Anda di halaman 1dari 47

KARS

Penerapan Patient Safety


di Fasyankes

Luwi 1 Desember 2021


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) adalah pendekatan praktis


berbasis bukti yang mencegah pasien dan petugas kesehatan dari bahaya infeksi
yang dapat dihindari. PPI unik dalam bidang keselamatan pasien dan mutu pelayanan, karena
secara universal relevan bagi setiap tenaga kesehatan dan pasien, pada setiap interaksi pelayanan
kesehatan. PPI yang tidak berjalan baik menyebabkan kejadian tidak diharapkan dan dapat
menyebabkan kematian (sentinel) baik bagi pasien maupun tenaga Kesehatan. Tanpa PPI yang
efektif tidak mungkin untuk mencapai mutu pelayanan kesehatan.

Luwi 1 Desember 2021


Keselamatan Pasien

suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Luwi 1 Desember 2021


Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

1. Kondisi Potensial Cedera (KPCmerupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk


menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) merupakan terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien.

3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.

4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.

Luwi 1 Desember 2021


KTD karena PPI belum
dilaksanakan dengan
baik

Luwi 1 Desember 2021


• Ruang perinatologi  terjadi outbreak pneumoni dan ada yang
meninggal. Hasil investigasi: tidak ada ketentuan harus dilakukan
desinfeksi stetoskop sebelum dan sesudah dipergunakan untuk
memeriksa pasien, kuman dari bayi pneumoni berpindah ke bayi
lainnya.
Kasus kasus yg • Ruang perinatology  11 bayi meninggal setelah dilakukan
pernah terjadi
investigasi kuman sama dengan tangan tenkes di ruangan tsb; Five
moment tidak dilakukan dengan baik
• Ruang operasi  15 operasi katarak, 12 infeksi dan 3 pasien
enukleasi; Hasil investigasi, sterilisasi dilakukan di kamar operasi
dengan alat yang inadequate

6 MEI 2021 6
Luwi 1 Desember 2021
Luwi 1 Desember 2021
• Luka
Operasi
Terinfeksi
MRSA

Setiap staf klinis harus mencuci tangan


sesuai standar who, dan menerapkan five
moment for hand hygine
Luwi 1 Desember 2021
Penggunaan tonometer dan perangkat lain yang
menyentuh mata perlu mewaspadai risiko infeksi pada
pasien. American Academy of Ophthalmology telah
melaporkan bahwa penularan virus adenovirus dan herpes
simpleks HIV, virus hepatitis C (HCV), enterovirus 70,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus yang
Kurangnya kepatuhan dengan
resisten methicillin, Acanthamoeba, dan prion
pemrosesan ulang telah diamati
(ensefalopati spongiform menular, seperti Creutzfeldt-
dengan item berikut:
Jakob penyakit) dapat terjadi dari kegagalan untuk
• Tonometer
mendisinfeksi perangkat oftalmologi secara memadai,
• Lensa laser YAG
seperti tonometer.
• Spekula mata
6 MEI 2021 10
Laporan tentang wabah multi drug resisten
Ujung tonometer sangat bermasalah karena organisme (MDROs) setelah endoskopi, terutama
disinfektan dapat melarutkan lem yang menyatukan Enterobacteriaceae (CPE) penghasil karbapenem,
ujung yang berlubang, menyebabkan ujungnya telah memusatkan perhatian kritis pada
membengkak dan retak. Penting untuk dicatat peningkatan dan keamanan protokol pemrosesan
bahwa ujung tonometer telah diidentifikasi sebagai ulang.
sumber wabah nosokomial oftalmik yang umumnya
terkait dengan adenovirus tipe 8 dan 19. Virus yang
dikeringkan tetap dapat hidup dan dapat pulih
setelah 49 hari pada permukaan plastik atau logam
yang dikeringkan.

Sumber :World Gastroenterology Organisation 2019 Endoscope disinfection update:


a guide to resource-sensitive reprocessing April 2019 6 MEI 2021 11
CPE telah menjadi mapan di lingkungan RS dan dapat menyebabkan infeksi klinis dengan morbiditas dan
mortalitas yang substansial karena resistensi antibiotiknya. Wabah CPE setelah endoskopi telah dilaporkan di
beberapa negara, seringkali setelah kolangio-pankreatografi retrograde endoskopik (ERCP), tetapi juga setelah
bronkoskopi, gastroskopi, dan sistoskopi fleksibel, Seringkali surveilans mikrobiologi mengidentifikasi satu
sumber wabah MDRO yang dapat dilacak ke endoskopi sebagai penyebab yang telah menularkan bakteri serupa
secara genetik pada beberapa kesempatan meskipun diproses ulang.

MDRO juga dapat ditularkan secara sporadis oleh endoskopi tanpa sumber tunggal yang diidentifikasi
oleh studi genetik. Dalam studi kasus-kontrol pada pasien rawat inap, endoskopi terbaru - termasuk
gastroskopi, bronkoskopi, dan ERCP - telah ditemukan menjadi faktor risiko yang signifikan untuk
memperoleh kolonisasi / infeksi MDRO.

Sumber :World Gastroenterology Organisation 2019 Endoscope disinfection update:


6 MEI 2021 12
a guide to resource-sensitive reprocessing April 2019
Sebuah skandal terjadi di Oklahoma pada Maret 2013 karena instrumen
gigi digunakan tanpa disterilkan. Sekitar 7000 pasien diskrining terhadap
virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C (HCV), dan virus
imunodefisiensi manusia (HIV) sebagai akibat dari skandal ini.
Menyimpang dari praktik terbaik dalam proses sterilisasi atau gagal
mematuhi aturan dasar dapat menyebabkan infeksi. Selain itu, praktik
sterilisasi yang buruk yang tidak sesuai dengan pedoman nasional atau
internasional meningkatkan risiko.

6 MEI 2021 13
Main Healthcare-Associated Infection

The main HAIs are generally distributed anatom- ically as follows: 35%
involve the urinary tract, 25% the surgical site, 10% the lungs, 10% the
bloodstream. The remaining 10% involve other sites

Luwi 1 Desember 2021


DAPATKAH PROSEDUR SIMPLE
“MEMBUNUH PASIEN”

Luwi 1 Desember 2021


LONDON PHILHARMONIC ORCHESTRA
Luwi 1 Desember 2021
MAURICE MURPHY
London Symphony Orchestra selama 30 tahun, ia bermain di soundtrack untuk sekitar 450 film, termasuk Star Wars,
Raiders Of The Lost Ark, Superman dan Harry Potter.
Luwi 1 Desember 2021
MENINGGAL DI ROYAL FREE HOSPITAL KARENA DOKTER SALAH MEMASUKKAN NGT
BAYI BARU LAHIR TEWAS TERSERET DI LORONG RS

Luwi 1 Desember 2021


UU RS Pasal 13
• (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus
bekerja sesuai dengan
• Standar profesi
• Standar pelayanan rumah sakit
• Standar prosedur operasional yang berlaku
• Etika profesi
• Menghormati hak pasien dan
• Mengutamakan keselamatan pasien

Akuntabilitas tenaga kesehatan: Kepatuhan terhadap Standar


Prosedur operasional
Luwi 1 Desember 2021
The Genesis of Harm
FAILURE TO
STANDARDISE
PROCEDURE

INEXPERIENCED PERSONAL
DEATH ARROGANCE
PRACTITIONER

HIERRARCHY

Luwi 1 Desember 2021


FOUR MAIN FACTORS PREVENTING
INJURIES

PEOPLE

ENVIRONMENT

PROCEDUR
MACHINE
E

Luwi 1 Desember 2021


Mengapa Keselamatan Pasien

100
Keselamata
n
Pasien !

IpTek
PelayananMedis
Populasi
Menua
Risiko
Klinis ! 0
Waktu  1960 2000 +
Litigasi !
Luwi 1 Desember 2021
Laporan
Institute of Medicine - IOM
TO ERR IS HUMAN
Building a Safer Health System

(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. To err is human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press, 2000.)

RS - RS AE Mati Pasien RS Pasien tsb Mati sb lain


(>50% krn di US :Mati sb AE
: Admisi (Extrapolasi)
ME)
/year

Di Colorado 2.9 % 6.6 % 44,000 - KLL :


- 43,458
&
Utah(1992)
33.6 juta 98,000 -Cancer :
42,297
!!!
Di New 3.7 % 13.6 % -
Estimasi biaya: AIDS :
York(1984) $17 - $50 16,516
milyar
Luwi 1 Desember 2021
Keselamatan Pasien Dalam
UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit

 Keselamatan Pasien : Pasal 43 :


1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, mnganalisa &
menetapkan pemecahan masalah dlm rangka menurunkan angka KTD
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan pasien
yang ditetapkan Menteri
4. Pelaporan IKP pd ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk mengkoreksi sistem
dlm rangka meningkatkan keselamatan pasien
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2  Peraturan
Menteri

Luwi 1 Desember 2021


MULTI-CAUSAL THEORY “SWISS CHEESE” DIAGRAM (REASON, 1991)

Luwi 1 Desember 2021


PENDEKATAN SISTEM TERHADAP KESELAMATAN

• Memiliki budaya keselamatan akan mendorong terciptanya lingkungan yang mempertimbangkan semua
komponen sebagai faktor yang

ikut berkontribusi terhadap insiden yang terjadi.

• Hal ini menghindari kecenderungan untuk menyalahkan individu dan lebih melihat kepada sistem dimana
individu tersebut bekerja.

Inilah yang disebut pendekatan sistem

(systems approach).
Luwi 1 Desember 2021
Contributary Factors
Organisational & Task Defence
Influencing
Corporate Culture Clinical Practice
Barriers

Error
Producing Error
Management Conditions
Decisions/
Organisational
Processes Violation
Producing Violation
Conditions

Latent Failures Active Failures


( “sharp end “ )
1. PATIENT -Procedure
Planning, • Emergency
2. TASK AND Professionalis
Designing , TECHNOLOGY
• Diagnose
Policy-making, 3. INDIVIDUAL
m
4. TEAM
• Pemeriksaan Team
Communicating • Pengobatan
5. WORK Individual
ENVIRONMENT • Perawatan Environment
Equipment

CAUSAL FACTOR Luwi 1 Desember 2021


Adapted from Reason (revised)
The systems approach to safety
Semua jenis insiden keselamatan pasien mengandung
empat komponen dasar:

1. Causal Factors:
1. Active Failures;
2. Contributary Factors
3. Latent System Conditions
2. Timing,
3. Consequences
4. Mitigating Factors.

Tiap komponen harus menjadi bahan pertimbangan dalam pendekatan sistem terhadap
keselamatan ini :
Luwi 1 Desember 2021
1. Faktor-faktor penyebab
(Causal Factors):
faktor-faktor ini memegang peranan penting dalam setiap insiden keselamatan pasien.
Menghilangkan faktor ini dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya
kembali kejadian yang sama.

Faktor penyebab (Causal Factors) dikelompokkan menjadi :

1. Active Failures:
1. slips : attention failure
2. lapses : memory failure
3. kesalahan (mistakes),
4. pelanggaran (violations )dari prosedur, Pedoman atau kebijakan.
2. Contributary Factors
3. Latent System Conditions

Luwi 1 Desember 2021


THE SYSTEMS APPROACH TO SAFETY

The basic premis: manusia dapat berbuat salah dan kesalahan seringkali tidak dapat dihindari, bahkan di
organisasi-organisasi yang terbaik.
Kesalahan dipandang sebagai konsekuensi bukan penyebab

• Kegagalan Aktif (Active failures):


sering disebut “tindakan yang tidak aman”( ‘unsafe acts’). Dilakukan oleh petugas yang memiliki
kontak langsung dengan pasien,termasuk :

- slips : attention failure


- lapses : memory failure
- kesalahan (mistakes),
- pelanggaran (violations )dari prosedur,
pedoman atau kebijakan.

Luwi 1 Desember 2021


• Paralytic agent vs antacid

Luwi 1 Desember 2021


Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole

• Paralytic agent vs antacid


Luwi 1 Desember 2021
BRAIN DAMAGE

Luwi 1 Desember 2021


HUMAN ERROR TYPES

SLIPS ATTENTION FAILURE

UNINTENDED
LAPSES MEMORY FAILURE

UNSAFE ACTS RULE BASED


(“ ERROR “) MISTAKES
KNOWLEDGE BASED

INTENDED
ROUTINE

VIOLATIONS OPTIMISING

NECESSARY/
SITUATIONAL

Luwi 1 Desember 2021


ENAM SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
1. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
2. Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-
alert)
4. Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
5. Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

Luwi 1 Desember 2021


DIURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Standar SKP 5

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


menggunakan dan melaksanakan “evidence-based
hand hygiene guidelines” untuk menurunkan
risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
Luwi 1 Desember 2021
Maksud dan Tujuan SKP 5
• Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas
kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi
pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di
semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter,
infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan
infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.

• Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan
menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand
hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi
pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh
rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan
prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel), tersedia di
lokasi sesuai dengan pedoman. (lihat juga PPI 9)
Luwi 1 Desember 2021
Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang pedoman R Regulasi tentang kebersihan tangan (hand 10 TL
kebersihan tangan (hand hygiene) yang hygiene), sesuai PPI 9 EP 1 sd 4 5 TS
mengacu pada standar WHO terkini. (R) 0 TT
 

2. Rumah sakit melaksanakan program D Bukti pelaksanaan program kebersihan 10 TL


kebersihan tangan (hand hygiene) di   tangan (hand hygiene) di seluruh rumah 5 TS
seluruh rumah sakit sesuai regulasi (D,W)   sakit, sesuai dengan PPI 9 EP 1 sd 4 0 TT
   
Staf RS
W

Luwi 1 Desember 2021


Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
3. Staf rumah sakit dapat melakukan O Lihat pelaksanakan program kebersihan 10 TL
  tangan (hand hygiene) di seluruh rumah
cuci tangan sesuai dengan prosedur. 5 TS
  sakit sesuai dengan PPI 9 EP 1 sd 4
(Lihat juga PPI 9 EP 1 sd 4 ) (W,O,S) 0 TT
  Staf SDM
W  
Peragaan cuci tangan
S
4. Ada bukti staf melaksanakan lima W Staf SDM 10 TL
   
saat cuci tangan. (W,O,S) 5 TS
O Lihat pelaksanaan fasilitas untuk cuci
tangan (1 tempat tidur satu handrub), lihat 0 TT
kepatuhan staf pada lima saat cuci tangan.
   
  Peragaan cuci tangan
S
Luwi 1 Desember 2021
Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
5. Prosedur disinfeksi di rumah sakit W Staf SDM 10 TL
dilakukan sesuai dengan regulasi.     5 TS
(Lihat juga PPI 9 EP 1 sd 4 (W,O,S) O Lihat pelaksanaan fasilitas untuk disinfeksi dan 0 TT
  pelaksanaan disinfeksi
   
S Peragaan disinfeksi, sesuai dengan PPI 9 EP 1 sd 4
6. Ada bukti rumah sakit D Bukti pelaksanaan tentang evaluasi upaya 10 TL
melaksanakan evaluasi terhadap   menurunkan infeksi sesuai dengan PPI 9 EP 1 sd 4 5 TS
upaya menurunkan angka infeksi     0 TT
terkait pelayanan kesehatan.(Lihat W  Komite/Tim PMKP
juga PPI 9 EP 1 sd 4 (D,W)  Komite/Tim PPI

Luwi 1 Desember 2021


Luwi 1 Desember 2021
Luwi 1 Desember 2021
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB

1. TELAPAK TANGAN
2. PUNGGUNG TANGAN
3. SELA- SELA JARI LAMA CUCI TANGAN:
4. PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN HAND RUB : 20-30 DETIK
KUNCI) HAND WASH 40-60 DETIK
5. SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR)
6. KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)

Luwi 1 Desember 2021


Luwi Safety
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient 1 Desember 2021
Angka Infeksi pelayanan Kesehatan
yang harus Dikumpulkan

1. Infeksi Saluran kemih terkait penggunaan kateter


2. Infeksi Luka/Daerah Operasi
3. Infeksi Saluran Pernapasan terkait penggunaan ventilator
4. Infeksi aliran darah primer terkait pemasangan Central Venous
Pressure (CVP)
5. Infeksi aliran darah Perifer

Luwi 1 Desember 2021


Bagaimana mencegah terjadinya KTD karena infeksi?
• Bundle dilaksanakan dengan baik

• Lakukan manajemen risiko infeksi (ICRA)

• ICRA

- Identifikasi risiko-risiko terjadinya infeksi di rs

- Lakukan analisis dan evaluasi seberapa besar risiko tersebut

kemungkinan terjadinya (dampak X probabilitas X kesiapan

system)

- Lakukan mitigasi risiko

• Lakukan audit dan supervisi secara teratur dan kontinyu

Luwi 1 Desember 2021


TERIMA KASIH

Luwi 1 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai