditetapkan di RSUD Ampana seperti benzalkonium klorida
(Lysol)
f) Bila ada tumpahan darah, maka serap dengan menggunakan
tisu/kertas koran kemudian area tumpahan didesinfeksi dengan
bayclin setelah itu di pel dengan deterjen dan dibilas dengan air
bersih
3) Permukaan lain dibersihkan secara rutin setiap kali selesai tindakan
atau bila kotor, pembersihan harian dan pembersihan besar misalnya
setiap minggu/bulan.
a) Ram dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih.
b) Jendela dan kaca dibersihkan dengan cairan pembersih khusus
kaca.
c) Permukaan dinding/tembok dibersihkan dengan larutan deterjen
kemudian dibilas dengan air bersih, jika terkontaminasi darah
gunakan bayclin.
d) Permukaan meja kerja dibersihkan dengan larutan deterjen
kemudian dibilas dengan air bersih
e) Permukaan meja makan dibersihkan dengan larutan deterjen
kemudian dibilas dengan air bersih
f) Permukaan troli dibersihkan dengan larutan deterjen kemudian
dibilas dengan air bersih
g) Permukaan bed dan kasur dibersihkan deterjen kemudian dibilas
dengan air bersih, jika terkontaminasi darah gunakan bayclin.
4) Pengelolaan Gorden :
a) Gorden yang berbahan kain dibersihkan atau diganti rutin setiap
satu bulan atau bila kotor, pada kamar isolasi gorden diganti
setiap pasien pulang.
b) Gorden yang berbahan plastic atau sejenisnya di area kritis
dibersihkan setiap hari, dilap dengan cairan deterjen atau apabila
terkena cairan tubuh dibersihkan dengan bayclin.
5) Pengendalian Udara
a) Udara di dalam ruang operasi, ruang bersalin, dan ruang isolasi
dibuat sedemikian rupa sehingga selalu berada dalam tekanan
positif atau negative saat digunakan, dengan cara menggunakan
AC, ruangan tertutup, dan meminimalkan potensi penampungan
debu dalam konstruksi ruangan serta pemeliharannya AC minimal
setiap 3 bulan secara rutin.
6) Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi
periodic dengan pemeriksaan parameter kimia-biologi surveilan angka
dan pola kuman lingkungan berdasarkan standar Kepmenkes RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih dan
air minum, Kepmenkes RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum, Kepmenkes RI No.
1204/MenKes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
RS.

e. Pengelolaan Sampah/Limbah dan Benda Tajam


1) Pengelolaan sampah/limbah harus memperhatikan prinsip sebagai
berikut :
a) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/tanda yang jelas
b) Wadah/container diberi alas kantong plastic dengan warna :
kuning untuk limbah infeksius dan B3, hitam untuk limbah
domestic/non-infeksius
c) Sampah infeksius/medis :
 Sampah infeksius adalah sampah yang terkontaminasi darah
dan cairan tubuh, sampah laboratorium yang bersifat
infeksius, sampah yang berasal dari kegiatan isolasi, seperti
serum, plasma, komponen darah lainnya, cairan tubuh :
semen; sekresi vagina; cairan serebospinal; cairan pleura;
cairan peritoneal; cairal pericardial; cairan amniotic dan cairan
tubuh lainnya yang terkontaminasi darah.
 Sampah cair infeksius termasuk cairan tubuh pasien seperti
darah, cairan ascites, cairan pleura, pus, dahak, ingus,
muntahan, kecuali keringat, dibuang ke saluran spoolhoek
 Sampah hasil metabolisme pasien seperti urin dan feces
dibuang ke toilet
d) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti
bocor dan tahan tusukan (safety box) seperti jarum intravena, vial,
lancet, siringe, pipet pasteur, kaca preparat, scalpel, silet, pisau
bedah, kaca, ampul obat dan benda tajam lainnya.
e) Wadah/tempat sampah dibuka dengan pijakan kaki, harus tertutup
dan tahan bocor
2) Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan >24 jam
3) Kantong plastic tempat limbah tidak boleh terisi terlalu penuh
(maksimal 3/4 bagian), dikirim ke TPS kemudian diambil pihak ketiga
untuk limbah benda tajam, B3, dan infeksius. Sedangkan sampah
domestic dikirim ke TPA sementara dan selanjutnya ke TPA umum.
4) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup.
Pengangkutan limbah infeksius dan limbah non infeksius diangkut
sebanyak 2 kali dalam sehari
5) Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD minimal
sarung tangan khusus/rumah tangga, apron, masker, dan sepatu
boot.
6) Melakukan monitoring ke pihak ketiga tempat pemusnahan limbah
infeksius dan benda tajam minimal setahun sekali.

f. Penempatan Pasien
1) Penempatan pasien non infeksius
a) Terapkan kewaspadaan standar
 Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali
ruang isolasi, serta bisa digabung dengan pasien lain yang
tidak infeksius
 Kebersihan tangan : lakukan lima momen kebersihan tangan.
Gunakan cairan berbasis klorheksidin (handrub) dan sabun
antiseptic untuk kebersihan tangan
 Sarung tangan : pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu
steril) bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi,
dan barang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan
sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka. Ganti
sarung tangan diantara dua tugas dan prosedur berbeda pada
pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang
kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas
sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan, sebelum
menyentuh barang dan permukaan lingkungan yang tidak
terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan
cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan
 Masker, pelindung mata, dan pelindung wajah digunakan
untuk melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung, dan
mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan
pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan
tubuh, sekresi, dan ekskresi.
 Gaun : Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk
melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya pakaian saat
melakukan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor
sesegera mungkin dan cuci tangan untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
 Peralatan Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya
diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian,
dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan
lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat dipakai
ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum dibersihkan
dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa peralatan sekali
pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi
dibuang dengan cara yang benar.
 Pengendalian Lingkungan. Lakukan prosedur untuk
perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan
lingkungan, tempat tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di
samping tempat tidur, dan permukaan lainnya yang sering
disentuh, dan pastikan prosedur ini dilaksanakan.
 Linen : Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan dengan kulit
dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak
memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
 Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah
(Bloodborne Pathogens)
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
terhadap petugas kesehatan dan pemberian imunisasi
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum
ditangani sesuai SPO berkoordinasi dengan K3RS
c) Peralatan yang dapat menggantikan pernapasan dari
mulut ke mulut seperti mouthpiece, kantong resusitasi, dan
peralatan ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat
yang sering dibutuhkan.
2) Penempatan pasien infeksius
a) Pasien menular melalui udara (airborne disease)
 Pasien dengan kasus Airborne diseases adalah :
- Pasien suspek TB dengan gejala batuk berdahak selama
2 minggu atau lebih, sesak nafas, batuk darah,
berkeringat malam tanpa kegiatan, demam, penurunan
berat badan, nyeri dada, nafsu makan menurun, badan
lemas (bila terdapat 3 atau lebih dari salah satu gejala
tersebut)
- Pasien varicella zoster dan campak
 Sebagai pelengkap standard precautions, gunakan airborne
precautions. Gunakan masker N-95 bila memasuki kamar
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne
disease, bila tidak tersedia gunakan masker bedah 2 lapis.
Orang –orang yang sensitive dilarang memasuki kamar
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne
disease. Petugas yang kebal pada measles atau varicella
tidak perlu memakai perlindungan pernapasan. Pasien harus
selalu menggunakan masker bedah.
 Tempatkan pasien di ruang isolasi :
- Ruangan tersendiri bertekanan udara negative
dibandingkan dengan ruangan sekitarnya
- Bila ruangan bertekanan negative tidak tersedia,
tempatkan pasien di ruangan tersendiri dengan ventilasi
alami dengan pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam
- Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang
memadai atau memiliki sistem penyaringan udara yang
efisien sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu
harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada di
dalamnya. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan
pasien bersama dengan pasien lain yang terinfeksi aktif
dengan mikroorganisme yang sama, kecuali bila ada
rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien dengan
pasien jenis infeksi lain.
- Bila tidak tersedia kamar tersendiri, konsultasikan
dengan Komite PPI dan Manajemen RS.
- Pasien yang datang ke IGD dan poliklinik dengan
keluhan batuk-batuk lebih dari 2 minggu diprioritaskan
penerapan kewaspadaan terhadap risiko transmisi
penyakit dengan pemberian masker bedah dan edukasi
etika batuk
- Bila ruang perawatan tidak tersedia, maka pasien dapat
dirujuk ke rumah sakit lain dengan persetujuan
manajemen RS
- Batasi pemindahan pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting
saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan
transportasi, perkecil penyebaran droplet dengan
memakaikan masker bedah pada pasien.
b) Pasien menular melalui droplet
 Yang termasuk pasien dengan transmisi droplet adalah
pasien pasien dengan infeksi pernapasan yang disebabkan
oleh virus (influenza, parainfluenza, RSV), pertussis,
pneumococci, difteri, dan rubella.
 Pasien dengan droplet disesase bisa ditempatkan di semua
ruang perawatan kecuali ruang isolasi dengan kamar
tersendiri. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan
pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi
dengan mikroorganisme yang sama, tetapi bila tidak
memungkinkan ditempatkan dengan kasus yang sama
makan tempatkan pasien bersama dengan kasus yang lain
(kecuali pasien dengan airborne disease) tetapi dengan
jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya
dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan
ventilasi yang khusus, pintu boleh tetap terbuka.
 Gunakan masker bedah bila bekerja dalam jarak kurang dari
1 m dari pasien
 Batasi pemindahan pasien dari kamar khusus hanya untuk
hal penting saja. Bila memang dibutuhkan, perkecil
penyebaran droplet dengan mengenakan masker bedah
pada pasien.
c) Pasien menular melalui kontak
 Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan.
Tempatkan pasien di kamar tersendiri. Bila tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dalam kamar bersama
dengan pasien yang terinfeksi mikroorganisme yang sama,
tetapi bila tidak memungkinkan beri jarak minimal 3 kaki
dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan
penanganan udara dan ventilasi khusus, dan pintu boleh
tetap terbuka.
 Penggunaan peralatan non kritikal hanya untuk satu pasien
saja (atau digunakan bersama dengan pasien yang terinfeksi
atau terkolonisasi dengan pathogen yang sama yang
membutuhkan kewaspadaan) untuk mencegah penggunaan
bersama dengan pasien lain. Bila tidak dapat dihindarkan.
maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum
digunakan oleh pasien lain.

g. Praktek Menyuntik yang Aman


1) Pakai jarum yang steril
2) Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari
satu pasien walaupun jarum suntiknya diganti.
3) Semua alat suntik yang digunakan harus satu kali untuk satu pasien
dan satu prosedur.
4) Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
5) Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan)
6) Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien
atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian
berikutnya
7) Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril
8) Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
yang membuat
9) Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien
10) Tidak membengkokkan atau mematahkan jarum habis pakai. Tidak
perlu melakukan recapping sebelum membuang jarum sekali pakai ke
safety box. Bila harus melakukan recapping pada kondisi tertentu,
gunakan teknik satu tangan.
11) Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan
cara yang dapat menjaga syarat aseptic

h. Pengelolaan Linen
1) Jenis linen di RSUD Ampana diklasifikasikan menjadi linen bersih,
linen kotor dan linen terkontaminasi.
2) Linen terkontaminasi adalah linen yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh pasien yang beresiko menularkan infeksi kecuali keringat
(seperti urin, feses, muntahan, air liur/ludah, sputum, pus, drainase
luka), linen bekas pakai pasien penyakit menular melalu udara, droplet
atau kontak dan atau bekas pakai pasien teinfeksi mikroorganisme
multi resisten. Linen kotor adalah linen yang tidak terkontaminasi
darah dan cairan tubuh pasien.
3) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan
kantong linen yang berbeda; linen kotor dengan kantong plastik hitam
dan linen terkontaminasi dengan kantong plastik kuning.
4) Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung
tangan rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
5) Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi
cairan tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya
oleh perawat atau petugas.
6) Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke
udara dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor
segera dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi
penggunaannya dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana
linen dipakai.
7) Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya
harus dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan
diangkut/ditranportasikan secara berhati-hati agar tidak terjadi
kebocoran.
8) Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan,
spoelhoek atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke
dalam kantong kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang
terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
9) Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry
TERPISAH dengan linen yang sudah bersih. linen kotor dikumpulkan
sekitar jam 8 pagi setiap harinya dan pendistribusian linen bersih pada
pukul 10-11 pagi setiap harinya.
10) Cuci dan keringkan linen di ruang laundry sesuai SPO. Linen
terkontaminasi seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang segera
diberi disinfektan.
11) Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan
melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan
Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka
harus diletakkan di wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi
petugas.
12) Penyimpanan dilakukan dengan system FIFO (first in first out) dalam
lemari tertutup dan terlipat rapi
13) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan/desinfeksi lantai,
implementasi praktik kebersihan tangan, penggunaan APD sesuai
potensi risiko selama bekerja.

i. Hygiene Respirasi/Etika Batuk


1) Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau
droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu
(pasien, petugas dan pengunjung) dengan gejala gangguan pada
saluran nafas.
2) Pada musim infeksi saluran nafas, tawarkan masker pada pasien
dengan gejala infeksi saluran nafas, juga pendampingnya. Anjurkan
untuk duduk berjarak > 1m dari yang lain.
3) Menyediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang
tunggu pasien rajal atau alcohol handrub.

j. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan


1) Pemeriksaan berkala (General check up) setiap 1 tahun sekali yang
disesuaikan dengan kondisi RS dan diprioritaskan untuk karyawan yang
bertugas di area risiko tinggi seperti petugas unit perawatan 1 dan 4,
OK, ICU, IGD/PONEK, VC, gizi, laundry, laboratorium, dan radiologi.
2) Pemberian vaksinasi Hepatitis B yang dilakukan secara bertahap dan
diprioritaskan pada karyawan yang bekerja di area risiko tinggi terlebih
dahulu.
3) Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum).
4) Pengobatan dan atau konseling. Bila setelah bekerja hasil check up
menunjukkan adanya hasil positif untuk penyakit menular, maka
karyawan dikonsultasikan dengan dokter konsulen terkait, untuk
selanjutnya diterapi dan dievaluasi kelayakan bekerjanya.

k. Praktek lumbal punksi.


1) Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung
tangan steril saat akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi
spinal/epidural/pasang kateter vena sentral.

Anda mungkin juga menyukai