Anda di halaman 1dari 8

KEPUTUSAN KEPALA Puskesmas BANTUL I

NOMOR :
TENTANG
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

KEPALA Puskesmas BANTUL I


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi
di Puskesmas harus selalu berorientasi pada keselamatan
pasien dan petugas di Puskesmas.
b. Bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi
di setiap unit pelayanan harus tersedia sarana dan
prasarana yang diperlukan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam (a) dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Puskesmas Bantul I
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
4. Permenkes No 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di fasilitas
layanan kesehatan

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA Peraturan Kepala Puskesmas Bantul I Tentang Kebijakan
Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Puskesmas Bantul I.
KEDUA Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah
Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Bantul I
yang disusun oleh Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Puskesmas Bantul I.
KETIGA Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan kewaspadaan
isolasi di unit pelayanan Puskesmas Bantul I.
KEEMPAT Tim PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi
kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.
KELIMA Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Bantul
Pada tanggal : 2 Juni 2021
Kepala Puskesmas Bantul I

dr. Suprabandari
NIP. 197107102002122007
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA
PUSKESMAS BANTUL I
NOMOR
TENTANG KEBIJAKAN PENERAPAN
KEWASPADAAN STANDAR
DIPUSKESMAS BANTUL 1

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI


DI PUSKESMAS BANTUL I

A. Kebijakan Umum
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di
Puskesmas yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD,
pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan karyawan,
penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang
aman dan praktek untuk lumbal punksi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan
melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle (makanan, air,
obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).

B. Kebijakan Khusus
1. Penempatan pasien tidak infeksius.
a. Menggunakan kewaspadaan standar :
1) Penempatan Pasien : Pasien bisa ditempatkan di semua ruang
perawatan kecuali ruang isolasi.
2) Kebersihan Tangan
a) Lakukan lima saat (5 MOMENT) kebersihan tangan.
b) Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan atau sabun
antiseptik (handwash)
c) Lakukan 6 langkah cuci tangan.
3) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Sarung Tangan.
Pakai sarung tangan bila menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi dan barang-barang terkontaminasi. Pakai
sarung tangan sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit
yang luka (non-intact skin). Ganti sarung tangan di antara dua
tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah
menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak
mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan
tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan
lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah
ke pasien lain, dan cuci tangan segera untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
b) Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk
melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung dan mulut saat
melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi.
c) Gaun.
Gunakan gaun untuk melindungi kulit dan untuk mencegah
ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah.
Lepas gaun kotor sesegera mungkin dan cuci tangan untuk
mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau
lingkungan.
4) Peralatan Perawatan Pasien
Penanganan peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh,
sekresi, dan ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian rupa
sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke
pasien lain dan lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat
dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum
dibersihkan dan diproses selayaknya. Pastikan bahwa peralatan
sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi
dibuang dengan cara yang benar.
5) Pengendalian Lingkungan
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan
desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan di
samping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan lainnya yang
sering disentuh, dan pastikan kegiatan ini dilaksanakan dan
dimonitor. Puskesmas harus mempunyai desinfektan standar.
6) Linen
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik
sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke
pasien lain dan lingkungan.
7) Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap petugas
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap petugas
yang bekerja di tempat berisiko tinggi serta pemberian
imunisasi.
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum, scalpel
dan alat tajam lain ditangani sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO) berkoordinasi dengan K3RS.
c) Pakai mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan ventilasi
lain sebagai pengganti pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-
to-mouth resuscitation) dan hendaknya diletakkan di tempat
yang sering dibutuhkan.
2. Penempatan pasien infeksius
a. Transmisi Airborne
1) Penempatan Pasien : tempatkan pasien di ruang terpisah (isolasi
dengan kohorting) yang memiliki syarat sebagai berikut :
a) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan
ruangan sekitarnya.
b) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang
memadai atau memiliki sistem penyaringan udara yang efisien
sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu
tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila tidak tersedia
kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain
yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama.
Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak
diinginkan, konsultasikan dengan petugas Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas (PPIRS) sebelum
menempatkan pasien.
2) Perlindungan Pernafasan (Masker)
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita airborne diseases (TBC,
Varicella, Rubella, dll). Orang yang rentan dilarang memasuki
kamar pasien kecuali petugas yang telah imun. Orang yang telah
pernah terkena Varicella atau Campak tidak perlu memakai masker.
Pasien harus selalu menggunakan masker medik/bedah.
3) Transport Pasien
Batasi gerakan dan transportasi pasien hanya kalau diperlukan saja.
Bila memang dibutuhkan transportasi, pasien diberi masker bedah
untuk cegah menyebarnya droplet nuklei. Ambulans harus selalu
didesinfeksi setelah mengantar pasien dengan penyakit menular
maupun suspek. Peralatan di dalam mobil ambulans harus
disterilisasi.
4) Hygiene Respirasi/Etika Batuk
Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau
droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua
individu (pasien, petugas dan pengunjung) dengan gejala gangguan
pada saluran nafas.
b. Transmisi Droplet.
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah bila tidak dimungkinkan
kohorting. Bila keduanya tidak memungkinkan, maka buat pemisah
dengan jarak >1 meter antara tempat tidur pasien dengan
pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang
khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
2) Masker.
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap
pasien.
3) Transport Pasien
Batasi gerak dan transportasi pasien dengan mengenakan masker
pada pasien dan menerapkan etika batuk.
c. Transmisi Kontak
1) Penempatan Pasien
Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan
kohorting. Bila keduanya tidak memungkinkan, maka
pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien.
Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar tempat tidur dan
pengunjung. Bicarakan dengan petugas PPI. Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
2) Sarung Tangan, Gaun/Apron dan Cuci Tangan
Pakailah sarung tangan (lateks bersih non steril) saat memasuki
kamar dan merawat pasien, ganti sarung tangan setelah kontak
dengan bahan infeksius (feses dan drainase luka). Lepas sarung
tangan sebelum meninggalkan lingkungan pasien dan segera
lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau handrub.
Pakailah gaun (bersih non steril) saat memasuki kamar pasien dan
lepaskan sebelum keluar kamar pasien.
3) Transport Pasien.
Batasi gerak dan transportasi pasien hanya kalau perlu saja. Bila
diperlukan pasien keluar ruangan, pastikan kewaspadaan tetap
terjaga untuk meminimalkan risiko transmisi mikroorganisme ke
pasien lain dan lingkungan.
4) Praktek Menyuntik Aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
5) Peralatan Perawatan Pasien.
Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja atau
digunakan bersama dengan pasien yang terinfeksi mikroba yang
sama. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari, maka
desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai