Anda di halaman 1dari 40

PELATIHAN IPCN LANJUT

Infection Control Risk Assesment


(ICRA) Progam dan Renocasi/
Demolisi

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali


Infeksi Indonesia (HIPPII) Pusat
1
TUJUAN UMUM & KHUSUS
PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS


 Setelah mengikuti pembelajaran,peserta Setelah mengikuti pembelajaran,
diharapkan mampu memahami ICRA peserta diharapkan mampu :
dalam PPI di FASYANKES Memahami pengertian ICRA
Memahami indetifikasi masalah dalam
pembutan ICRA
Menjelaskan proses pembuatan ICRA
program dengan baik dan benar
Melaksanakan ICRA program
berdasarkan kelompok group Risk
dengan baik dan benar
POKOK BAHASAN
1. PENDAHULUAN
2. PENGERTIAN ICRA
3. ALUR PENGELOLAAN RISIKO
4. LANGKAH PELAKSANAAN ICRA
5. KESIMPULAN
PENDAHULUAN
community acquired PROGRAM
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
infection INFEKSI
PATIENT
SAFETY
Healthcare Associated
Infections (HAIs) MONITORING DAN EVALUASI

MASALAH DI
YANKES AUDIT ICRA
PENGERTIAN
 RISK MANAJEMEN adalah Proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang akan
membantu mencegah konsekuensi yang merugikan dan meminimalkan dampak negatif
dari kerugian yg disengaja pada suatu organisasi
 RISK ASSESMENT adalah penilaian yang meneliti proses secara rinci termasuk urutan
kejadian dan risiko aktual dan potensial, kegagalan atau titik kerentanan, dan bahwa,
melalui proses logis, memprioritaskan area untuk perbaikan didasarkan pada dampak
aktual, atau potensial (kekritisan) perawatan, pengobatan, atau pelayanan (TJC, 2010)
 ICRA adalah Sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dari infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien, keluarga, petugas,
pengunjung dan lingkungan (JCIA,2010)
KONSEP DASAR RISIKO
 Resiko adalah penyimpangan dari suatu yang di harapkan. Pengertian
Resiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya,
akibat atau konsekuensi yang bisa terjadi akibat proses yang sedang
berlangsung maupun kejadian yang akan dating
 Risiko juga dapat didefinisikan sebagai interaksi yang disengaja dengan
ketidakpastian.
 Persepsi risiko adalah penilaian subjektif orang tentang keparahan risiko,
dan dapat bervariasi orang ke orang.
 Setiap usaha manusia membawa beberapa risiko, namun ada juga yang
jauh lebih berisiko daripada yang lain.
TUJUAN ICRA
1. Mengembangkan program pencegahan pengendalian Infeksi diunit terkait
berdasarkan hasil indentifikasi risiko tinggi
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Fasyankes
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di
Fasyankes
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi
di seluruh area Fasyankes.
5. Diharapkan menimbulkan dampak perbaikan dan menurunkan kejadian dan
resiko infeksi
INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA)

adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan


infeksi, pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan
populasi pasien, fasilitas dan program :
 Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi,
pemeliharaan fasilitas, dan
Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan
perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk
mengantisipasi dampak potensial. 8
Infection Control Program Risk Assessment
External
Terkait dengan komunitas
Terkait dengan bencana Internal
Persyaratan peraturan dan Terkait pasien
akreditasi Terkait petugas
Terkait prosedur
Peralatan
Lingkungan
Pengobatan
Sumber daya
ICRA

ICRA PROGRAM ICRA KONSTRUKSI


PENILAIAN RISIKO INFEKSI  Suatau penglkajian multi displin yang
TERKAIT PROGRAM PPI proses nya di dokumentasikan untuk
1. Identifikasi risiko mengidentifikasi secara proaktif dan
2. Analisa risiko (pembuatan matriks mengurangi risiko infeksi yang bisa
grading) terjadi selama kegiatan konstruksi
3. Penilaian dan penentuan skor (APIC report 2000)
4. Pengelolaan risiko  Pembongkaran, konstruksi, renovaso
5. Membuat plan of action (rencana Gedung di area mana saja di fasyankes
kegiatan) yang dapat menjadi sumber infeksi
TINGKAT
KEPATUHAN

Indikator
Nasional
Mutu(INM)
Fasyankes
LANGKAH PENGKAJIAN ICRA PROGRAM
1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan
seberapa sering frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang
dilakukan pada risiko dan cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO
Mengapa terjadi ? Seberapa sering terjadi, dimana kejaiannya, siapa
saja yang berkontribusu dan apa dampaknya
3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING
Berdasarkan : PROBABILITY , DAMPAK DAN CURRENT SISTEM

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
PENILAIAN PROBALITAS / FREKUENSI

TK Risk Deskripsi Kejadian


1 Very low 0–5% – extremely unlikely or virtually impossible
Hampir mungkin tidak terjadi ( dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun )

2 Low Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)


6–30% – low but not impossible
Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi ( dapat terjadi dalam 2-5
tahun )
3 Medium Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)
31–70% – fairly likely to occur
Mungkin terjadi/bisa terjadi (dapat terjadi tiap 1-2 thn)
4 Hight Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)
71–95% – more likely to occur than not
Sangat mungkin (dpt terjadi setiap bulan/beberapa kali dlm setahun)

5 Very hight Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun )


91–100% – almost certainly will occur
Hampir pasti akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan)
PENILAIAN DAMPAK KLINIS / KONSEKUENSI

TK RIKS Deskripsi Dampak


1 Tdk significant Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil

2 Minor Cedera ringan , mis luka lecet, dapat diatasi dng P3K, kerugian
keuangan sedang
3 Moderat • Cedera sedang, mis : luka robek
• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversibel. Tdk berhubungan dng penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Mayor • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual
(ireversibel), tdk berhubungan dng penyakit yg mendasarinya,
kerugian keuangan besar.

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan penyakit


SISTEM YANG ADA

Tk Risk Deskripsi Kegiatan


1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan

3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan


4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan


PENILAIAN SCORE RESIKO INFEKSI
Menggunakan metode penilaian ICRA

MELAKUKAN
PENILAIAN
SCORING RESIKO X X
INFEKSI DENGAN
MEMBUAT MATRIX
ICRA PADA PELAYANAN IGD
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT
PROBLEM SYSTEM
SKO
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 R
Priorita
s

Petugas 3 2 3 18 III
menggunakan APD
masih belum sesuai
indikasi
Sarana Kebersihan 4 3 2 24 II
tangan belum terpenuhi
secara rutin

Pemasangan IV line 4 3 3 36 I
belum sesuai standar PPI

Penyuntikan yang aman 2 3 3 18 III


belum semua petugas
melakukan sesuai standar
Membuat plan of action (rencana kegiatan)
No 1
Kel Resiko HAIS
Potensial Resiko Pemasangan IV Line belum dilaksanakan sesuai SPO/SOP
Skor 36
Prioritas 1
Tujuan Umum Mengurangi resiko terjadinya pada Plebitis
Tujuan Khusus 1. Angka kejadian Plebitis menurun dari 26 ‰ menjadi 15 ‰
2. Tidak terjadi Plebitis pada pasien terpasangan IV kateter
Strategi 1. Melakukan koordinasi dengan PJ ruangan terkait perilaku petugas
2. Melakukan solialisasi SOP pemasangan IV kateter
3. Merencanakan planning perbaikan
Evaluasi 30 Juni 2021
Progres/analisis RENCANA BULAN SEPT 2021 :
1. Perbaikan Ruangan penyimpanan
2. Akan dibuat ducting untuk ventilasi tekanan negatif
Membuat plan of action (rencana kegiatan)

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
NO
RISIKO
KELOMPOK
POTENSIAL RISK/MASLAH

SKOR
PRIORITAS
PROGRESS /
STRATEGI EVALUASI ANALISIS

1 HAISs Pemasa 36 1 Mengur Angka 1. Melakukan 1 Mei 2021 RENCANA


ngan IV BULAN SEPT
angi kejadian koordinasi 2021 :
line
resiko Plebitis dengan PJ 1. Perbaikan
belum Ruangan
sesuai infeksi menurun dari ruangan terkait
penyimpanan
standar pada 26 ‰ perilaku petugas 2. Akan dibuat
PPI IAD/Pleb menjadi 15 2. Melakukan ducting
‰ untuk
itis solialisasi SOP
ventilasi
pemasangan IV tekanan
Tidak kateter negatif
terjadi IAD 3. Merencanakan
pada pasien planning
terpasangan perbaikan
ICRA KONSTRUKSI
Tujuan
 Untuk mencegah dampak konstruksi atau
renovasi menjadi sumber penularan infeksi
 Untuk mencegah potensial bahaya terhadap
fungsi paru paru akibat dampat debu dari
renovasi atau konstruksi
 Untuk mencegah potensial bahaya pada
keamanan petugas , staf dan pengunjung
fasyankes
Hal Yang perlu di persiapkan
sebelum bekerja
As Build Drawing Bangunan Lama
Shop Drawing Rencana Kontruksi
Baru
Metode Kerja
Komponen Penting Yang Perlu di
Perhatikan Di Dinding dan Plafon
Ducting Air flow
Kabel ME (Jaringan, Listrk, Lan dll)
Hidrant
Gas Medis (O2, N2O, Suction, Air Presure)
Jalur Utilisasi Air Kotor dan Bersih
LANGKAH-LANGKAH ICRA
KONSTRUKSI
PRE RENOVASI SELAMA RENOVASI SETELAH RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin o Pengawasan mengunak an o Pengawasan hasil
o Penetapan & rencana tidakan Format Audit limbah pek erjaan
konstruksi bangunan o Monitoring tindakan o Menetapkan
 Identifikasi type dan jenis perbaikan atas penilaian kelayakan
konstruksi bangunan sesuai
rekomendasi usulan
 Identifikasi kelompok penilaian risiko
perbaikan
risiko infeksi
 Membuat Matrix penilaian
risiko
 Perencanaan tindakan
PPI sesuai hasil penilaian
MATRIX ICRA KONSTRUKSI
KRITERIA TYPE A KRITERIA TYPE B KRITERIA KRITERIA

TYPE C TYPE D
PEMERIKSAAN DAN SKALA KECIL, Pekerjaan yang PEMBONGKARAN
KEGIATAN KEGIATAN menghasilkan debu t k & KONSTRUKSI
PEMELIHARAAN UMUM JANGKA PENDEK, sedang hingga t k tinggi PROYEK-
• Mengganti ubin, langit- YANG memerlukan bongkaran atau PROYEK BESAR:
MENGHASILKAN
2 pemindahan /penghapusan • Kegiatan yg
DEBU SEDIKIT:
& pembersihan komponen
(plafon) untuk membutuhkan shift
bangunan tetap/rakitan:
inspeksi visual • Instalasi telepon
dan perkabelan • Pengamplasan dinding kerja berturut-turut
saja. Misalnya :
komputer. untuk pengecatan / • Penghancuran mayor
terbatas pada 1
• Akses ke ruang pelapisan dinding dari
genting/plafon per
terbuka. • pemindahan/ proyek bangunan
50
penghapusan/pembers • Memerlukan
meter persegi. • Pemotongan
dinding atau ihan penutup lantai, plafon
• Pengecatan pembongkaran berat
langit-2 dimana langit- 2 & pekerjaan khusus.
(tidak migrasi debu atau
• Kontruksi dinding baru.
pengamplas dapat di kontrol pemindahan/
• Pekerjaan saluran kecil
an) penghapusa n sistem
atau pekerjaan listrik di
• Wall
atas langit2 perkabelan
covering, lengkap.
Pelatihan IPCN_hippii.doc.file_2020 • Kegiatan kabel utama
pekerjaan • Kontruksi baru.
listrik, pipa kecil, dan • Kegiatan yg tdk dpt
kegiatan yang tidak selesai dlm shift kerja
menghasilkan debu
atau memerlukan tunggal.
pemotongan dinding
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
Perhatikan Letak Area Kontruksi : Atas, Bawah,
Samping Kanan Kiri, Depan Belakang
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi
contoh kasus
Terjadi kebocoran di atap ruangan kebidanan
sehingga atap jebol dan rencana akan diperbaiki
dengan mengganti genteng dan triplek di atap .
Komite PPI diminta untuk membuat rekomendasi
untuk mencegah resiko infeksi akibat pekerjan diatas
Contoh :
Penilaian Risiko Renovasi
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
Level
risiko
konstruk
si
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


Class of
Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI
Ditentukan Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Konstruksi Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
• Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
KELOMPO mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
• Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
K PASIEN
BERISIKO TYPE TYPE TYPE TYPE Kelas III, sbb:
A B C D • Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
• Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
RENDAH I II II III/IV dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan

SEDANG I II III IV Kelas IV, sbb:


• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
• Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk
diminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
TINGGI I II III/IV IV dekatnya.
• Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
udara yang habis.
SANGAT • Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem
II III/IV III/IV IV
TINGGI saluran
• Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang
rapat, atau menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6.Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7.Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan
mengendalikan debu saat proses pemotongan. HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban. 8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
4. Menutup ventilasi udara. keluar area kerja
5. Bersihkan permukaan kerja dengan 9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan

SURAT IJIN KERJA PPI


pembersih/disinfektan. sedang dilakukan, rapikan kembali setelah
pekerjaan selesai.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
KELAS III konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan basah dengan

(ICRA) &
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk pembersih/disinfektan
mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.

PENGAWASAN
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. tertutup rapat sebelum dibuang.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
dengan menggunakan unit penyaringan udara 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem

SELAMA KONSTRUKSI
HEPA. HVAC.
Tanggal 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
Paraf dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah dengan
dengan menggunakan unit penyaringan udara pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
Tanggal disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Paraf bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.

Persyaratan tambahan:
PENGAWASAN SELAMA
KONSTRUKSI/RENOVASI

 PRAKTEK KERJA AMAN • Engineering Controls


 Briefing keamanan harian • Kontrol ventilasi dan lingkungan
 Vacuum dan penghisap debu • Buat lingkungan dengan
lokal tekanan negatif
 Kontrol lalu lintas pembersihan • Barriers systems
puing puing • Kontrol debu dan puing
• Pengawasan resiko kontaminasi
 Pembersihan peralatan &
lingkungan
 Pembersihan lokasi pekerjaan
 Monitoring rutin
POST RENOVASI
1. Pembersihan akhir dilakukan secara
keseluruhan (general cleaning) sebelum
ruangan diizinkan untuk ditempati oleh
pasien / digunakan
2. 3. Maintenance dan mengecek fungsi –
fungsi alat yang seperti sedia kala
4. Setelah pembangunan selesai IPCN dan
K3 melakukan evaluasi kembali dengan
menggunakan chek list renovasi bangunan
COVER RENOVASI DALAM RS
Kasus 1

Area
X
Kontruksi

X
Jalur Jalur Khusus
Khusus Petugas dan
Proyek Pasien
KESIMPULAN
1. RISK ASSESMENT adalah penilaian yang meneliti proses secara rinci termasuk urutan kejadian
dan risiko aktual dan potensial, kegagalan atau titik kerentanan, dan bahwa, melalui proses
logis, memprioritaskan area untuk perbaikan didasarkan pada dampak aktual, atau potensial
(kekritisan) perawatan, pengobatan, atau pelayanan (TJC, 2010)
2. ICRA adalah Sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dari infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien, keluarga, petugas, pengunjung dan
lingkungan (JCIA,2010)
3. ICRA dapat dilakukan pada kajian PROGRAM PPI dan adanya KONSTRUKSI ATAU RENOVASI
4. Tujuan ICRA adalah mencegah, menurunkan resiko infeksi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai