Anda di halaman 1dari 4

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK

No. Dokumen :

No.Revisi

02.011/SOP.PPI/RSUFB/V/2016
STANDAR
OPERASIONAL

1 dari 2

TANGGAL TERBIT
01 Mei 2016

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSU Full Bethesda

PROSEDUR
(SPO)
PENGERTIAN

dr. Indra Riris Delima Siregar


1. Antibiotik merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menangani suatu penyakit infeksi.
2. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan
spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat,
interval dan lama pemberian yang tepat

TUJUAN

KEBIJAKAN

1. Terlaksananya penggunaan antibiotik yang bijak di RSU Full


Bethesda
2. Penurunan resistensi antibiotik di RSU Full Bethesda
Kebijakan Direktur No. 01.05/SK.Direk/RSUFB/V/2016

Tentang

program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi rumah Sakit melalui


penggunaan antibiotik bijak di lingkungan RSU Full Bethesda

PROSEDUR

1. Antibiotik empiris diberikan di RSU Full Bethesda berdasarkan :


1.1.
Pedoman umum penggunaan antibiotik Kemkes 2011
1.2.
Panduan praktek klinik dan clinical pathway yang sudah
ditetapkan
1.3.
Formularium RSU Full Bethesda
2. Antibiotik empiris diberikan setelah pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan kultur dan tes kepekaan antibiotik.
3. Pemberian dengan indikasi, yaitu
3.1.
Sudah ditegakkan diagnosis infeksi yang tepat dengan
mengacu secara klinis, mikrobiologi, hematologi, kimia,
serologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
3.2.
Tidak memberikan antibiotik pada penyakit non infeksi dan
infeksi non bakterial.
Pemberian antibiotik awal merupakan antibiotik lini I dan

3.3.

spektrum sempit.
3.4.
Beberapa antibiotik hanya boleh diresepkan oleh dokter dan
diberikan oleh farmasi, jika ada hasil kultur atau telah mendapat
usulan dari spesialis mikrobiologi klinik (mekanisme automatic
stop order). Antibiotik tersebut memiliki kekhasan dalam
mengatasi kuman resisten atau memicu resistensi seperti
Vancomycin dan Linezolid untuk MRSA, Ceftazidime untuk
Pseudomonas MDRO, golongan Carbapenem untuk MDRO,
Cephalosporin generasi III untuk kuman bentuk batang gram
negatif dan Tigecycline untuk Acinetobacter MDRO.
3.5.
Automatic stop order dilakukan dengan cara:
3.5.1. Setiap ada resep antibiotik terutama antibiotik khusus,
farmasi akan meminta hasil salinan kultur dan pola

kepekaan antibiotik yang telah disetujui oleh spesialis


mikrobiologi klinik.
3.5.2. Salinan tersebut akan diteruskan ke komite farmasi dan
dikonsultasikan ke tim PPRA ataupun komite PPI yang
akan bekerja lewat IPCO (Infection Prevention Control
Officer). Hasil konsultasi disampaikan ke dokter
penanggung jawab pasien.
3.5.3. pelayanan untuk mendapatkan pengesahan.
3.5.4. Jika telah disetujui maka antibiotik dapat diberikan.
3.5.5. Penggunaan antibiotik akan dievaluasi setiap 6 bulan
menggunakan kriteria Gyssens dan disusun peta medan

Unit Terkait

kuman.
4. Pemilihan jenis antibiotik berdasarkan:
4.1.
Peta medan kuman RSU Full Bethesda
4.2.
Hasil kultur dan tes sensitifitas antibiotik
4.3.
Usulan spesialis mikrobiologi klinik
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Unit Care
5. Instalasi Farmasi
6. SMF Bedah
7. SMF Anak
8. SMF Penyakit Dalam
9. SMF Obstetri dan Ginekologi
10. SMF Anestesi
11. SMF Saraf
12. SMF Umum
13. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
14. Komite Perawatan
15. Komite Medik

PENGGUNAAN ANTIBIOTIOTIKA RASIONAL


No. Dokumen :
02.01/SOP.PPI/RSUFB/V/2016
STANDAR
OPERASIONAL

TANGGAL TERBIT
01 Mei 2016

No.Revisi

Halaman
1 dari 3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSU Full Bethesda

PROSEDUR
(SPO)
PENGERTIAN

dr. Indra Riris Delima Siregar


Penggunaan antibiotika rasional adalah suatu upaya otorisasi rumah sakit
dalam membuat suatu sistem terukur dan terstandarisasi dalam penggunaan
antibiotik rasional di rumah sakit.
Kebijakan tersebut mencakup :
1. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit dalam Standarisasi Penggunaan
Antibiotik yang.rasional

2. Upaya untuk membuat keterpaduan dalam penggunaan antibiotik


rasional berdasarkan keilmuan berbasis bukti
3. Standarisasi penggunaan antibiotik untuk pelayanan pasien yang
optimal berkorelasi dengan program pengendalian infeksi rumah sakit.

TUJUAN

4. Terutama dalam menghadapi kasus MDR


1. Kebijakan Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit dilaksankan untuk
optimalisasi pelayanan kesehatan dirumah sakit terutama dalam
manajemen penyakit infeksi dari berbagai multidisiplin sehingga

KEBIJAKAN

menjadi acuan dalam pengendaian infeksi dan keselamatan pasien


1. Lebih menekankan terhadap peningkatan otorisasi kebijakan dalam
penggunaan antibiotik di rumah sakit.
2. Penggunaan antibiotik di rumah sakit, terutama untuk kasus umum dan
khusus didasarkan dengan adanya pola kuman dari masing-masing
bagian/departemen yang terintegrasi dalam pola kuman di rumah sakit.
3. Untuk menunjang hal tersebut di atas rumah sakit menyediakan
pemeriksaan mikrobiologi untuk mendeteksi dengan lebih tepat adanya
infeksi dari pemeriksaan kultur kuman dan kemungkinan adanya suatu
MDR.
4. Kebijakan ini berkaitan dengan kebijakan rumah sakit dalam penggunaan

PROSEDUR

antibiotik
1. Pemeriksaan Pola Kuman secara periodik
2. Melaksanakan Kewaspadaan Universal
3. Pencegahan MDR Antibiotika dengan pemantauan pasien berat yang
dirujuk dengan penggunaan antibiotika sebelumnya
4. Pemeriksaan kultur kuman dengan metoda yang terukur
5. Tersedianya pemeriksaan untuk MDR Pseudomonas dan MDR
Klebsiella Karbapenemase
6. Isolasi pasien pada tempat khusus untuk MRSA
7. Melaksanakan Prinsip Pencegahan MDR Antibiotika dengan.
(a) Pemeriksaan spesimen mikrobiologi. Spesimen diambil dari darah,
urin, sputum, pus atau cairan serebrospinalis tergantung diagnosis
yang dicurigai.
(b) Jika dicurigai bakteri : Diberikan antibiotika empirik berdasarkan
pertimbangan klinis, pola kultur dan resistensi lokal.
(c) Setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologis diberikan antibiotika
definitif sesuai kultur dan resistensi
8. Melaksanakan strategi Kebijakan MDR Antibiotika dengan :
(a). Menangani patogen sebagai infeksi bukan kolonisasi.
(b). Memberikan terapi berdasarkan data lokal mengenai kepekaan kuman.
(c). Menggunakan antimikroba sebagai monoterapi atau kombinasi.
(d).

Mengoptimalkan

farmakodinamik

terapi

berdasarkan

farmakokinetik

dan

(e) Mempertimbangkan komorbiditas dan fungsi organ.


(f) Mencegah transmisi.
(g) Mempersingkat durasi terapi.
(h) Memperkuat sistem pengawasan rumah sakit mengenai penggunaan
antibiotika.
(i) Paradigma pemberian antibiotik secara
1.1.
1.2.
No

empirik pasien rawat inap dengan deeskalasi antibiotika


Klasifikasi Pemberian Antibiotika

Lini

Jenis Anti Biotik


Amoksisilin

Penanggung Jawab
Dokter Umum

Eritromisin
1.

Lini 1

Sulfametoxazol
Cefadroxil

2.

Lini 2

Clindamicine
Amoxiclav

Dokter Umum

Ceftriaxone

Dokter Spesialis

Cefixime
Ampisilin Sulbactam

3.

Lini 3

Ciprofloxacin
Ceftazidim

Dokter Spesialis

Cefeperazon

Dokter Spesialis IPCD

Sulbactam
Levofloxacin
Fosfomycin

4.

Lini 4

Aztreonam
Tygecillin

Dokter Spesialis IPCO

Meropenem

/ KIC

Doripenem

Berdasar klinis dan

Imipenem

kultur

Vancomycin

Persetujuan

Linezolid

PPRA

Tiecoplanin
Ertapenem
Unit Terkait

1. PPIRS Rumah Sakit


2. OK
3. ICU
4. Rawat Inap
5. IGD

Tim

Anda mungkin juga menyukai