Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT CENDANA


NOMOR:
TENTANG

KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN ISOLASI


DI RUMAH SAKIT CENDANA

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT CENDANA

Menimbang : a. bahwa penyakit infeksi adalah penyakit menular yang mengakibatkan


tingginya angka kematian atau kecacatan

b. bahwa dalam rangka meningkatkan pencegahan dan pengendalian


penyakit infeksi pada poin a dibutuhkan kewaspadaan isolasi.

c. bahwa manajemen dan petugas Rumah Sakit Cendana bertanggung


jawab dalam pelaksanaan kewaspadaan isolasi serta pemenuhan
standar sarana, prasarana dan peralatan pendukungnya

d. maka berdasarkan poin a-c perlu suatu kebijakan Pelaksanaan


Kewaspadaan Isolasi Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
untuk dipergunakan sebagai acuan prosedur pelayanan.

e. bahwa dengan terbitnya Permenkes Nomor : 27 Tahun 2017 Tentang


Pedoman Pedoman Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, maka Kebijakan Kewaspadaan Isolasi Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Cendana perlu
disesuaikan.

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


pernyataan pada butir d dan e tersebut diatas, maka perlu ditetapkan
Keputusan Direktur Utama tentang Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi di
Rumah Sakit Cendana.

Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Permenkes Nomor : 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan


pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 011 tahun 2012 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Rumah Sakit Cendana

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT CENDANA TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN ISOLASI DI RUMAH SAKIT
CENDANA.

Kesatu : Kebijakan Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Cendana ini


menjadi acuan prosedur pelayanan kesehatan sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan.

Kedua : Kebijakan Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Cendana


dimaksud Diktum Kesatu agar disosialisasikan untuk dilaksanakan dan
digunakan oleh kesatuan yang terkait.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan Kebijakan Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi di


Rumah Sakit Cendana dimaksud Diktum kedua agar dilaksanakan oleh
Seluruh Kepala Satuan kerja terkait berkoordinasi dengan Komite PPI, dan
dilaporkan kepada Direktur Utama RS Cendana.

Keempat : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :
Direktur Utama.

dr.Chris A Johannes,Sp.An - KIC


Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Cendana
Nomor :
Tanggal :
KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN ISOLASI
RUMAH SAKIT CENDANA

KEBIJAKAN UMUM

1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit yang
meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemprosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan karyawan,
penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang aman
dan praktek untuk lumbal pungsi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar pada
kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne),
common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).

KEBIJAKAN KHUSUS
1. Penempatan pasien tidak infeksius.
a. Menggunakan kewaspadaan standar :
1) Penempatan Pasien.
b. Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang isolasi.
2. Kebersihan Tangan
a) Lakukan lima saat kebersihan tangan.
b) Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan atau sabun antiseptik (handwash)
c) Lakukan 6 langkah cuci tangan.
3. Alat Pelindung Diri (APD)
a) Sarung Tangan.
a. Pakai sarung tangan bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang
terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka
(non-intact skin). Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien
yang sama setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme.
Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan, sebelum menyentuh barang dan
permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan
cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau
lingkungan.
b. b) Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.

b. Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan mukosa
pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.
c. c) Gaun. Gunakan gaun untuk melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya pakaian saat
c. Lepas gaun kotor sesegera mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
4. Peralatan Perawatan Pasien
a. Penanganan peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi hendaknya
diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan
bahwa peralatan yang dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum dibersihkan
dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah,
cairan tubuh,sekresi dibuang dengan cara yang benar.
5) Pengendalian Lingkungan
b. Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan lingkungan,
tempat tidur, peralatan di samping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan lainnya yang
sering disentuh, dan pastikan kegiatan ini dilaksanakan dan dimonitor. Rumah sakit harus mempunyai
desinfektan standar.
6) Linen
c. Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi
dan ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
7) Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap petugas kesehatan dan
d. Pemeriksaan kesehatan khusus terhadap petugas yang bekerja di tempat berisiko tinggi serta
pemberian imunisasi.
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum, scalpel dan alat tajam lain
e. Kecelakaan kerja ditangani sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) berkoordinasi dengan K3RS.
c) Pakai mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan ventilasi lain sebagai
f. Pengganti pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth resuscitation)/bagging tersedia dan
hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan.

5. Penempatan pasien infeksius

a. Transmisi Airborne
1) Penempatan Pasien.
Tempatkan pasien di ruang terpisah (isolasi) yang memiliki syarat sebagai berikut :
a) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan sekitarnya.
b) Bila ruangan dengan tekanan negatif penuh, tempatkan pasien di ruangan ventilasi
a. pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam.
b. c) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang memadai atau memiliki
b. sistem penyaringan udara yang efisien sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain.
c. pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila tidak tersedia kamar
tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama. Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain. Bila
tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan
petugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) sebelum menempatkan
pasien.
d. 2) Perlindungan Pernafasan (Masker)
d. gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita airborne diseases (TBC, Varicella, Rubella, dll). Orang yang rentan dilarang memasuki
kamar pasien kecuali petugas yang telah imun. Pasien harus selalu menggunakan masker
medik/bedah.
6. Transport Pasien
3) Transport Pasien
Batasi gerakan dan transportasi pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila memang dibutuhkan
transportasi, pasien diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya kuman. Ambulans harus
selalu didesinfeksi setelah mengantar pasien dengan diagnosis atau diduga penyakit menular.
Peralatan di dalam mobil ambulans harus disterilisasi.
4) Hygiene Respirasi/Etika Batuk
7. Hygiene Respirasi/Etika Batuk

Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau droplet nuklei maka
etika batuk harus diterapkan kepada semua individu (pasien, petugas dan pengunjung)
dengan gejala gangguan pada saluran nafas.
Transmisi Droplet.
1) Penempatan Pasien

Kewaspadaan Transmisi Droplet.


1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah bila tidak dimungkinkan kohorting. Bila keduanya
tidak memungkinkan, maka buat pemisah dengan jarak >1 meter antara tempat tidur
pasien dengan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang
khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
2) Masker.
2)Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien.
3) Transport Pasien
Batasi gerak dan transportasi pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan etika batuk.

Kewaspadaan Transmisi Kontak


1) Penempatan Pasien
1)Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan kohorting. Bila keduanya tidak
memungkinkan, maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan
dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar tempat tidur dan pengunjung. Bicarakan dengan petugas PPI. Jaga
agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
2) Sarung Tangan, Gaun/Apron dan Cuci Tangan
Pakailah sarung tangan (lateks bersih non steril) saat memasuki kamar dan merawat pasien, ganti
sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses dan drainase luka). Lepas sarung tangan
sebelum meninggalkan lingkungan pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci
tangan atau handrub. Pakailah gaun (bersih non steril) saat memasuki kamar pasien dan lepaskan
sebelum keluar kamar pasien.
3) Transport Pasien.
3) Transport Pasien.
Batasi gerak dan transportasi pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan,
pastikan kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan risiko transmisi mikroorganisme ke pasien
lain dan lingkungan.
4) Praktek Menyuntik Aman
4) Praktek Menyuntik Aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan
injeksi dan terapi.
5) Peralatan Perawatan Pasien.
5) Peralatan Perawatan Pasien.
Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja atau digunakan bersama dengan pasien
yang terinfeksi mikroba yang sama. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari, maka desinfeksi
peralatan tersebut sebelum digunakan oleh pasien.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal
DIREKTUR UTAMA

dr. Chris A Johannes, Sp.An-KIC

Anda mungkin juga menyukai